Anda di halaman 1dari 17

AKADEMI KEBIDANAN BHAKTI ASIH No.

:
PURWAKARTA Tanggal:
Revisi :0
MODUL ASUHAN KEBIDANAN V Halaman.......dari.......

MASALAH KEBIDANAN KOMUNITAS


A. Kematian Ibu dan Bayi Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
merupakan salah satu indikator derajat kesehatan. Namun, masalah kematian ibu dan
bayi di Indonesia masih merupakan masalah besar. Dengan demikian, pelayanan
kesehatan ibu dan anak menjadi prioritas utama dalam pembangunan kesehatan di
Indonesia.
a. Kematian Ibu
Kematian ibu adalah kematian yang terjadi pada ibu selama masa kehamilan atau
dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, tanpa melihat usia dan lokasi
kehamilan, oleh setiap penyebab yang berhubungan dengan atau diperberat oleh
kehamilan atau penanganannya tetapi bukan oleh kecelakaan atau incid. (Depkes
RI, 2009).
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan tolak ukur keberhasilan kesehatan ibu,
yang manjadi indikator terpenting untuk menilai kualitas pelayanan obstetri dan
ginekologi di suatu wilayah. Menurut SDKI tahun 2007, AKI di Indonesia tahun
2007 sebesar 248/100.000 kelahiran hidup. Jika dibandingkan dengan AKI
menurut SDKI tahun 2003 sebesar 307/100.000 kelahiran hidup, AKI tersebut
sudah jauh menurun, namun masih jauh dari target MDGs 2015 yaitu sebesar
102/100.000 kelahiran hidup. Sehingga masih memerlukan kerja keras dari semua
komponen untuk mencapai target tersebut. Bidan sebagai tenaga k
esehatan dalam tatanan pelayanan kebidanan komunitas di lini terdepan,
mempunyai peranan penting dalam penurunan AKI yang dinilai masih tinggi.
b. Kematian Bayi
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi saat setelah bayi lahir sampai bayi
belum berusia tepat 1 tahun (Depkes RI, 2009). Menurut SDKI tahun 2003, AKB
sebesar 35/1000 kelahiran hidup. Sedangkan berdasarkan perhitungan BPS tahun
2007 sebesar 27/1000 kelahiran hidup. Adapun target AKB pada MDG’s 2015
sebesar 17/1000 kelahiran hidup. Penyebab kematian bayi meliputi : Gangguan
perinatal (34,7%), Sistim pernapasan (27,6 %), Diare (9,4%), Sistim pencernaan
(4,3%) dan Tetanus (3,4%).

Masalah Kebidanan Komunitas Page 1


AKADEMI KEBIDANAN BHAKTI ASIH No. :
PURWAKARTA Tanggal:
Revisi :0
MODUL ASUHAN KEBIDANAN V Halaman.......dari.......

c. Upaya menurunkan AKI dan AKB:


1. Melaksanakan kelas ibu hamil berkualitas
2. Pelaksanaan P4K yang berkualitas
3. Membangun kemitraan bidan dan dukun
4. Implentasi pertolongan persalinan empat tangan di fasilitas kesehatan
5. Implentasi penempatan bidan di desa dan berdomisili di desa
6. Peningkatan fungsi PONED
7. Optimalisasi desa siaga
d. Peran bidan
1. Melakukan pencatatan kelahiran dan kematian ibu dan bayi serta
mengidentifikasi penyebab kematian ibu dan bayi dengan melibatkan peran
serta masyarakat.
2. Bekerja sama dengan tokoh masyarakat untuk mengadakan desa siaga yang
meliputi pengaturan transportasi setempat yang siap melakukan rujukan
3. kedaruratan, mengadakan pengaturan biaya bagi masyarakat yang tidak
mampu atau dapat mengadakan tabungan ibu bersalin pada ibu hamil sebagai
persiapan untuk biaya persalinannya nanti, melakukan pengorganisasian
donor darah berjalan serta mencari calon pendonor bagi ibu bersalin nanti
sebagai antisipasi jika dalam persalinan ibu terjadi perdarahan sehingga tidak
sampai terjadi kematian ibu.
4. Melakukan pelaksanaan pertemuan rutin GSI (gerakan sayang ibu) dalam
promosi “suami, bidan dan desa SIAGA”

B. Kehamilan Remaja
a. Pengertian
Di Indonesia rata-rata kehamilan remaja terjadi pada usia 14-19 tahun. Hal ini
didapatkan dari hasil survey knowledge, attitude, practice. Kehamilan remaja
adalah kehamilan yang terjadi pada wanita usia 14-19 tahun baik melalui proses

