A. Definisi
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen
bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.
Menurut Prawiroharjo yaitu plasenta previa adalah plasenta yang ada didepan jalan
lahir (prae = di depan ; vias = jalan). Jadi yang dimaksud plasenta previa ialah
plasenta yang implantasinya tidak normal, rendah sekali hingga menutupi seluruh
atau sebagian ostium internum.
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah
rahim demikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostrium uteri
interernum.
Sejalan dengan bertambah membesarnya rahim dan meluasnya segmen
bawah rahim ke arah proksimal memumngkinkan plasenta yang berimplamentasi
pada segmen bawah rahim ikut berpindah mengikuti perluasan segmen bawah rahim
seolah plasenta tersebut bermigrasi. Ostium uteri yang secara dinamik mendatar dan
meluas dalam persalinan kala satu bisa menubah luas permukaan serviks yang
tertutup oleh plasenta. Fenomena ini berpengaruh pada derajat atau klasifikasi dari
plasenta previa ketika pemeriksaan dilakukan baik dalam massa antenatal maupun
dalam massa intranatal, baik dengan ultrasonografi maupun pemeriksaan digital.
Oleh karena itu, pemeriksaan ultrasonografi perlu diulang secara berkala dalam
asuhan antenatal ataupun intranatal ( ilmu kebidanan hal ; 495 )
B. Etiologi
Penyebab terjadinya plasenta previa diantaranya adalah mencakup :
1. Perdarahan (hemorrhaging)
2. Usia lebih dari 35 tahun
3. Multiparitas
4. Pengobatan infertilitas
5. Multiple gestation
6. Erythroblastosis
7. Riwayat operasi/pembedahan uterus sebelumnya
8. Keguguran berulang
9. Status sosial ekonomi yang rendah
10. Jarak antar kehamilan yang pendek
11. Merokok
F. Patofisiologi
Seluruh plasenta biasanya terletak pada segmen atau uterus. Kadang-kadang bagian
atau seluruh organ dapat melekat pada segmen bawah uterus, dimana hal ini dapat diketahui
sebagai plasenta previa. Karena segmen bawah agak merentang selama kehamilan lanjut
dan persalinan, dalam usaha mencapai dilatasi serviks dan kelahiran anak, pemisahan
plasenta dari dinding uterus sampai tingkat tertentu tidak dapat dihindarkan sehingga terjadi
pendarahan.
Perdarahan antepartum akibat placenta previa terjadi sejak kehamilan 20 minggu
saat segmen bawah uterus telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis. Umumnya
terjadi pada trimester ketiga karena segmen bawah uterus lebih banyak mengalami
perubahan, pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks menyebabkan sinus
uterus robek Karena lepasnya placenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus
marginalis dari placenta. Perdarahan tak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut
otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi seperti pada placenta letak normal.
Penatalaksanaan/Terapi Spesifik
1. Terapi ekspektatif
Tujuan terapi ekspektatif adalah supaya janin tidak terlahir prematur, pasien
dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melaui kanalis servisis. Upaya
diagnosis dilakukan secara non invasif. Pemantauan klinis dilaksanakan secara
ketat dan baik.Syarat pemberian terapi ekspektatif :
a. Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti.
b. Belum ada tanda-tanda in partu.
c. Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas normal)
d. Janin masih hidup.
Penatalaksanaan yang dilakukan antara lain :
- Rawat inap, tirah baring, dan berikan antibiotik profilaksis.
- Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi placenta, usia
kehamilan, profil biofisik, letak, dan presentasi janin.
- Berikan tokolitik bila ada kontriksi :
a) MgSO4 4 gr IV dosis awal dilanjutkan 4 gr tiap 6 jam
b) Nifedipin 3 x 20 mg/hari
c) Betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru janin
- Uji pematangan paru janin dengan Tes Kocok (Bubble Test) dari test
amniosentesis.
