Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hand hygiene merupakan tindakan sederhana dengan mencuci tangan
yang terbukti dapat mencegah penyakit. Akan tetapi, tindakan sederhana ini
seringkali tidak dihiraukan oleh masyarakat. Padahal ketidakpatuhan dalam
mencuci tangan berdampak besar pada kesehatan manusia. Hal ini dapat
menyebabkan munculnya beberapa penyakit seperti diare, infeksi saluran
pernapasan, pneumonia, infeksi cacing, infeksi mata, dan infeksi kulit. Umumnya
penyakit tersebut terjadi pada anak-anak dan seringkali dianggap remeh oleh
masyarakat. Menurut kemenkes (2014), diare merupakan penyebab kedua
kematian, sedangkan infeksi saluran pernapasan adalah penyebab utama kematian
pada anak balita. Penyakit tersebut disebabkan kuman/ bakteri yang menempel
pada tangan yang kotor dan terkontaminasi kuman. Tindakan hand hygiene
mampu mengurangi kuman/ bakteri yang menempel di tangan sehingga dapat
mengurangi prevalensi munculnya penyakit tersebut (Kemenkes, 2014).

Setiap tahun, pada tanggal 15 oktober, masyarakat dunia memperingati


Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia (HCTPS). Tema ini dipilih karena tangan
adalah anggota badan yang banyak digunakan untuk melakukan berbagai kegiatan
sehari-hari termasuk makan, minum, menyiapkan makanan serta memberi makan
anak atau bayi. Tangan yang selalu bersih dan sehat akan mencegah kita dari
serangan berbagai penyakit, utamanya penyakit menular (Kemenkes, 2015).

CTPS adalah cara yang sederhana, mudah, murah dan bermanfaat untuk
mencegah berbagai penyakit. Sebab ada beberapa penyakit penyebab kematian
yang dapat dicegah dengan cuci tangan yang benar, seperti penyakit diare dan
ISPA yang sering menjadi penyebab kematian anak-anak. Demikian juga penyakit
hepatitis, thypus, dan flu burung. Hasil Riskesdas tahun 2013, menunjukkan
bahwa proporsi penduduk umur >10 tahun yang berperilaku cuci tangan dengan
benar di Indonesia meningkat dari 23,2% pada tahun 2007 menjadi 47,0% pada
tahun 2013 (Kemenkes, 2015).

Menurut Depkes RI (2012), sebuah ulasan yang membahas sekitar 30


penelitian terkait menemukan bahwa cuci tangan dengan sabun dapat memangkas
angka penderita diare hingga separuh. Cuci tangan pakai sabun (CTPS)
merupakan perilaku sehat yang telah terbukti secara ilmiah dapat mencegah
penyebaran penyakit menular seperti diare, infeksi saluran pernapasan atas (ISPA)
dan flu burung, bahkan disarankan untuk mencegah penularan influenza. Banyak
pihak yang telah memperkenalkan perilaku ini sebagai intervensi kesehatan yang
sangat mudah, sederhana dan dapat dilakukan oleh mayoritas masyarakat
Indonesia. Berbagai survei di lapangan menunjukkan menurunnya ketidakhadiran
anak karena sakit yang disebabkan oleh penyakit-penyakit di atas, setelah
diintervensi dengan CTPS (Depkes RI, 2012).

Cuci tangan belum menjadi budaya yang dilakukan masyarakat luas di


Indonesia. Dalam kehidupan sehari-hari, masih banyak yang mencuci tangan
hanya dengan air sebelum makan, cuci tangan dengan sabun justru dilakukan
setelah makan. Oleh karena itu kebersihan tangan dengan mencuci tangan perlu
mendapat prioritas yang tinggi, walaupun hal tersebut sering disepelekan.
Kebiasaan cuci tangan tidak timbul begitu saja, tetapi harus dibiasakan sejak kecil.
Anak-anak merupakan agen perubahan untuk memberikan edukasi baik untuk diri
sendiri dan lingkungannya sekaligus mengajar pola hidup bersih dan sehat. Anak-
anak juga cukup efektif dalam memberikan contoh terhadap orang yang lebih tua
khususnya mencuci tangan yang selama ini dianggap tidak penting (Batanoa,
2013).

Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) adalah salah satu tindakan sanitasi
dengan membersihkan tangan dan jari-jemari menggunakan air dan sabun untuk
menjadi bersih. Mencuci tangan dengan sabun merupakan salah satu upaya
pencegahan penyakit. Hal ini dilakukan karena tangan seringkali menjadi agen
yang membawa kuman dan menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke
orang lain, baik dengan kontak langsung ataupun kontak tidak langsung
(menggunakan permukaan-permukaan lain seperti handuk, gelas, dll). Tangan
yang bersentuhan langsung dengan kotoran manusia dan binatang, ataupun cairan
tubuh lain (seperti ingus) dan makanan/minuman yang terkontaminasi saat tidak
dicuci dengan sabun dapat memindahkan bakteri, virus dan parasit pada orang lain
yang tidak sadar bahwa dirinya sedang ditulari. WHO telah mencanangkan setiap
tanggal 15 Oktober sebagai Hari Mencuci Tangan Pakai Sabun Sedunia, yang
diikuti oleh 20 negara di dunia, salah satu diantaranya adalah Indonesia (WHO,
2013).

