Anda di halaman 1dari 3

PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

Pemikiran mengenai dasar negara apa yang akan dipakai muncul ketika para pendiri
bangsa Indonesia dalam Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai atau Badan Penyelidik Usaha-
usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Para anggota BPUPKI untuk
pertama kalinya dilantik pada tanggal 28 Mei 1945 kemudian menggelar sidang yang
membahas tentang rancangan UUD. Sebagaian besar dari mereka mengemukakan
pandangannya tentang dasar negara apa yang akan mereka pakai. Akan tetapi,
pandangan yang mendapat sambutan paling hangat adalah Soekarno dimana beliau
menggagaskan Pancasila sebagai dasar negara. Kemudian, pada akhir masa sidang
BPUPKI membentuk panitia kecil beranggotakan 9 orang yang disebut dengan
Panitia Sembilan yang bertugas meneliti serta mempelajari usul-usul yang telah
disampaikan oleh para anggota BPUPKI.

Pancasila diyakini menjadi dasar negara sebab nilai-nilai yang terkandung di


dalamnya merupakan suatu fitrah yang tidak dapat terlepaskan dari bangsa Indonesia.
Sila-sila pada Pancasila merupakan budaya bangsa Indonesia yang sudah berusia
selama berabad-abad. Sejak dahulu, bangsa Indonesia sudah meyakini adanya Tuhan,
menjunjung nilai-nilai kemanusiaan serta sikap gotong royong dan bersatu,
bermusyawarah untuk menjalin suatu kehidupan yang mufakat, serta mencintai
kehidupan berkeadilan sosial.

Oleh karena Pancasila sebagai dasar negara, yang menjadi cita hukum bangsa ini
bersumber pada Pancasila. Maka dari itu, setiap hukum yang lahir harus berdasar
pada Pancasila yang memuat konsistensi isi dari hierarki yang paling atas hingga
paling rendah. Dalam hal ini, Pancasila berkonotasi yuridis yang memberi arti
melahirkan atau menciptakan peraturan perundang-undangan yang bersumber dari
Pancasila itu sendiri dan tersusun secara hierarki. Berdasarkan pada hal ini, semua
hukum yang ada haruslah memuat nilai-nilai Pancasila sila satu sampai dengan lima;
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan
Indonesia, Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial Bagi Seluruh Indonesia. Dengan
kata lain, di dalam bangsa ini tidak boleh adanya hukum yang tidak mendasarkan
pada Tuhan, tidak boleh ada hukum yang menyimpang ataupun melanggar hak asasi
manusia, tidak boleh ada hukum yang merusak persatuan dan kesatuan bangsa, tidak
boleh adanya hukum yang bersifat elitis yang tidak bersifat demokratis, serta tidak
boleh adanya hukum yang tidak berkeadilan sosial.

Pancasila sendiri memiliki penjabaran dalam setiap sila yang terkandung di


dalamnya. Pada sila pertama yaitu Ketuhanan Yang maha Esa tersebut dikuatkan
posisinya oleh UUD 1945 pasca perubahan atau amandemen. Hal tersebut terlihat
dalam beberapa poin, yaitu pertama secara filosofi, hal-hal yang terkandung dalam
UUD 1945 tersebut bersumber pada nilai-nilai ketuhanan. Banyak konsep seperti hak
asasi manusia, keadilan, kedaulatan rakyar, permusyawaratan adalah konsep yang
tidak terlepas dari nilai ketuhanan yang bersumber pada agama yang berada di
Indonesia. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa inilah yang menjadikan beda dengan
kebanyakan konsep bangsa lain. Oleh sebab itu, konsep hak asasi manusia pada UUD
1945 mengandung maksud menghormati hak asasi manusia serta melindunginya.
Selanjutnya yang kedua, dalam UUD 1945 tidak terdapat satu ayatpun yang
bertentangan dengan nilai-nilai ketuhanan baik secara implisit ataupun eksplisit.
Dalam hal ini, bangsa Indonesia juga menekankan untuk tidak menjadi bangsa yang
tidak berketuhanan serta menolak keras atheisme, komunis,dan paham lain yang anti
Tuhan. Tepatnya, pernytaan pada pasal 29 ayat (1) UUD 1945 bahwa (1) “Negara
berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Kemudian untuk sila kedua Pancasila “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab”, sangat
diperkuat pula oleh adanya UUD 1945. UUD 1945 menjadikan Hak Asasi Manusia
sebagai hal yang sangat penting sehingga hal tersebut dimuat dalam bab khusus yaitu,
Bab XA Hak Asasi Manusia yang terdiri dari 9 Pasal dan 29 ayat. Sebelumnya, pada
tanggal 10 Desember 1948 telah dideklarasikan oleh Majelis Umum PBB mengenai
Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia (DUHAM), dan konsep hak asasi manusia yang
termuat dalam UUD juga sejalan dengan konsep hak asasi manusia yang disepakati
oleh masyarakat internasional. Konsep hak asasi manusia yang terkandung dalam
UUD 1945 tidak hanya memuat hak-hak setiap orang, akan tetapi juga kewajibannya
dalam menjaga keseimbangan antar hak dan kewajiban.

Penjabaran sila ketiga Pancasila, semangat untuk mempertahan negara kesatuan ini
selanjutnya dipertegas dalam Perubahan UUD 1945 dan Peraturan Perundang-
undangan di bawahnya. NKRI bukan hanya suatu konsep dalam ketatanegaraan, akan
tetapi juga merupakan bagian penting dari puncak perjuangan rakyat untuk mencapai
negara yang merdeka dan berdaulat. Maka dari itu, upaya untuk terus
mempertahankan negara kesatuan ini juga merupakan perwujudan nyata dari sila
ketiga dari Pancasila.

Kemudian, untuk sila keempat Pancasila terdapat dua kata kunci yaitu kerakyatan dan
permusyawaratan. Dalam hal ini, UUD 1945 menerjemahkan sila keemat dari
Pancasila ini dalam artian penguatan masyarakan sipil dengan cara pemberihan
kedaulatan secara penuh. Melihat pentingnya sila keempat ini, pada UUD1945 penuh
berisi ketentuan bahwa kepentingan rakyatlah yang berada di atas segalanya. Dengan
adanya pemilihan langsung (pemilu) yang saat ini sudah diterapkan oleh Indonesia,
menjadi bukti penguatan adanya sila kerakyatan dan permusyawaratan.

Terakhir yaitu sila kelima, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Penguatan sila ini dalam UUD 1945 sudah sangat jelas terlihat dalam Pembukaan
UUD 1945 ketiga dari empat alinea yang ada diantaranya menyebut secara eksplisit
mewujudkan keadilan. Secara penuh, pasal-pasal yang terkandung dalam UUD 1945
memperkuat konsep keadilan dalam segala bentuk aspek kehidupan.

Oleh sebab itu, Pancasila yang dipilih sebagadi dasar negara merupakan pilihan yang
sangat tepat, mengingat semua konsep yang tertanam di dalamnya merupakan
pandangan, jiwa, dan budaya bangsa yang hakikatnya tidak bisa terlepas dari diri
bangsa Indonesia sendiri.

Anda mungkin juga menyukai