Anda di halaman 1dari 9

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI

DINAS PENDIDIKAN

PROGRAM 5 S
(SENYUM, SAPA, SALAM, SOPAN, SANTUN)

SDN WONOSARI 1
DESA WONOSARI
KEAMATAN PAGU KABUPATEN KEDIRI

1
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatan puji syukur kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa atas karunia
dan ridhoNya kami dapat menyelesaikan tugas menyusun program 5 S SDN Wonosari 1.

Budaya 5S yang diterapkan di SDN Wonosari 1 merupakan salah satu bagian dari
program seolah yang bertujuan untuk mengembangan suasana sekolah yang
menyenangkan. Sehingga anak merasa menjadi satu keluarga dan keakraban antara siswa
dengan pihak sekolah bisa terjalin dengan baik.

Dengan 5S tersebut timbulah rasa keramahtamahan antar siswa, guru, karyawan, dan
di antara anggota ketiganya. Untuk itu penyusun tidak lupa mengucapkan terima kasih
kepada,

1) Yth. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kediri


2) Yth. Pengawas TK/SD Kecamatan Pagu
3) Yth. Bapak/Ibu Komite Sekolah
4) Yth. Bapak/Ibu Guru SDN Wonosari 1 Kecamatan Pagu Kabupaten Kediri
5) Semua pihak yang terkait

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan Program 5S ini masih jauh dari sempurna.
Akhirnya semoga Program 5S ini dapat bermanfaat sesuai harapan kita. Semoga Allah
Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan kepada semua pihak yang telah memperlancar
kegiatan SDN Wonosari 1.

Wonosari,

Penulis/Penyusun

2
DAFTAR ISI

Halaman judul ....................................................................................................... 1

Kata Pengantar ..................................................................................................... 2

Daftar Isi ............................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 4

BAB II PROGRAM 5 S ......................................................................................... 7

BAB III PENUTUP ................................................................................................ 9

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sekolah adalah suatu tempat tumbuh dan berkembang seorang anak untuk mengubah
perilaku menjadi insan yang berakhlak dan berbudi pekerti. Perkembangan moral generasi
penerus bangsa pada era globaliasi mulai dirasakan semakin luntur, siswa usia sekolah
dasar mulai terlihat banyak yang tergerus oleh modernisasi teknologi informasi. Jika tidak
diantisipasi dan dibendung sejak dini mengenai dampak negatifnya modernisasi era
globalisasi maka dapat melunturkan moral dan kepribadian bangsa Indonesia. Wujud refleksi
dan antisipasi terhadap modernisasi tersebut, maka pemerintah telah mencanangkan
penerapan pendidikan karakter dan gerakan penumbuhan budi pekerti yang teritegrasi pada
kegiatan pembelajaran di sekolah.
Implementasi pendidikan karakter dan budi pekerti seyogyanya diterapkan pada setiap
anak sejak dini di sekolah. Sejak tahun 2010 sudah gencar setiap sekolah untuk menerapkan
pendidikan karakter dan budi yang teritergrasi pada kegiatan pembelajaran mulai dari sekolah
dasar sampai menengah atas. Pentingnya pendidikan karakter dan budi pekerti di sekolah
adalah supaya siswa tumbuh dan berkembang memiliki kecerdasan bukan hanya akademik
saja tetapi juga kecerdasan emosional. Diharapkan siswa memiliki kepribadian yang
berakhlak dan berbudi pekerti, bisa menempatkan diri kepada siapa dan dimana mereka
berada, serta mampu menghargai dan berperilaku sesuai dengan budaya Indonesia.
Pendidikan karakter sebenarnya melekat dengan hakikat pendidikan, secara spesifik
pernah dicerminkan dan diwujudkakn dalam mata pelajaran budi pekerti yang sangat populer
dan berpengaruh dalam dunia pendidikan juga pembangunan bangsa (Nashir: 2013).
Menurut Nashir (2013) karakter artinya perilaku yang baik oleh seseorang yang merupakan
perwujudan darikesadaran menjalankan peran, fungsi dan tugasnya mengemban amanah
dan tanggungjawab sebagai individu. Karakter menurut Kamus Bahasa Indonesia (2001)
ialah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan
orang lain.
Thomas Lickona menjelaskan karakter itu mengacu pada serangkaian cognitives,
attitudes, motivations, behaiour dan skills (Wibowo dan Gunawan: 2015). Berdasarkan

