Nim : B10017046
Abstract
This study wa conducted precisely in the region of the border of Jambi-Palembang by using the
research method of jurnal emprical research that seek to identify the laws contained in the
community with the intent to know the symptoms-the symptoms of other in the community.
The primary data obtained from direct interviews or obbservation and secondary data obtained
from the results of the literature review, in the from of books, reports, articles, and other
documents. The factors that cause the occurrence of the offense of receiving stolen property in
the region of the border of Jambi-Palembang is because on the lack of law enforcement in the
region as well as the ignorance of the actors about the origin of the goods obtained, the field
work is limited, and low education. Fenoly receiving stolen property, a factor that is very
alarmaring because of the many crimes so little handiling or law enforcement in cases of
receiving stolen property, is due to factors weak law enforcemen especially at the border region
of Jambi-Palembang.
Keywords: law enforcement, receiving stolen property.
Abstrak
Penelitian ini dilaksanakan tepatnya diwilayah perbatasan Jambi-Palembang dengan
menggunakan metode penelitian yuridis empiris yaitu penelitian yang berusaha
mengidentifikasi hukum yang terdapat dalam masyarakat dengan maksud untuk mengetahui
gejala-gajala lainnya dalam masyarakat. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung
atau observasi dan data sekunder yang diperoleh dari hasil tinjauan pustaka, berupa buku,
laporan, artikel, dan dokumen lainnya. Faktor yang menyebabkan terjadinya delik penadahan
di wilayah perbatasan Jambi-Palembang adalah karena kurangnya penegakan hukum di
wilayah tersebut serta ketidaktahuan pelaku tentang asal-usul barang yang diperoleh, lapangan
1
Nama : Siti Nur Chabibah
Nim : B10017046
pekerjaan yang terbatas, dan pendidikan yang rendah. Tindak pidana penadahan menjadi
faktor yang sangat memprihatinkan karena dari sekian banyak kejahatan sedikit sekali
penanganan atau penegakan hukum terhadap kasus penadahan tersebut dikarenakan faktor-
faktor lemahnya penegakan hukum terutama di wilayah perbatasan Jambi-Palembang.
Kata kunci: penegakan hukum, menerima barang curian (penadahan).
A. Pendahuluan
Artikel ini membahas mengenai penegakan hukum yang di anggap kurang berfungsi di wilayah
perbatasan Jambi-Palembang, dimana banyak banyak terjadi berbagai tindak pidana kriminal
lainnya. Salah satunya adalah tindak pidana penadahan. Tindak pidana penadahan
sebagaimana yang diatur didalam Buku II Bab XXX KUHP yang secara mengkhusus mengkaji
Pasal 480 KUHP,dimana salah satu unsur penadahan yang sering dibuktikan oleh Jaksa
Penuntut Umum dalam praktik persidangan sehari-hari adalah unsur culpa, yang berarti bahwa
sipelaku penadahan dapat dianggap patut harus dapat menyangka asalnya barang dari
kejahatan dan jarang dapat dibuktikan bahwa sipenadah tahu benar hal itu (asal-usul barang).1
Permasalahan yang timbul baik berupa pelanggaran terhadap tata krama kehidupan
bermasyarakat maupun aturan-aturan hukum untuk menciptakan suatu fenomena yang
bertentangan dengan kaidah moral dan kaidah susila serta aturan-aturan hukum. Adanya
penadah sebagai penampung kejahatan pencurian yang memberikan kemudahan bagi si pelaku
untuk memperoleh keuntungan, sehingga pelaku pencurian tidak harus menjual sendiri hasil
curiannya ke konsumen tetapi dapat ia salurkan melalui penadah yang berkedok sebagai
pedagang di pasar loak. Pelanggaran yang terjadi itu adalah merupakan realitas dari pada
keberadaan manusia yang tidak bisa menerima aturan-aturan itu secara keseluruhan.2
Salah satu jenis pelanggaran yang biasa terjadi dalam masyarakat, baik yang
bertentangan dengan kaidah moral, etika dan agama terlebih lagi terhadap peraturan hukum
yang tertuang dalam KUHP adalah delik penadahan. Penadahan sebagai kejahatan, sekaligus
merupakan salah satu gejala sosial yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat . Dalam
kitab undang-undang hukum pidana (KUHP) Indonesia, delik pendahan digolongkan sebagai
1 Mien Rukmini, Aspek Hukum Pidana dan Kriminologi (Sebuah Bunga Rampai), Alumni,Bandung, 2009,
hal. 101
2 Arassy Wardani NurLailatul Musyafa’ah, “Hukuman Bagi Pelaku Tindak Pidana Penadahan Dengan
Sistem Gadai,” Al-Jinayah: Jurnal Hukum Pidana Islam 1, no. 2 (December 1, 2015): 336–41,
https://doi.org/10.15642/aj.2015.1.2. hal336-341
2
Nama : Siti Nur Chabibah
Nim : B10017046
kejahatan terhadap harta benda yang diatur pasal 480, 481, dan pasal 282 KUHP.3 . Indonesia
adalah negara yang berdasarkan atas hukum, tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka.