Masalah Kebidanan Komunitas Page 2


AKADEMI KEBIDANAN BHAKTI ASIH No. :
PURWAKARTA Tanggal:
Revisi :0
MODUL ASUHAN KEBIDANAN V Halaman.......dari.......

pranikah atau nikah. Hamil diluar nikah yang terjadi pada remaja yang di
Indonesia yang pemerintahannya tidak peduli dengan masyarakat belum bergerak
secara signifikan dalam masalah ini, akan menimbulkan hal-hal yang lebih besar
dikemudian hari. Hal masa depanpun menjadi masalah misalnya malu terhadap
teman,lingkungan dan juga merasa remaja sudah musnah. Selain itu ketidak
stabilan emosi dan ekonomi juga sangat mempengaruhi apalagi jika hal ini terjadi
pada keluarga yang kurang mampu. Maka akan terjadi penolakan terhadap anak
yang nanti akan dilahirkan.
b. Hal yang mengakibatkan terjadinya kehamilan remaja antara lain
1. Kurangnya peran orang tua dalam keluarga Perhatian dan peran orang tua
amat berpengaruh besar terhadap perkembangan mental dan kejiwaan si anak.
Anak yang tidak merasakan ketentraman didalam keluarganya akan
cenderung mencari ketentraman di luar dengan berbagai cara, ada kalanya
mereka melakukan hal-hal yang banyak diantaranya yang cenderung
melakukan hal-hal negatif sebagai bentuk kekesalan mereka terhadap kedua
ibu bapaknya.
2. Perkembangan IPTEK yang tidak didasari dengan perkembangan mental yang
kuat Semakin majunya IPTEK membuat para remaja semakin mudah untuk
mendapatkan informasi-informasi mengenai seks dan apabila hal ini tidak
didasari dengan perkembangan mental yang kuat maka dapat membuat para
remaja terjerumus ke arah pergaulan yang salah dan sehingga terciptalah
perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai dengan norma dan agama yang
berlaku.
3. Kurangnya Pendidikan Seks dari Orang Tua dan Keluarga terhadap Remaja
Berdasarkan penelitian yang didapat sejak September 2007 yang dilakukan di
4 kota di Indonesia. Dengan mengambil 450 responden dan dengan kisaran
usia antara 15 – 24 tahun, kategori masyarakat umum dan dengan kelas sosial
menengah ke atas dan ke bawah. Didapakan informasi bahwa sekitar 65%
informasi tentang seks didapat dari kawan 35% dari film porno. Dan hanya
5% yang mendapatkan informasi tentang seks dari orang tua.

Masalah Kebidanan Komunitas Page 3


AKADEMI KEBIDANAN BHAKTI ASIH No. :
PURWAKARTA Tanggal:
Revisi :0
MODUL ASUHAN KEBIDANAN V Halaman.......dari.......

c. Masalah yang timbul akibat kehamilan remaja


1. Masalah Kesehatan reproduksi Kesehatan reproduksi merupakan masalah
penting untuk mendapatkan perhatian terutama dikalangan remaja. Remaja
yang kelak akan menikah dan menjadi orang tua sebaiknya mempunyai
kesehatan reproduksi yang prima sehinnga dapat menurunkan generasi sehat.
Dikalangan remaja telah terjadi semacam revolusi hubungan seksual yang
menjurus kearah diberalisasi yang dapat berakibat timbulnya berbagai
penyakit hubungan seks yang merugikan alat reproduksi. Bila pada saatnya
diperlukan untuk hamil normal, besar kemungkinan kesehatan reproduksi
sudah tidak optimal dan dapat menimbulkan berbagai akibat samping
kehamilan. Dengan demikian dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan
kesehatannya sehingga dapat mempersiapkan diri untuk hamil dalam keadaan
optimal.
2. Masalah Psikologi Pada Kehamilan Remaja Remaja yang hamil diluar nikah
menghadapi berbagai masalah psikologis yaitu rasa takut, kecewa, menyesal,
dan rendah diri terhadap kehamilannya sehingga terjadi usaha untuk
menghilangkan dengan jalan gugur kandung. Gugur kandung mempunyai
kerugian yang paling kecil bila dibandingkan dengan melanjutkan kehamilan.
Sukur bila kehamilannya terjadi menjelang kehamilan sehinnga segera
dilanjutkan dengan pernikahan. Keadaan akan makin rumit bila pemuda atau
laki-laki yang menghamili malah tidak bertanggung jawab sehingga derita
hanya ditanggung sendiri dengan keluarga. Keluargapun menghadapi masalah
yang sulit ditengah masyarakat seolah-olah tidak mampu memberikan
pendidikan moral pada anak gadisnya.
3. Masalah sosial dan ekonomi keluarga Perkawinan yang dianggap dapat
menyelesaikan masalah kehamilan remaja tidak lepas dari kemelut seperti:
1) Penghasilan yang terbatas sehingga kelangsungan hamilnya dapat
menimbulkan berbagai masalah kebidanan.
2) Putus sekolah sehingga pendidikan jadi terlantar.

