Anda di halaman 1dari 3

Apakah sebenarnya berfikir

Berpikir berasal dari kata “pikir” yang artinya akal budi; ingatan; angan-angan. Jadi
berpikir adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu;
menimbang-nimbang dalam ingatan: lama ia berpikir sebelum menjawab pertanyaan itu;
pengalaman pada zaman lalu telah membuat ia matang berpikir
“Berpikir” mencakup banyak aktivitas mental. Kita berpikir saat memutuskan barang apa
yang akan kita beli di toko. Kita berpikir saat mencoba memecahkan ujian yang diberikan di
kelas. Kita berpikir saat menulis artikel, menulis makalah, menulis surat, membaca buku,
membaca koran, merencanakan liburan, atau mengkhawatirkan suatu persahabatan yang
terganggu.
Berpikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak. Walaupun tidak bisa
dipisahkan dari aktivitas kerja otak, pikiran manusia lebih dari sekedar kerja organ tubuh yang
disebut otak. Kegiatan berpikir juga melibatkan seluruh pribadi manusia dan juga melibatkan
perasaan dan kehendak manusia. Memikirkan sesuatu berarti mengarahkan diri pada obyek
tertentu, menyadari secara aktif dan menghadirkannya dalam pikiran kemudian mempunyai
wawasan tentang obyek tersebut.
Berpikir juga berarti berjerih-payah secara mental untuk memahami sesuatu yang dialami
atau mencari jalan keluar dari persoalan yang sedang dihadapi. Dalam berpikir juga termuat
kegiatan meragukan dan memastikan, merancang, menghitung, mengukur, mengevaluasi,
membandingkan, menggolongkan, memilah-milah atau membedakan, menghubungkan,
menafsirkan, melihat kemungkinan-kemungkinan yang ada, membuat analisis dan sintesis
menalar atau menarik kesimpulan dari premis-premis yang ada, menimbang, dan memutuskan.
Berfikir merupakan kebiasaan semua manusia yang hidup, setiap gerakan atau tindakan
manusia pasti akan didahului dengan berfikir. Artinya kegiatan berfikir memang sudah menjadi
kodrat manusia, dan seperti yang diungkapkan J.M Bochenski dalam karyanya ILMU DALAM
PERSPEKTIF.
Bahwa berfikir secara umum merupakan perkembangan dalam idea, konsep, dan
sebagainya di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung melalui
proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang tersimpan di dalam diri
seseorang yang berupa pengertian-pengertian. Sedangkan berfikir keilmuan bukan suatu
pemikiran yang biasa. Contohnya jika ada seseorang yang bertanya kepada saya, “Apakah yang
sedang anda pikirkan?” mungkin kita akan menjawab, “Saya sedang memikirkan keluarga saya”.
Pemikiran keilmuan adalah pemikiran yang sungguh-sungguh. Artinya suatu cara berfikir
yang berdisiplin, di mana seseorang yang berfikir sungguh-sungguh takkan membiarkan idea dan
konsep yang sedang dipikirkan berkelana tanpa arah, namun kesemuanya itu akan diarahkan
kepada suatu tujuan tertentu. Tujuan tertentu itu adalah pengetahuan. Berpikir keilmuan adalah
berpikir yang didisiplinkan dan diarahkan kepada pengetahuan.
Dari pernyataan di atas tidak hanya menggungkapkan definitive, namun juga
menggungkapkan data sebagai penunjang claimnya. Bahwa befikir tidak hanya membuka mata
melihat suatu obyek yang ingin kita ketahui.
Akan tetapi pada dasarnya obyek yang ingin kita ketahui sudah tertentu. Yang harus
disadari adalah bahwa obyek tersebut tak pernah sederhana. Biasanya obyek itu sangat rumit.
Mungkin mempunyai beratus-ratus segi, aspek, karakteristik dan sebagainya. Pikiran kita tak
mungkin untuk mencakup semuanya dalam suatu ketika. Dalam rangka untuk mengenal benar-
benar obyek semacam itu, seseorang harus dengan rajin memperhatikan semua seginya,
membandingkan apa yang telah dilihatnya, dan selalu melihat serta menganalisis obyek tersebut
dari berbagai pendirian yang berbeda, kesemuanya ini adalah berfikir. Dan untuk mendapatkan
hasil berfikir yang sebenarnya disini dengan melalui metode penelitian, dari berbagai segi seperti
yang tertera di atas, artinya tidak bisa dengan membaca literature yang ada semata.

Bagaimana cara penalaran dilakukan:


1. Harus ada premis tertentu yang berupa pernyataan yang kebenarannya telah diketahui
atau dapat diterima.
2. Harus mempunyai cara dalam melakukan penarikan kesimpulan (infrens).
Contohnya : ada premis dua premis. Premis pertama, “Jika hari ini hujan maka jalanan akan
basah.” Premis yang kedua “Hari ini hujan.” Oleh karena itu akan didapat kesimpulan bahwa,
“Jalanan akan basah”.

Dalam mempertimbangkan sesuatu kita harus memiliki prinsip sifat ini:


1. Praktis : ilmu, jika hal itu merupakan ilmu yang sebenarnya jelas merupakan sesuatu
yang paling baik dari yang kita punyai. Ilmu adalah sangat berguna
2. Teoritis : ilmu memberikan kepada kita, sebagai tambahan terhadap uraian tentang gejala
yang diamati, pernyataan yang bersifat peluang.
3. Sikap yang diturunkan dari kaidah : bahwa orang berpikir harus memihak ilmu dan
menentang kekuasaan manusia, bila terjadi sesuatu kontradiksi antara mereka.
Kontradiksi ini mungkin terjadi bila ilmu bertentangan dengan ideology, yakni
argumentasi yang disusun berdasarkan kekuasaan.
4. Ilmu untuk sebagian besar hanya memberikan pernyataan bersifat mungkin, maka bisa
terjadi bahwa hal itu lantas ditolak berdasarkan sesuatu yang pasti. Ilmu bukanlah sesuatu
yang pasti dimana penemuan itu menentang apa yang dipertahankan ilmu, maka kita
harus memihak kepada sesuatu yang pasti tersebut dan menentang teori keilmuan.
5. Ilmu hanya mempunyai kemampuan dalam bidangnya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Bochenski.J.M. Ilmu Dalam Perspektif, terj. Jujun S. Suriasumantri. Jakarta: PT. Gramedia,
1978.
http://dhennylife.blogspot.co.id/2009/12/apakah-sebenarnya-berfikir.html
https://id.wiktionary.org/wiki/berpikir
http://psikologi.or.id/psikologi-umum-pengantar/berpikir-thinking.html

Anda mungkin juga menyukai