Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PENDAHULUAN

ANTE NATAL CARE (ANC)

A. Pengertian
Kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang berawal dari terjadinya
pertemuan dan persenyawaan antara sperma dan ovum sehingga akan terbentuk
zigot yang pada akhirnya membentuk janin. Kehamilan terjadi pada saat pertemuan
ovum dan sperma hingga masa di mana janin siap lahir, dalam perhitungan medis ±
40 minggu (Masriroh, 2013).
Antenatal care adalah pengawasan kehamilan untuk mengetahui kesehatan
umum ibu, menegakan secara dini penyakit yang menyertai kehamilan, menegakan
secara dini komplikasi kehamilan, dan menetapkan resiko kehamilan (Manuaba,
2009)
Anternatal Care merupakan pengawasan sebelum persalinan terutama
ditujukan pada pertumbuhan dan pekembangan janin dalam Rahim (HaenForer,
2009)
Pelayanan antenatal adalah pelayanan terhadap individu yang bersifat
preventif care untuk mencegah masalah yang kurang baik bagi ibu maupun janin
agar melalui persalinan dengan sejat dan aman, diperlukan kesiapan fisik dan
mental ibu sehingga ibu dalam keadaan status kesehatan optimal, karena kesehatan
ibu berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan janinnya (Winjosastro,
2002).

B. Tujuan
Secara umum antenatal care bertujuan untuk menjaga agar ibu hamil dapat melalui
masa kehamilan, persalinan, dan nifas dengan baik dan selamat serta menghasilkan
bayi yang sehat. Secara rinci tujuan antenatal care adalah:
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang janin
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu.
3. Mengenali dan mengurangi sedini mungkin adanya penyulit/komplikasi yang
dapat muncul selama kehamilan, termasuk riwayat penyakit secara umum,
kebidanan dan pembedahan.
4. Mempersiapkan persalinan cukup builan dan persalinan yang aman dengan
trauma seminimal mungkin.
5. Mempersiapkan ibu agar nifas berjalan dengan normal dan mempersiapkan ibu
agar dapat memberi asi secara eksklusif.
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran janin agar
tumbuh kembang secara normal
7. Mengurangi angka kematian bayi prematur, kelahirran mati dan kematian
neonatal.(Bobak, 2004).

C. Standar Pelayanan Ante Natal


Pelayanan antenatal mengacu pada konsep 7T yaitu:
1. Timbang badan dan ukur badan, tujuannya adalah untuk mengetahui sesuai
tidaknya berat badan ibu. Pemeriksaan berat badan dilakukan setiap berkunjung
ke tempat pelayanan kesehatan. Selama triwulan I berat badan ibu harus naik 0,5
sampai dengan 0,75 kg setiap bulan, pada triwulan ketiga harus naik 0,25 kg
setiap minggunya. Dan pada trisemester III berat badan ibu harus naik sekitar
0,5 kg setiap minggunya, atau secara umum berat badan meningkat sekitar 8 kg
selama kehamilan.
2. Ukur tekanan darah. Tujuannya untuk mendeteksi apakah tekanan darah
normal atau tidak. Pemeriksaan ini juga dilakukan pada setiap kunjungan.
Tekanan darah yang tinggi dapat membuat ibu keracunan kehamilan, baik
ringan maupun berat bahkan sampai kejang-kejang. Sementara tekanan darah
yang rendah menyebabkan pusing dan lemah.
3. Skrinin status imunisasi Tetanus Toxoid (TT). Tujuannya untuk melindungi
ibu dan bayi yang dilahirkan nanti dari tenanus neonatorum. Imunisasi TT
diberikan pada kunjungan antenatal I, TT2 deberikan empat minggu setelah
TT1, TT3 diberikan setelah enam bulan TT2, TT4 diberikan 1 Tahun setelah
TT3, dan TT5 diberikan setelah setahun TT4.
4. Ukur tinggi fundus uteri. Tujuannya untuk melihat pembesaran rahim,
dilakukan dengan cera meraba perut dari luar, selain itu untuk mengetahui
presentasi janin, serta mengetahui posisi janin dalam rahim. Pada pemeriksaan
ini juga dilakukan pngukuran tinggi puncak rahim untuk kemudian disesuaikan
dengan umur kehamilan. Jika diperoleh besarnya rahim tidak sesuai dengan
umur kehamilan maka direncanakan pemeriksaan lanjutan.
5. Pemberian tablet besi (90 Tablet) selama kehamilan. Pemberian tablet besi
diberikan sesuai dengan kebijakan nasional yang berlaku diseluruh puskesmas
di Indonesia. Pemberian satu tablet besi sehari sesegera mungkin setelah rasa
mual hilang pada awal kehamilan.
6. Temu wicara/ pemberian komunikasi interpersonal atau konseling. Untuk
menghindari kesalahan penanganan kehamilan, komunikasi dengan suami dan
keluarga diperlukan gunan mempersiapkan rujukan nantinya. Dengan
manajemen rujukan yang benar, cepat, dan tepat maka ibu dan janin akan
memperoleh pelayanan persalinan dan kelahiran yang benar sehingga
membantu menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Program ini lebih
diutamakan pada tempat pelayanan kesehatan terpencil dan jauh dari akses
transfortasi yang memadai.
7. Test laboratorium sederhana (Hb,Protein, dan Urine) berdasarkan indikasi
(HbsAg, sifilis, HIV, malaria, tuberkulosis paru (TBC) , PMS). Wanita yang
sedang hamil merupakan kelompok dengan risiko tinggi terhadap penyakit
menular seksual yang dapat menimbulkan kematian pada ibu dan janin yang
dikandungnya (Bobak, 2004).

D. Fisiologi Kehamilan
Pelepasan ovum hanya terjadi satu kali setiap bulan, sekitar hari ke-14 pada
siklus mentruasi 28 hari. Siklus menstruasi bervariasi pada setiap individu. Untuk
menentukan masa subur dapat digunakan beberapa cara seperti :
1. Berdasarkan hari mentruasi pertama ditambah 12 dan berlangsung tujuh hari,
contoh : mentruasi hari pertama tanggal 5, maka perhitungan minggu suburnya
adalah tanggal 17-24 dengan rrumus (5+12) sampai (5+12)+7=24
2. Melakukan pemeriksaan suhu basal, karena pada siklus menstruasi terjadi
pelepasan telur dan terjadi penurunan diikuti dengan kenaikan suhu 1\2 derajat
celcius

3. Kemungkinan keinginan seks meningkat pada saat pelepasan ovum


4. Kemungkinan terasa nyeri karena pelepasan ovum

Saat ejakulasi, sperma akan ditampung di liang vagina bagian dalam. Bentuk
sperma yang menyerupai kecebong dengan kepala yang lonjong dan ekor yang
panjang seperti cambuk memungkinkan sperma untuk bergerak masuk melalui
kanalis cervikalis dan kavum uteri kemudian berada dalam tuba untuk menunggu
kedatangan sel telur. Bila pada saat itu terjadi ovulasi, maka kemungkinan besar
akan terjadi fertilisasi.
Setelah masuknya kepala sperma ke dalm ovum dengan meninggalkan
ekornya, terjadilah pertemuan inti masing-masing dengan kromosom mencari
pasangannya. Mula-mula terjadilah pembelahan inti menjadi dua dan seterusnya
hingga seluruh ruangan ovum penuh dengan hasil pembelahan sel, yang disebut
morula. Pembelahan berlangsung terus hingga bagian dalam terbentuk ruangan
yang mengandung cairan disebut blastokist. Sementara itu bagian luar dinding telur
timbul rumbai-rumbai yang disebut villi yang akan berguna untuk menanamkan diri
pada lapisan dalam rahim, yang telah siap menerima dalam bentuk reaksi decidua.
Hasil konsepsi dalam bentuk blastokist yang mempunyai villi korealis dapat
menanamkan diri pada dinding rahim yang disebut nidasi atau implantasi. Sejak
saat terjadi konsepsi, fertilisasi, impregnancy, sampai nidasi diperlukan waktu 6-7
hari (Purwaningsih dkk, 2010).

E. Tanda dan Gejala


1. Tanda-tanda pasti
a) mendengar bunyi jantung janin
b) melihat, meraba, atau mendengar pergerakan anak oleh pemeriksa
c) melihat rangka janin dengan sinar rontgent atau dengan ultrasographi