Masalah Kebidanan Komunitas Page 4


AKADEMI KEBIDANAN BHAKTI ASIH No. :
PURWAKARTA Tanggal:
Revisi :0
MODUL ASUHAN KEBIDANAN V Halaman.......dari.......

3) Putus kerja, karena berbagai alasan, sehingga menambah sulitnya masalah


sosial ekonomi.
4) Ketergantungan sosial ekonomi pada keluarga menimbulkan stres
(tekanan batin).
5) Nilai gizi yang relativ rendah dapat menimbulkan berbagai masalah
kebidanan Bila remaja memilih untuk mengasuh anaknnya sendiri,
masyarakat nelum siap menerima kelahiran tanpa pernikahan berbeda
halnya dengan negara maju seperti Amerika, masyarakat sudah dapat
menerima kehamilan sebagai hasil hidup bersama.
4. Dampak Kebidanan Kehamilan Remaja
1) Keguguran Keguguran pada usia muda dapat terjadi secara tidak
disengaja. misalnya : karena terkejut, cemas, stres. Tetapi ada juga
keguguran yang sengaja dilakukan oleh tenaga non profesional sehingga
dapat menimbulkan akibat efek samping yang serius seperti tingginya
angka kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat
menimbulkan kemandulan.
2) Persalinan prematur, berat badan lahir rendah (BBLR) dan kelainan
bawaan Prematuritas terjadi karena kurang matangnya alat
reproduksiterutama rahim yang belum siap dalam suatu proses kehamilan,
berat badan lahir rendah (BBLR) juga dipengaruhi gizi saat hamil kurang
dan juga umur ibu yang belum menginjak 20 tahun. cacat bawaan
dipengaruhi kurangnya pengetahuan ibu tentang kehamilan, pengetahuan
akan asupan gizi rendah, pemeriksaan kehamilan (ANC) kurang, keadaan
psikologi ibu kurang stabil. selain itu cacat bawaan juga di sebabkan
karena keturunan (genetik) proses pengguguran sendiri yang gagal, seperti
dengan minum obat-obatan (gynecosit sytotec) atau dengan loncat-loncat
dan memijat perutnya sendiri.
3) Mudah terjadi infeksi Keadaan gizi buruk, tingkat sosial ekonomi rendah,
dan stress memudahkan terjadi infeksi saat hamil terlebih pada kala nifas.

Masalah Kebidanan Komunitas Page 5


AKADEMI KEBIDANAN BHAKTI ASIH No. :
PURWAKARTA Tanggal:
Revisi :0
MODUL ASUHAN KEBIDANAN V Halaman.......dari.......

4) Anemia kehamilan / kekurangan zat besi Penyebab anemia pada saat


hamil di usia muda disebabkan kurang pengetahuan akan pentingnya gizi
pada saat hamil di usia muda.karena pada saat hamil mayoritas seorang
ibu mengalami anemia. tambahan zat besi dalam tubuh fungsinya untuk
meningkatkan jumlah sel darah merah, membentuk sel darah merah janin
dan plasenta.lama kelamaan seorang yang kehilangan sel darah merah
akan menjadi anemis.
5) Keracunan Kehamilan Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum
siap hamil dan anemia makin meningkatkan terjadinya keracunan hamil
dalam bentuk pre-eklampsia atau eklampsia. Pre-eklampsia dan eklampsia
memerlukan perhatian serius karena dapat menyebabkan kematian.
6) Kematian ibu yang tinggi Kematian ibu pada saat melahirkan banyak
disebabkan karena perdarahan dan infeksi. Selain itu angka kematian ibu
karena gugur kandung juga cukup tinggi.yang kebanyakan dilakukan oleh
tenaga non profesional (dukun).
d. Pencegahan Kehamilan Remaja
1. Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah
2. Kegiatan positif
3. Hindari perbuatan yang memberi dorongan negatif misalnya perilaku sex.
4. Jangan terjebak pada rayuan gombal
5. Hindari pergi dengan orang yang tidak terkenal .
6. Mendekatkan diri pada Tuhan.
7. Penyuluhan meliputi Kesehatan Reproduksi Remaja, Keluarga Berencana (alat
kontrasepsi, kegagalan dan solusinya), kegiatan rohani dengan tokoh agama.
8. Bagi pasangan menikah sebaiknya menggunakan alat kontrasepsi yang tingkat
kegagalannya rendah, misalnya steril, AKBK, AKDR, dan suntik.
e. Peran Bidan
1. Bersikap bersahabat jangan mencibir
2. Konseling kepada remaja dan keluarga meliputi kehamilan dan persalinan.