4
pengertian karakter tersebut maka dapat diketahui bahwa sesungguhnya pendidikan karakter
itu sangat berhubungan dengan penumbuhan budi pekerti di sekolah.
Budi pekerti berasal dari kata budi dan pekerti. Budi berarti sadar atau menyadarkan,
pekerti berarti kelakuan. Secara etimologis Jawa budi berarti nalar atau pikiran, pekerti berarti
penggawean, watak, tabiat (Endarswara: 2003). Menurut Kamus Besar (2001) Bahasa
Indonesia budi pekerti adalah ingkah laku, perangai, akhlak. Budi pekerti mengandung arti
perilaku yang baik, bijaksana serta manusiawi. Dapat disimpulkan bahwa budi mencerminkan
sifat, watak seseorang dalam kehidupan sehari-hari.
Budi pekerti dalam proses kehidupan disebut dengan moral. Pada perilaku kehidupan
sehari-hari budi pekerti berkenaan meliputi perilaku, etika, tata krama dan sopan santun
kepada sesama maupun orang yang lebih tua. Budi pekerti akan melekat pada setiap pribadi
seseorang yang kemudian akan menjadi ciri khas pribadinya. Oleh karena itu budi pekerti
sangat penting ditumbuhkan sejak dini oleh orang tua dan guru melalui pendidikan di sekolah
agar menjadi generasi yang berakhlak dan berkarakter bangsa.
Pentingnya penumbuhan budi pekerti bagi siswa di sekolah merujuk pada
Permendikbud No.23 tahun 2015 bahwa penumbuhan budi pekerti adalah kegiatan
pembiasaan sikap dan perilaku positif di sekolah yang dimulai sejak dari pertama masuk
sekolah untuk sekolah dasar dan masa orientasi peserta didik baru untuk jenjang SMP,
SMA/SMK sampai dengan kelulusan sekolah.
Dasar pelaksanaan penumbuhan budi pekerti disadarkan pada pertimbangan bahwa
masih terabaikannya implementasi nilai-nilai dasar kemanusiaan yang berakar dari pancasila
yang masih terbatas dari pemahaman nilai dalam tataran konseptual, belum sampai terwujud
menjadi nilai aktual dengan cara yang menyenangkan di lingkungan sekolah, keluarga dan
masyarakat (Dirjendikdasmen: 2016).
Budaya 5S (senyum, sapa, salam, sopan santun) merupakan suatu anjuran yang
dilakukan oleh seseorang ketika sedang berkomunikasi dan bersosialisasi kepada orang lain.
Negara Indonesia terkenal dengan bangsa yang ramah masyarakatnya. Pernyataan tersebut
terkenal sejak masa penjajahan Jepang karena keramahan tersebut dilihat ketika masyarakat
Indonesia saling bertemu saling senyum, tegur sapa dan sedikit menundukkan badan atau
kepala. Hal tersebut menunjukkan perilaku sopan kepada orang di sekitar atau kepada yang
lebih tua.

5
Budaya 5S seiring dengan perkembangan jaman dan modernisasi, maka orang mulai
acuh dan meninggalkan budaya ketimuran tersebut. Melihat kenyataan tersebut, didapatkan
beberapa siswa yang telah menjadi dampaknya modernisasi tersebut. Mereka sudah mulai
tampak individu (memikirkan diri sendiri) sehingga kurangn peduli kepada orang lain. Etika,
sopan santun mulai hilang dimana anak-anak sekarang kurang bisa menempatkan diri
kepada siapa mereka bergaul dan bagaimana sikapnya kepada orang yang lebih tua
termasuk kepada gurunya.
Berdasarkan pada permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan penelitian dengan
menumbuhkan pendidikan karakter dan budi pekerti melalui pembiasaan 5S (senyum, sapa,
salam, sopan, santun). Nilai karakter yang dapat diterapkan melalui budaya 5S yaitu: disiplin,
bersahabat, dan cinta damai. Budi pekerti yang dapat ditumbuhkan melalui budaya 5S adalah
tata krama kepada sesama teman, teman yang lebih tua (kakak kelas), serta hormat kepada
guru.

