Anda di halaman 1dari 22

PANDUAN INSIDEN

KESELAMATAN PASIEN

RUMAH SAKIT AVICENNA BIREUEN


JL.Laksamana Malahayati / Kuala Raja No. 1 Lhok Awee
Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen Provinsi Aceh
Kode Pos 24211 Telp :0644 – 22887 Hp. 085260179555
BIREUEN–INDONESIA
1
PANDUAN

INSIDEN KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT


AVICENNA BIREUEN BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tidak perlu diragukan lagi pernyataan Sir Liam Donaldson, Chairman WHO World
Alliance for Patient Safety pada tanggal 2 Mei 2007 ketika meresmikan "Nine Life-Saving Patient
Safety Solutions" di WHO Collaborating Centre for Patient Safety : "Patient safety is now
recognized as a priority by health systems around the world." Keselamatan Pasien sudah diakui
sebagai suatu prioritas dalam pelayanan kesehatan.
Di Indonesia, setelah pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2006 Perhimpunan Rumah Sakit
Seluruh Indonesia (PERSI), Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS), Komisi
Akreditasi Rumah Sakit (KARS) dan Departemen Kesehatan (Depkes), bekerja sama dengan
Becton Dickinson, melakukan "Road Show" sosialisasi program Keselamatan Pasien di 12 kota
dihadapan total 461 rumah sakit, terlihat bahwa Keselamatan Pasien mulai menjadi prioritas di
berbagai rumah sakit.
Keselamatan Pasien Dalam UU. No 44 th 2009 Tentang Rumah Sakit Pasal 43 :
1. RS wajib menerapkan Standar Keselamatan Pasien
2. Standar Keselamatan Pasien dilaksanakan melalui pelaporan insiden, menganalisa dan
menetapkan pemecahan masalah dalam rangka menurunkan angka Kejadian Tidak
Diharapkan (KTD)
3. RS melaporkan kegiatan kepada komite yang membidangi keselamatan pasien yang
ditetapkan Menteri
4. Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (IKP) dibuat secara anonim dan ditujukan untuk
mengkoreksi sistem dalam rangka meningkatkan keselamatan pasien.
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai keselamatan pasien diatur dengan Peraturan Menteri
yaitu Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691/Menkes/Per/VIII/2011 Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit, yang dimana pada
tahun 2017 sudah dinyatakan tidak berlaku lagi dan direvisi menjadi Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien.

2
B. DEFINISI
1. Keselamatan / Safety
Bebas dari bahaya atau risiko (hazard)
2. Hazard / bahaya
Adalah suatu "Keadaan, Perubahan atau Tindakan" yang dapat meningkatkan risiko pada
pasien.
a. Keadaan adalah setiap faktor yang berhubungan atau mempengaruhi suatu "Peristiwa
Keselamatan Pasien/ Patient Safety Event , Agent atau Personal"
b. Agent adalah substansi, obyek atau sistem yang menyebabkan perubahan
3. Keselamatan Pasien / Patient Safety
Pasien bebas dari harm /cedera yang tidak seharusnya terjadi atau bebas dari harm yang
potensial akan terjadi (penyakit, cedera fisik / sosial / psikologis, cacat, kematian dll),
terkait dengan pelayanan kesehatan.
Yang dimaksud dengan keselamatan pasien (patient safety) adalah proses dalam suatu
Rumah Sakit yang memberikan pelayanan pasien yang lebih aman. Termasuk di dalamnya
asesmen risiko, identifikasi, dan manajemen risiko terhadap pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan untuk belajar dan menindaklanjuti insiden, dan menerapkan solusi
untuk mengurangi serta meminimalisir timbulnya risiko. (Penjelasan UU 44/2009 tentang
Rumah Sakit pasal 43).
4. Keselamatan Pasien RS / Hospital Patient Safety
Suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut
meliputi assessmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko
pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan
dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.
5. Harm/ cedera
Dampak yang terjadi akibat gangguan struktur atau penurunan fungsi tubuh dapat berupa
fisik, sosial dan psikologis. Yang termasuk harm adalah : "Penyakit, Cedera, Penderitaan,
Cacat, dan Kematian".
a. Penyakit/Disease
Disfungsi fisik atau psikis
b. Cedera/Injury