Masalah Kebidanan Komunitas Page 6


AKADEMI KEBIDANAN BHAKTI ASIH No. :
PURWAKARTA Tanggal:
Revisi :0
MODUL ASUHAN KEBIDANAN V Halaman.......dari.......

3. Membantu mencari penyelesaian masalah yaitu dengan menyelesaikan secara


kekeluargaan, segera menikah.
4. Periksa kehamilan sesuai standart
5. Gangguan jiwa atau resiko tinggi segera rujuk ke Sp.OG
6. Bila ingin abortus maka berikan konseling resiko abortus.
C. Angka Kejadian BBLR
Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat adalah angka
kematian bayi (AKB). AKB merupakan indikator yang lazim digunakan untuk
menentukan derajat kesehatan masyarakat, baik pada tataran provinsi maupun
nasional. Beberapa penyebab kematian bayi baru lahir (neonatus) yang terbanyak di
Indonesia diantaranya BBLR 29%, asfiksia 27%, tetanus neonatorum 10%, masalah
pemberian makanan 10%, gangguan hematologik 6%, infeksi 5%, dan lain-lain 13%.
Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut WHO (2007) diperkirakan 15%
dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di
negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan
90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35
kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. Data
dari WHO (2009) menyebutkan bahwa angka kejadian BBLR di Indonesia adalah
10,5%.
a. Definisi
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang
dari 2500 gram. Penyebab terjadinya BBLR antara lain karena ibu hamil anemia,
kurang suplay gizi waktu dalam kandungan, ataupun lahir kurang bulan. Bayi
yang lahir dengan berat badan rendah perlu penanganan yang serius, karena pada
kondisi tersebut bayi mudah sekali mengalami hipotermi yang biasanya akan
menjadi penyebab kematian. (Depkes RI, 2006).
BBLR adalah neonatus dengan berat badan lahir pada saat lahir (yang diukur
dalam 1 jam setelah lahir) kurang dari 2500 gram, tanpa memandang usia
kehamilan. (Depkes RI, 1999). Menurut Saifudin, dkk (2000), BBLR
diklasifikasikan menjadi :

Masalah Kebidanan Komunitas Page 7


AKADEMI KEBIDANAN BHAKTI ASIH No. :
PURWAKARTA Tanggal:
Revisi :0
MODUL ASUHAN KEBIDANAN V Halaman.......dari.......

1. Bayi berat lahir rendah (BBLR) yaitu berat lahir 1500 – 2500 gram
2. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) yaitu berat lahir < 1500 gram
3. Bayi baru lahir ekstrem rendah (BBLER) yaitu berat lahir < 1000 gram Bayi
dengan berat badan lahir rendah, akan mengalami beberapa masalah
diantaranya: Asfiksia, Gangguan nafas, Hipotermi, Hipoglikemi, Masalah
pemberian ASI, Infeksi, Ikterus dan Masalah perdarahan.
a. Ciri-ciri BBLR
1. Berat < 2.500 gram
2. Panjang badan < 45 cm
3. Lingkar dada < 30 cm
4. Lingkar kepala < 33 cm
5. Usia kehamilan < 37 minggu
6. Kepala relatif besar, kepala tidak mampu tegak
7. Kulit tipis, transparan, lemak kulit kurang, otot hipotonik- lemah.
8. Pernafasan tidak teratur, dll.
b. Penyebab BBLR
Menurut Depkes (1993) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi terjadinya
BBLR, yaitu:
1. Faktor Ibu
a. Gizi ibu hamil yang kurang Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat
memengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan
keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan,
anemia pada bayi, asfiksia. Intra partum (mati dalam kandungan) lahir
dengan berat badan rendah (BBLR). Indikator lain untuk mengetahui
status gizi ibu hamil adalah dengan mengukur LILA. LILA adalah Lingkar
Lengan Atas. LLA kurang dari 23,5 cm merupakan indikator kuat untuk
status gizi yang kurang/ buruk. Ibu berisiko untuk melahirkan anak dengan
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
b. Umur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun Kelahiran bayi BBLR
lebih tinggi pada ibu-ibu muda berusia kurang dari 20 tahun. Remaja

Masalah Kebidanan Komunitas Page 8


AKADEMI KEBIDANAN BHAKTI ASIH No. :
PURWAKARTA Tanggal:
Revisi :0
MODUL ASUHAN KEBIDANAN V Halaman.......dari.......