Jika ditemukan hanya salah satu dari tanda-tanda ini, maka diagnosa
kehamilan dapat dibuat dengan pasti. Sayang sekali, tanda-tanda pasti
kehamilan baru dapat diketahui pada usia kehamilan di tas empat bulan, tetapi
dengan menggunakan USG kantong kehamilan sudah nampak pada kehamilan
10 minggu dan bunyi jantung janin sudah dapat didengar pada kehamilan 12
minggu (Purwaningsih dkk, 2010).
2. Tanda-tanda mungkin
Tanda-tanda mungkin sudah dapat ditentukan pada kehamilan
trisemester I, tetapi dengan tanda-tanda mungkin kehamilan hanya boleh
diduga. Makin banyak tanda-tanda mungkin yang ditemukan, makin besar
kemungkinan hamil.
Tanda-tanda mungkin dibagi menjadi :
a. Tanda-tanda objektif
1) Pembesaran, perubahan bentuk, dan konsistensi rahim
Pada pemeriksaan dalam dapat diraba bahwa uterus membesar dan
makin lama makin bundar bentuknya. Kadang-kadang pembesaran tidak
rata tetapi di daerah telur bernidasi lebih cepat tumbuhnya (tanda
piskacek).
Konsistensi rahim dalam kehamilan juga berubah menjadi lunak,
terutama daerah isthmus uteri sedemikian lunaknya, hingga jika kita
letakkan 2 jari dalam fornix posterior dan tangan satunya pada dinding
perut di atas symphyse pubis, maka isthmus ini tidak teraba seolah-olah
corpus uteri sama sekali terpisah dari cervix (tanda hegar).
2) Perubahan pada serviks
Di luar kehamilan, konsistensi serviks keras, kerasnya seperti kita
meraba ujung hidung. Dalam kehamilan, serviks menjadi lebih lunak
selunak bibir atau ujung daun telinga.
3) Kontraksi braxton hicks
Waktu palpasi atau waktu toucher rahim yang lunak sekonyong-konyong
menjadi keras karena berkontraksi.
4) Ballottement
Pada bulan ke-4 dan ke-5 janin lebih kecil dibandingkan dengan cairan
ketuban, maka bila rahim didorong dengan sekonyong-konyong atau
digoyangkan, makan anakan akan melenting di dalam rahim.
Ballottement dapat ditentukan dengan pemeriksaan luar maupun
pemeriksaan dalam.
5) Meraba bagian anak
Dapat dilakukan jika janin sudah agak besar, hanya kadang-kadang
tumor yang padat seperti myoma, fibroma, dan lain-lain dapat
menyerupai bentuk janin.
6) Pemeriksaan biologis
Tidak dimasukkan dalam tanda pasti karena keadaan lain dapat
menimbulkan reaksi yang positif.
7) Pembesaran perut
Setelah bulan ke-3 rahim dapat diraba dari luar dan mulai membesarkan
perut.
8) Keluarnya colostrums
9) Hyperpigmentasi
Terjadi pada kulit wajah disebut chloasma gravidarum (topeng
kehamilan), areola dan papilla mammae, linea alba (putih) menjadi linea
fusca (coklat) atau linea nigra (hitam).
10) Tanda-tanda chadwicks
Warna selaput lendir vulva dan vagina menjadi ungu.
b. Tanda-tanda subjektif
1) Adanya amenorrhoe
2) Mual dan muntah
3) Ibu merasa pergerakan anak
4) Sering kencing akibat pembesaran rahim yang menekan kandung
kencing
5) Perasaan dada berisi dan agak nyeri. (Kusmiyati, et al, 2008).
F. Adaptasi Fisiologi
1. Perubahan fisiologis

Gambar 1 PerubahanAnatomi

a. Uterus
Uterus bertambah besar, dari alat yang beratnya 30 gram menjadi 1000
gram, dengan ukuran panjang 32 cm, lebar 24 cm, dan ukurang muka
belakang 22 cm. Pertumbuhan uterus tidak rata, uterus lebih cepat tumbuh di
daerah implantasi dari ovum dan di daerah insersi placenta. Pembesaran ini
disebabkann oleh hypertrophy dari otot-otot rahim, tetapi pada kehamilan
muda juga terbentuk sel-sel otot yang baru.
Uterus pada wanita hamil sering berkontraksi tanpa perasaan nyeri.
Juga saat disentuh, misalnya pada pemeriksaan dalam, pemeriksa dapat
meraba bahwa sewaktu pemeriksaan konsistensi rahim yang semula lunak
dapat menjadi keras dan kemudian lunak kembali (Kusmiyati, et al, 2008).
b. Cervix
Perubahan penting yang terjadi pada cervix dalam kehamilan adalah
menjadi lunaknya cervix. Perubahan ini sudah dapt ditemukan sebulan
setelah konsepsi.
Pelunakan cervis terjadi karena pembuluh darah dalam cervix
bertambah dan karena timbulnya oedema dari cervix dan hyperplasia
kelenjar-kelenjar servix.
c. Vagina
Pembuluh darah dinding vagina bertambah, hingga warna selaput
lendirnya membiru, kekenyalan vagina bertambah yang berarti daya
regangnya bertambah sebagai persiapan persalinan. Getah dalam vagina
biasanya bertambah dalam masa kehamilan, reaksinya asam dengan pH 3,5-
6,0. reaksi asam ini disebabkan terbentuknya acidum lacticum sebagai hasil
penghancuran glycogen yang berada dalm sel-sel epitel vagina oleh basil-
basil doderlein. Reaksi asam ini mempunyai sifat bekterisida.
d. Ovarium
Pada salah satu ovarium dapat ditemukan corpus lutheum
graviditatis, teapi setelah bulan ke-4 corpus lutheum ini akan mengisut.
e. Dinding perut
Pada kehamilan lanjut pada primi gravida sering timbul garis-garie
memanjang atau serong pada perut. Garis-garis ini disebut striae
gravidarum. Kadang-kadang garis-garis itu terdapat juga pada buah dada dan
paha. Pada seorang primi gravida warnanya menbiru disebut striae lividae.
Pada seorang multigravida, di samping strie lividae, terdapat juga
garis-garis putih agak mengkilat ialah parut (cicatrick) dari strie gravidarum
yang disebut strie albicans.
f. Kulit
Pada kulit terdapat hyperpigmentasi antara lain pada areolla
mammae, papilla mammae, dan linea alba. Pada umumnya setelah partus,
gejala hyperpigmentasi ini akan menghilang.
g. Payudara
Payudara biasanya membesar disebabkan karena hypertophi olveoli.
Di bawah kulit payudara sering tampak gambaran-gambaran dari vena yang
meluas. Putting susu biasanya membesar dan lebih tua warnanya dan
acapkali mengeluarkan colostrum. Perubahan-perubahan pada payudara
disebabkan karena pengaruh hormonal.
i. Pertukaran zat
Metabolisme basal naik pada kehamilan, terjadi penimbunan protein
sedangkan dalam darah kadar zat lemak naik dan ada kecenderungan pada
ketosis. Kebutuhan akan calcium dan phosphor bertambah untuk pembuatan
tulang-tulang janin begitu pula akan ferum untuk pembentukan Hb janin.
j. Darah
Volume darah bertambah, baik plasmanya maupun erytrosyt, tetapi
penambahan volume plasma yang disebabkan oleh hydramia lebih menonjol
hingga biasanya kadar Hb turun.
Batas-batas fisiologis ialah :
1) Hb 10 gr%
2) erytrosyt 3,5 juta per mm3
3) leucocyt 8.000-10.000 per mm3
Jantung lebih berat bebannya disebabkan penambahan volume darah,
perluasan daerah pengaliran, fetus yang membesar dan adanya placenta,
lagipula jantung terdorong ke atas sehingga sumbunya berubah.
Kegiatan paru-paru pun bertambah karena selain untuk mencukupi
kebutuhan ibu sendiri juga harus mencukupi kebutuhan janin akan 02.
k. Gastrointestinal
Sekresi asam lambung dan gerakan lambung berkurang, hal tersebut
mungkin menyebabkan muntah dan kembung pada masa kehamilan. Tonus
usus kurang, yang menimbulkan obstipasi.
l. Urinarius
Kegiatan ginjal semakin bertambah berat karena harus juga
mengeluarkan racun-racun dari peredaran darah janin.
Ureter jelas melebar dalam kehamilan teruatam yang kanan. Hal ini
disebabkan karena pengaruh hormon progesterone, walaupun mungkin ada
juga factor tekanan pada ureter oleh rahim yang membesar.

Kapasitas kandung kencing juga mengalami penurunan kapasitas


karena desakan oleh rahim yang membesar pada akhir kehamilan oleh
kepala janin yang yang turun ke dalam rongga panggul.
m. Hormonal
Kelenjar endokrin seperti kelenjar tiroid, hipofise anterior, dan
kelenjar suprarenalis menunjukkan hiperfungsi atau hipertropi.

n. Kelenjar adrenal
Ukuran kelenjar adrenal meningkat selama kehamilan, terutama
bagian kortika yang membentuk kortin. Jumlah ion natrium dan kalium
dalam darah diatur oleh kortin. Bagian medula dari kelenjar adrenal
mensekresi epinephrin, hormon yang sangat penting. Kehamilan tidak
mengubah ukuran atau fungsi bagian medula.
Hormon-hormon yang signifikan dalam kehamilan:
1) HCG (human chorionic gonadotropin)
a) Dihasilkan oleh sel-sel trofoblast
b) Puncaknya pada minggu ke-9 – 13
c) Mempertahankan korpus luteum sampai plasenta mengambil alih
2) HPL (human placental lactogen)
a) Dihasilkan oleh sel-sel synsitio tropoblas
b) Kerjanya berlawanan dengan insulin
c) Mempunyai pengaruh peningkatan asam lemak bebas dan
menurunkan metabolisme glukosa
3) Estrogen
a) Dihasilkan oleh ovarium dan plasenta.
b) Berperan dalam perkembangan uterus dan mammae, meningkatkan
pigmen kulit, meretensi Na+ dan air, serta menurunkan hidrokloric
asam lambung.