3
Kerusakan jaringan yang diakibatkan agent / keadaan
c. Penderitaan/Suffering
Pengalaman/ gejala yang tidak menyenangkan termasuk nyeri, malaise, mual, muntah,
depresi, agitasi,dan ketakutan.
d. Cacat/Disability
Segala bentuk kerusakan struktur atau fungsi tubuh, keterbatasan aktifitas dan atau
restriksi dalam pergaulan sosial yang berhubungan dengan harm yang terjadi
sebelumnya atau saat ini.
6. Insiden Keselamatan Pasien (IKP)/Patient Safety Incident
Setiap adalah setiap kejadian atau situasi yang dapat mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan harm (penyakit, cedera, cacat, kematian dan lainlain) yang tidak seharusnya
terjadi.
7. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) / Adverse Event
Suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu
tindakan (“commission”) atau karena tidak bertindak (“omission”), bukan karena
“underlying disease” atau kondisi pasien. Ketika rumah sakit mendeteksi atau mencurigai
perubahan yang tidak diinginkan atau tidak sesuai dengan harapan maka rumah sakit
memulai analisis mendalam untuk menentukan perbaikan paling baik difokuskan di area
mana. Secara khusus, analisis mendalam dimulai jika tingkat, pola, atau tren yang tidak
diinginkan bervariasi secara signifikan dari

• apa yang diharapkan;


• apa yang ada di rumah sakit; dan
• standar-standar yang diakui.
Analisis dilakukan untuk semua hal berikut ini:
a. semua reaksi transfusi yang sudah dikonfirmasi jika sesuai untuk rumah sakit.
b. semua kejadian serius akibat efek samping obat jika sesuai dan sebagaimana yang
didefinisikan oleh rumah sakit;
c. semua kesalahan pengobatan yang signifikan jika sesuai dan sebagaimana yang
didefinisikan oleh rumah sakit;
d. semua perbedaan besar antara diagnosis praoperasi dan diagnosis pascaoperasi;
e. efek samping atau pola efek samping selama sedasi moderat atau mendalam dan
pemakaian anestesi;
f. kejadian-kejadian lain; misalnya

4
• infeksi yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan atau wabah penyakit menular;
• pasien jiwa yang melarikan diri dari ruang perawatan keluar lingkungan rumah sakit
yang tidak meninggal/tidak cedera serius.

8. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) / Near Miss


Suatu Insiden yang belum sampai terpapar ke pasien sehingga tidak menyebabkan cedera
pada pasien.
9. Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak
menimbulkan cedera, dapat terjadi karena "keberuntungan" (misal; pasien terima suatu obat
kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat), atau "peringanan" (suatu obat dengan reaksi
alergi diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan antidotumnya).
10. Kondisi Potensial Cedera (KPC) / “reportable circumstance”kondisi yang sangat berpotensi
untuk menimbulkan cederatetapi belum terjadi insiden.
11. Kejadian Sentinel (Sentinel Event) :
Suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius; biasanya dipakai untuk
kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima seperti : operasi pada bagian
tubuh yang salah. Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi
(misalnya Amputasi pada kaki yang salah, dan sebagainya) sehingga pencarian fakta
terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan dan
prosedur yang berlaku. Kejadian Sentinel meliputi :
a. Kematian yang tidak diduga, termasuk, dan tidak tidak terbatas hanya
- kematian yang tidak berhubungan dengan
perjalanan penyakit pasien atau kondisi pasien
(contoh, kematian setelah infeksi pascaoperasi atau
emboli paruparu);
- kematian bayi aterm; - bunuh diri.
b. Kehilangan permanen fungsi yang tidak terkait dengan penyakit pasien atau kondisi
pasien;
c. Operasi salah tempat, salah prosedur, dan salah pasien;
d. Terjangkit penyakit kronik atau penyakit fatal akibat transfusi darah atau produk
darah atau transplantasi organ atau jaringan;
e. Penculikan anak termasuk bayi atau anak termasuk bayi dikirim ke rumah bukan
rumah orangtuanya;