Penegakan hukum harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku juga berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.4
Hukum adalah rangkaian peraturan-peraturan mengenai tingkah laku manusia sebagai
suatu anggota masyarakat, sedangkan tujuan dari hukum antara lain mengadakan keselamatan,
kemanfaatan, keadilan dan keterampilan dalam masyarakat.5
Tabel 1.1
Faktor-faktor penyebab pelaku melakukan pendahan barang-barang curian.
3
Nama : Siti Nur Chabibah
Nim : B10017046
Dari tabel diatas, dapat diketahui faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab
seseorang melakukan tindak pidana penaahan. faktor-faktor tersebut terbagi dalam dua
jenis, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Dan faktor penegakan hukum menempati urutan
pertama dengan 4 orang yang melakukan penadahan menggunakan alasan lemahnya
penegakan hukum diwilayahnya. Berikutnya adalah faktor ekonomi dan faktor lingkungan
yang masing-masing memiliki 3 orang sebagai penguna alasan tersebut. Disusul
berikutnya secara berturut-turut adalah faktor pendidikan dan faktor invidu yang masing-
masing memiliki 2 orang yang menggunakan alasan tersebut. Kemudian yang terakhir
karena faktor perkembangan global memiliki 1 orang yang menggunakan alasan tersebut
dalam melakukan tindak pidana penadahan. Untuk lebih jelasnya akan diberikan
penjelasan mengapa faktor-faktor tersebut sangatlah berpengaruh terhadap terjadinya suatu
tindak pidana ( penadahan).
1. faktor Intern
a. faktor pendidikan
Faktor pendidikan merupakansalah satu faktor pendorong seseorang untuk melakukan
suatu tindak pidana pencurian. Hal itu disebabkan oleh tingkat pengetahuan mereka yang
kurang terhadap hal-hal seperti aturan yang dalam cara hidup bermasyarakat. “tingkat
pendidikan dianggap sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang berbuat
jahat (menadah), pendidikan merupakan sarana bagi seseorang untuk mengetahui
4
Nama : Siti Nur Chabibah
Nim : B10017046
mana yang baik dan mana yang buruk.6 Selain itu, hal tersebut juga menunjukkan daya
tangkap orang mengenai mana hal yang baik dan yang buruk kurang dimengerti.7
b. Faktor individual
Faktor yang berasal dari kemauan diri sendiri dimana seseorangyang tingkah lakunya
mengakibatkan seseorang tersebut mendapatkan penghargaan dari masyarakat, akan
tetapi sebaliknya jika seseorang bertingkah laku tidak baik maka orang itu akan
menimbulkan kekacauan dalam masyarakat.8
Salah satu penadah SR mengatakan “ pada awalnya saya tidak ada niat buat menjadi
penadah barang-barang curian tersebut tetapi karena lama-kelamaan dilihat dari barang-
barangnya yang masih bagus dan harga jualnya sesuai dengan harga kantong bahkan lebih
murah dari harga pasaran sehingga hal tersebutlah yang membuat saya berfikiran dan
berkelanjutan menjadi seorang penadah”.9
2. Faktor ekstern.
a) Faktor ekonomi
Kemiskinan merupakan sebuah fenomena yang tidak dapat ditolak di setiap Negara.