2. Perubahan Psikologis
Konsepsi dan implantasi sebagai titik awal kehamilan menimbulkan
perubahan status emosional seorang calon ibu.
Bagi pasangan dengan perkawinan yang dilandasi oleh rasa cinta dan
saling mencintai, keterlambatan datang bulan merupakan salah satu tanda yang
menggembirakan, karena ikatan batin antara keduanya semakin kokoh dengan
adanya kehamilan yang didambakan.
Keterlambatan datang bulan diikuti perubahan subjektif seperti perasaan
mual, ingin muntah, sebah di bagian perut atas, pusing kepala, dan nafsu makan
berkurang mendesak keluarga untuk melakukan pemeriksaan.
Setelah terbukti terjadi kehamilan perasaan cinta dan gembira semakin
bertambah, diikuti pula oleh perasaan cemas karena kemungkinan keguguran.
Disamping itu perubahan fisiologis kehamilan juga dapat mempengaruhi
kelabilan mental, hingga menimbulkan ngidam dan perubahan
kelakuan.(Masriroh, 2013).

G. Keluhan Selama Kehamilan


Keluhan pada masa hamil adalah suatu kondisi bersifat subyektif dimana
pada individu yang hamil terjadi proses adaptasi terhadap kehamilannya (Depkes
RI, 2007). Keluhan-keluhan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Keluhan pada triwulan I (usia kehamilan 1 – 3 bulan)
a. Mual dan muntah : Terutama terjadi pada pagi hari dan akan hilang
menjelang tengah hari (morning sickness).
b. Perasaan neg atau mual: Terutama bila mencium bau yang menyengat.
c. Pusing terutama bila akan bangun dari tidur, hal ini terjadi karena adanya
gangguan keseimbangan, perut kosong.
d. Sering kencing: Karena tekanan uterus yang membesar dan menekan pada
kandung kencing.
e. Keputihan (lekorea): Pengaruh peningkatan hormon kehamilan (estrogen
dan progesteron) yang mempengaruhi mukosa serviks dan vagina.
f. Pengeluaran darah pervaginam: Bila terjadi perdarahan pervaginam perlu
diwaspadai adanya abortus.
g. Perut membesar.
h. Psikologis: Perasaan gembira dengan penerimaan kehamilan akan
mempengaruhi penerimaan ibu terhadap kelainan-kelainan yang timbul.
Sebaliknya karena menolak kehamilan, keluhan tersebut menimbulkan rasa
tidak nyaman dan menimbulkan antipati terhadap kehamilannya. Pada masa
ini sering timbulkonflik karena pengalaman baru, sehingga ibu hamil perlu
mendapatkan perhatian dan dukungan suami.
2. Keluhan pada triwulan II (usia kehamilan 4 – 6 bulan).
Pada masa ini keluhan yang bersifat subyektif sudah berakhir, sehingga
bila ada ibu hamil masih mendapatkan keluhan seperti pada trimester I, perlu
diwaspadai kemungkinan adanya faktor psikologis.
Pada triwulan ini sering ditandai adanya adaptasi ibu terhadap
kehamilannya, perasaan ibu cenderung lebih stabil, karena keluhan yang terjadi
pada triwulan I sudah terlewati. Ibu merasakan pengalaman baru, mulai
merassakan gerakan bayi, terdengarnya DJJ, melalui alat doptone atau melihat
gambar/posisi melalui pemeriksaan USG. Triwulan II juga dikatakan fase aman
untuk kehamilan, sehingga aktifitas ibu dapat berjalan tanpa gangguan berarti.
a. Keluhan pada triwulan III (usia kehamilan 7 – 9 bulan).
Kejadian yang sering timbul antara lain:
1) Pusing disertai pandangan berkunang-kunang. Hal ini dapat
menunjukkan kemungkinan terjadi anemia dengan Hb < 10 gr%.
2) Pandangan mata kabur disertai pusing. Hal ini dapat digunakan rujukan
kemungkinan adanya hipertensi.
3) Kaki edema. Edema pada kaki perlu dicurigai karena sebagai salah satu
gejala dari trias klasik eklamsi. Sesak napas pada triwulan III perlu
dicurigai kemungkinan adanya kelainan letak (sungsang).
4) Perdarahan. Pada triwulan III bisa terjadi perdarahan pervaginam perlu
dicurigai adanya placenta praevia atau solusio plasenta.
5) Keluar cairan di tempat tidur pada siang atau malam hari, bukan pada
saat kencing, perlu diwaspadai adanya ketuban pecah dini.
6) Sering kencing. Akibat penekanan pada kandung kencing akibat
masuknya kepala ke pintu atas panggul.
7) Psikologis: Kegembiraan ibu karena akan lahirnya seorang bayi
(Purwaningsih, dkk, 2010).

H. Komplikasi Kehamilan
Ada beberapa komplikasi pada kehamilan, antara lain (Masriroh, 2013) :
1. Hiperemisis gravidarum.
2. Hipertensi dalam kehamilan.
3. Perdarahan trimester I (abortus).
4. Perdarahan antepartum.
5. Kehamilan ektopik.
6. Kehamilan kembar.
7. Molahydatidosa.
8. Inkompatibilitas darah.
9. Kelainan dalam lamanya kehamilan.
10. Penyakit serta kelainan plasenta dan selaput janin.(Bobak, 2004).

I. Pathway (Rohmah, 2009).

Kehamilan

Trimester I Trimester II Trimester III

Peningkatan Uterus membesar Mencari informasi Perubahan


Estrogen persalinan & perawatan psikologis
Hambatan janin/anak
Tonus otot Focus perhatian pada
Rasa
menurun kesehatan janin
Nyaman
Uterus semakin
membesar Ansietas
HCL Lambung
menurun
Rahim membesar
Penekanan pada
Peningkatan Diafragma saluran kemih Perubahan tubuh
Peristaltik terdorong keatas semakin tampak
Kapasitas VU
Sering kencing membesar
Mual/Muntah Destensi paru-paru
Hambatan Inkontinensia
Rasa Nyaman Ketidakefektifan urine aliran
Ketidakseimbangan
pola nafas berlebih
Nutrisi Kurang Dari
Kebutuhan Tubuh
Gangguan
Body Image
J. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a. Darah ( Hb, Gol darah, Glukosa, VDRL).
b. Urine (Tes kehamilan, protein, glukosa, analisis).
c. Pemeriksaan Swab (Lendir vagina & servik).
2. U S G
a. Jenis kelamin.
b. Taksiran kelahiran, TBJ, Jumlah cairan amnion. (Masriroh, 2013).

K. Pemeriksaan Ante Natal


Asuhan antenatal harus dimulai sedini mungkin. Pada awal pemeriksaan
yaitu untuk menentukan apakah seorang ibu sedang mengalami kehamilan.
Diagnosa kehamilan ditentukan dengan pemeriksaan laboratorium. Umumnya
pemeriksaan yang dipakai yaitu tes untuk mendeteksi keberadaan hCG. Human
Chorionic Gonadotropin (HCG) dapat diukur dengan radioimunoesai dan deteksi
dalam darah enam hari setelah konsepsi atau sekitar 20 hari sejak periode
menstruasi terakhir. Keberadaan hormone ini dalam urin pada kehamilan
merupakan dasar dari berbagai tes kehamilan di berbagai laboratorium dan kadang-
kadang dapat dideteksu dalam urine 14 hari setelah konsepsi (Bobak, 2005).

TPP = tgl HPHT+7 – 3 bulan HPHT+ 1 tahun HPHT


atau
TPP = tgl HPHT +7 + 9 bulandari HPHT

Dengan TPP adalah taksiran perkiraan partus.