seringkali melahirkan bayi dengan berat lebih rendah. Hal ini terjadi
karena mereka belum matur dan mereka belum memiliki sistem transfer
plasenta seefisien wanita dewasa. Pada ibu yang tua meskipun mereka
telah berpengalaman, tetapi kondisi badannya serta kesehatannya sudah
mulai menurun sehingga dapat memengaruhi janin intra uterin dan dapat
menyebabkan kelahiran BBLR. Faktor usia ibu bukanlah faktor utama
kelahiran BBLR, tetapi kelahiran BBLR tampak meningkat pada wanita
yang berusia di luar usia 20 sampai 35 tahun.
c. Jarak hamil dan persalinan terlalu dekat Jarak kehamilan kurang dari 2
tahun dapat menimbulkan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama
dan perdarahan pada saat persalinan karena keadaan rahim belum pulih
dengan baik. Ibu yang melahirkan anak dengan jarak yang sangat
berdekatan (di bawah dua tahun) akan mengalami peningkatan risiko
terhadap terjadinya perdarahan pada trimester III, termasuk karena alasan
plasenta previa, anemia dan ketuban pecah dini serta dapat melahirkan
bayi dengan berat lahir rendah.
d. Paritas ibu Anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan
janin sehingga melahirkan bayi dengan berat lahir rendah dan perdarahan
saat persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah.
2. Faktor Kehamilan
a. Hamil dengan polihidramnion Polihidramnion adalah keadaan di mana
banyaknya air ketuban melebihi 2000 cc. Polihidramnion harus dianggap
sebagai kehamilan dengan risiko tinggi karena dapat membahayakan ibu
dan anak.
b. Hamil ganda Berat badan satu janin pada kehamilan kembar rata-rata 1000
gram lebih ringan daripada janin kehamilan tunggal. Berat badan bayi
yang baru lahir umumnya pada kehamilan kembar kurang dari 2500 gram.
Suatu faktor penting dalam hal ini ialah kecenderungan terjadinya partus
prematurus.

Masalah Kebidanan Komunitas Page 9


AKADEMI KEBIDANAN BHAKTI ASIH No. :
PURWAKARTA Tanggal:
Revisi :0
MODUL ASUHAN KEBIDANAN V Halaman.......dari.......

c. Perdarahan antepartum Perdarahan antepartum merupakan perdarahan


pada kehamilan diatas 22 minggu hingga mejelang persalinan yaitu
sebelum bayi dilahirkan. Komplikasi utama dari perdarahan antepartum
adalah perdarahan yang menyebabkan anemia dan syok yang
menyebabkan keadaan ibu semakin jelek. Keadaan ini yang menyebabkan
gangguan ke plasenta yang mengakibatkan anemia pada janin bahkan
terjadi syok intrauterin yang mengakibatkan kematian janin intrauterine.
Bila janin dapat diselamatkan, dapat terjadi berat badan lahir rendah,
sindrom gagal napas dan komplikasi asfiksia.
d. Preeklamsi dan eklampsi Pre-eklampsia dan Eklampsia dapat
mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan janin dalam kandungan atau
IUGR dan kelahiran mati. Hal ini disebabkan karena Pre-
eklampsia/Eklampsia pada ibu akan menyebabkan perkapuran di daerah
plasenta, sedangkan bayi memperoleh makanan dan oksigen dari plasenta,
dengan adanya perkapuran di daerah plasenta, suplai makanan dan oksigen
yang masuk ke janin berkurang.
e. Ketuban pecah dini Ketuban Pecah Dini (KPD) disebabkan oleh karena
berkurangnya kekuatan membran yang diakibatkan oleh adanya infeksi
yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Pada persalinan normal selaput
ketuban biasanya pecah atau dipecahkan setelah pembukaan lengkap,
apabila ketuban pecah dini, merupakan masalah yang penting dalam
obstetri yang berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya
infeksi ibu.
3. Faktor Janin
a. Cacat bawaan / kelainan congenital Kelainan kongenital merupakan
kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan
hasil konsepsi sel telur. Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenital,
umumnya akan dilahirkan sebagai Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) atau
bayi kecil untuk masa kehamilannya. Bayi Berat Lahir Rendah dengan

Masalah Kebidanan Komunitas Page 10


AKADEMI KEBIDANAN BHAKTI ASIH No. :
PURWAKARTA Tanggal:
Revisi :0
MODUL ASUHAN KEBIDANAN V Halaman.......dari.......