Kondisi perekonomian yang tiak stabill inilah yang membuat masyarakat berfikir untuk
melakukan suatu tindak pidana seperti penadahan barang curian demi memenuhi
kebutuhan sehari-hari keluarganya yang kemudian dijadikan sebagai mata pencariannya.10
b) Faktor lingkungan
6 Wawancara Dengan Penyidik Reskrim Polres Muaro Jambi, tanggal 22 april 2018
7 Berdasarkan dari hasil wawancara dengan para pelaku, salah satu diantaranya mengatakan “lha
wong aku iki tamatan SD lho mas, mosok tau yang kayak gitu. Ijazah SD saiki wes gak payu mas, iki
maling montor ae yo kepepet, biasae kerjo serabutan ngunu iku (saya ini tamatan SD lho mas,
masak tau hal-hal yang seperti itu. Ijazah SD sekarang sudah enggak laku mas, ini mencuri motor
aja karena terpaksa, biasanya saya kerja serabutan gitu itu mas). ( wawancara dengan SR
Narapidana kasus penadahan, tanggal 22 maret 2018.
8 Factor individu merupakan penyebab seseoarang melakukan tindak pidana bahwa keinginan
manusia merupakan hal yang tidak pernah ada batasnya dan hanya merekalah yang dapat
mengontrol dan mengembangkan kepribadiannya yang positif akan dapat menghasilkan banyak
manfaat baik bagi dirinya dan orang lain, namun sebaliknya maka ia akan terombang-ambing dan
terseret arus keburukan yang dibuatnya.( Bambang Poernomo, Asas-asas Hukum Pidana, Seksi
Kepidanaan Fakultas Hukum UGM Yogyakarta, Ghalia Indonesia, Jakarta,1978.).
9 Wawancara dengan SR pelaku tindak pidana penadahan, 22 April 2018.
10 Kemiskinan yang hingga sekarang belum ada jalan keluar untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Plato mengemukakan bahwa setiap disetiap negara dimana terdapat banyak ornang miskin , dengan
secara diam-diam terdapat banyak penjahat, pelanggar agama dan penjahat bermacam-macam
corak.(Ridwan Hasibuan,Ediwarman, Asas-Asas Krimonologi, penerbit USU Press, Medan, 1995, hal:
25).
5
Nama : Siti Nur Chabibah
Nim : B10017046
Selain faktor ekonomi, factor lingkungn merupakan salah satu factor yang memiliki
pengaruh atas terjadinya tindak pidana penadahan. Seseorang yang hidup/tinggal di dalam
lingkungan yang mendukung untuk dilakukkannya penadahan, maka suatu waktu ia juga
akan melakukan tindak pidana penadahan. Banyak hal yang membuat lingkungan menjadi
factor penyebab terjadinya suatu tindak pidana ( penadahan ). Misalnya kebutuhan dalam
pergaulan dengan teman atau keluarga, control lingkungan yang kurang dan pergaulan
dengan seseorang yang memiliki pekerjaan sebagai penadah.11
Faktor lingkungan menjadi salah satu faktor dalam melakukan kejahatan, seseorang
banyak tergantung dalam hubungan sosialisnya dalam masyarakat yang bersangkutan,
yakni dengan melihat kondisi-kondisi struktural yang terdapat dalam masyarakat.