Menurut Abdul Bahri Saifuddin dalam Salmah dkk (2006), kunjungan antenatal
untuk pemantauan pengawasan kesejahteraan ibu dan anak minimal empat kali
pemeriksaan selama kehamilan dalam waktu sebagai berikut:
1. Trimester pertama (< 4 minggu) satu kali kunjungan
2. Trimester kedua (14-28 minggu ) satu kali kunjungan
3. Trimester ketiga (28-36 minggu) dan sesudah minggu ke 36 dua kali kunjungan
Kecuali jika ditemukan kelainan/faktor risiko yang memerlukan
penatalaksanaan medik lain, harus lebih sering dan intensif.
Menurut Manuaba (2000), berdasarkan standar pemeriksaan kehamilan ditentukan
berulang dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid
2. Satu kali dalam sebulan sampai umur kehamilan 7 bulan
3. Dua kali sebulan sampai umur kehamilan 8 bulan
4. Setiap minggu sejak umur krhamilan 8 bulan sampai dengan bersalin.
Kunjungan/pemeriksaan kehamilan bertujuan:
1. Kunjungan pertama, mementukan diagnosis ada tidaknya kehamilan.
2. Kunjungan kedua, menentukan usia kehamilan dan perkiraan persalinan.
Menentukan usia kehamilan dilakukan manuver Leopold:
Leopold I:
Untuk menemukan presentasi dengan cara mengidentifikasi bagian tubuh fetus apa
yang berada di fundus dan daerah pelvik.
Caranya: Menghadap ke kepala pasien, gunakan jari-jari kedua tangan mempalpasi
fundus uteri. Jika kepala yang berada di fundus maka akan terassa keras, bulat dan
melenting. Jika bokong teraba di fundus, maka akan terasa lembut, tidak bulat dan
gerakan kurang.
Leopold II
Untuk menemukan posisi janin (punggung janin).
Caranya: Menghadap pada kepala pasien, letakkan kedua tangan pada kedua sisi
abdomen. Letakkan tangan pada satu sisi dan tangan lain mempalpasi sisi yang
berbeda untuk menemukan bagian punggung janin. Jika punggung akan teraba
cembung dan resisten.
Leopold III:
Untuk mengidentifikasi bagian apa dari janin yang dekat dengan daerah pelvik.
Caranya: Letakkan 3 jari pertama tangan yang dominan pada sisi abdomen di atas
simpisis pubis dan minta pasien menarik napas panjang dan menghembuskannya.
Pada saat mengeluarkan napas, gerakkan tangan turun perlahan dan menekan sekitar
daerah tersebut. Jika kepala akan teraba keras, bulat, dan bergerak jika disentuh.
Jika bokong akan teraba lembut dan tidak beraturan.
Leopold IV
Untuk mengidentifikasi bagian yang menonjol dari bagian terendah janin masuk ke
pintu atas panggul.
Caranya: Menghadap ke kaki pasien dengan lembut gerakan tangan turun ke sisi
abdomen mendekati pelvis sampai salah satu tangan merasakan bagian tulang yang
timbul. Ada 3 keadaan yaitu: Konvergen yaitu jika bagian yang masuk baru
sebagian kecil, sejajar yaitu jika bagian yang masuk baru setengah, divergen yaitu
jika hampir sebagian besar dari tubuh janin masuk ke dalam rongga panggul.
Perkiraan persalinan menggunakan rumus Naegele:
Hari +7, Bulan -3,Tahun +1 àjika bulan HPHT bulan April s/d Desember
Hari +7, Bulan +9,Tahun Tetap àjika bulan HPHT bulan Januari s/d Maret
3. Kunjungan ketiga, menentukan status kesehatan ibu dan janin.
4. Kunjungan keempat, menentukan kehamilan normal atau abnormal, serta
ada/tidaknya faktor risiko kehamilan.
5. Kunjungan kelima, menentukan rencana pemeriksaan/penatalaksanaan
selanjutnya.
Pemeriksaan panggul luar
Tujuan :
1. Mengetahui panggul seseorang normal atau tidak
2. Memudahkan dalam mengambil tindakan selanjutnya
3. Mengetahui bentuk atau keadaan panggul seseorang.
Pemeriksaan panggul dilakukan:
1. Pada pemeriksaan pertama kali bagi ibu hamil.
2. Pada ibu yang pernah melahirkan bila ada kelainan pada persalinan yang lalu.
3. Ibu yang akan bersalin bila sebelumnya belum pernah memeriksakan diri
terutama pada primipara.
Ukuran-ukuran luar yang terpenting:
1. Distansia spinarum : jarak antara spina illiaka anterior superior kanan dan kiri (
normal: 23-26 cm).
2. Distansia cristarum : jarak yang terpanjang antara crista illiaca kanan dan kiri
(normal: 26-29).
3. Conjugata eksterna : (Boudelocque) : jarak antara pinggir atas simpisis dan
ujung prosessus spinosus (ruas tulang lumbal ke lima) (normal: 10-20 cm).
4. Lingkar panggul : jarak dari pinggir atas simpisis melalui spina illiaca anterior
superior kanan ke pertengahan trochanter mayor kanan ke pertengahan
trochanter mayor kiri ke pertengahan spina illiaca anterior superior kiri
kemudian kembali ke atas simpisis (normal : 80-90 cm).

L. Nasehat Untuk Ibu Hamil


1. Nutrisi dalam kehamilan
Kebutuhan kalori untuk ibu hamil sebanyak 300 – 500 kkal/hari,
tergantung berat badan sebelum hamil, aktifitas, dan tipe kehamilan (1 bayi atau
kembar). Peningkatan BB yang normal selama kehamilan adalah 6,5 – 16 kg.
Jenis makanan yang sehat dan veriativ selama kehamilan diantaranya adalah:
a. Buah dan sayuran
b. Makanan mengandung karbohidrat seperti nasi, roti, kentang
c. Protein seperti ikan, daging, kacang
d. Susu dan keju.
e. Suplemen yang dianjurkan selama kehamilan:
f. Asam folat.
Asam folat dikonsumsi sebelum hamil dan selama hamil melindungi dari
gangguan saraf janin (anansefali, spina bifida). Wanita hamil dianjurkan
mengkonsumsi asam folat 400 µg/hari selama 12 minggu kehamilan.
g. Zat besi.
Zat besi adalah komponen utama dari hemoglobin yang bekerja mengangkut
oksigen di dalam darah. Selama hamil, suplai darah meningkat untuk
kebutuhan janin. Kebutuhan zat besi adalah 30 – 50 mg/hari. Suplemen besi
sebaiknya dikonsumsi diantara waktu makan dengan perut yang kosong atau
diikuti jus jeruk utnuk meningkatkan penyerapan.
h. Kalsium.
Kalsium penting dalam mengatur kekuatan tulang wanita hamil dan
pertumbuhan tulang bagi janin. Kalsium yang disarankan sebanyak 1200
mg/hari. Kalsium sebaiknya dikonsumsi ketika sedang makan, diikuti
dengan jus buah yang kaya akan vitamin C untuk meningkatkan penyerapan.
2. Obat-obatan selama kehamilan
Dianjurkan kepada ibu hamil sebaimanapun keamanan suatu obat untuk
ibu hamil, disarankan untuk mengkonsumsi obat sesedikit mungkin untuk
mengurangi risiko efek samping obat terhadap janin.
3. Olah raga selama kehamilan
Tips olah raga untuk wanita hamil hamil:
a. Berjalan kaki adalah olah raga terbaik untuk wanita hamil
b. Aerobic low impact
c. Dianjurkan latihan ringan sampai sedang 3 kali seminggu
d. Jangan melakukan olah raga yang mengakibatkan kelelahan atau kehabisan
napas dan hentikan olah raga bila mengalami gejala lelah, pusing.
e. Pakailah sepatu olah raga yang nyaman
f. Lakukan istirahat secara teratur
g. Hindari olah raga yang melakukan gerakan berbaring dengan punggung
sebagai dasarnya terutama pada triwulan kedua dan ketiga.
h. Asupan makanan sebaiknya ditingkatkan dengan komposisi sesuai dengan
energi yang dikeluarkan ketika berolahraga
i. Hindari mengangkat beban berat di atas kepala dan melakukan gerakan yang
mengakibatkan peregangan dari otot punggung.
j. Kondisi dimana olah raga dilarang untuk wanita hamil adalah:
a) Hipertensi dalam kehamilan
b) Ketuban pecah dini
c) Perdarahan berkelanjutan pada triwulan II dan III
d) Pertumbuhan janin terhambat.
5. Bekerja selama kehamilan
6. Wanita hamil tetap dapat bekerja namun aktivitas yang dijalaninya tidak boleh
terlalu berat, dan disarankan untuk menghentikan aktivitasnya bila merasakan
gangguan pada kehamilannya.
7. Berhubungan seksual selama kehamilan
8. Pada umumnya sanggama diperbolehkan asalkan dilakukan dengan hati-hati.
Untuk wanita dengan riwayat kehamilan preterm, plasenta praevia, atau abortus
berulang dianjurkan untuk menghindari berhubungan seks pada masa kehamilan
demikian pula ketika kepala sudah masuk rongga panggul dianjurkan untuk
tidak melakukan sanggama.
9. Bepergian selama kehamilan
Hal-hal yang dianjurkan apabila seorang wanita hamil bepergian adalah:
a. Duduk dalam jangka waktu lama harus dihindari karena dapat menyebabkan
peningkatan risiko terjadinya trombophlebitis.
b. Stoking penyangga sebaiknya dipakai apabila harus duduk dalam jangka
waktu lama di mobil atau di pesawat terbang.
c. Sabuk pengaman sebaiknya diletakkan di bawah perut ketika kehamilan
sudah besar.
10. Merokok pada saat hamil
Wanita hamil dilarang merokok karena dapat menyebabkan BBLR, lahir
preterm, ketuban pecah dini, plasenta previa, dan kematian janin. Etanol yang
terkandung dalam alkohol dapat menembus plasenta yang merupakan zat
teratogen yang dapat menyebabkan risiko terbesar adalah kecacatan pada janin.
ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN ANTE NATAL CARE (ANC)