- Bila setelah usia kehamilan di atas 34 minggu placenta masih berada di
sekitar ostinum uteri internum, maka dugaan plasenta previa menjadi jelas
sehingga perlu dilakukan observasi dan konseling untuk menghadapi
kemungkinan keadaan gawat darurat.
- Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 mingu masih lama,
pasien dapat dipulangkan untuk rawat jalan (kecuali apabila rumah pasien di
luar kota dan jarak untuk mencapai RS lebih dari 2 jam) dengan pesan segera
kembali ke RS apabila terjadi perdarahan ulang.
2. Terapi aktif (tindakan segera)
Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif
dan banyak harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa memandang maturitas
janin.Untuk diagnosis placenta previa dan menentukan cara menyelesaikan
persalinan, setelah semua persyaratan dipenuhi, lakukan PDOM jika :
- Infus / tranfusi telah terpasang, kamar dan tim operasi telah siap
- Kehamilan ≥ 37 minggu (BB ≥ 2500 gram) dan in partu
- Janin telah meninggal atau terdapat anomali kongenital mayor (misal :
anensefali)
- Perdarahan dengan bagian terbawah jsnin telah jauh melewati PAP (2/5 atau
3/5 pada palpasi luar)
Cara menyelesaikan persalinan dengan placenta previa adalah :
1. Seksio Cesaria (SC)
Prinsip utama dalam melakukan SC adalah untuk menyelamatkan ibu,
sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya harapan hidup tindakan ini
tetap dilakukan.Tujuan SC antara lain :
- Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera
berkontraksi dan menghentikan perdarahan
- Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada cervik uteri, jika
janin dilahirkan pervaginam
Tempat implantasi plasenta previa terdapat banyak vaskularisasi sehingga
cervik uteri dan segmen bawah rahim menjadi tipis dan mudah robek. Selain itu,
bekas tempat implantasi placenta sering menjadi sumber perdarahan karena
adanya perbedaan vaskularisasi dan susunan serabut otot dengan korpus uteri.
Pada saat melakukan SC siapkan darah pengganti untuk stabilisasi dan
pemulihan kondisi ibu dan lakukan perawatan lanjut pascabedah termasuk
pemantauan perdarahan, infeksi, dan keseimbangan cairan dan elektrolit.
2. Melahirkan pervaginam
Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada placenta. Penekanan
tersebut dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
a) Amniotomi dan akselerasi
b) Umumnya dilakukan pada placenta previa lateralis / marginalis dengan
pembukaan > 3cm serta presentasi kepala. Dengan memecah ketuban,
placent akan mengikuti segmen bawah rahim dan ditekan oleh kepala
janin. Jika kontraksi uterus belum ada atau masih lemah akselerasi
dengan infus oksitosin.
3. Versi Braxton Hicks
Tujuan melakukan versi Braxton Hicks adalah mengadakan tamponade
placenta dengan bokong (dan kaki) janin. Versi Braxton Hicks tidak dilakukan
pada janin yang masih hidup.
4. Traksi dengan Cunam Willet
Kulit kepala janin dijepit dengan Cunam Willet, kemudian diberi beban
secukupnya sampai perdarahan berhenti. Tindakan ini kurang efektif untuk
menekan placentadan seringkali menyebabkan perdarahan pada kulit kepala.
Tindakan ini biasanya dikerjakan pada janin yang telah meninggal dan
perdarahan yang tidak aktif.
I. Terapi
1. Terapi Ekspektatif ( mempertahankan kehamilan )
Sedapat mungkin kehamilan dipertahankan sampai kehamilan 36 minggu.
Pada kehamilan 24 – 34 minggu, bila perdarahan tidak terlampau banyak dan
keadaan ibu dan anak baik, maka kehamilan sedapat mungkin dipertahankan
dengan pemberian :
a.betamethasone 2 X 12 mg ( IM ) selang 24 jam
b. antibiotika
2. Terapi Aktif ( mengakhiri kehamilan )
J. Pemeriksaan Penunjang
1. Ultrasonografi
Penentuan lokasi plasenta secara ultrasonografi sangat tepat dan tidak
menimbulkan bahaya radiasi terhadap janin.