Walaupun ada kemungkinan manusia itu sendiri secara sadar memilih jalan yang
menyimpang sebagai cara dia memecahkan masalah eksistensinya.12
c) Faktor penegakan hukum
Minimnya jumlah hukuman yang dijatuhkan kepada para pelaku membuat tidak
jeranya pelaku penadahan barang curian tersebut, sehingga pelaku yang telah bebas
dari masa hukumaannya tidak takut/tidak segan-segan mengulangi perbuatan
penadahan kembali.13
seorang pelaku yang mengaku sudah lebih dari 1 kali melakukan tindak piadana
penadahan tetapi baru 1 kali masuk Lapas. Hal tersebut menunjukkan bahwa aparat
penegak hukum yang dalam hal ini adalah aparat kepolisian Polres Muaro Jambi
11 Faktor lingkungan menjadi penyebab terjadinya suatu tindak pidana karena ia memiliki peran untuk
meberikan contoh kepada masyarakat mengenai baik atau buruknya suatu hal seperti factor
lingkungan dalam keluarga, orangtua memiliki tanggungjawab atas apa yang dilakukan anaknya,
begitupun dengan lingkungan dimana keadaan lingkungan itu sangat mempengaruhi tingkah laku
masyarakat.( Topo Santoso, Eva Achanizulfa. 2003, Kriminologi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta).
12 seseorang semula berasal dari keturunan yang baik, jika lingkungan pergaulan dalam masyarakat
tempat dia tinggal adalah lingkungan terdapat pelaku kejahatan bukan tidak mungkin maka diapun
terbawa arus melakukan kejahatan, salah satu penyebab seseorang itu melakukan kejahatan adalah
keadaan lingkungan dimana orang itu berada.( Roeslan Saleh, Hukum Pidana Sebagai Konfrontasi
Manusia dan Manusia, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1983)
13 Penerapan hukum pidana yang kurang maksimal membuat ketidakjelasan pelaku dalam melakukan
tindak pidana, sehingga sulit tercapainya keadilan bagi korban membuat msyarakat sedikit demi
sedikit berpaling atau tidak percaya kepada Negara sebagai pelindung hak-hak warga Negara.
Masyarakat cenderung melakukan caranya sendiri untuk mengatasi apabila terjadi kejahatan di
lingkungannya yaitu dengan cara main hakim sendiri.( Edi Setiadi, 1999. Hukum Pidana dan
Perkembangannya. Fakultas Hukum UNISBA, Bandung).
6
Nama : Siti Nur Chabibah
Nim : B10017046
14 Sudah seharusnya aparat penegak hukum menyadari gejala-gejala kecil yang menyebabkan perubahan
dalam suatu proses pencapaian kesejahteraan rakyat. Perubahan-perubahan kecil tentunya akan dapat
memberikan pengaruh yang besar apabila terjadi secara terus menerus.(Ibid)
15 Perkembangan global salah satunya adalah mengenai sudut psndsng seseorang yang menganggap
bahwa seseorang yang memiliki sesuatu (harta) yang lebih dipandang sebagai orangyang sukses, Hal
tersebut yang membuat masyarakat bersaing satu sama lainnya untuk menunjukkan bahwa
dirinyalah yang paling unggul. ( Moeljatno, 1983, Kriminologi, Bina Aksara, Jakarta ).
16 Ridwan Hasibuan, Ediwarman, Asas-Asas Kriminologi, Penerbit USU Press, Medan, 1995
17 faktor-faktor yang menyebabkan sesoraang melakukan tindak pidana penadahan tidak terlepas dari
dari perubahan-perubahan kecil tersebut tergantung dari diri seseorang bisa mengantisipasinya
atau sebaliknya.( Romli Atmasasmita, Sistem Peradilan Pidana Kontemporer, Kencana Prenada
Media Group, Jakarta, 2010).