A. Fokus Pengkajian Keperawatan


1. Aktivitas dan Istirahat
a. Tekanan darah agak lebih rendah daripada normal (8 – 12 minggu) kembali
pada tingkat pra kehamilan selama setengah kehamilan terakhir.
b. Denyut nadi dapat meningkat 10 – 15 DPM.
c. Murmur sistolik pendek dapat terjadi sampai dengan peningkatan volume
episode singkope.
d. Varises
e. Sedikit edema ekstremitas bawah/tangan mungkin ada (terutama pada
trisemester akhir)
2. Integritas Ego
Menunjukkan perubahan persepsi diri
3. Eliminasi
a. Perubahan pada konsistensi / frekuensi defekasi
b. Peningkatan frekuensi perkemihan
c. Urinalisis: Peningkatan berat jenis
d. Hemoroid
4. Makanan/Cairan
a. Mual dan muntah, terutama trisemester pertama; nyeri ulu hati umum terjadi
b. Penambahan berat badan: 2 sampai 4 lb trisemester pertama, trisemester
kedua dan ketiga masing-masing 11 – 12 lb.
c. Membran mukosa kering: hipertropi jaringan gusi dapat terjadi mudah
berdarah
d. Hb dan Ht rendah mungkin ditemui (anemia fisiologis)
e. Sedikit edema dependen
f. Sedikit glikosuria mungkin ada
g. Diastasis recti (separasi otot rektus) dapat terjadi pada akhir kehamilan.
11. Nyeri dan Kenyamanan
Kram kaki; nyeri tekan dan bengkak pada payudara; kontraksi Braxton Hicks
terlihat setelah 28 minggu; nyeri punggung
12. Pernapasan
a. Hidung tersumbat; mukosa lebih merah daripada normal
b. Frekuensi pernapasan dapat meningkat terhadap ukuran/tinggi; pernapasan
torakal.
13. Keamanan
a. Suhu tubuh 98 – 99,5 ºF (36,1 – 37,6 ºC)
b. Irama Jantung Janin (IJJ) terdengar dengan Doptone (mulai 10 – 12 minggu)
atau fetoskop (17 - 20 minggu)
c. Gerakan janin terasa pada pemeriksaan setelah 20 minggu. Sensasi gerakan
janin pada abdomen diantara 16 dan 20 minggu.
d. Ballottement ada pada bulan keempat dan kelima.
14. Seksualitas
a. Penghentian menstruasi
b. Perubahan respon /aktivitas seksual
c. Leukosa mungkin ada.
d. Peningkatan progresif pada uterus mis: Fundus ada di atas simfisis pubis
(pada 10 – 12 minggu) pada umbilikolis (pada 20 – 30 minggu) agak ke
bawah kartilago ensiform (pada 36 minggu)
e. Perubahan payudara: pembesaran jaringan adiposa, peningkatan
vaskularitas lunak bila dipalpasi, peningkatan diameter dan pigmentasi
jaringan arcolar, hipertrofi tberkel montgemery, sensasi kesemutan
(trisemester pertama dan ketiga); kemungkinan strial gravidarum kolostrum
dapat tampak setelah 12 minggu
f. Perubahan pigmentasi: kloasma, linea nigra, palmar eritema, spicler nevi,
strial gravidarum.
g. Tanda-tanda Goodell, Hegar Schdwick positif.
15. Integritas Sosial
a. Bingung/meragukan perubahan peran yang dintisipasi.
b. Tahap maturasi/perkembangan bervariasi dan dapat mundur dengan stressor
kehamilan
c. Respons anggota keluarga lain dapat bervariasi dari positif dan mendukung
sampai disfungsional.
16. Penyuluhan/Pembelajaran
Harapan individu terhadap kehamilan, persalinan/melahirkan tergantung pada
usia, tingkat pengetahuan, pengalaman paritas, keinginan terhadap anak,
stabilitas ekonomik.
17. Pemeriksaan Diagnostik
a. DL menunjukkan anemia, hemoglobinipatis (mis: sel sabit)
b. golongan darah: ABO DAN Rh untuk mengidentifikasi resiko terhadap
inkompatibilitas
c. Usap vagina/rectal: tes untuk Neisseria gonorrhea, Chlamydia
d. Tes serologi: menentukan adanya sefilis (RPR: Rapid Plasma Reagen)
e. Penyakit Hubungan Kelamin lain (PHS) seperti diindikasikan oleh kutil
vagina, lesi, rabas abnormal.
f. Skrining: terhadap HIV, hepatitis, tuberculosis
g. Papanicolaow Smear: mengidentifikasi neoplasia, herpes simpleks tipe 2
h. Urinalisis: skin untuk kondisi media (mis: pemastian kehamilan infeksi,
diabetes penyakit ginjal)
i. Ter serum/urin untuk gadadotropin karionik manusia (HCG) positif
j. Titer rubella > a : a O menunjukkan imunitas
k. Tes sonografi: ada janin setelah gestasi 8 minggu
l. Skin glukosa serum / 1 jam tes glukosa: < 140 jam mg/dl (biasanya
dilakukan antara 24 sampai 28 minggu. Evaluasi selanjutnya dari folus
pengkajian dilakukan pada setiap kunjungan prenatal.

B. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan


1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual muntah
3. Mual berhubungan dengan sensasi muntah
4. Inkontinensia urine aliran berlebih berhubungan dengan distensi kandung kemih
5. Hambatan rasa nyaman berhubungan dengan kenyamanan menurun
6. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang pemahaman terhadap
kehamilan.
7. Gangguan bodi image berhubungan dengan perubahan fisiologis.
C. IMPLEMENTASI
No. Diagnosa/Masalah Kolaborasi Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
1 Ketidakefektifan pola nafas NOC NIC
Definisi : inspirasi atau ekspirasi 1. Respon penyapihan Ventilasi 1. Manajemen jalan napas
yang tidak memberikan ventilasi Mekanik: Dewasa a. Buka jalan nafas dengan tehnik chin lift atau jaw thrust,
kuat. a. Tingkat pernafasan spontan (5) sebagai mana mestinya.
tidak ada deviasi dari kisaran b. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.
normal. c. Identifikasi kebutuhan actual/potensial pasien untuk
b. Irama pernafasan spontan (5) tidak memasukkan alat membuka jalan nafas.
ada deviasi dari kisaran normal. d. Masukka alat NPA atau OPA sebagaimana mestinya.
c. Kedalaman pernafasan spontan (5) e. Lakukan fisioterapi dada,sebagaimana mestinya
tidak ada deviasi dari kisaran f. Buang secret dengan memotivasi pasien untuk
normal. melakukan batuk atau menyedot lendir
d. Saturasi oksigen (5) tidak ada g. Motivasi klien untuk bernafas pelan, dalam, berputar dan
deviasi dari kisaran normal. batuk.
e. Kapasitas vital (5) tidak ada h. Instruksikan bagaimana agar bisa melakukan batuk
deviasi dari kisaran normal. efektif
f. Volume tidal (5) tidak ada deviasi i. Austkultasi suara nafas, catat area yang ventilasinya
dari kisaran normal. menurun atau tidak ada dan adanya suara nafas tambahan
g. Suara nafas tambahan (5) tidak j. Lakukan penyedotan melalui eudotrakea atau nasotrakea
ada. sebagaimana mestinya
2. Status Pernafasan k. Kelola pemberian bronkodilator sebagaimana mestinya
a. Status pernafasan (5) tidak ada l. Ajarkan pasien bagaimana menggunakan inhaler sesuai
deviasi dari kisaran normal. resep sebagaimana mestinya
b. Irama pernafasan (5) tidak ada m. Kelola pengobatan aerosol sebagaimana mestinya
deviasi dari kisaran normal. n. Kelola nebulizer ultrasonic sebagaimana mestinnya
c. Kedalam inspirasi (5) tidak ada Monitor status pernafasan dan oksigen sebagaimana
deviasi dari kisaran normal. mestinya.
d. Suara auskultasi nafas (5) tidak ada 2. Manajemen Jalan Nafas Buatan
deviasi dari kisaran normal. a. Selalu mencuci tangan
e. Kepatenan jalan nafas (5) tidak ada b. Menggunakan alat perlindungan diri
deviasi dari kisaran normal. c. Memberikan OPA atau alat bantu gigit untuk mencegah
3. Status Pernafasan : Ventilasi tergigitnya ETT dengan cara yang tepat
a. Frekuensi pernafsan (5) tidak ada d. Menyediakan sistem hidrasi yang adekuat melalui oral
deviasi dari kisaran normal. maupun pemberian cairan intravenalakukan fisioterapi
b. Suara perkusi nafas (5) tidak ada dada jika diperlukan
deviasi dari kisaran normal. e. Tinggikan kepala sama dengan atau lebih besar dari 30
c. Penggunaan otot bantu nafas (5) derajat atau bantu pasien untuk duduk di kursi selama
tidak ada. pemberian makan dengan cara yang tepat.
d. Retraksi dinding dada (5) tidak 1. Terapi oksigen
ada. a. Bersihkan mulut, hidung, dan skresi trakea dengan tepat
e. Taktil fremitus (5) tidak ada. b. Batasi merokok
c. Pertahankan kepatenan jalan nafas
d. Siapkan peralatan oksigen dan berikan melalui sistem
humidifier
e. Berikan oksigen tambahan seperti yang diperintahkan
f. Monitor aliran oksigen
g. Monitor efektifitas terapi oksigen (misalnya tekanan
oksimetri, ABGs) dengan tepat
h. Pastikan penggantian masker oksigen/kanul nasal setiap
penggantian perangkat
i. Amati tanda-tanda hipoventilasi induksi oksigen
j. Pantau adanya tanda-tanda keracunan oksigen
k. Konsultasikan dengan tenaga kesehatan lain mengenai
penggunaan oksigen tambahan selama kegiatan/tidur.
2. Monitor pernafasan
a. Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan
bernafas
b. Catat pergerakan dada, ketidaksimetrisan, penggunaan
otot bantu nafas, dan retraksi pada otot supraclavikula
dan intercostal
c. Monitor suara nafas tambahan seperti ngorok dan mengi
d. Monitor pola nafas (misalnya bradipneu, takipneu,
hiperventilasi, pernafasan kusmaul, pernafasan 1:1,
apneustik, respirasi biot, dan pola ataxic)
e. Auskulatasi suara nafas, catat area dimana dimana terjadi
penurunan atau tidak adanya ventilasi dan keberadaan
suara nafas tambahan
f. Berikan bantuan resusitasi jika diperlukan
g. Berikan bantuan nafas jika diperlukan (misalnya
nebulizer).
2 Ketidakseimbangan nutrisi NOC : NIC :
kurang dari kebutuhan tubuh 1. Status Nutrisi 1. Manajemen Gangguan Makan
Definisi : Intake nutrisi tidak cukup a. Asupan gizi (5) tidak menyimpang. a. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain utuk
untuk keperluan metabolisme b. Asupan makanan (5) tidak mengembangkan rencana keperawatan dengan
tubuh. menyimpang. melibatkan klien dan orang – orang terdekat dengan tepat
Batasan karakteristik : c. Asupan cairan (5) tidak menyimpang. b. Rundingkan dengan tim dan klien untuk mengatur target
1. Berat badan 20 % atau d. Energy (5) tidak menyimpang. pencapaian berat badan jika berat badan klien tidak
lebih di bawah ideal e. Rasio BB/TB (5) tidak menyimpang. berada dalam rentang berat badan yang direkomendasikan
2. Bising usus hiperaktif 2. Status Nutrisi: Asupan Nutrisi sesuai umur dan bentuk tubuh
3. Cepat kenyang setelah a. Asuan kalori (5) sepenuhnya adekuat. c. Tentukan pencapaian berat badan harian sesuai keinginan
makan b. Asupan protein (5) sepenuhnya d. Rundingkan dengan ahli gizi dengan menuntukan asupan
4. Diare adekuat. kalori harian yang diperlukan untuk mempertahankan
5. Gangguan sensasi rasa c. Asupan lemak (5) sepenuhnya berat badan yang sudah ditentukan
6. Kehilangan rambut adekuat. e. Ajarkan dan dukung konsep nutrisi yang baik dengan
berlebihan d. Asupan karbohidrat (5) sepenuhnya klien (dan orang terdekat klien dengan tepat)
7. Kelemahan otot pengunyah adekuat. f. Dorong klien untuk mendiskusikan makanan yang disukai
8. Kelemahan otot untuk e. Asupan serat (5) sepenuhnya adekuat. bersama dengan ahli gizi
menelan f. Asupan vitamin (5) sepenuhnya g. Kembangkan hubungan yang mendukung dengan klien
9. Kerapuhan kapiler adekuat. h. Monitor tanda – tanda fisiologis (tanda – tanda vital ,
10. Kesalahan informasi 3. Nafsu Makan elektrolit), jika diperlukan
11. Kesalahan persepsi a. Hasrat/ keingian untuk makan (5) i. Timbang berat badan klin secara rutin (pada hari yang
12. Ketidakmampuan memakan tidak terganggu. sama dan setelah BAB/BAK)
makanan b. Menyenangi makanan (5) tidak j. Monitor intake/asupan dan asupan cairan secara tepat
13. Kram abdomen terganggu. k. Monitor asupan kalori makanan harian
14. Kurang informasi c. Merasakan (5) tidak terganggu. l. Dorong klien untuk memonitor sendiri asupan makanan
15. Kurang minat pada d. Energi untuk makan (5) tidak harian dan menimbang berat badan secara tepat
makanan terganggu. m. Bangun harapan terkait dengan perilaku makanan yang
16. Membran mukosa pucat e. Intake Nutrisi (5) tidak terganggu. baik, intake/asupan makanan/cairan dan jumlah aktivitas
17. Nyeri abdomen f. Rangsangan untuk makan (5) tidak fisik
18. Penurunan BB dengan terganggu. n. Observasi klien selama dan setelah pemberian
asupan makanan adekuat makanan/makanan ringan untuk meyakinkan bahwa
19. Sariawan rongga mulut. intake/asupan makanan yang cukup tercapai dan
20. Tonus otot menurun. dipertahankan
o. Berikan dukungan terhadap peningkatan berat badan dan
Faktor-faktor yang perilaku yang meningkatkan berat badan
berhubungan : p. Beri dukungan (misalnya, terapi relaksasi, latihan
1. Faktor biologis desensitisasi, kesempatan untuk membicaraan perasaan)
2. Faktor ekonomi sembari klien juga berusaha mengintegrasikan perilaku
3. Gangguan psikososial makan yang baru, perubahan citra tubuh dan perubahan
4. Ketidakmampuan makan gaya hidup
5. Ketidakmampuan mencerna q. Batasi aktifitas fisik sesuai kebutuhan untuk
makanan meningkatkan berat badan
6. Ketidakmampuan r. Monitor berat badan klien sesuai secara rutin.
mengabsorpsi nutrient 2. Manajemen Nutrisi
7. Kurang asupan makan a. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan (pasien )
untuk memenuhi kebutuhan gizi
b. Identifikasi (adanya) alergi atau intoleransi makanan yang
dimiliki pasien
c. Tentukan apa yang menjadi preferensi makanan bagi
pasien
d. Instruksikan pasien mengenai kebutuhan nutrisi (yaitu:
membahas pedoman diet dan piramida makanan)
e. Bantu pasien dalam menentukan pedoman atau piramida
makanan yang paling cocok dalam memenuhi kebutuhan
nutrisi dan prefensi (misalnya., Piramida Makanan
Vegetarian, Piramida Panduan Makan, dan Piramida
Makanan untuk Lanjut Usia Lebih dari 70 tahun)
f. Berikan pilihan makanan sambil menawarkan bimbingan
terhadap pilihan (makanan) yang lebih sehat, jika
diperlukan
g. Atur diet yang diperlukan (yaitu: menyediakan makanan
protein tinggi; menyerahkan menggunakan bumbu dan
rempah – rempah sebagai alternative untuk garam,
menyediakan pengganti gula; menambah atau
mengurangi kalori, menambah atau mengurangi vitamin,
mineral, atau suplemen)
h. Ciptakan lingkungan yang optimal pada saat
mengkonsumsi makanan (misalnya, bersih, berventilasi,
santai, dan bebas dari bau yang menyengat)
i. Lakukan atau bantu pasien terkait dengan perawatan
mulut sebelum makan
j. Beri obat – obatan sebelum (misalnya, penghilang rasa
sakit, antiseptic) jika diperlukan
k. Anjurkan pasien untuk duduk pada posisi tegak di kursi,
jika memungkinkan
l. Pastikan makan disajikan dengan cara yang menarik dan
pada suhu yang paling cocok untuk konsumsi secara
optimal
m. Anjurkan keluarga untuk membawa maknan favorit
pasien sementara pasien berada di rumah sakit atau
fasilitas perawatan, yang sesuai
n. Anjurkan pasien terkait dengan kebutuhan diet untuk
kondisi sakit(yaitu: untuk pasien dengan penyakit ginjal,
pembatasan natrium, kalium, protein, dan cairan)
o. Tawarkan makanan ringan yang padat gizi
p. Monitor kalori dan asupan makan
q. Monitor kecenderungan terjadinya penurunan dan
kenaikan berat badan.
3. Monitor Nutrisi
a. Timbang berat badan pasien
b. Monitor pertumbuhan dan perkembangan
c. Lakukan pengukuran antropometrik pada komposisi
tubuh (misalnya; indeks massa tubuh, pengukuran
pinggang, dan lipatan kulit)
d. Monitor kecenderungan turun dan naiknya berat badan
(misalnya; pada pasien anak – anak, pola tinggi dan anak
– anak sesuai standar growth chart)
e. Identifikasi perubahan berat badan terakhir
f. Monitor tugor kulit dan mobilitas
g. Monitor adanya mual dan muntah
h. Monitor diet dan asupan kalori
i. Tentukan pola makan (misalnya; makan yang disukai dan
tidak disukai, konsumsi yang berlebihan terhadap
makanan siap saji, makan yang terlewati, makan tergesa –
gesa, interaksi anak dan orang tua selama makan, dan
frekuansi serta lamanya bayi makan)
j. Tentukan faktor – faktor yang mempengaruhi asupan
nutrisi (misalnya; peneggetahuan, ketersediaan dan
kemudahan memperolrh produk – produk makanan yang
berkualitas, pengaruh agama dan budaya, gender,
kemampuan menyiapkan makanan, isolasi sosial,
hospitalisasi, mengunyah tidak adekuat, gangguan