2. Pemeriksaan dalam
Adalah senjata dan cara paling akhir yang paling ampuh dibidang obstetric
untuk diagnostic plasenta previa namun harus hati – hati karena bahayanya sangat
besar.
3. Pemeriksaan darah
Yaitu golongan darah, hemoglobin , hematokrit serta darah lengkap dan kimia
darah untuk menunjang persiapan operasi
4. Sinar X
Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan bagian-bagian
tubuh janin.
5. Vaginal
Pengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi seharusnya ditunda jika
memungkinkan hingga kelangsungan hidup tercapai (lebih baik sesuadah 34
minggu). Pemeriksaan ini disebut pula prosedur susunan ganda (double setup
procedure). Double setup adalah pemeriksaan steril pada vagina yang dilakukan di
ruang operasi dengan kesiapan staf dan alat untuk efek kelahiran secara cesar.
6. Isotop Scanning
7. Pemeriksaan inspekula
Hati – hati dengan memakai sepekulum dilihat dari mana asal perdarahan apakah
dalam uterus atau dari kelainan serviks vagina varices yang pecah dan lain – lain.
8. Pemeriksaan radio isotope
Macam – macam pemeriksaan ini antara lain :
A. Plasentografi jaringan lunak
B. Sitografi
C. Plasentografi Inderek
D. Anterigrafi
E. Amnigrafi
F. Radio isotopik plasentografi
K. Komplikasi
Menurut Roeshadi (2004), kemungkinan komplikasi yang dapat ditimbulkan
dari adanya plasenta previa adalah sebagai berikut :
1. Pada ibu dapat terjadi :
a. Perdarahan hingga syok akibat perdarahan
b. Anemia karena perdarahan
c. Plasentitis
d. Endometritis pasca persalinan
2. Pada janin dapat terjadi :
a. Persalinan premature
b. Asfiksia berat
BAB II
Asuhan Keperawatan Ibu Hamil dengan Plasenta Previa
A. Pengkajian
1. Pemeriksaan Fisik
a. Umum
Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu hamil :
1) Rambut dan kulit
Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu dan linea nigra.
Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen dan paha. Laju
pertumbuhan rambut berkurang.
2) Wajah
Mata : pucat, anemis, Hidung, Gigi dan mulut
3) Leher
4) Buah dada / payudara
Peningkatan pigmentasi areola putting susu
Bertambahnya ukuran dan noduler
5) Jantung dan paru
Volume darah meningkat, Peningkatan frekuensi nadi, Penurunan resistensi
pembuluh darah sistemik dan pembuluh darah pulmonal, Terjadi
hiperventilasi selama kehamilan, Peningkatan volume tidal, penurunan
resistensi jalan nafas, Diafragma meningkat, Perubahan pernapasan
abdomen menjadi pernapasan dada.
6) Abdomen
Menentukan letak janin, Menentukan tinggi fundus uteri
7) Vagina
Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna kebiruan ( tanda
Chandwick), Hipertropi epithelium
8) Sistem musculoskeletal
Persendian tulang pinggul yang mengendur, Gaya berjalan yang canggung,
Terjadi pemisahan otot rectum abdominalis dinamakan dengan diastasis
rectal
b. Khusus
1) Tinggi fundus uteri
2) Posisi dan presentasi janin
3) Panggul dan janin lahir
4) Denyut jantung janin
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b/d agen cedera fisik & Biologis
2. Resti defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan.
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status terkini
C. Intervensi keperawatan
1 Pengkajian
A. Identitas Klien
Kaji nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, pendidikan, pekerjaan dan tempat
tinggal klien. Selain itu perlu juga dikaji nama dan alamat penanggung jawab serta
hubungannya dengan klien.
B. Keluhan Utama
Gejala pertama; perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu/ trimester III.
1) Sifat pendarahan; tanpa nyeri, berulang
2) Sebab perdarahan; placenta dan pembuluh darah yang robek.