kelainan kongenital yang mempunyai berat kira-kira 20% meninggal


dalam minggu pertama kehidupannya.
b. Infeksi dalam Rahim Infeksi hepatitis terhadap kehamilan bersumber dari
gangguan fungsi hati dalam mengatur dan mempertahankan metabolisme
tubuh, sehingga aliran nutrisi ke janin dapat terganggu atau berkurang.
pengaruh infeksi hepatitis menyebabkan abortus atau persalinan
prematuritas dan kematian janin dalam rahim. Wanita hamil dengan
infeksi rubella akan berakibat buruk terhadap janin. Infeksi ini dapat
menyebabkan bayi berat lahir rendah, cacat bawaan dan kematian janin.
e. Penanganan
a) Pengaturan suhu lingkungan Terapi inkubator, dengan pengaturan suhu
BB < 2 kg : 350C BB 2 kg – 2,5 kg : 34 oC, suhu inkubator diturunkan
1 oC setiap minggu, sampai bayi dapat ditempatkan pada suhu
lingkungan (24 – 27 oC).
b) Makanan bayi Umumnya refleks menghisap belum sempurna.
Kapasitas lambung masih kecil dan daya enzim pencernaan (lipase)
masih kurang, sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB dan kalori
110 Kal/kg BB sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. ASI
merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI yang paling
dahulu diberikan. ASI dapat diperas dan di minumkan perlahan-lahan
atau dengan memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan
diberikan sekitar 50-60 cc/kg BB/hari dan terus dinaikkan sampai
mencapai sekitar 200 cc/kg BB/hari. Pemberian makanan dilakukan
menggunakan pipet sedikit namun sering, perhatikan kemungkinan
terjadinya pneumonia aspirasi). (Wiknjosastro H, 2007)
f. Pencegahan
1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan, upayakan ANC yang
berkualitas, segera lakukan rujukan apabila ditemukan kelainan
2. Meningkatkan gizi masyarakat
3. Tingkatkan penerimaan gerakan KB

Masalah Kebidanan Komunitas Page 11


AKADEMI KEBIDANAN BHAKTI ASIH No. :
PURWAKARTA Tanggal:
Revisi :0
MODUL ASUHAN KEBIDANAN V Halaman.......dari.......

4. Penyuluhan kesehatan
5. Melakukan konsultasi terhadap penyakit yang dapat menyebabkan
kehamilan dan persalinan preterm.
g. Peran bidan
1. Melakukan KIE pada waktu pemeriksaan kehamilan tentang asupan
nutirsi selama hamil dan meninjau ulang status pekerjaan dan
membantu membuat keputusan mengenai persalinan. Mengkaji
kesiapan ibu untuk kelahiran dan persalinan serta kesiapan keluarga
untuk bayi baru lahir.
2. Meningkatkan peran serta keluarga dan masyarakat agar mau
menerima pelayanan KIA sebagai upaya untuk mencegah kejadian
BBLR dan penangananya.
3. Bekerja sama dengan tokoh masyarakat untuk mengadakan desa siaga
yang meliputi pengaturan transportasi setempat yang siap melakukan
rujukan kedaruratan, mengadakan pengaturan biaya bagi masyarakat
yang tidak mampu.
D. PUS (Pasangan Usia Subur)
PUS dengan Fertilitas tinggi Tingkat fertilitas/ tingkat kesuburan yang mana
sumbernya adalah PUS (pasangan usia subur) merupakan salah satu masalah
kebidanan yang perlu mendapatkan perhatian karena dengan tingginya tingkat
fertilitas tanpa diiringi oleh tingkat pengetahuan akan sistem reproduksi akan
meningkatkan AKI dan AKB. Peran bidan adalah dengan memberikan KB yang
sesuai.
PUS dalam masa prakonsepsi Masa prakonsepsi adalah masa persiapan
sebelum memasuki masa pembuahan dan kehamilan. Pada masa ini pasutri (PUS)
dapat merencanakan kehamilan dengan berbagai persiapan yang lebih matang. Peran
bidan disini adalah membantu persiapan pra konsepsi dengan:
a) Pemberian informasi pola hidup sehat seperti pola makan, olahraga, istirahat
cukup, tidak mengkonsumsi minuman beralkohol dan tidak merokok.
b) Konseling variasi hubungan seksual dan cara menghitung masa subur.

Masalah Kebidanan Komunitas Page 12


AKADEMI KEBIDANAN BHAKTI ASIH No. :
PURWAKARTA Tanggal:
Revisi :0
MODUL ASUHAN KEBIDANAN V Halaman.......dari.......

c) Pemeriksaan fisik dan tes-tes kesehatan.