18 Ibid.
7
Nama : Siti Nur Chabibah
Nim : B10017046
19 Penanggulangan adalah segala daya upaya oleh setiap orang maupun lembaga pemertintah ataupun
swasta yang bertujuan mengusahakan pengamanan, pengawasan dan kesejahteraan hidup
masyarakat. Penanggulangan tindak pidana dikenal juga dengan istilah kebijakan kriminal yang
dalam keputusan asing sering dikenal dengan berbagai istilah, antara lain Penal Polici, Kriminal
Polici atau Strafrechtpolitiek, adalah suatu usaha untuk menanggulangi kejahatan melalui
penegakan hukum pidana yang rasional yaitu memenuhi rasa keadilan dan daya guna. (Sholehudin,
Sistem Sanksi Dalam Hukum Pidana (Ide Dasar Double Track Sistem dan Implementasinya), PT
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hal. 71).
20 Tahap penegakan hukum disebut sebagai usaha atau proses rasional yang sengaja direncanakan
untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Jelas harus merupakan suatu jalinana mata ranrai
aktivitas yang tidak termasuk yang bersumber dari nilai-nilai dan bermuara pada pidana dan
pemidanaan.( Sudarto,1986, Kapita Slekta Hukum Pidana,Alumni, BANDUNG, hal, 22-23).
8
Nama : Siti Nur Chabibah
Nim : B10017046
Tahap formulasi yaitu tahap penerapan hukum pidana in abstrakto oleh badan pembuat
undang-undang. Dalam tahap ini pembuat undang-undang melakukan kwgiatan memilih
nilai-nilai yang sesuai dengan keadaan masa kini dan mas yang akan datang, dan selanjutnya
merumuskan dalam bentuk peraturan perundang-undangan pidana untuk mencapai hasil
perundang-undangan yang paling baik dalam arti memenuhi syarat keadilan dan daya guna.
Tahap ini disebut juga dengan tahap kebijakan legislative.
2) Tahap aplikasi
Tahap aplikasi yaitu tahap penegakan hukum pidana atau disebut tahap penerapan hukum
pidana oleh apparat-aparat penegak hukum mulai dari kepolisian maupun pengadilan.
Dalam tahap ini apparat penegak hukum bertugas menegakkan atau menjlankan peraturan
perundang-undangan yang telah dibuat oleh pembuat undang-undang. Dalam melakukan
tugasnya apparat penegak hukumharus berpegang teguh pada nilai-nilai keadilan dan aya
guna tahap ini disebut dengan tahap yudikatif.
3) Tahap eksekusi
Tahap eksekusi yaitu tahap penegkan (pelaksanaan) hukum secara konkrit oleh apparat
penegak hukum. Dalam tahap ini apparat pelaksana pidana bertugas menegakkan peraturan
perundang-undangan pidana yang telah dibuat oleh pembuat undang-undang melalui
penerapan pidana yang telah ditetapkan dalam putusan pengadilan.21
Penanggulangan kejahatan (termasuk penadahan) secara umum dapat ditempuh
melalui dua pendekatan yaitu Penal dan Non Penal. Menurut Barda Nawawi Arif, bahwa upaya
atau kebijakan untuk melakukan pencegahan dan penanggulangan kejahatan termasuk bidang
kebijakan kriminal, kebijakan kriminal ini pun tidak terlepas dari kebijakan yang lebih luas,
yaitu kebijakan sosial yang terdiri dari kebijakan / upaya-upaya dan kesejahtraan sosial dan
kebijakan / upaya-upaya untuk perlindungan masyarakat.22
21 Tahap penegakan hukum tersebut merupakan salah satu upaya untuk mengurangi tindak pidana
penadahan yang semakin merajalela yang tetap pada hukum pidana yang mengaturnya dimana
hukum pidana difungsikan sebagai sarana pengendali sosial, yaitu dengan sanksinya yang berupa
pidana untuk dijadikan sarana menanggulangi kejahatan(penadahan). (Ibid, hal, 25-26)
22 Upaya penanggulangan kejahatan telah dilakukan oleh semua pihak, baik pemerintah, lembaga
sosial masyarakat, maupun masyarakat pada umunya. Berbagai kegiatan dan program sudah
dilakukan hingga menemukan cara yang paling tepat dan efektif dalam mengatasi penanggulangan
tindak kejahatan.(Barda Nawawi Arif, 2001, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum
Pidana Dalam Penanggulangan Kejahatan, Jakarta, Kencana, hal, 77)
9
Nama : Siti Nur Chabibah
Nim : B10017046
23 Dari sudut pandang hukum (a crime from the legal point of view). Batasan kejahatan dari sudut
pandang ini adalah setiap tingkah laku yang melanggar hukum pidana. Bagaimanapun jeleknya suatu
perbuatan sepanjang perbuatan itu tidak dilarang di dalam perundang-undangan pidana, perbuatan
itu tetap sebagai perbuatan bukan kejahatan. (Bahruddin Lopa dan Moh Yamin, 2001, Undang-
Undang Pemberantasan Tipikor, Bandung, hal, 16)