B. TUJUAN BUDAYA 5 S
1. Membentuk karakter kepribadian siswa
2. Menerapkan budi pekerti kepada siswa

6
BAB II

PROGRAM 5 S

Program Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun (5S) sebenarnya sudah
membudaya, diajarkan nenek moyang kita, khususnya bagi masyarakat Indonesia sejak
masih kecil hingga dewasa. Misalnya pada filsafat pergaulan masyarakat Jawa mengenal
“unggah-ungguh, tata krama, tepa salira, dan lain-lain”, yang memiliki prinsip sama dengan
5S.
Menurut Oetomo (2012, hlm. 15-16) “program 5S sangat penting untuk diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat”.
Program 5S ini menciptakan suasana saling menghormati antar sesama dalam pergaulan
yang harmonis, kepada siapapun, di manapun, dan kapanpun. Penerapan program 5S akan
membuat orang lain lebih menghargai dan dihargai dengan keberadaan kita.
Lebih lanjut, pengertian program 5S, dijabarkan sebagai berikut:
1. Senyum
Menurut Hadi (2013, hlm. 37-38) “senyum adalah ekspresi wajah yang dapat terjadi
akibat bergeraknya atau timbulnya suatu gerakan di bibir atau kedua ujungnya, atau pula di
sekitar mata”. Kebanyakan orang senyum untuk menampilkan kebahagiaan dan rasa senang.
Senyum datang dari rasa kebahagiaan atau kesengajaan karena adanya sesuatu yang
membuat dia senyum. Seseorang sendiri jika senyum umumnya bertambah baik raut
wajahnya atau menjadi lebih cantik ketimbang ketika dia biasa saja atau ketika dia marah.
Menurut Oetomo (2012, hlm. 19) “senyum adalah pancaran wajah dan bahasa tubuh
yang dapat mengungkapkan rasa senang, ramah, gembira, menghargai orang lain, dan suka
hati”. Tersenyum dapat membuat kita diterima dengan mudah di banyak kalangan
masyarakat. Dengan senyum, kita akan selalu dapat berarti bersikap baik, menghormati, rasa
tulus, dan bernuansa positif.
2. Salam
Menurut Sutarno (2008, hlm. 38) “kata salam berasal dari bahasa Ibrani, syalomyang
berarti damai”. Damai mengandung unsur silaturahmi, sukacita, dan sikap atau pernyataan
hormat kepada orang lain.
Menurut Oetomo (2012, hlm. 17) “salam adalah tegur sapa penuh hormat dan rasa
damai dari orang satu ke orang lain”. Salam menciptakan suasana saling menghargai.
Misalnya setiap kali masuk ruangan atau masuk rumah, kita memberi salam. Bertemu
tetangga, guru, atau teman, di mana saja, kita sebaiknya juga mengucapkan salam. Kata
salam membuat hati orang lain menjadi tenang.
3. Sapa
Sapa atau biasa disebut menyapa merupakan suatu bentuk perilaku kita untuk
menghargai orang lain. Menurut Sutarno (2008, hlm. 36) “menyapa identik dengan menegur,
lebih jauh menyapa dapat berarti mengajak seseorang untuk bercakap-cakap”. Tegur sapa
dapat memudahkan siapa saja untuk bergaul akrab, saling kontak, dan berinteraksi.
4. Sopan
Menurut Oetomo (2012, hlm. 20) “sopan adalah sikap hormat dan beradab dalam
berperilaku”. Perilaku sopan mencerminkan perilaku diri sendiri, karena sopan memiliki arti
hormat, taat, dan tertib menurut adat. Maka, sopan wajib kita lakukan setiap bertemu orang
lain sebagai wujud kita dalam menghargai orang lain. Sesama manusia memiliki keinginan
untuk dihargai, itulah alasan mengapa kita harus senantiasa sopan terhadap orang lain.

