DISTROFI OTOT
Disusun Oleh :
i
Kata Pengantar
Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah
KMB III yang berjudul “Distrofi otot” ini. Penulis juga berterimakasih kepada
semua pihak yang telah berkontribusi dalam memberikan materi maupun
pemikirannya.
Akhir kata semoga makalah yang berjudul “Distrofi otot” ini dapat
menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis
ii
Daftar Isi
Kata Pengantar.................................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................................. iii
A. Definisi Distrofi otot ................................................................................................ 1
B. Etiologi Distrofi otot ................................................................................................ 1
C. Faktor resiko Distrofi otot ....................................................................................... 2
D. Patofisiologi Distrofi otot ........................................................................................ 2
E. Manifestasi klinis Distrofi otot ................................................................................ 4
F. Pemeriksaan diagnostik .......................................................................................... 5
G. Komplikasi Distrofi otot .......................................................................................... 5
H. Tatalaksana medis Distrofi otot .............................................................................. 6
I. Asuhan keperawatan Distrofi otot .......................................................................... 6
J. Daftar Pustaka ....................................................................................................... 15
iii
A. Definisi Distrofi otot
Distrofi otot atau Muscular dystrophies adalah kelompok heterogen dari
kelainan bawaan yang ditandai dengan kelemahan progresif dan degenerasi otot
rangka tanpa adanya defect pada neural atau sensori. Ada 4 tipe utama dari Distrofi
otot atau Muscular dystrophies yaitu:
1
C. Faktor resiko Distrofi otot
1. Usia.
Pada beberapa jenis distrofi otot seperti Duchenne’s menyerang anak usia
dini. Pada tipe Becker’s pasien ini dapat hidup sampai sekitar usia 40 tahun.
2. Jenis kelamin.
Pada beberapa jenis distrofi otot seperti Duchenne’s dan Becker’s banyak
menyerang laki-laki hamper secara eksklusif.
3. Kelainan genetik seperti mutasi gen meningkatkan resiko terjadinya distrofi
otot.
2
3
E. Manifestasi klinis Distrofi otot
1. Duchenne’s muscular dystrophy
Terlihat pada usia antara 3 sampai 5 tahun
Efek awal mulai dari kaki, pelvis dan bahu
Gowers’ sign, yang mana anak mengalami kelemahan otot proksimal
yaitu otot tungkai bawah. Tanda ini menggambarkan pasien yang harus
menggunakan lengan dan tangan untuk berjalan ke atas tubuh mereka
sendiri dari posisi jongkok karena kurangnya kekuatan otot pinggul dan
paha.
4
Lumbar lordosis dengan abdominal protrusion karena kehilangan
pendukung otot
Winging of scapula karena kelemahan otot thorax
F. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostic didasarkan pada temuan klinis, riwayat keluarga dan
diagnostic test findings. Jika anggota keluarga lain memiliki penyakit distrofi otot
maka dapat diketahui karakteristik klinis pasien mungkin sama. Beberapa test
yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis:
5
Kelemahan otot jantung dan otot pernapasan mengarah pada takikardi,
abnormal EKG, dan komplikasi pulmonary
Kematian pada umumnya tiba-tiba terjadi pada gagal jantung, respiratory failure
atau infeksi
6
Tidak ada riwayat nyeri otot dan keterlibatan saraf kranial. Pada
pemeriksaan fisik umum, pasien memiliki penampilan yang gemuk dan
mengalami kesulitan dalam berdiri, berjalan, bangun dari posisi duduk
dan menaiki tangga, kelemahan proksimal,
b. Riwayat kesehatan terdahulu
Riwayat keluarga pasien mengungkapkan bahwa salah satu paman dari
pihak ibu meninggal karena penyakit yang sama pada usia muda.
c. Pola Eliminasi ( tidak terkaji)
d. Pola aktivitas/olahraga ( tidak terkaji)
e. Pola istirahat/tidur ( tidak terkaji)
f. Pola peran-hubungan ( tidak terkaji)
g. Pola koping-toleransi stress ( tidak terkaji)
h. Pola Keyakinan (tidak terkaji)
i. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: Tidak terkaji
Kesadaran: Tidak terkaji
Kepala dan leher:
intraoral menunjukkan gigitan terbuka anterior, posterior cross bite kiri,
lidah membesar, berkerumun di anterior yang lebih rendah, pembusukan
46, dan status kebersihan mulut yang buruk.
Punggung & Tulang Belakang:
Abdomen : Tidak terkaji
Genetalia & Anus : tidak terkaji
Ekstermitas :
kelemahan proksimal, hipertrofi betis, kontraktur otot hamstring, dan tanda
Gower yang positif. Tidak ada penipisan dan kedutan otot, tonus otot
Sistem Neorologi : pemeriksaan saraf kranial juga ditemukan normal
kulit & Kuku : Tidak terkaji
7
alanine transaminase 124 U/L
level
k. Pemeriksaan Diagnostik:
Pemeriksaan elektromiografi, analisis pola interferensi menunjukkan pola
miopatik pada broadus lateralis kanan yang menunjukkan penyakit otot
primer.