24 Pengendalian sosial yang bersifat preventifantara lain dapat dilakukan melalui proses sosialisasi.
Dalam sosialisasi, nasihat, anjuran, larangan atau perintah dapat disampaikan sehingga terbentuklah
kebiasaan yang disenangi untuk menjalankan peran sesuai dengan yang diharapkan.( Ramli
Atmasamsit, 1993, Kapita Slekta Krimonologi, Amrico, Bandung, hal, 79).
10
Nama : Siti Nur Chabibah
Nim : B10017046
kejahatan dari orang-orang yang telah siap atau potensial melakukan kejahatan dari
orangorang yang telah siap atau potensial melakukan kejahatan dengan mendayagunakan
segenap potensi masyarakat sebagai aplikasi perwujudan tanggung jawab bersama dalam
pembinaan kabtibmas dengan mengaktifkan fungsi-fungsi yang telah terorganisasi seperti
hansip.
Meningkatkan pengamanan terhadap daerah yang dianggap rawan terjadinya kejahatan,
seperti di pasar dan tempat yang dianggap sebagai tempat terjadinya barang hasil curian.
Mengadakan penyuluhan dalam lingkungan masyarakat.25
b. Represif
Dalam membahas sistim represif tentunya tidak terlepas dari sistim peradilan pidana Indonesia,
yang didalamnya terdapat lima sub sistim kehakiman, kejaksaan, kepolisian, pemasyarakatan
dan kepengacaraan yang merupakan satu keseluruhan yang terangkai dan terhubung secara
fungsional.26
c. Pembinaan di dalam Lembaga Pemasyarakatan
Di dalam pembinaan ini para narapidana harus diakui sebagai makhluk sosial, karena kita
ketahui bahwa tujuan dari pemidanaan adalah untuk membuat jera kepada pelaku penadahan
serta memberikan pembinaan ini harus berdasarkan sosial, yakni menempatkan narapidana
ditengah-tengah terpidana lainnya seperti pembinaan meliputi :
Pembinaan mental pembinaan mental ini bertujuan agar supaya narapidana tidak
mengalami frustrasi, putus asa, perasaan rendah diri terus menerus dan lain sebagainya.
Pembinaan sosial Pembinaan ini bertujuan agar terpidana dapat kembali hidup ditengah-
tengah masyarakat tanpa mengganggu kehidupan masyarakat.
Pembinaan keterampilan, dalam pembinaan keterampilan ini dimaksudkan untuk
memupuk dan mengembangkan bakat yang dimiliki, sehingga ia dapat memperoleh
25 Penyuluhan dalam lingkungan dapat berupa Penyuluhan hukum penyuluhan hukum ini terutama
ditujukan kepada orangorang yang mempunyai tingkat pendidikan rendah, dalam arti bahwa yang
masih kurang mengerti tentang hukum. Hal ini dilakukan dengan bekerja sama pihak yang
berkecimpung dalam disiplin ilmu hukum agar dapat menyadari atau mengetahui mengenai hakekat
hukum yang sebenarnya dan Penyuluhan Agama peranan imam dapat menangkal kejahatan. Sertiap
orang yang melakukan kejahatan berarti mengalami krisis iman, sebab manakala orang tersebut
dalam keadaan beriman atau menyadari kejahatan itu dilarang oleh agama dan berakibat mendapat
siksa di akhirat, ia tidak akan melakukan kejahatan tersebut.( Soedjono Dirjosisworo, 1983,
Penanggulangan Kejahatan, Alumni, Bandung).