7
5. Santun
Menurut Mustari (2014, hlm. 129) “santun adalah sifat yang halus dan baik hati dari
sudut pandang tata bahasa maupun tata perilaku ke semua orang”. Sedangkan menurut
Oetomo (2012, hlm. 21) “santun diartikan sebagai sikap berbicara dengan sabar dan tenang,
baik budi bahasanya dalam bertutur dengan penuh rasa toleransi, dan suka menolong”. Inti
bersikap santun, yaitu perilaku interpersonal sesuai tata norma dan adat istiadat setempat.
Ucapan salam di samping sebagai do’a bagi orang lain juga sebagai bentuk
persaudaraan antar sesama manusia. Menurut Putra (2015, hlm. 16) tujuan dari program 5S
“dapat menjadikan komunitas masyarakat yang memiliki rasa kedamaian, santun, saling
tenggang rasa, toleran, dan rasa hormat”. Sedangkan jika dilihat dari unsur santun dan
toleransi antar siswa dapat saling menghormati antara yang muda dengan yang lebih tua,
menghormati perbedaan pemahaman agama, bahkan saling menghormati antar agama yang
berbeda. Oleh karena itu, dengan adanya program 5S di setiap sekolah dapat meningkatkan
rasa kedamaian antar sesama.
Program 5S memiliki sejumlah indikator, di antaranya:
1. Memiliki rasa kedamaian.
2. Bersikap sopan dan santun.
3. Saling tenggang rasa.
4. Toleransi antar siswa dengan saling menghormati antara yang muda dengan yang lebih
tua.
5. Menghormati antar sesama.
6. Menghormati perbedaan pemahaman agama.
7. Saling menghormati antar agama yang berbeda.
Pelaksanaan program 5S di setiap sekolah diselenggarakan oleh warga sekolah. Cara
untuk melaksanakan program 5S ini tentunya akan ada kegiatan-kegiatan yang mendukung
guna terselenggaranya program ini. Sebelum program 5S diterapkan pada siswa di sekolah,
tentunya guru-guru harus memberikan contoh terlebih dahulu dengan cara mempraktikkan
dengan sesama rekan guru tersebut. Dengan demikian, siswa akan melihat dan
mencontohnya. Kepala sekolah dan guru juga harus mensosialisasikan program 5S ini pada
siswa di sekolah. Cara mensosialisasikannya dapat dengan berbagai macam cara, salah
satunya yaitu dengan membuat semacam poster budaya 5S yang diletakkan di dekat taman
tempat siswa bermain atau di dalam kelas. Selain itu, wujud kongkret pengimplementasian
program 5S yaitu pada pagi hari ketika siswa masuk ke gerbang sekolah, semua guru harus
berjejer menyambut kedatangan siswa dengan memberikan senyuman, sapaan, salam,
sopan, dan santun kepada siswa ataupun orang tua/wali siswa yang mengantar siswa ke
sekolah.

8
BAB III

PENUTUP

Program 5 S SDN Wonosari 1 ini merupakan budaya senyum, salam, sapa, sopan,
santun (5S) ditematkan sebagai kearifan lokal. Namun, tidak dipungkiri bahwa kearifan lokal
masing-masing daerah berbeda-beda. Bagi siswa 5S dapat digunakan sebagai awal untuk
meningkatkan prestasi dan penanaman karakter. Diawali dari keramahan sikap lalu terjadi
suasana akrab, saling bertukar informasi, berkomunikasi lebih lanjut dan sharing
pengetahuan, sehingga dapat dimanfaatkan untuk pendidikan dan meningkatkan prestasi.
Namun hal ini bergantung dari masing-masing individu. Apabila mampu memanfaatkan 5S
dengan baik, maka dapat mengubah kecerdasan sosial menjadi prestasi. Sebaliknya apabila
tidak mampu memanfaatkan secara optimal, maka 5S hanya berhenti sebagai sarana
kecerdasan sosial saja.

Anda mungkin juga menyukai