3) Sedikit banuaknya perdarahan; tergantung besar atau kecilnya robekan
pembuluh darah dan placenta.
C. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Obstetri
1. Memberikan informasi yang penting mengenai kehamilan sebelumnya agar
perawat dapt menentukan kemungkinan masalah pada kehamilan sekarang.
Riwayat obstersi meliputi:
2. Gravida, para abortus, dan anak hidup (GPAH)
3. Berat badan bayi waktu lahir dan usia gestasi
4. Pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat persalinan,
dan penolong persalinan
5. Jenis anetesi dan kesulitan persalinan
6. Komplikasi maternal seperti diabetes, hipertensi, infeksi dan pendarahan.
7. Komplikasi pada bayi
8. Rencana menyusui bayi
b) Riwayat menstrurasi
Riwayat yang lengkap di perlukan untuk menentukan taksiran persalinan (TP).
TP ditentukan berdasarkan hari pertama haid terakhir (HPHT). Untuk
menentukan TP berdasarkan HPHT dapat digunakan rumus neagle, yaitu hari
ditambah tujuh, bulang dikuranga tiga, tahun disesuaikan.
c) Riwayat konstrasepsi
Beberapa bentuk konstrasepsi dapat berakibat buruk pada janin, Ibu, atau
keduanya. Riwayat konstrasepsi yang lengkap harus didapatkan pada saat
kunjugan pertama. Penggunaan konstrasepsi oral sebelum kelahiran dan
berlanjut pada kepthamilan yang tidak diketahui dapat berakibat buruk pada
pembentukan orgal seksual pada janin.
E. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Fisik
a. Umum
Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu hamil :
1) Rambut dan kulit
Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu dan linea nigra.
Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen dan paha. Laju
pertumbuhan rambut berkurang.
2) Wajah
Mata : pucat, anemis, Hidung, Gigi dan mulut
3) Leher
4) Buah dada / payudara
Peningkatan pigmentasi areola putting susu
Bertambahnya ukuran dan noduler
5) Jantung dan paru
Volume darah meningkat, Peningkatan frekuensi nadi, Penurunan resistensi
pembuluh darah sistemik dan pembuluh darah pulmonal, Terjadi
hiperventilasi selama kehamilan, Peningkatan volume tidal, penurunan
resistensi jalan nafas, Diafragma meningkat, Perubahan pernapasan
abdomen menjadi pernapasan dada.
6) Abdomen
Menentukan letak janin, Menentukan tinggi fundus uteri
7) Vagina
Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna kebiruan ( tanda
Chandwick), Hipertropi epithelium
8) Sistem musculoskeletal
Persendian tulang pinggul yang mengendur, Gaya berjalan yang canggung,
Terjadi pemisahan otot rectum abdominalis dinamakan dengan diastasis
rectal
b. Khusus
1) Tinggi fundus uteri
2) Posisi dan presentasi janin
3) Panggul dan janin lahir
4) Denyut jantung janin
2. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan perpusi jaringan b.d perdarahan
2. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan vaskuler berlebihan.
3. Intoleransi aktifitas b.d suplai O2 menurun
4. Ansietas b.d Ancaman kematian pada diri sendiri, janin.
5. Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang penyakit.
3. Intervensi Keperawatan
Chalik, TMA. 2009. Perdarahan Pada Kehamilan Lanjut dan Persalinan dalam Buku Ilmu
Kebidanan Sarwono Prawiroharjo Edisi Keempat. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Manuaba, Ida Bagus Gede. 2005. Ilmu Kandungan Dan Penyakit Kandungan .Jakarta:
EGC
Mochtar, Rustam, 2002. Sinopsis Obstetri. Jakarta: Penerbit EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan Edisi Keempat. Jakarta: PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Scearce J and Uzelac PS. 2007. Third-trimester vaginal bleeding. In: AH DeCherney et al.
(eds). Current Diagnosis and Treatment Obstetrics and Gynecology.10th ed. New
York: McGraw-Hill