26 Upaya represif yaitu dengan Melakukan penangkapan dan pemahaman, Melakukan razia yang
dilakukan secara terpadu, Melakukan pembinaan para pelaku kejahatan tersebut. (Abdul Syani,
1987, Sosiologi Kriminologi, Makassar, Pustaka Reflika, hal, 137).
11
Nama : Siti Nur Chabibah
Nim : B10017046
27 Adanya usaha-usaha penaggulangan atau pembinaan dan pendidikan yang serius, terarah dan terus
menerus, pada suatu saat dapat menggugah masyarakat untuk meninggalkan perbuatan kejahatan,
dengan demikian diharapkan masyarakat akan meningkat kesadaran hukumnya.( Mulyana W.
Kusumah, 1981, Kriminologi dan Masalah Kejahatan, Armico. Bandung)
28 Penanggulangan Tindak kejahatan (penadahan) bukan hanya dilakukan oleh pihak Kepolisian saja
bahkan juga melibatkan Aparat-Aparat penegak hukum lainnya seperti dimana dijelaskan dan
dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 yang melibatkan Jaksa, Penasehat Hukum,
dan juga Hakim yang memutuskanperkara tindak Pidana kejatan (penadahan). (T.R. Young, Dalam
Muhammad Mustofa, Teori Kriminologi Posmodern (Asasasas Hukum Pidana dan Kriminologi Serta
Perkembangan Dewasa Ini), Yogyakarta, 2014
12
Nama : Siti Nur Chabibah
Nim : B10017046
29 Upaya penanggulangan terjadinya tindak pidana penadahan, untuk mempermudah hakim membuat
keputusan di Indonesia yaitu dapat dilihat dari Penjelasan Pasal 480 KUHP, dimana dapat diketahui
bahwa tindak Pidana Penadahan yang diatur dalam Pasal 480 KUHP merupakan tindak Pidana
Formil, sehingga ada tidaknya pihak lain yang dirugikan bukanlah unsur yang menentukan. Aturan
ini telah dipertegas kembali, melalui Yurisprudensi Mahkamah Agung RI. No.79K/Kr/1958 tanggal
09 Juli 1958 dan Yurisprudensi Mahkamah Agung RI. No.126 K/Kr/1969 tanggal 29 November 1972
yang menyatakan bahwa: “tidak ada peraturan yang mengharuskan untuk lebih dahulu menuntut
dan menghukum orang yang mencuri sebelum menuntut dan menghukum orang yang menadah” dan
“pemeriksaan tindak pidana penadahan tidak perlu menunggu adanya keputusan mengenai tindak
pidana yang menghasilkan barang-barang tadahan yang bersangkutan”.( P.A.F. Lamintang, Dasar-
dasar Hukum Pidana Indonesia, sebagaimana dikutip dari van Bemmelen, Ons Strafrecht I, Bandung,
Citra Aditya Bakti, 1997)
13
Nama : Siti Nur Chabibah
Nim : B10017046
D. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat ditarik
kesimpulan dan saran sebagai berikut :
30
Upaya yang telah dilakukan pihak kepolisian dalam menanggulangi delik penadahan dengan cara
bekerja sama antara masyarakat dengan aparat penegak hukum dengan Mengadakan sistem keamanan
lingkungan, Meningkatkan penanganan terhadap daerah yang dianggap rawan terjadinya kejahatan
dalam hal ini kejahatan delik penadahan, Penyuluhan agama, dan penyuluhan hukum.( Hilman
Hadikusuma, 1984. Bahasa Hukum Indonesia. Alumni, Bandung)
31 Faktor penyebab delik penadahan Ketidaktahuan pelaku tentang asal-usul barang yang diperoleh,