Salah satu upaya pemberian pendidikan kesehatan di sekolah adalah


melalui promosi kesehatan. Promosi kesehatan dapat dilakukan dengan
menggunakan berbagai metode dan media yang disesuaikan dengan sasaran. Cara
efektif dalam pendekatan kelompok adalah dengan metode penyuluhan Cuci
Tangan Pakai Sabun (CTPS). Pada metode ini dapat terjadi proses perilaku ke
arah yang diharapkan melalui peran aktif sasaran dan saling tukar pengalaman
sesama sasaran (Notoatmodjo, 2014).

Pada usia Sekolah Dasar (SD) anak perlu mendapatkan pengawasan


kesehatan, karena pada tahap ini merupakan proses tumbuh kembang yang teratur.
Anak pada usia ini 5-6 hari dalam sehari akan pulang dan pergi ke sekolah dengan
melewati berbagai macam kondisi lalu lintas dan lingkungan yang mengalami
polusi, sumber penyakit bergaul dengan teman yang semuanya rawan tertular
berbagai penyakit.

Anak sekolah merupakan aset atau modal utama pembangunan di masa


depan yang perlu dijaga , ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Sekolah
selain berfungsi sebagai tempat pembelajaran, juga dapat menjadi ancaman
penularan penyakit jika tidak dikelola dengan baik. Lebih dari itu, usia sekolah
bagi anak juga merupakan masa rawan terserang berbagai penyakit. Salah satu
penyakit yang banyak diderita oleh anak-anak, khususnya usia Sekolah Dasar
adalah penyakit infeksi kecacingan, yaitu sekitar 40-60% (Profil Kesehatan
Indonesia, 2013)

Dengan memberikan pendidikan kesehatan maka dapat meningkatkan


pengetahuan anak dan dapat mempengaruhi perilaku anak mencuci tangan dengan
benar (Apriany Dyna, 2012).

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut dan dampak buruk dari


kebiasaan cuci tangan tidak pakai sabun peneliti tertarik untuk meneliti tentang
“Pengaruh Intervensi Promosi Kesehatan Terhadap Pengetahuan dan Praktek
Hand Hygiene Pada Siswa Kelas 5 Di SD Negeri 004 Bengkong Tahun 2017”

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah apakkah ada Pengaruh Intervensi Promosi Kesehatan Terhadap
Pengetahuan dan Praktek Hand Hygiene Pada Siswa Kelas 5 di SD Negeri 004
Bengkong Tahun 2017 ?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh intervensi promosi kesehatan
berupa advokasi dan penyuluhan dalam peningkatan pengetahuan
dan praktek hand hygiene pada siswa kelas 5 SD Negeri 004
Bengkong Tahun 2017.
2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya pengetahuan mengenai hand hygiene pada siswa


kelas 5 di SD Negeri 004 Bengkong sebelum dan sesudah
intervensi.

b. Diketahuinya praktek hand hygiene pada siswa kelas 5 di SD


Negeri 004 Bengkong sebelum dan sesudah intervensi.

c. Diketahuinya pengaruh intervensi promosi kesehatan berupa


advokasi dan penyuluhan dalam peningkatan pengetahuan dan
praktek hand hygiene/mencuci tangan menggunakan sabun pada
siswa kelas 5 di SD Negeri 004 Bengkong Tahun 2017.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Siswa Kelas 5 SD Negeri 004 Bengkong


Memberikan pengetahuan kepada siswa kelas 5 tentang
pentingnya menjaga kebersihan tangan.

2. Institusi SD Negeri 004 Bengkong


Dengan diperolehnya informasi mengenai adanya pengaruh
promosi kesehatan terhadap pengetahuan dan praktek dalam
menjaga kebersihan tangan dengan cara mencuci tangan
menggunakan sabun pada siswa kelas 5, maka pihak sekolah dapat
menyusun strategi perilaku kebiasaan menjaga kebersihan tangan
dengan cara mencuci tangan menggunakan sabun dengan baik dan
benar yang lebih tepat dan memadai untuk seluruh siswa SD.

3. Instansi Kesehatan
Sebagai bahan informasi bagi petugas kesehatan untuk
memberikan penyuluhan kesehatanyang lebih terarah kepada siswa,
guru dan masyarakat lingkungan sekolah.
4. Masyarakat
Dengan strategi perilaku kebiasaan menjaga kebersihan
tangan dengan cara mencuci tangan menggunakan sabun dengan
baik dan benar yang lebih tepat dan memadai, maka masyarakat
secara bertahap dapat bersikap dan bertingkah laku sedemikian
rupa, sehingga tidak lagi secara mudah tertular berbagai penyakit.

Anda mungkin juga menyukai