PUS dengan masalah Infertilitas (Kemandulan) Tingkat kesuburan seseorang
memegang peranan yang sangat penting bagi pasangan suami istri. Tingkat
kesuburan dibedakan menjadi fertilitas/kesuburan dan infertilitas/ketidaksuburan.
Tingkat kesuburan dapat menjadi masalah yang serius. Untuk itu bidan harus
mampu mengenal masalah kesuburan dan ketidaksuburan pada pasangan suami
istri.
a. Definisi Infertil Infertilitas adalah kegagalan dari pasangan suami-istri untuk
mengalami kehamilan setelah melakukan hubungan seksual, tanpa
kontrasepsi, selama satu tahun (Sarwono,497). Ketidaksuburan (infertil)
adalah suatu kondisi dimana pasangan suami istri belum mampu memiliki
anak walaupun telah melakukan hubungan seksual sebanyak 2 – 3 kali
seminggu dalam kurun waktu 1 tahun dengan tanpa menggunakan alat
kontrasepsi jenis apapun (Djuwantono,2008). Secara medis infertil dibagi
menjadi dua jenis, yaitu:
1) Infertile primer Berarti pasangan suami istri belum mampu dan belum
pernah memiliki anak setelah satu tahun berhubungan seksual sebanyak 2
– 3 kali perminggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk
apapun.
2) Infertile sekunder Berarti pasangan suami istri telah atau pernah memiliki
anak sebelumnya tetapi saat ini belum mampu memiliki anak lagi setelah
satu tahun berhubungan seksual sebanyak 2 – 3 kali perminggu tanpa
menggunakan alat atau metode kontrasepsi jenis apapun.
(Djuwantono,2008, hal: 2).
Berdasarkan hal yang telah disebutkan sebelumnya, dapat disimpulkan
bahwa pasangan suami istri dianggap infertile apabila memenuhi syarat-
syarat berikut:
1) Pasangan tersebut berkeinginan untuk memiliki anak.
2) Selama satu tahun atau lebih berhubungan seksual, istri sebelum
mendapatkan kehamilan.

Masalah Kebidanan Komunitas Page 13


AKADEMI KEBIDANAN BHAKTI ASIH No. :
PURWAKARTA Tanggal:
Revisi :0
MODUL ASUHAN KEBIDANAN V Halaman.......dari.......

3) Frekuensi hubungan seksual minimal 2 – 3 kali dalam setiap


minggunya.
4) Istri maupun suami tidak pernak menggunakan alat ataupun metode
kontrasepsi, baik kondom, obat-obatan dan alat lain yang berfungsi
untuk mencegah kehamilan. (Djuwantono,2008, hal: 3).
b. Pencegahan
1) Berbagai macam infeksi diketahui menyebabkan infertilitas terutama
infeksi prostate, buah zakar, maupun saluran sperma. Karena itu, setiap
infeksi didaerah tersebut harus ditangani serius (Steven RB,1985).
2) Beberapa zat dapat meracuni sperma. Banyak penelitihan menunjukan
pengaruh buruk rokok terhadap jumlah dan kualitas sperma (Steven
RB,1985).
3) Alcohol dalam jumlah banyak dihubungkan dengan rendahnya kadar
hormone testosterone yang tentunya akan menganggu pertumbuhan
sperma (Steven RB,1985).
4) Berperilaku sehat (Dewhurst,1997).
c. Peran bidan
1) Meningkatkan peran serta kedua pasangan untuk dapat saling
bekerjasama dalam menangani masalah infertilitas.
2) Melakukan rujukan sehingga pasangan infertil mendapat penanganan
yang tepat
3) Konseling tentang variasi dalam hubungan seksual, cara menghitung
masa subur, makanan yang dapat meningkatkan kesuburan suami atau
isteri.
E. . Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Non Medis
a. Definisi Pertolongan persalinan oleh tenaga non medis yaitu proses persalinan
yang dibantu oleh tenaga non kesehatan yang biasa dikenal dengan istilah dukun
bayi. Dalam tatanan masyarakat yang masih memegang tradisi adat, dukun masih
memegang peranan yang sangat penting. Adanya asumsi pada masyarakat kita

Masalah Kebidanan Komunitas Page 14


AKADEMI KEBIDANAN BHAKTI ASIH No. :
PURWAKARTA Tanggal:
Revisi :0
MODUL ASUHAN KEBIDANAN V Halaman.......dari.......