5
f. Perkosaan, kekejaman di tempat kerja seperti penyerangan (berakibat kematian atau
kehilangan fungsi secara permanen), atau pembunuhan (yang disengaja) atas pasien,
anggota staf, dokter, mahasiswa kedokteran, siswa latihan, serta pengunjung atau
vendor / pihak ketiga ketika berada dalam lingkungan rumah sakit.
Semua kejadian yang sesuai dengan definisi harus dilakukan analisis akar masalah
(RCA=root cause analysis). Analisis dan rencana tindakan selesai dalam waktu 45 hari
setelah kejadian.

12. Laporan insiden keselamatan pasien RS (Internal)


Pelaporan secara tertulis setiap kejadian nyaris cedera (KNC) atau kejadian tidak diharapkan
(KTD) atau kejadian tidak cedera (KTC) atau kondisi potensial cedera (KPC) yang menimpa
pasien.
13. Laporan insiden keselamatan pasien KKPRS (Eksternal) :
Pelaporan secara anonim secara elektronik ke KKPRS setiap kejadian tidak diharapkan
(KTD) atau kejadian nyaris cedera(KNC) atau kejadian tidak cedera (KTC) atau Sentinel
Event yang terjadi pada pasien, setelah dilakukan analisa penyebab,rekomendasi dan
solusinya.
14. Faktor Kontributor adalah keadaan, tindakan, atau faktor yang mempengaruhi dan berperan
dalam mengembangkan dan atau meningkatkan risikosuatu kejadian (misalnya pembagian
tugas yang tidak sesuai kebutuhan). Contoh :
a. Faktor kontributor di luar organisasi (eksternal)
b. Faktor kontributor dalam organisasi (internal) misalnya tidak ada prosedur
c. Faktor kontributor yang berhubungan dengan petugas (kognitif atau perilaku petugas
yang kurang, lemahnya supervisi, kurangnya team work atau komunikasi)
d. Faktor kontributor yang berhubungan dengan keadaan pasien.
15. Analisis Akar Masalah/ Root Cause Analysis (RCA) adalah suatu proses berulang yang
sistematik dimana faktor faktor yang berkontribusi dalam suatu insiden diidentifikasi dengan
merekonstruksi kronologis kejadian menggunakan pertanyaan ‘mengapa' yang diulang
hingga menemukan akar penyebabnya dan penjelasannya. Pertanyaan ‘mengapa' harus
ditanyakan hingga tim investigator mendapatkan fakta, bukan hasil spekulasi.

BAB II RUANG LINGKUP

1. Definisi Insiden Keselamatan Pasien


6
2. Jenis-jenis Insiden Keselamatan Pasien
3. Standar Prosedur Operasional Pelaporan Insiden Internal dan Eksternal
4. Analisa Matriks Grading Risiko
5. Penetapan jenis kejadian sentinel

7
BAB III KEBIJAKAN

1. Undang Undang Tahun Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009


tertanggal 13 Oktober 2009 tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tertanggal 28 Oktober 2009
tentang Rumah Sakit;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017 tertanggal 5 Februari 2017 tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 034 Tahun 2017 tertanggal 27
Juli 2017 tentang Akreditasi Rumah Sakit;
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 129 / MENKES / SK / II /
2008 tertanggal 6 Februari 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
6. Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (IKP) (Patient Safety Incident Report),
Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS), Jakarta, 2015

8
BAB IV TATA LAKSANA

Banyak metode yang digunakan untuk mengidentifikasi risiko, salah satu caranya adalah
dengan mengembangkan sistem pelaporan dan sistemanalisis. Dapat dipastikan bahwa sistem
pelaporan akan mengajak semuaorang dalam organisasi untuk peduli akan bahaya atau potensi
bahaya yang dapat terjadi kepada pasien. Pelaporan juga penting digunakan untuk memonitor
upaya pencegahan terjadinya kesalahan (error) sehinggadiharapkan dapat mendorong
dilakukannya investigasi selanjutnya.
Mengapa pelaporan insiden penting?
Karena pelaporan akan menjadi awal proses pembelajaran untuk mencegah kejadian yang sama
terulang kembali.
Bagaimana memulainya ?
Dibuat suatu sistem pelaporan insiden di rumah sakit meliputikebijakan, alur pelaporan, formulir
pelaporan dan prosedurpelaporan yang harus disosialisasikan pada seluruh karyawan.
Apa yang harus dilaporkan ?
Insiden yang dilaporkan adalah kejadian yang sudah terjadi, potensialterjadi ataupun yang nyaris
terjadi.
Siapa yang membuat Laporan Insiden (Incident Report) ?
Siapa saja atau semua staf RS yang pertama menemukankejadian/insiden
Siapa saja atau semua staf yang terlibat dalam kejadian/insiden Bagaimana
cara membuat Laporan Insiden?
Karyawan diberikan pelatihan mengenai sistem pelaporan insidenmulai dari maksud, tujuan dan
manfaat laporan, alur pelaporan,bagaimana cara mengisi formulir laporan insiden, kapan harus
melaporkan, pengertian-pengertian yang digunakan dalam sistem pelaporan dan cara
menganalisa laporan.
Masalah yang sering menghambat dalam Laporan Insiden
1. Laporan dipersepsikan sebagai pekerjaan perawat
2. Laporan sering disembunyikan / underreport, karena takut disalahkan.
3. Laporan sering terlambat
4. Bentuk laporan miskin data karena adanya budaya menyalahkan (blame culture)

9
I. ALUR PELAPORAN A. Alur Pelaporan Insiden Kepada Tim Keselamatan Pasien di
RS (Internal)
1. Apabila terjadi suatu insiden (KNC/KTD/KTC/KPC) di rumahsakit, wajib segera
ditindaklanjuti (dicegah / ditangani)untuk mengurangi dampak / akibat yang tidak
diharapkan.
2. Setelah ditindaklanjuti, segera membuat laporan insidennyadengan mengisi Formulir
Laporan Insiden pada akhir jam kerja/shift kepada Atasan langsung. (Paling lambat 2 x 24
jam ); diharapkan jangan menunda laporan.
3. Setelah selesai mengisi laporan, segera menyerahkan kepada Atasan langsung pelapor.
(Atasan langsung disepakati sesuai keputusan Manajemen : Supervisor/Kepala
Bagian/Instalasi/ Departemen / Unit).
4. Atasan langsung akan memeriksa laporan dan melakukan grading risiko terhadap insiden
yang dilaporkan.
5. Hasil grading akan menentukan bentuk investigasi dan analisa yang akan dilakukan sebagai
berikut :
Grade biru : Investigasi sederhana oleh Atasan langsung,waktu maksimal 1 minggu.
Grade hijau : Investigasi sederhana oleh Atasan langsung,waktu maksimal 2 minggu
Grade kuning : Investigasi komprehensif/Analisis akar masalah/RCA oleh Tim
Keselamatan Pasien(KP) di RS, waktu maksimal 45 hari
Grade merah : Investigasi komprehensif/Analisis akarmasalah / RCA oleh Tim KP di RS,
waktumaksimal 45 hari.
6. Setelah selesai melakukan investigasi sederhana, laporan hasil investigasi dan laporan
insiden dilaporkan ke Tim KP di RS.
7. Tim KP di RS akan menganalisa kembali hasil Investigasi danLaporan insiden untuk
menentukan apakah perlu dilakukan investigasi lanjutan (RCA) dengan melakukan
Regrading.
8. Untuk grade Kuning / Merah, Tim KP di RS akan melakukan Analisis akar masalah / Root
Cause Analysis (RCA)
9. Setelah melakukan RCA, Tim KP di RS akan membuat laporandan Rekomendasi untuk
perbaikan serta "Pembelajaran"berupa : Petunjuk / "Safety alert" untuk mencegah
kejadianyang sama terulang kembali.
10. Hasil RCA, rekomendasi dan rencana kerja dilaporkan kepadaDireksi

10
11. Rekomendasi untuk "Perbaikan dan Pembelajaran"diberikan umpan balik kepada unit kerja
terkait sertasosialisasi kepada seluruh unit di Rumah Sakit 12. Unit Kerja membuat analisa
kejadian di satuan kerjanyamasing - masing
13. Monitoring dan Evaluasi Perbaikan oleh Tim KP di RS.
B. ALUR PELAPORAN INSIDEN KE KOMITE NASIONAL KESELAMATAN
PASIEN RUMAH SAKIT (Eksternal)
1. Laporan Hasil Investigasi Sederhana / Analisa akar Massalah / RCA yang terjadi pada
pasien dilaporkan internal ke Tim KPRS
2. Laporan Hasil Investigasi Sederhana / Analisa akar Massalah / RCA yang terjadi pada
pasien dilaporkan ekternal ke KKP-RS oleh Pimpinan Rumah Sakit, dengan mengisi
Formulir Laporan Insiden Keselamatan Pasien , kemudian Laporan Dikirim ke KKPRS
lewat POS atau kurir ke alamat :

Sekretariat Komite Nasional Keselamatan Pasien. DIREKTORAL JENDERAL


PELAYANAN KESEHATAN
d/a Jalan H.R. Rasuna Said Blok X5 Kavling 4-9, lantai 5 Ruang 507
Kotak Pos 3097, 1198 Jakarta 12950
Telepon / fax : (021) 5274915
Surat elektronik : subdit.rspendidikan@gmail.co

3. Laporan Insiden secara Elektronik ( e – reporting ) ke


a. Akses Website KKPRS yaitu : http://www.buk.depkes.go.id

b. Klik Banner Keselamatan Pasien di Fasilitas Pelayanan Kesehatan di sebelah


kanan atas.
c. Setelah tampil terdapat 2 isian yang perlu diperhatikan yaitu : Bagi Rumah
Sakit/Fasilitas pelayanan kesehatan lain yang telah mempunyai kode rumah
sakit/Fasilitas pelayanan kesehatan lain untuk melanjutkan ke form laporan
Insiden keselamatan pasien KNKP
d. Bagi Rumah sakit/Fasilitas pelayanan kesehatan lain yang belum mempunyai
kode rumah sakit/Fasilitas pelayanan kesehatan lain diharapkan mengisi Form
data isian RS untuk mendapatkan kode rumah sakit yang dapat digunakan untuk
melanjutkan ke form Laporan Insiden, KNKP.
e. Apabila masih kurang jelas silahkan hubungi :
SEKRETARIAT KNKP
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN d/a Jl. H.R. Rasuna

11
Said Blok X5 Kavling 4-9 Kotak Pos 3097, 1196 Jakarta 12950
Telepon / fax : (021) 5274915
Surat elektronik : subdit.rspendidikan@gmail.com

1. FORMULIR PELAPORAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN


Formulir Laporan Insiden Keselamatan Pasien ke Tim Keselamatan Pasien di Rumah Sakit
(laporan internal ) seperti pada formulir 1 panduan ini. Dan formulir laporan Insiden
Keselamatan Pasien ke Komite Nasional Keselamatan Pasien seperti pada formulir 2
panduan ini

2. INSIDEN YANG HARUS DILAPORKAN


Insiden Keselamatan Pasien yang harus dilaporkan adalah sebagai berikut :
a. Kondisi Potensial Cidera ( KPC ), yaitu merupakan kondisi yang sangat berpotensi untuk
menimbulkan cidera, tetapi belum terjadi insiden
b. Kejadian Nyaris Cidera ( KNC ), yaitu kejadian insiden yang belum sempat terpapar ke
pasien
c. Kejadian Tidak Cidera ( KTC ), yaitu insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak
timbuk cidera
d. Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ), yaitu insiden yang mengakibatkan cidera pasien
e. Kejadian Sentinel, yaitu suatu KTD yang mengakibatkan kematian, cidera permanen, atau
cidera berat yang temporer dan membutuhkan intervensi untuk mempertahankan
kehidupan, baik fisik maupun psikis, yang tidak berkaitan dengan perjalanan penyakit atau
keadaan pasien.

3. SIAPA YANG MEMBUAT LAPORAN


Laporan Insiden Keselamatan Pasien dilaporkan oleh :
a. staf rumah sakit yang pertama menemukan kejadian atau atasannya
b. Staf rumah sakit yang terlibat dengan kejadian insiden atau atasannya

4. BATAS WAKTU PELAPORAN


Setiap insiden harus dilaporkan secara internal kepada Tim Keselamatan Pasien Rumah
Sakit Avicenna Bireuen dalam waktu paling lambat 2 X 24 jam dengan menggunakan
format laporan sebagaimana tercantum pada Formulir 1

12
ALUR PELAPORAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN (INTERNAL) KEPANITIA
MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT AVICENNA BIREUEN

13
14
C. ANALISIS MATRIKS GRADING RISIKO
1. dilakukan untuk menentukan seberapa besar risiko suatu insiden berdasarkan
dampak dan probabilitasnya.
2. Penilaian dampak dapat diartikan sebagai seberapa berat akibat yang dialami pasien
mulai dari tidak ada cedera sampai meninggal.
3. Penilaian tingkat probabilitas dapat diartikan sebagai seberapa seringnya insiden
tersebut.
4. Setelah nilai dampak dan probabilitas diketahui, masukkan ke dalam tabel matriks
grading risiko untuk menghitung skor risiko dan mencari warna bands risiko.
5. Skor risiko ini ditentukan dengan menggunakan tabel matriks grading risiko,
yaitu:
- Pada kolom kiri: frekuensi.
- Pada baris kearah kanan: dampak.
- Pertemuan antara frekuensi dan dampak:ditetapkan untuk mendapatkan warna
bands.
6. Skor risiko akan menentukan prioritas risiko.
7. Jika pada penilaian risiko ditemukan dua insiden dengan hasil skor risiko yang
nilainya sama, maka untuk memilih prioritasnya dapat menggunakan warna bands
risiko.
8. Bands risiko adalah derajat risiko yang digambarkan dalam 4 warna yaitu biru,
hijau, kuning, merah.
9. Skala prioritas bands risiko adalah :
Bands biru : rendah investigasisederhana

Bands hijau : sedang  inv. sederhana


Bands kuning : tinggi  inv. komprehensif/RCA

Bands merah

15
: sangat tinggi 
inv.komprehensif/RCA

10. Tindakan sesuai Tingkat & Bands Risiko

SKOR RISIKO = DAMPAK x PROBABILITY

16
17
BAB IV DOKUMENTASI
1. Kebijakan Direktur Rumah Sakit Avicenna tentang Sistem Pelaporan Insiden
Keselamatan Pasien
2. SPO Pelaporan insiden ke Tim KPRS ( Laporan Internal )
3. SPO Pelaporan Insiden ke KNKP ( Laporan Eksternal)
4. Formulir Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien ke Tim Keselamatan Pasien Rumah
Sakit ( Formulir laporan internal )
5. Formulir Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien ke Komite Nasional Keselamatan
Pasien / KNKP ( formulir laporan eksternal )

18
BAB V
PENUTUP

Demikianlah Panduan Sistem Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien ini disusun sebagai
panduan bagi tenaga kesehatan di RS Avicenna untuk membuat laporan insiden dan melaporkan
kepada pihak – pihak yang berwenang.

19
20
21
Diketahui oleh,
Bireuen, 12 Mei 2018
Direktur Rumah Sakit Avicenna Bireuen, Ketua Panitia PMKP

dr. Armiya dr. Athaillah, M. Ked (PED), Sp. A

22

Anda mungkin juga menyukai