Biopsi otot deltoid mengungkapkan positif untuk alpha, beta, gamma,
delta-sarcoglycan dan negativitas untuk DYS1, DY2, dan DYS3.
l. Terapi :
Fisioterapi harian, terapi steroid, dan penilaian rutin untuk kerusakan otot dan
jantung / pernapasan.
b. Analisa Data
No Data Etiologi Diagnosa
1. DS : Mutasi pada dystrophin gene Kerusakan gigi b.d
Pasien melapor dengan ↓ kurang higiens oral d.d
keluhan utama gigi busuk Terlokalisasi pada cytoplasmic face karies gigi, gigi yang
yang menyakitkan di dari sarkolema pada otot skeletal membusuk, gigi tidak
daerah rahang kanan ↓ sejajar (anterior open
bawah Membentuk komponen bite, left posterior cross
DO: glycoprotein complex besar bite, crowding in lower
Pemeriksaan fisik ↓ anteriors)
intraoral menunjukkan Berkembangnya malocclusion
anterior open bite(gigi ↓
depan terbuka), left Adanya manifestasi oral (lengkung
posterior cross bite, gigi lebar, arge tongue, delayed
enlarged tongue, eruption, open bite, dan
8
crowding in lower retrognathic facial morphology)
anteriors, decayed 46 ↓
(pembusukan), dan Kerusakan Gigi
hygiene status yang
buruk
9
bangun dari posisi duduk ↓
dan menaiki tangga, Kerusakan otot terjadi jika ada
kelemahan proksimal. kontraksi
↓
Menyebabkan kelemahan otot
↓
Kelelahan karena harus
mengeluarkan energi lebih untuk
kontraksi
↓
Fatigue/Keletihan
4. Ds : DMD Resiko cidera d.d
orang tuanya melaporkan ↓ hambatan fisik
riwayat medis jatuh Kerusakan otot terjadi jika ada
berulang kontraksi
DS: ↓
Pada pemeriksaan fisik, Menyebabkan kelemahan otot
mengalami kesulitan ↓
dalam berdiri, berjalan, Jatuh berulang, perubahan gaya
bangun dari posisi duduk berjalan, ketidakmampuan
dan menaiki tangga, menaiki tangga
kelemahan proksimal, ↓
hipertrofi betis, Riwayat jatuh
kontraktur otot ↓
hamstring, dan tanda Resiko cedera
Gower yang positif
10
c. Prioritas diagnosa Keperawatan
1) Kerusakan gigi b.d kurang higiens oral d.d karies gigi, gigi yang membusuk,
gigi tidak sejajar (anterior open bite, left posterior cross bite, crowding in
lower anteriors).
2) Hambatan mobilitas fisik b.d gangguan muskoloskeletal d.d kesulitan
berdiri, bangun dari posisi duduk dan naik tangga.
3) Keletihan b.d Penyakit DMD d.d tidak mampu mempertahankan aktivitas
fisik seperti biasanya, kelelahan.
4) Resiko cidera d.d hambatan fisik.
d. Rencana Asuhan
1. Diagnosis: Kerusakan gigi b.d kurang higiens oral d.d karies gigi, gigi yang membusuk, gigi
tidak sejajar (anterior open bite, left posterior cross bite, crowding in lower anteriors)
NOC NIC
Tujuan: Setelah dilakukan intervensi keperawatan NIC : pemulihan kesehatan mulut
selama 4 x24 jam, kebersihan mulut meningkat dari 1. Monitor kondisi mulut pasien,
buruk menjadi baik termasuk karakter dan
abnormalitas.
NOC : Kesehatan mulut
2. Periksa intruksi dari pemberi
No Indikator 1 2 3 4 5 layanan kesehatan untuk
1. Kebersihan mulut melakukan perawatan mulut,
11
Indikator 2 berdasar tipenya.
1: Berat 2: Cukup berat 3: Sedang 4: Ringan 5: tidak ada 6. Berikan obat-obatan jika
dibutuhkan. (Analgesik, anestasi,
antimikroba, anti inflamasi).
7. Diskusikan mengenai nutrisi
yang adekuat.
NOC NIC
Tujuan: Setelah dilakukan intervensi keperawatan NIC : Terapi latihan: Ambulasi
selama 5 x24 jam, pasien dapat berjalan secara mandiri 1. Beri pasien pakaian yang tidak
atau tanpa alat bantu dari satu tempat ke tempat lain. mengekang.
2. Bantu pasien untuk
NOC : ambulasi
menggunakan alas kaki yang
No Indikator 1 2 3 4 5 memfasilitasi pasien untuk
1. Menopang berat badan berjalan dan mencegah cedera.
12
ambulasi dengan jarak tertentu
dengan sejumlah staf tertentu.
8. Dorong ambulasi independen
dalam batas aman.
13
selama 4 x24 jam, pasien dapat berjalan dengan baik 7. Identifikasi perilaku dan faktor
tanpa mengalami insiden jatuh. yang mempengaruhi resiko
jatuh.
NOC : Kejadian Jatuh
8. Monitor gaya berjalan (terutama
No Indikator 1 2 3 4 5 kecepatan), keseimbangan, dan
1. Jatuh saat berdiri kelelahan dengan ambulasi.
14
J. Daftar Pustaka
1. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4496952/ di akses pada 03
November 2019
2. https://medlineplus.gov/musculardystrophy.html di akses pada 03
November 2019
3. Kowalak, J. P., Welsh, W., & Mayer, B. (Eds.). (2003). Professional guide to
pathophysiology. Lippincott Williams and Wilkins.
4. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5787973/ di akses pada 04
November 2019
5. Syarif, I., & Widiasteti, W. (2015). DISTROFI MUSKULAR DUCHENNE. Majalah
Kedokteran Andalas, 33(2).
15