bahwa melahirkan di dukun mudah dan murah, merupakan salah satu penyebab
terjadinya pertolongan persalinan oleh tenaga non kesehatan.
b. Penyebab Penyebab persalinan di tenaga non medis:
1. Disparitas antar wilayah (Jauh dari nakes)
2. Pendidikan (Pendidikan yang rendah)
3. Ekonomi (Ibu dengan tingkat penghasilan rendah hampir lima kali lebih besar
melakukan persalinan dirumah dibandingkan dengan ibu dengan tingkat
pengeluaran tinggi)
c. Penanganan Penanganannya dengan diadakan program penempatan bidan di desa
yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kematian ibu hamil, bayi dan balita.
Kecuali hal-hal yang berhubungan dengan adat dan kebiasaan masyarakat
setempat, dengan menjalin hubungan kemitraan antara keduanya.
d. Peran bidan Bekerja sama dengan tokoh masyarakat untuk mengadakan desa
siaga yang meliputi pengaturan transportasi setempat yang siap melakukan
rujukan kedaruratan, mengadakan pengaturan biaya bagi masyarakat yang tidak
mampu.
F. IMS (Insfeksi Menular Seksual)
a. Definisi
IMS adalah penyakit yang dapat ditularkan melalui hubungan kelamin atau kontak
intim ( Jan Tambayong,2000:195). IMS adalah penyakit yang disebabkan karena
adanya invasi organisme virus, bakteri, parasit dan kutu kelamin yang sebagian
besar menular melalui hubungan seksual, baik yang berlainan jenis ataupun
sesama jenis. (Aprilianingrum, 2002). Umumnya mata rantai penularan IMS
adalah PSK. Rasio penularan akan meningkat bila pemakaian kondom dan
hubungan seksual dengan PSK tidak dilakukan. PMS banyak ditemui Gonorrhoe
(GO), sifilis, trikomoniasis, herpes simpleks, HIV/AIDS.
Penularan penyakit tidak selalu harus melalui hubungan kelamin. Penyakit dapat
terjadi pada orang-orang yang belum pernah melakukan hubungan kelamin.
Sebagian penderita adalah akibat korban keadaan diluar kemampuan mereka,

Masalah Kebidanan Komunitas Page 15


AKADEMI KEBIDANAN BHAKTI ASIH No. :
PURWAKARTA Tanggal:
Revisi :0
MODUL ASUHAN KEBIDANAN V Halaman.......dari.......

dalam arti mereka sudah berusaha sepenuhnya untuk tidak mendapat penyakit,
tetapi kenyataan masih juga terjangkit (Adhi Jduanda, 2007).
b. Gejala Sebenarnya mengenali gejala infeksi menular seksual cukup mudah, yaitu
dengan mengecek apakah ada cairan seperti nanah keluar dari vagina, penis atau
dubur, lalu cairan ini biasanya berupa lendir dalam jumlah banyak, bau dan kental.
Terasa pedih atau panas ketika buang air kecil atau saat melakukan hubungan
seksual, nyeri di perut bagian bawah (pada wanita) dan di buah zakar (pada pria),
serta bokong dan kaki.
Gejal.a umum IMS yaitu:
1. Perubahan pada kulit disekitar kemaluan
2. Gatal pada alat kelamin.
3. Terasa nyeri saat buang air kecil.
4. Muncul cairan tertentu, dan terlihat tidak normal
5. Ada perubahan yang tidak wajar seperti melepuh, lecet, luka, muncul bintil,
ruam atau pembengkakan di kelamin atau sekitar kelamin.
6. Ada benjolan yang mencurigakan
7. Berdarah dan nyeri saat berhubungan.
c. Pengobatan IMS
1. Yang terbaik adalah mencegah tertular : tidak berhubungan seks,
berhubungan hanya dengan satu pasangan yang setia. Jika berganti-ganti
pasangan, selalu gunakan kondom. juga jangan bertukar alat suntik.
2. Kunjungi klinik dokter secara rutin setiap bulan untuk pemeriksaan.
3. Bila ada keluhan segera periksa ke dokter.
4. Jangan mengobati diri sendiri. Penggunaan antibiotika tanpa pengawasan
dokter akan sangat merugikan. Setiap jenis IMS punya obatnya sendiri-sendiri.
5. Bila ragu-ragu, ajaklah teman anda untuk bersama-sama ke dokter.
d. Peran Bidan Peran bidan dalam pemberantasan IMS ditegaskan dalam kompetensi
kedua Permenkes No. 900 /MENKES/SK/VII/2002 yaitu:
1. Penyuluhan kesehatan mengenai PMS, HIV/AIDS.
2. Dalam kewenangan yang telah ditetapkan ini, bidan dapat melakukan :

Masalah Kebidanan Komunitas Page 16


AKADEMI KEBIDANAN BHAKTI ASIH No. :
PURWAKARTA Tanggal:
Revisi :0
MODUL ASUHAN KEBIDANAN V Halaman.......dari.......

a) Bidan sebagai role model memberi contoh sikap yang baik pada
masyarakat.
b) Memberikan konseling pada masyarakat terutama remaja dan pasangan
suami istri tentang kesehatan reproduksi.
c) Memberikan konseling pada masyarakat tentang penyebab dan akibat IMS
dan bekerjasama dengan tokoh masyarakat dan tokoh agama dalam
pelaksanaan penyuluhan pada masyarakat.
d) Mewaspadai gejala - gejala dan mendeteksi dini adanya IMS

Masalah Kebidanan Komunitas Page 17

Anda mungkin juga menyukai