Lapangan kerja yang terbatas, dan Pendidikan yang rendah sehingga dari faktor tersebut harus dicegah
baik dari penegkan hukumnya dan keamanan lingkungan yang semakin diperketat serta adanya kerja
sama antara polri dan masyarakat dalam menjaga keamanan lingkungan.( Hari Saherodji, 1980, Pokok-
pokok Kriminologi, Aksara Baru, jakarta)
14
Nama : Siti Nur Chabibah
Nim : B10017046
Daftar pustaka
Artikel/buku/laporan
Abdul Syani, 1987, “Sosiologi Kriminologi”, Makassar, Pustaka Reflika, hal, 137
Arassy Wardani NurLailatul Musyafa’ah, “Hukuman Bagi Pelaku Tindak Pidana Penadahan
Dengan Sistem Gadai,” Al-Jinayah: Jurnal Hukum Pidana Islam 1, no. 2 (December 1,
2015): 336–41, https://doi.org/10.15642/aj.2015.1.2. hal336-341
15
Nama : Siti Nur Chabibah
Nim : B10017046
Bahruddin Lopa dan Moh Yamin, 2001, Undang-Undang Pemberantasan Tipikor, Bandung, hal,
16
Bambang Poernomo, Asas-asas Hukum Pidana, Seksi Kepidanaan Fakultas Hukum UGM
Yogyakarta, Ghalia Indonesia, Jakarta,1978
Barda Nawawi Arif, 2001, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana Dalam
Penanggulangan Kejahatan, Jakarta, Kencana, hal, 77
Edi Setiadi, 1999 “Hukum Pidana dan Perkembangannya” Fakultas Hukum UNISBA, Bandung.
Hari Saherodji, 1980, Pokok-pokok Kriminologi, Aksara Baru, jakarta
Hilman Hadikusuma, 1984. Bahasa Hukum Indonesia. Alumni, Bandung
Mien Rukmini, Aspek Hukum Pidana dan Kriminologi (Sebuah Bunga Rampai), Alumni,Bandung,
2009, hal. 101.
Moeljatno, 1983, Kriminologi, Bina Aksara, Jakarta
Mulyana W. Kusumah, 1981, Kriminologi dan Masalah Kejahatan, Armico. Bandung.
P.A.F. Lamintang, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, sebagaimana dikutip dari van
Bemmelen, Ons Strafrecht I, Bandung, Citra Aditya Bakti, 1997.
Ramli Atmasamsit, 1993, “Kapita Slekta Krimonologi”, Amrico, Bandung, hal, 79
Ridwan Hasibuan,Ediwarman, Asas-Asas Krimonologi, penerbit USU Press, Medan, 1995, hal: 25
Roeslan Saleh, Hukum Pidana Sebagai Konfrontasi Manusia dan Manusia, GhaliaIndonesia,
Jakarta, 1983, hal. 56.
Romli Atmasasmita, Sistem Peradilan Pidana Kontemporer, Kencana Prenada Media Group,
Jakarta, 2010.
Sholehudin, Sistem Sanksi Dalam Hukum Pidana (Ide Dasar Double Track Sistem dan
Implementasinya), PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hal. 71
SR. Sianturi, Tindak Pidana di KUHP Jakarta: Alumni,1993
Sudarto,1986, “Kapita Slekta Hukum Pidana”Alumni, BANDUNG, hlm, 22-2
Soedjono Dirjosisworo, 1983, “Penanggulangan Kejahatan”, Alumni, Bandung
Topo Santoso, Eva Achanizulfa. 2003, Kriminologi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta
T.R. Young, Dalam Muhammad Mustofa, “Teori Kriminologi Posmodern (Asasasas Hukum
Pidana dan Kriminologi Serta Perkembangan Dewasa Ini)”, Yogyakarta, 2014.
Wawancara Dengan Penyidik Reskrim Polres Muaro Jambi, tanggal 22 april 2018.
Wawancara Dengan SR Narapidana kasus penadahan, tanggal 22 maret 2018.
16