menelan, penyakit peridominal, gigi yang busuk,
penurunan dalam merasakan makanan, penggunaan obat,
dan status penyakit atau setelah pembedahan.
4. Bantuan Perawatan Diri: Pemberian Makan
a. Monitor kemampuan pasien untuk menelan
b. Ciptakan lingkungan yang menyenangkan selama waktu
makan (misalnya; jauhkan dari pandanan benda – benda
seperti pispot, urinal, dan suksion)
c. Beri penurun nyeri yang cukup sebelum makan, dengan
tepat
d. Berikan kebersihan mulut sebelum makan
e. Posisikan pasien dalam posisi makan yang nyaman
f. Berikan makanan dengan suhu yang paling sesuai
g. Sediakan makanan dan minuman yang disukai dengan
tepat
h. Monitor berat badan pasien dengan tepat
i. Monitor status dehidrasi pasien dengan tepat
5. Manajemen Berat Badan
a. Diskusikan dengan pasien mengenai kondisi medis apa
saja yang berpengaruh terhadap berat badan
b. Diskusikan dengan pasien mengenai kebiasaan, budaya,
dan faktor herediter yang mungkin mempengauhi berat
badan
c. Diskusikan risiko yang mungkin muncul jika terdapat
kelebihan berat badan atau berat badan kurang
d. Kaji motivasi pasien untuk mengubah pola makannya.
3 Mual NOC NIC
Definisi: suatu fenomena subjektif 1. Nafsu makan 1. Monitor cairan/elektrolit
tentang rasa tidak nyaman pada a. Hasrat/ keingian untuk makan (5) a. Tentukan jumlah dan jenis intake asupan cairan serta
bagian belakang tenggorokkan atau tidak terganggu. kebiasaan eliminasi
lambung yang dapat b. Menyenangi makanan (5) tidak b. Tentukan factor resiko yang mungkin menyebabkan
mengakibatkan muntah. terganggu. ketidak seimbangan cairan ( musal : kehilangan albumin,
Batasan karakteristik: c. Merasakan (5) tidak terganggu. luka bakar, hipertermi, infeksi, paska oprasi, diare, dan
1. Keengganan terhadap d. Energi untuk makan (5) tidak muntah)
makanan terganggu. c. Periksa turgor kulit dengan memegang jaringa sekitar
2. Mual e. Intake Nutrisi (5) tidak terganggu. tulang
3. Peningkatan menelan f. Rangsangan untuk makan (5) tidak d. Monitor berat badan
4. Peningkatan saliva terganggu. e. Monitor asupan dan pengeluaran
5. Rasa asam di dalam mulut 2. Kontrol mual dan muntah f. Monitor nilai kadar serum dan elektrolit urin
6. Sensasi muntah a. Mendeskripsikan faktor-faktor g. Monitor tekanan darah, denyut nadi, dan status
Faktor yang berhubungan: penyebab (5) secara konsisten pernafasan
Biofisik: menunjukkan. h. Monitor membrane mukosa, turgor kulit dan respon haus
1. Distensi lambung b. Mengenali pencetus stimulus Cek grafik asupan dan pengeluaran secara berkala untuk
2. Gangguan biokimia (muntah) (5) secara konsisten memastikan pemberian layanan yang baik.
3. Iritasi gastrointestinal menunjukkan. 2. Pemberian obat
4. Kehamilan c. Menghindari faktor-faktor penyebab a. Pertahankan aturan dan prosedur yang sesuai dengan
5. Mabuk perjalanan bila mungkin (5) secara konsisten keakuratan dan keamanan pemberian obat-obatan
6. Meningitis menunjukkan. b. Pertahankan lingkungan yang bisa memaksimalkan
7. Peningkatan tik d. Menggunakan obat antimetik seperti keamanan dan efektivitas pemberian obat-obatan
8. Penyakit esofagus yang diekomendasikan (5) secara c. Hindari interupsi ketika menyiapkan, memverifikasi
9. Penyakit pankreas konsisten menunjukkan. memberikan obat
10. Situasional: e. Melaporkan mual, muntah-muntah, d. Ikuti prosedur 5 benar dalam pemberian obat
11. Ansietas dan muntah yang terkontrol (5) secara e. Verifikasi resep obat-obatan sebelum pemberian obat
12. Gangguan psikologis konsisten menunjukkan. f. Monitor kemungkinan alergi terhadap obat, interaksi
13. Stimulasi lingkungan dan kontraindikasi, termasuk obat-obatan diluar konter
14. Takut. dan obat-obatan herbal
g. Catat alergi yang dialami klien sebelum pemberian obat
dan tahan obat-obatan jika diperlukan
h. Beritahukan klien mengenai jenis obat, alasan
pemberian obat, hasil yang diharapkan dan efek
lanjutan yang akan terjadi sebelum pemberian obat
i. Monitor klien terhadap efek terapeeutik untuk semua
obat-obatan
j. Monitor klien terhadap efek lanjut, toksisitas dan
interaksi pemberian obat
k. Dokumentasikan pemberian obat dan respon klien
(misalnya, nama generic obat, dosis, waktu, cara, alasan
pemeberian obat dan efek yang dicapai) sesuai dengan
protokol
3. Manajemen mual
a. Dorong pasien untuk memantau pengalaman diri
terhadap mual
b. Dorong pasien untuk belajar strategi mengatasi mual
sendiri
c. Evaluasi dampak dari pengalaman mual pada kualitas
hidup (misalnya, nafsu makan, aktivitas, prestasi kerja,
tanggung jawab peran, dan tidur)
d. Identifikasi faktor-faktor yang dapat menyebabkan atau
berkontribusi terhadap mual (misalnya, obat-obatan dan
prosedur)
e. Pastikan bahwa obat antiemetic yang efektif diberikan
untuk mencegah mual bila memungkinkan (kecuali
untuk mual yang berhubungan dengan kehamilan)
f. Kendalikan faktor-faktor lingkungan yang mungkin
membangkitkan mual (misalnya, bau yang tidak
menyenangkan, suara, dan stimulasi visual yang tidak
menyenangkan)
g. Ajari penggunaan tehnik nonvarmakologi (misalnya,
biofeedback, hypnosis, relaksasi, imajinasi terbimbing,
terapi music, distraksi, akupresur) untuk mengatasi
mual
h. Timbang BB secara teratur
i. Berikan informasi mengenai mual, seperti penyabab
mual dan berapa lama itu akan berlangsung
j. Monitor efek dari manajemen mual secara keseluruhan.
4 Inkontinensia urine aliran NOC NIC
berlebih Perawatan diri : Eliminasi (toileting) 1. Manajemen Eliminasi Urin
Definisi :Pengeluaran urine 1. Mengidentifikasi keinginan berkemih a. Monitor eliminasi urin, frekuensi, konsistensi, bau,
involunter yang (5) tidakterganggu volume, dan warna, jika dìperlukan
dikaitkandengandistensikandungke 2. Berespon tepat waktu terhadap dorongan b. Monitor tanda dan gejala retensi urin
mihberlebihan berkemih(5) tidakterganggu c. Identifikasi faktor yang menyebabkan episode
BatasanKarakteristik : 3. Mencapai toilet antara waktu dorongan inkontinensia
1. Disuria berkemih dan pengeluaran urin(5) d. Kumpulkan spesimen urin tengah untuk pemeriksaan
2. Seringberkemih tidakterganggu urinalisis, jika diperlukan
3. Anyang-anyangan 4. Melakukan eliminasi secara mandiri(5) e. Ajarkan pasien tentang tanda dan gejala infeksi saluran
4. Inkontinensia tidakterganggu kemih
5. Nokturia 5. Mengosongkan kandung kemih secara f. Ajarkan pasien dan keluarga untuk mencatat haluaran
6. Retensi tuntas(5) tidakterganggu dan pola urine, jika diperlukan
7. Dorongan 6. Mengkonsumsi cairan dalam jumlah g. Batasi cairan sesuai kebutuhan
adekuat(5) tidakterganggu
Faktor Yang Berhubungan : 7. Urin residu pasca berkemih >100-200 2. Perawatan Inkontinensia Urine
1. Obstruksi anatomic ml(5) tidakterganggu a. Identifikasi multi faktor yang menyebabkan
2. Penyebab multiple 8. Tidak terjadi hematuri, dan partikel pada inkontinensia (produksi urin, pola berkemih, fungsi
3. Gangguan sensori motorik urin(5) tidakterganggu cognitif, masalah berkemih yang dialami, dan
4. Lnfeksi saluran kemih 9. Tidak ada rasa sakit pada saat pengobatan)
berkemih(5) tidakterganggu b. Anjurkan pasien untuk minum minimum 1500 cc per
hari
c. Sediakan ruangan yang tenang dan privasi untuk
prosedur eliminasi
d. Tetapkan interval jadwal eliminasi dengan rutinitas
yang dilakukan setiap hari
e. Kurangi konsumsi yang menyebabkan iritasi pada
bladder (seperti minuman bersoda, teh, kopi dan
cokelat)
5 NOC NIC
Gangguan rasa nyaman
Kontrol kecemasan diri : Anxiety Reduction (penurunankecemasan)
Definisi : Merasa kurang senang, a. Mampu mengontrol kecemasan (5) a. Gunakan pendekatan yang menenangkan
lega, dan sempurna dalam dimensi dilakukan secara konsisten. b. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
fisik, psikospiritual, lingkungan, b. Mengurangi peneybab kecemasan (5) c. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama
dan social. dilakukan secara konsisten prosedur
c. Mengurangi rangsangan lingkungan d. Pahami prespektif pasien terhadap situasi stres
BatasanKarakteristik : ketika cemas(5) dilakukan secara e. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan
1. Ansietas konsisten mengurangi takut
2. Menangis d. Menggunakan strategi koping yang f. Dorong keluarga untuk menemani anak
3. Ganguan pola tidur efektif(5) dilakukan secara konsisten g. Lakukan back/neck rub
4. Takut h. Dengarkan dengan penuh perhatian
5. Ketidakmampuan untuk rileks i. Identifikasi tingkat kecemasan
6. Iritabilitas j. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan
7. Merintih kecemasan
8. Melaporkan merasa dingin k. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,
9. Melaporkan merasa panas ketakutan, persepsi
10. Melaporkan perasaan tidak l. Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
nyaman m. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
11. Melaporkan gejala distress
12. Melaporkan rasa lapar
13. Melaporkan rasa gatal
14. Melaporkan kurang puas
dengan keadaan
15. Melaporkan kurang senang
dengan situasi tersebut
16. Gelisah
17. Berkeluh kesah
Faktor Yang Berhubungan :
1. Gejala terkait penyakit
2. Sumber yang tidakadekuat
3. Kurang pengendalian
Iingkungan
4. Kurang privasi
5. Kurang control situasional
6. Stimulasi lingkungan yang
mengganggu
7. Efek samping terkait
terapi (mis .medikasi,
radiasi)
7 Defisiensi pengetahuan NOC NIC
Definisi: ketiadaan atau defisiensi 1. Pengetahuan : manajemen penyakit 1. Peningkatan kesadaran kesehatan
informasi kognitif yang berkaitan akut a. Ciptakan lingkungan perawatan kesehatan dimana
dengan topik tertentu. a. Faktor-faktor penyebab dan factor pasien dengan permasalahan memahami aksara dapat
Batasan karakteristik : yang berkontribusi (5) pengetahuan mencari bantuan tanpa merasa malu atau merasa dicela
10. Ketidakakuratan melakukan sangat banyak. b. Gunakan komunikasi yang sesuai dan jelas
test b. Perjalanan penyakit biasanya (5) c. Gunakan bahasa sederhana
11. Ketidakakuratan melakukan pengetahuan sangat banyak. d. berikan informasi penting secara tertulis maupun lisan
perintah c. Manfaat manajemen penyakit (5) pada pasien sesuai dengan bahasa utamanya/bahasa ibu
12. Kurang pengetahuan pengetahuan sangat banyak. e. pertimbangkan hal yang telah pasien ketahui tentang
13. Perilaku tidak tepat (mis., d. Tanda dan gejala penyakit (5) kondisi kesehatannya atau risikonya dan
histeria, bermusuhan, agitasi, pengetahuan sangat banyak. menghubungkan informasi baru dengan apa yang sudah
apatis) e. Tanda dan gejala komplikasi (5) pasien ketahui
Faktor yang berhubungan : pengetahuan sangat banyak 2. Pengajaran : proses penyakit
1. Gangguan fusngsi kognitif penggunaan obat-obatan resep yang a. Kaji tingkat pengetahuan pasien terkait dengan proses
2. Gangguan memori benar (5) pengetahuan sangat banyak. penyakit yang spesifik
3. Kurang informasi b. Jelaskan paktovisiologi penyakit dan bagaimana
4. Kurang minat untuk belajar hubungannya dengan anatomi dan visiologi sesuai
5. Kurang sumber ilmu kebutuhan
pengetahuan c. Riview pengetahuan pasien mengenai kondisinya
6. Salah pengertian terhadap d. Kenali pengetahuan pasien mengenai kondisinya
orang lain. e. Jelaskan tanda dan gejala yang umum dari penyakit,
sesuai kebutuhan
f. Eksplorasi bersama pasien apakah dia telah mealakukan
manajemn gejala
g. Jelaskan mengenai proses penyakit sesuai kebutuhan
h. Identifikasi kemungkinan penyebab sesuai kebutuhan
i. Jelaskan komplikasi kronik yang mungkin ada, sesuai
kebutuhan
D. EVALUASI

