1. Apakah perbedaan convulsi akibat strychnine dan convulsi akibat caffeine? Serta
dimanakah letak titik tangkap kerjanya masing-masing?
Jawaban :
Strychnine merupakan konvulsan kuat dengan sifat kejang yang khas. Pada hewan
coba konvulsi ini berupa ekstensi tonik dari badan dan semua anggota gerak. Gambaran
konvulsi oleh striknin ini berbeda dengan konvulsi oleh obat yang merangsang langsung
neuron pusat. Sifat khas lainnya dari kejang striknin ialah kontraksi ekstensor yang
simetris yang diperkuat oleh rangsangan sensorik yaitu pendengaran, penglihatan dan
perabaan. Konvulsi seperti ini juga terjadi pada hewan coba yang hanya mempunyai
medula spinalis. Striknin ternyata juga merangsang medula spinalis secara langsung. Atas
dasar ini efek striknin dianggap berdasarkan kerjnya pada medula spinalis dan
konvulsinya disebut konvulsi spinal.
Sedangkan Caffein adalah suatu obat stimulasi yang bersifat psikoaktif dari golongan
xanthine-alkaloid yang berwarna putih. Caffeine dimetabolisme di hati oleh sitokrom
P450 oksidasemenjadi tiga metabolit, yaitu paraxanthine, theobromine dan theophyline.
Obat ini dapat menembus sawar otak dan mempengaruhi pembuluh darah di otak,
sehingga badan dan otak “tidak bisa tidur”, menyebabkan pelepasan adrenalin ke tubuh
dan membuat sel-sel selau aktif dan terjaga. Obat ini juga memanipulasi pelepasa
dopamine di otak dan membuat perasaan menjadi tenang dan “melayang”.
3. Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa Dilantin dan luminal berefek klinis sebagai
apa?
Jawaban:
Luminal (golongan barbiturat) dan valium termasuk termasuk antikonvulsan yang
digunakan untuk menimbulkan efek sedasi atau kantuk untuk mengatasi kejang.
c. Feniton
Dosis beban dapat diberikan per oral atu intravena; pemberian fosfenitoin intravena
merupakan metode pilihan pada status epileptikus konvulsif. Ketika memulai terapi oral,
dosis dewasa biasanya 300 mg/hari, tanpa memperlihatkan berat badan pasien. Dosis ini
mungkin dapat diterima oleh beberapa pasien, tetapi dosis ini sering hanya menimbulkan
kadar darah stabil dibawah 10 mcg/mL, yang merupakan kadar terapeutik minimum
sebagian besar pasien. Jika kejang berlanjut, biasanya diperlukan dosis yang lebih tinggi
untuk mencapai kadar plasma dalam batas atas rentang terapeutik. Karena kinetik obat ini
bergantung pada dosis, beberapa keracunan dapat terjadi hanya dengan peningkatan dosis
yang kecil. Peningkatan dosis fenitoin tiap kalinya hanya dapat dilakukan sebesar 25-30
mg pada dewasa, dan perlu waktu yang cukup untuk mencapai keadaan stabil yang baru
sebelum dilakukan penambahan dosis berikutnya.
d. Karbamazepin
Dosis pada anak dengan usia kurang dari 6 tahun 10-30 mg/kg/hari dibagi dalam
2- 4 dosis sehari dan akan mencapai kadar terapeutik ( 8 – 12 mikrogram / ml ) dalam
3 – 4 hari tanpa loading dose, anak usia 6-12 tahun dosis awal 100 mg 2 kali sehari.
Sedangkan pada anak usia lebih dari 12 tahun 200 mg 2 kali sehari.
e. Asam Valproat
Dosis penggunaan asam valproat 15 - 20 mg/kg/hari dalam 2 – 4 dosis untuk
mencapai kadar terapeutik ( 40 – 150 mikrogram / ml) dalam 1 – 4 hari. Hubungan
dosis dengan kadar serum sangat kompleks karena masa paruh yang pendek dan
ikatan protein yang besar.