DI RUMAH SAKIT
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat – Nya
sehingga Buku Panduan Keselamatan dan Keamanan RS Avicenna Bireuen ini dapat tersusun.
Buku Panduan Keselamatan dan Keamanan RS Avicenna Bireuen ini disusun dengan
tujuan untuk menjadi panduan bagi sumber daya manusia rumah sakit dalam mencegah
terjadinya kecelakaan dan cidera serta mempertahankan kondisi yang aman bagi sumber daya
manusia rumah sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan rumah sakit,
sehingga tidak menimbulkan efek buruk terhadap keselamatan dan keamanan sumber daya
manusia rumah sakit, pasien, pendamping pasien, dan pengunjung di lingkungan RS Avicenna
Bireuen.
Sangat disadari bahwa Buku Panduan Keselamatan dan Keamanan RS Avicenna Bireuen
ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, perbaikan akan dilakukan secara berkala untuk
mendukung visi RS Avicenna Bireuen.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyusun
Buku Panduan Keselamatan dan Keamanan RS Avicenna Bireuen ini dapat tersusun.
ii
TIM PENYUSUN
iii
DAFTAR ISI
iv
KEPUTUSAN DIREKTUR RS AVICENNA BIREUEN
NOMOR : 530/SK-AVC/2018
TENTANG
1
12. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 410
/ MENKES / SK / III / 2010 tertanggal 25 Maret 2010 tentang
Perubahan Atas Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1014 / MENKES / SK / XI / 2008 Standar Pelayanan
Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan;
13. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1087
/ MENKES / SK / VIII / 2010 tertanggal 10 Agustus 2010 tentang
Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit;
14. Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Nomor
HK.02.04 / I / 2790 / 11 tertanggal 1 Januari 2012 tentang Standar
Akreditasi Rumah Sakit.
15. Pedoman Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Kesehatan,
Depkes, 2001;
16. Pedoman Praktik Laboratorium Kesehatan Yang Benar, Depkes,
2008;
17. Pedoman Pengelolaan Peralatan Kesehatan di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan, Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana
Kesehatan, Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan, 2015.
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Kesatu : KEPUTUSAN DIREKTUR RS AVICENNA BIREUEN TENTANG
PANDUAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN RS AVICENNA
BIREUEN.
Kedua : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di Bireuen
Pada Tanggal 10 Mei 2018
Direktur RS Avicenna Bireuen,
dr. Armiya
2
PANDUAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN
RS AVICENNA BIREUEN
BAB I
I. PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Rumah sakit memiliki kewajiban untuk mencegah kecelakaan dan cidera, menjaga kondisi
bagi keselamatan dan keamanan pasien, keluarga, staf dan pengujung; serta mengurangi dan
mengendalikan bahaya dan risiko. Dalam mewujudkan kewajiban tersebut rumah sakit harus
menggunakan seluruh sumber daya yang ada untuk menyediakan fasilitas yang aman, efektif dan
efisien. Hal ini sesuai dengan salah satu kebijakan dalam standar K3RS yaitu keselamatan dan
keamanan rumah sakit.
Pada prinsipnya keselamatan dan keamanan di rumah sakit bertujuan untuk mencegah
terjadinya kecelakaan dan cidera serta mempertahankan kondisi yang aman bagi sumber daya
manusia rumah sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan rumah sakit,
dan hal ini dapat diwujudkan dengan melakukan identifikasi dan penilaian risiko, pemetaan area
risiko, dan upaya pengendalian.
PENGERTIAN
1. Keselamatan Kerja adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi terjadinya kecelakaan,
kerusakan dan segala bentuk kerugian baik terhadap manusia, maupun yang berhubungan
dengan peralatan, obyek kerja, tempat bekerja, dan lingkungan kerja, secara langsung dan
tidak langsung.
2. Kesehatan Kerja adalah upaya peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jabatan, pencegahan penyimpangan kesehatan yang
disebabkan oleh kondisi pekerjaan, perlindungan pekerja dari risiko akibat faktor yang
merugikan kesehatan, penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja
yang mengadaptasi antara pekerjaan dengan manusia dan manusia dengan jabatannya.
3. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit yang selanjutnya disingkat K3RS adalah
segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan bagi sumber
daya manusia Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan
Rumah Sakit melalui upaya pencegahan kecelakan kerja dan penyakit akibat kerja di Rumah
Sakit.
4
5. Keselamatan adalah suatu tingkatan keadaan tertentu dimana gedung, halaman/ground,
peralatan, teknologi medis, informasi serta sistem di lingkungan Rumah Sakit tidak
menimbulkan bahaya atau risiko fisik bagi pegawai, pasien, pengunjung serta masyarakat
sekitar.
6. Keamanan adalah suatu kondisi yang melindungi properti milik Rumah Sakit, sumber daya
manusia Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan Rumah
Sakit dari bahaya pengrusakan dan kehilangan atau akses serta penggunaan oleh mereka yang
tidak berwenang. keamanan kerja adalah unsur-unsur penunjang yang mendukung
terciptanya suasana kerja yang aman, baik berupa materil maupun non materil.
7. Sumber Daya Manusia Rumah Sakit yang selanjutnya disebut SDM Rumah Sakit adalah
semua tenaga yang bekerja di Rumah Sakit baik tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan.
8. Manajemen risiko (risk management) K3RS adalah proses yang bertahap dan
berkesinambungan untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja secara
komperhensif di lingkungan Rumah Sakit.
9. Penyakit Akibat Kerja (PAK) adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan atau
lingkungan kerja termasuk penyakit terkait kerja.
10. Penyakit Terkait Kerja adalah penyakit yang mempunyai beberapa agen penyebab dengan
faktor pekerjaan dan atau lingkungan kerja memegang peranan bersama dengan faktor risiko
lainnya.
11. Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) adalah sutau kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak
diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda.
13. Risiko (risk) adalah kesempatan untuk terjadinya cidera/kerugian dari suatu bahaya, atau
kombinasi dari kemungkinan dan akibat risiko.
Mempunyai 2 dimensi / parameter yaitu probabiliti dan konsekuensi
Risiko = Probabiliti x Konsekuensi
5
Risiko = Probabiliti x Hazard x Konsentrasi x Lama
Kompenen risiko meliputi :
a. Variasi individu yang berhubungan dengan kerentanan
b. Jumlah manusia yang terpapar
c. Frekuensi pemaparan
d. Derajat risiko individu
e. Kemungkinan pengendalian bahaya
f. Aspek finansial
g. Pendapat masyarakat
h. Tanggung jawab sosial
14. Analisis risiko (risk analysis) : kegiatan analisis suatu risiko dengan cara menentukan
besarnya kemungkinan (probability) dan tingkat keparahan dari akibat (consequences) suatu
risiko.
15. Penilaian risiko ( risk assesment) : penilaian suatu risiko dengan cara membandingkannya
terhadap tingkat atau kareba risiko yang telah ditetapkan.
16. Incident adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan, bilamana pada saat itu sedikit saja ada
perubahan maka dapat mengakibatkan terjadinya accident.
17. Accident adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan berakibat cedera pada manusia,
kerusakan barang, gangguan terhadap pekerjaan dan pencemaran lingkungan.
18. Risiko tinggi merupakan keadaan tingggi. Risiko dalam kategori ini dianggap tidak dapat
diterima (unacceptable). Untuk itu kegiatan pekerjaan harus dihentikan, pembenahan
perekayasaan perlu dilakukan dan risiko harus diturunkan.
19. Risiko sedang merupakan keadaan serius. Risiko dalam kategori mendesak dan perlu
perhatian secepatnya dilakukan tindakan pencegahan sehingga nilai resiko diturun.
20. Risiko rendah merupakan keadaan tidak terlalu serius. Risiko ini dapat diterima, namun
demikian langkah tindakan pencegahan tanpa penghentian pekerjaan perlu dilakukan.
21. Corporate risk adalah keajadian yanag akan memberikan dampak negatif terhadap tujuan
organisasi.
6
22. Non Clinical (physical) risk adalah bahaya potensial akibat lingkungan.
24. Finansial risk adalah risiko finansial yanag secara negatif akan berdampak pada kemampuan
organisasi dalam mencapai tujuan.
7
BAB II
RUANG LINGKUP
8
BAB III
KEBIJAKAN
1. Rumah Sakit merencanakan dan melaksanakan program untuk memberikan keselamatan dan
keamanan lingkungan fisik.
2. Rumah Sakit melakukan pemeriksaan seluruh gedung pelayanan pasien dan mempunyai
rencana untuk mengurangi risiko yang nyata serta menyediakan fasilitas fisik aman bagi
pasien, keluarga, staf dan pengunjung.
3. Untuk menjamin keamanan, semua staf, pengunjung, vendor / pedagang dan lainnya di
rumah sakit diidentifikasi dan diberi tanda pengenal (badge) yang sementara atau tetap atau
langkah identifikasi lain, juga seluruh area yang seharusnya aman, seperti ruang perawatan
bayi baru lahir, yang aman dan dipantau.
4. Rumah Sakit merencanakan dan menganggarkan biaya untuk meningkatkan atau mengganti
sistem, bangunan atau komponen berdasarkan hasil inspeksi terhadap fasilitas dan tetap
mematuhi peraturan perundangan.
5. Rumah Sakit menganalisa situasi, dengan melihat sumber daya yang kita miliki, sumber
dana yang tersedia dan bahan potensial apa yang mengancam keselamatan dan keamanan
bekerja di rumah sakit.
6. Memonitor, mengendalikan, mengevaluasi dan merencanakan pengembangan K3 Rumah
Sakit dilaksanakan oleh kepanitiaan yang disebut Panitia Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Rumah Sakit (PK3RS).
7. Melaksanakan sosialisasi keselamatan dan keamanan kerja kepada seluruh staf dalam bentuk
pelatihan, leaflet, poster, penyuluhan dan lain – lain.
8. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan dalam K3
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja), termasuk penggunaan alat pelindung diri (APD), serta
selalu mengacu pada pencegahan dan pengendalian infeksi.
9. Seluruh staf RS harus bekerja sesuai dengan standar profesi, pedoman/panduan dan standar
prosedur operasional yang berlaku, serta sesuai dengan etika profesi dan etika RS yang
berlaku.
10. Bidang Keselamatan dan Keamanan Rumah Sakit dalam Panitia K3RS melakukan
monitoring terhadap pelaksanaan keselamatan dan keamanan rumah sakit dan membuat
laporan ke Ketua Panitia K3RS sebagai laporan rekomendasi kepada Direktur rumah sakit.
9
BAB IV
TATA LAKSANA
10
e) Motivasi yang salah
11
8) Menginspeksi semua bangunan perawatan pasien dan memiliki rencana untuk
mengurangi risiko yang sudah jelas dan menciptakan fasilitas fisik yang aman bagi
pasien, keluarga pasien, staf dan pengunjung.
9) Melakukan dokumentasi pemeriksaan fasilitas fisiknya yang terbaru, akurat terhadap
fasilitas fisiknya.
10) Melakukan pengkajian keselamatan dan keamanan selama terdapat proyek konstruksi
dan renovasi serta penerapan strategi-strategi untuk mengurangi risiko.
11) Melakukan pemantauan dan pengamanan area-area yang diidentifikasi berisiko
keamanan.
12) Memastikan semua staf, pegawai pihak ketiga, dan vendor sudah diidentifikasi.
13) Memberikan tanda pengenal sementara selama di area Rumah Sakit.
14) Semua area berisiko tinggi keamanan dan area-area yang terbatas sudah
diidentifikasi, didokumentasi dan dipantau serta terjaga keamanannya. Contohnya
ruang bayi, HCU, utililitas, dan lain-lain.
15) Rencana dan anggaran Rumah Sakit disusun dengan memperhatikan kebutuhan yang
menunjang aspek keselamatan dan keamanan.
16) Rencana dan anggaran Rumah Sakit disusun untuk perbaikan atau penggantian
sistem, bangunan, atau komponen-komponen yang diperlukan agar fasilitas dapat
beroperasi dengan selamat, aman, dan efektif secara berkesinambungan.
17) Pimpinan Rumah Sakit menerapkan anggaran sumber daya yang sudah ditetapkan
untuk menyediakan fasilitas yang selamat dan aman sesuai dengan rencana-rencana
yang sudah disetujui.
18) Memastikan perlindungan setiap orang yang ada di Rumah Sakit terhadap kerugian
pribadi dan dari kehilangan atau kerusakan properti.
19) Mengelola, memelihara dan mensertifikasi sarana, prasarana dan peralatan Rumah
Sakit, terutama penyediaan listrik, air, pembuangan limbah, ventilasi dan
pengelolaan gas medik.
12
BAB V
DOKUMENTASI
Semua langkah keselamatan dan keamanan di rumah sakit dimulai dari identifikasi dan
penilaian risiko, pemetaan area risiko sampai melakukan upaya pengendalian untuk mencegah
terjadinya kecelakaan dan cidera serta mempertahankan kondisi yang aman bagi sumber daya
manusia Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien, dan pengunjung. Untuk itu diharapkan
peranan dari manajemen rumah sakit, Panitia K3RS, dan seluruh sumber daya manusia rumah
sakit.
13