No. Diagnosa/Masalah Tujuan (NOC)


Kolaborasi
1 Ketidakefektifan pola NOC
nafas 1. Respon penyapihan Ventilasi Mekanik:
Definisi : inspirasi atau Dewasa
ekspirasi yang tidak a. Tingkat pernafasan spontan (5) tidak
memberikan ventilasi kuat. ada deviasi dari kisaran normal.
b. Irama pernafasan spontan (5) tidak ada
deviasi dari kisaran normal.
c. Kedalaman pernafasan spontan (5) tidak
ada deviasi dari kisaran normal.
d. Saturasi oksigen (5) tidak ada deviasi
dari kisaran normal.
e. Kapasitas vital (5) tidak ada deviasi dari
kisaran normal.
f. Volume tidal (5) tidak ada deviasi dari
kisaran normal.
g. Suara nafas tambahan (5) tidak ada.
2. Status Pernafasan
a. Status pernafasan (5) tidak ada deviasi
dari kisaran normal.
b. Irama pernafasan (5) tidak ada deviasi
dari kisaran normal.
c. Kedalam inspirasi (5) tidak ada deviasi
dari kisaran normal.
d. Suara auskultasi nafas (5) tidak ada
deviasi dari kisaran normal.
e. Kepatenan jalan nafas (5) tidak ada
deviasi dari kisaran normal.
3. Status Pernafasan : Ventilasi
a. Frekuensi pernafsan (5) tidak ada deviasi
dari kisaran normal.
b. Suara perkusi nafas (5) tidak ada deviasi
dari kisaran normal.
c. Penggunaan otot bantu nafas (5) tidak
ada.
d. Retraksi dinding dada (5) tidak ada.
e. Taktil fremitus (5) tidak ada.
2 Ketidakseimbangan NOC :
nutrisi kurang dari 1. Status Nutrisi
kebutuhan tubuh a. Asupan gizi (5) tidak menyimpang.
b. Asupan makanan (5) tidak menyimpang.
c. Asupan cairan (5) tidak menyimpang.
d. Energy (5) tidak menyimpang.
e. Rasio BB/TB (5) tidak menyimpang.
2. Status Nutrisi: Asupan Nutrisi
a. Asuan kalori (5) sepenuhnya adekuat.
b. Asupan protein (5) sepenuhnya adekuat.
c. Asupan lemak (5) sepenuhnya adekuat.
d. Asupan karbohidrat (5) sepenuhnya
adekuat.
e. Asupan serat (5) sepenuhnya adekuat.
f. Asupan vitamin (5) sepenuhnya adekuat.
3. Nafsu Makan
a. Hasrat/ keingian untuk makan (5) tidak
terganggu.
b. Menyenangi makanan (5) tidak terganggu.
c. Merasakan (5) tidak terganggu.
d. Energi untuk makan (5) tidak terganggu.
e. Intake Nutrisi (5) tidak terganggu.
f. Rangsangan untuk makan (5) tidak terganggu.
3 Mual NOC
1. Nafsu makan
a. Hasrat/ keingian untuk makan (5) tidak
terganggu.
b. Menyenangi makanan (5) tidak terganggu.
c. Merasakan (5) tidak terganggu.
d. Energi untuk makan (5) tidak terganggu.
e. Intake Nutrisi (5) tidak terganggu.
f. Rangsangan untuk makan (5) tidak
terganggu.
2. Kontrol mual dan muntah
a. Mendeskripsikan faktor-faktor penyebab
(5) secara konsisten menunjukkan.
b. Mengenali pencetus stimulus (muntah) (5)
secara konsisten menunjukkan.
c. Menghindari faktor-faktor penyebab bila
mungkin (5) secara konsisten menunjukkan.
d. Menggunakan obat antimetik seperti yang
diekomendasikan (5) secara konsisten
menunjukkan.
e. Melaporkan mual, muntah-muntah, dan
muntah yang terkontrol (5) secara konsisten
menunjukkan.
4 Inkontinensia urine aliran NOC
berlebih Perawatan diri : Eliminasi (toileting)
14. Mengidentifikasi keinginan berkemih (5)
tidakterganggu
15. Berespon tepat waktu terhadap dorongan
berkemih (5) tidakterganggu
16. Mencapai toilet antara waktu dorongan
berkemih dan pengeluaran urin (5)
tidakterganggu
17. Melakukan eliminasi secara mandiri (5)
tidakterganggu
18. Mengosongkan kandung kemih secara tuntas
(5) tidakterganggu
19. Mengkonsumsi cairan dalam jumlah adekuat
(5) tidakterganggu
20. Urin residu pasca berkemih >100-200 ml (5)
tidakterganggu
21. Tidak terjadi hematuri, dan partikel pada urin
(5) tidakterganggu
22. Tidak ada rasa sakit pada saat berkemih (5)
tidakterganggu
5 NOC
Gangguan rasa nyaman
1.Kontrol kecemasandiri :
a. Mampu mengontrol kecemasan (5)
dilakukan secara konsisten.
b. Mengurangi peneybab kecemasan (5)
dilakukan secara konsisten
c. Mengurangi rangsangan lingkungan ketika
cemas (5) dilakukan secara konsisten
d. Menggunakan strategi koping yang efektif
(5) dilakukan secara konsisten
6 Defisiensi pengetahuan NOC
1. Pengetahuan : manajemen penyakit akut
a. Faktor-faktor penyebab dan factor yang
berkontribusi (5) pengetahuan sangat
banyak.
b. Perjalanan penyakit biasanya (5)
pengetahuan sangat banyak.
c. Manfaat manajemen penyakit (5)
pengetahuan sangat banyak.
d. Tanda dan gejala penyakit (5) pengetahuan
sangat banyak.
e. Tanda dan gejala komplikasi (5)
pengetahuan sangat banyak penggunaan
obat-obatan resep yang benar (5)
pengetahuan sangat banyak.
DAFTAR PUSTAKA

Bobak. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta.: EGC.


Doenges. E. Marillynn. (2001). Rencana Keperawatan Maternal/bayi. Edisi 2. Jakarta :
EGC.
Farrer, H. (2001). Perawatan Maternitas. Edisi 2. Jakarta.: EGC
Haer, Forer. (2009). PerawatanMaternitasEdisi 2.Jakarta : EGC.
Herdman & Kamitsuru. (2018). NANDA-I Diagnosa Keperawatan Difinisi dan
Klasifikasi 2018-2020. Jakarta : EGC.
Kusmiyati, et al. (2008). Asuhan Keperawatan Maternitas.Jakarta : Bina Pustaka.
Manuaba. (2000). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana
untuk Pendidikan Bidan.Jakarta : EGC.
Manuaba, I.C., Manuaba, I.B.F., & Manuaba, I.B.G. (2009). Buku Ajar Patologi
Obstetri. Jakarta : EGC.
Masriroh, Siti. (2013). Keperawatan Obstetri & Ginekologi.Yogyakarta : Imperium.
Purwaningsih, Wahyu dkk. (2010). Asuhan Keperawatan Maternitas.Jogjakarta: Nuha
Medika.
Rohmah, Nikmatur dkk. (2009). Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi.Jogjakarta :
Ar-ruzz Media.
Roxsana & Intisari (2016). Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi Keenam.
Singapore : Elsevier.

Roxsana & Intisari (2016). Nursing Outcame Classification (NOC) Edisi Kelima.
Singapore : Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai