Anda di halaman 1dari 17

PANDUAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN

DI RUMAH SAKIT

RUMAH SAKIT AVICENNA BIREUEN


JL.Laksamana Malahayati/Kuala Raja No. 1 Lhok Awee
Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen Provinsi Aceh
Kode Pos 24211 Telp : 0644 – 22887 Hp. 085260179555
BIREUEN – INDONESIA
Tahun 2018
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat – Nya
sehingga Buku Panduan Keselamatan dan Keamanan RS Avicenna Bireuen ini dapat tersusun.
Buku Panduan Keselamatan dan Keamanan RS Avicenna Bireuen ini disusun dengan
tujuan untuk menjadi panduan bagi sumber daya manusia rumah sakit dalam mencegah
terjadinya kecelakaan dan cidera serta mempertahankan kondisi yang aman bagi sumber daya
manusia rumah sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan rumah sakit,
sehingga tidak menimbulkan efek buruk terhadap keselamatan dan keamanan sumber daya
manusia rumah sakit, pasien, pendamping pasien, dan pengunjung di lingkungan RS Avicenna
Bireuen.
Sangat disadari bahwa Buku Panduan Keselamatan dan Keamanan RS Avicenna Bireuen
ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, perbaikan akan dilakukan secara berkala untuk
mendukung visi RS Avicenna Bireuen.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyusun
Buku Panduan Keselamatan dan Keamanan RS Avicenna Bireuen ini dapat tersusun.

Bireuen, 10 Mei 2018


Panitia Keselamatan dan
Kesehatan Kerja RS Avicenna
Bireuen

Ns. Saifullah, S. Kep

ii
TIM PENYUSUN

PANDUAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN


RS AVICENNA BIREUEN

Ketua : Ns. Saifullah, S. Kep


Sekretaris : Hibridawati, SKM
Anggota :
1. dr. Rismawati
2. Muhammad Khadafi, S.Kep
3. Zatalini Molisa
4. Agus Mulyadi

iii
DAFTAR ISI

1. Kata Pengantar ................................................................................................................ i


2. Tim Penyusun ................................................................................................................. ii
3. Daftar Isi ......................................................................................................................... iii
4. PANDUAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN RS AVICENNA BIREUEN
BAB I. Pendahuluan ............................................................................................. 1
Latar Belakang .......................................................................................... 2
Pengertian ................................................................................................. 2
BAB II. Ruang Lingkup .......................................................................................... 5
BAB III. Kebijakan ................................................................................................. 6
BAB IV. Tata Laksana ............................................................................................. 7
BAB V. Dokumentasi ............................................................................................. 10

iv
KEPUTUSAN DIREKTUR RS AVICENNA BIREUEN
NOMOR : 530/SK-AVC/2018

TENTANG

PANDUAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN


RS AVICENNA BIREUEN

DIREKTUR RS AVICENNA BIREUEN,

Menimbang : a. bahwa rumah sakit berkewajiban untuk mencegah kecelakaaan dan


cidera pada sumber daya manusia Rumah Sakit, pasien, pendamping
pasien, dan pengunjung;
b. bahwa rumah sakit berkewajiban untuk mempertahankan kondisi yang
aman bagi sumber daya manusia Rumah Sakit, pasien, pendamping
pasien, dan pengunjung;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf
a dan b, perlu menetapkan Panduan Keselamatan dan Keamanan RS
Avicenna Bireuen dengan Keputusan Direktur RS Avicenna Bireuen.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004


tertanggal 15 Oktober 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009
tertanggal 13 Oktober 2009 tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009
tertanggal 28 Oktober 2009 tentang Rumah Sakit;
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2014
tertanggal 17 Oktober 2014 tentang Tenaga Kesehatan;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2001 tertanggal 26 November
2001 tentang Pengelolaan Bahan berbahaya dan Beracun;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2014 tertanggal 17 Oktober
2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269 /
MENKES / PER / III / 2008 tertanggal 12 Maret 2008 tentang
Rekam Medis;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 012
tertanggal 15 Maret 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit;
9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 370
/ MENKES / SK / XII / 2007 tertanggal 27 Maret 2007 tentang
Standar Profesi Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan;
10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 432
/ MENKES / SK / IV / 2007 tertanggal 10 April 2007 tentang
Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di
Rumah Sakit;
11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1014
/ MENKES / SK / XI / 2008 tertanggal 03 November 2008 tentang
Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan
Kesehatan;

1
12. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 410
/ MENKES / SK / III / 2010 tertanggal 25 Maret 2010 tentang
Perubahan Atas Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1014 / MENKES / SK / XI / 2008 Standar Pelayanan
Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan;
13. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1087
/ MENKES / SK / VIII / 2010 tertanggal 10 Agustus 2010 tentang
Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit;
14. Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Nomor
HK.02.04 / I / 2790 / 11 tertanggal 1 Januari 2012 tentang Standar
Akreditasi Rumah Sakit.
15. Pedoman Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Kesehatan,
Depkes, 2001;
16. Pedoman Praktik Laboratorium Kesehatan Yang Benar, Depkes,
2008;
17. Pedoman Pengelolaan Peralatan Kesehatan di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan, Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana
Kesehatan, Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan, 2015.

MEMUTUSKAN

Menetapkan :
Kesatu : KEPUTUSAN DIREKTUR RS AVICENNA BIREUEN TENTANG
PANDUAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN RS AVICENNA
BIREUEN.
Kedua : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Bireuen
Pada Tanggal 10 Mei 2018
Direktur RS Avicenna Bireuen,

dr. Armiya

2
PANDUAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN
RS AVICENNA BIREUEN

BAB I

I. PENDAHULUAN

Dalam era globalisasi, tuntutan pengelolaan program Keselamatan dan Kesehatan


Kerja (K3) di RS Avicenna Bireuen semakin tinggi karena sumber daya manusia Rumah
Sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan Rumah Sakit ingin
mendapatkan perlindungan dari gangguan keselamatan dan kesehatan kerja, baik
sebagai dampak proses kegiatan pemberian pelayanan maupun karena kondisi sarana dan
prasarana yang ada di RS Avicenna Bireuen yang belum memenuhi standar dan masih
dalam tahap pembenahan ke arah standar.

Dengan berkembangnya konsep kesehatan pekerja (Workers's Health) diharapkan


dapat memberikan pengertian yang lebih luas dari kesehatan kerja (Occupational
Health), maka tidak hanya masalah kesehatan yang berkaitan dengan pekerjaan, tapi
juga masalah kesehatan umum yang mempengaruhi produktivitas kerja. Sebagaimana
disebutkan di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tertanggal 13
Oktober 2009 tentang Kesehatan, Bab XII mengenai Kesehatan Kerja, meliputi pasal 164 sampai
166. RS Avicenna Bireuen adalah suatu tempat kerja dengan kondisi seperti tersebut
diatas sehingga harus menerapkan upaya kesehatan kerja disamping
keselamatan kerja. RS Avicenna Bireuen merupakan suatu industri jasa yang padat
karya, padat pakar, padat modal dan padat teknologi, sehingga risiko terjadinya
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) sangat tinggi, oleh
karena itu upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sudah menjadi suatu
keharusan.

Selain dituntut mampu memberikan pelayanan dan pengobatan yang bermutu, RS


Avicenna Bireuen harus menjadi patient & provider safety (hospital safety) sehingga
mampu melindungi sumber daya manusia Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien,
pengunjung, maupun lingkungan Rumah Sakit dari berbagai potensi bahaya di RS
Avicenna Bireuen. Untuk menunjang hal tersebut, RS Avicenna Bireuen harus
melaksanakan dan mengembangkan program Keselamatan dan Keamanan di RS
Avicenna Bireuen seperti yang tercantum dalam Buku Panduan Keselamatan dan
Keamanan RS Avicenna Bireuen dan terdapat dalam Pedoman Akreditasi Rumah Sakit
Versi 2012. Dalam Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terdapat 8
(delapan) standar K3. Salah satunya adalah standar Keselamatan dan Keamanan. Oleh
karena itu, RS Avicenna Bireuen dituntut untuk melaksanakan Upaya Keselamatan dan
3
Kesehatan Kerja (K3) yang dilaksanakan secara terintegrasi dan menyeluruh.

LATAR BELAKANG
Rumah sakit memiliki kewajiban untuk mencegah kecelakaan dan cidera, menjaga kondisi
bagi keselamatan dan keamanan pasien, keluarga, staf dan pengujung; serta mengurangi dan
mengendalikan bahaya dan risiko. Dalam mewujudkan kewajiban tersebut rumah sakit harus
menggunakan seluruh sumber daya yang ada untuk menyediakan fasilitas yang aman, efektif dan
efisien. Hal ini sesuai dengan salah satu kebijakan dalam standar K3RS yaitu keselamatan dan
keamanan rumah sakit.
Pada prinsipnya keselamatan dan keamanan di rumah sakit bertujuan untuk mencegah
terjadinya kecelakaan dan cidera serta mempertahankan kondisi yang aman bagi sumber daya
manusia rumah sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan rumah sakit,
dan hal ini dapat diwujudkan dengan melakukan identifikasi dan penilaian risiko, pemetaan area
risiko, dan upaya pengendalian.

PENGERTIAN
1. Keselamatan Kerja adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi terjadinya kecelakaan,
kerusakan dan segala bentuk kerugian baik terhadap manusia, maupun yang berhubungan
dengan peralatan, obyek kerja, tempat bekerja, dan lingkungan kerja, secara langsung dan
tidak langsung.

2. Kesehatan Kerja adalah upaya peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jabatan, pencegahan penyimpangan kesehatan yang
disebabkan oleh kondisi pekerjaan, perlindungan pekerja dari risiko akibat faktor yang
merugikan kesehatan, penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja
yang mengadaptasi antara pekerjaan dengan manusia dan manusia dengan jabatannya.

3. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit yang selanjutnya disingkat K3RS adalah
segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan bagi sumber
daya manusia Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan
Rumah Sakit melalui upaya pencegahan kecelakan kerja dan penyakit akibat kerja di Rumah
Sakit.

4. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan


kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan gawat darurat.

4
5. Keselamatan adalah suatu tingkatan keadaan tertentu dimana gedung, halaman/ground,
peralatan, teknologi medis, informasi serta sistem di lingkungan Rumah Sakit tidak
menimbulkan bahaya atau risiko fisik bagi pegawai, pasien, pengunjung serta masyarakat
sekitar.
6. Keamanan adalah suatu kondisi yang melindungi properti milik Rumah Sakit, sumber daya
manusia Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan Rumah
Sakit dari bahaya pengrusakan dan kehilangan atau akses serta penggunaan oleh mereka yang
tidak berwenang. keamanan kerja adalah unsur-unsur penunjang yang mendukung
terciptanya suasana kerja yang aman, baik berupa materil maupun non materil.

7. Sumber Daya Manusia Rumah Sakit yang selanjutnya disebut SDM Rumah Sakit adalah
semua tenaga yang bekerja di Rumah Sakit baik tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan.

8. Manajemen risiko (risk management) K3RS adalah proses yang bertahap dan
berkesinambungan untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja secara
komperhensif di lingkungan Rumah Sakit.

9. Penyakit Akibat Kerja (PAK) adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan atau
lingkungan kerja termasuk penyakit terkait kerja.

10. Penyakit Terkait Kerja adalah penyakit yang mempunyai beberapa agen penyebab dengan
faktor pekerjaan dan atau lingkungan kerja memegang peranan bersama dengan faktor risiko
lainnya.

11. Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) adalah sutau kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak
diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda.

12. Hazard (bahaya) adalah sesuatu/sumber yang berpotensi menimbulkan cidera/kerugian


(manusia, proses, properti, dan lingkungan). Faktor internal yang menjadikan konsekuensi,
Konsekuensi = Hazard x Exposure
Exposure = Kosentrasi x Lama Pemaparan
Tidak akan menjadi risiko jika tidak ada pemaparan.

13. Risiko (risk) adalah kesempatan untuk terjadinya cidera/kerugian dari suatu bahaya, atau
kombinasi dari kemungkinan dan akibat risiko.
Mempunyai 2 dimensi / parameter yaitu probabiliti dan konsekuensi
Risiko = Probabiliti x Konsekuensi

5
Risiko = Probabiliti x Hazard x Konsentrasi x Lama
Kompenen risiko meliputi :
a. Variasi individu yang berhubungan dengan kerentanan
b. Jumlah manusia yang terpapar
c. Frekuensi pemaparan
d. Derajat risiko individu
e. Kemungkinan pengendalian bahaya
f. Aspek finansial
g. Pendapat masyarakat
h. Tanggung jawab sosial

14. Analisis risiko (risk analysis) : kegiatan analisis suatu risiko dengan cara menentukan
besarnya kemungkinan (probability) dan tingkat keparahan dari akibat (consequences) suatu
risiko.

15. Penilaian risiko ( risk assesment) : penilaian suatu risiko dengan cara membandingkannya
terhadap tingkat atau kareba risiko yang telah ditetapkan.

16. Incident adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan, bilamana pada saat itu sedikit saja ada
perubahan maka dapat mengakibatkan terjadinya accident.

17. Accident adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan berakibat cedera pada manusia,
kerusakan barang, gangguan terhadap pekerjaan dan pencemaran lingkungan.

18. Risiko tinggi merupakan keadaan tingggi. Risiko dalam kategori ini dianggap tidak dapat
diterima (unacceptable). Untuk itu kegiatan pekerjaan harus dihentikan, pembenahan
perekayasaan perlu dilakukan dan risiko harus diturunkan.

19. Risiko sedang merupakan keadaan serius. Risiko dalam kategori mendesak dan perlu
perhatian secepatnya dilakukan tindakan pencegahan sehingga nilai resiko diturun.

20. Risiko rendah merupakan keadaan tidak terlalu serius. Risiko ini dapat diterima, namun
demikian langkah tindakan pencegahan tanpa penghentian pekerjaan perlu dilakukan.

21. Corporate risk adalah keajadian yanag akan memberikan dampak negatif terhadap tujuan
organisasi.

6
22. Non Clinical (physical) risk adalah bahaya potensial akibat lingkungan.

23. Clinical risk adalah bahaya potensial akibat pelayanan klinis.

24. Finansial risk adalah risiko finansial yanag secara negatif akan berdampak pada kemampuan
organisasi dalam mencapai tujuan.

7
BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup keselamatan dan keamanan rumah sakit meliputi :


1. Identifikasi dan penilaian risiko yang komprehensif menyangkut keselamatan.
2. Pemetaan area berisiko terjadinya gangguan keselamatan dan keamanan di Rumah Sakit.
3. Melakukan upaya pengendalian dan pencegahan lain pada kejadian tidak aman.

8
BAB III
KEBIJAKAN

1. Rumah Sakit merencanakan dan melaksanakan program untuk memberikan keselamatan dan
keamanan lingkungan fisik.
2. Rumah Sakit melakukan pemeriksaan seluruh gedung pelayanan pasien dan mempunyai
rencana untuk mengurangi risiko yang nyata serta menyediakan fasilitas fisik aman bagi
pasien, keluarga, staf dan pengunjung.
3. Untuk menjamin keamanan, semua staf, pengunjung, vendor / pedagang dan lainnya di
rumah sakit diidentifikasi dan diberi tanda pengenal (badge) yang sementara atau tetap atau
langkah identifikasi lain, juga seluruh area yang seharusnya aman, seperti ruang perawatan
bayi baru lahir, yang aman dan dipantau.
4. Rumah Sakit merencanakan dan menganggarkan biaya untuk meningkatkan atau mengganti
sistem, bangunan atau komponen berdasarkan hasil inspeksi terhadap fasilitas dan tetap
mematuhi peraturan perundangan.
5. Rumah Sakit menganalisa situasi, dengan melihat sumber daya yang kita miliki, sumber
dana yang tersedia dan bahan potensial apa yang mengancam keselamatan dan keamanan
bekerja di rumah sakit.
6. Memonitor, mengendalikan, mengevaluasi dan merencanakan pengembangan K3 Rumah
Sakit dilaksanakan oleh kepanitiaan yang disebut Panitia Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Rumah Sakit (PK3RS).
7. Melaksanakan sosialisasi keselamatan dan keamanan kerja kepada seluruh staf dalam bentuk
pelatihan, leaflet, poster, penyuluhan dan lain – lain.
8. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan dalam K3
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja), termasuk penggunaan alat pelindung diri (APD), serta
selalu mengacu pada pencegahan dan pengendalian infeksi.
9. Seluruh staf RS harus bekerja sesuai dengan standar profesi, pedoman/panduan dan standar
prosedur operasional yang berlaku, serta sesuai dengan etika profesi dan etika RS yang
berlaku.
10. Bidang Keselamatan dan Keamanan Rumah Sakit dalam Panitia K3RS melakukan
monitoring terhadap pelaksanaan keselamatan dan keamanan rumah sakit dan membuat
laporan ke Ketua Panitia K3RS sebagai laporan rekomendasi kepada Direktur rumah sakit.

9
BAB IV
TATA LAKSANA

Langkah-langkah keselamatan dan keamanan rumah sakit meliputi :


1. Identifikasi dan penilaian risiko yang komprehensif menyangkut keselamatan (lantai licin,
plavon rubuh, dan lain-lain) dan keamanan (pencurian, penculikan bayi, kerusuhan, dan
lain-lain)
2. Pemetaan area berisiko terjadinya gangguan keselamatan dan keamanan di Rumah Sakit.
3. Melakukan upaya pengendalian dan pencegahan lain pada kejadian tidak aman :
1) Menghilangkan kondisi yang tidak standar, contohnya :
a) Tidak cukup batas pengaman atau pagar
b) Tidak cukup atau benar alat pelindung diri
c) Alat atau material rusak
d) Tempat kerja atau gerakan terbatas
e) Bahaya kebakaran atau peledakan
f) Lingkungan kerja, bahaya gas, uap, asap dan lain-lain
g) Bising, radiasi, suhu ekstrim
h) Kurangnya penerangan
i) Kurang ventilasi

2) Menghilangkan tindakan yang tidak standar, contohnya:


a) Operasikan mesin atau alat tanpa ijin
b) Operasikan tidak sesuai SOP, misalnya kecepatan
c) Lalai mengingatkan
d) Lalai mengamankan
e) Melepas atau membuat pengaman alat tidak berfungsi
f) Memakai alat yang rusak atau tidak semestinya
g) Lalai memakai APD
h) Tidak sesuai dalam meletakkan/mengangkat/ mengambil posisi
i) Merawat peralatan yang sedang beroperasi
j) Bercanda
k) Dalam pengaruh alkohol atau narkoba
3) Mengurangi unsur kesalahan oleh manusia, contohnya:
a) Tidak cukup kemampuan fisik atau mental
b) Stres fisik atau mental
c) Kurang pengetahuan (tidak memahami SOP)
d) Kurang keterampilan

10
e) Motivasi yang salah

4) Mengurangi unsur kesalahan dari pekerjaan, contohnya:


a) Tidak cukup kepemimpinan atau pengawasan
b) Tidak cukup engineering
c) Tidak cukup pembelian
d) Tidak cukup perawatan
e) Rusak atau aus (wear and tear)
f) Salah penggunaan
5) Mengurangi unsur kesalahan dari pengendalian, contohnya:
a) Program tidak sesuai atau cukup (kurang pengawasan dan pengarahan)
b) Standar program tidak cukup atau spesifik
c) Pelaksanaan program tidak sesuai standar
6) Sosialisasi enam unsur keamanan, meliputi sarana, lingkungan, tempat, prosedur,
tindakan dan anggaran
7) Memastikan prinsip kewaspadaan standar :
a) Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD), sesuai dengan jenis pekerjaan yang
dilakukan.
b) Cara kerja aman, dengan selalu berpedoman pada Standar Operasional Prosedur
(SOP), serta dilindungi oleh peraturan-peraturan yang ada.
c) Pengelolaan lingkungan untuk selalu menyesuaikan dengan lingkup pekerjaan
yang dilakukan, dengan substitusi, eliminasi dan administrasi.
d) Penempatan pasien yang tepat, dengan pemberian pengaman tempat tidur yang
cukup, pegangan khusus pada kamar mandi, dengan tujuan menghindari pasien
jatuh (patient safety).
e) Pencegahan kecelakaan dan cidera, dengan pemberian atau penempatan tanda-
tanda bahaya atau risiko yang jelas di setiap sudut Rumah Sakit, agar
memudahkan pasien, staf dan pengunjung mendapatkan pelayanan yang
diharapkan.
f) Pemeliharaan kondisi yang aman, dengan mensosialisasikan kode-kode yang
disepakati dan harus dipahami oleh seluruh pekerja (kebijakan diserahkan kepada
unit kerja terkait), untuk menjamin keamanan Rumah Sakit, sebagai contoh :
- Kode merah untuk bahaya kebakaran
- Kode biru untuk serangan jantung atau kondisi tidak sadar
- Kode hitam untuk penculikan bayi
- Kode orange untuk kondisi darurat

11
8) Menginspeksi semua bangunan perawatan pasien dan memiliki rencana untuk
mengurangi risiko yang sudah jelas dan menciptakan fasilitas fisik yang aman bagi
pasien, keluarga pasien, staf dan pengunjung.
9) Melakukan dokumentasi pemeriksaan fasilitas fisiknya yang terbaru, akurat terhadap
fasilitas fisiknya.
10) Melakukan pengkajian keselamatan dan keamanan selama terdapat proyek konstruksi
dan renovasi serta penerapan strategi-strategi untuk mengurangi risiko.
11) Melakukan pemantauan dan pengamanan area-area yang diidentifikasi berisiko
keamanan.
12) Memastikan semua staf, pegawai pihak ketiga, dan vendor sudah diidentifikasi.
13) Memberikan tanda pengenal sementara selama di area Rumah Sakit.
14) Semua area berisiko tinggi keamanan dan area-area yang terbatas sudah
diidentifikasi, didokumentasi dan dipantau serta terjaga keamanannya. Contohnya
ruang bayi, HCU, utililitas, dan lain-lain.
15) Rencana dan anggaran Rumah Sakit disusun dengan memperhatikan kebutuhan yang
menunjang aspek keselamatan dan keamanan.
16) Rencana dan anggaran Rumah Sakit disusun untuk perbaikan atau penggantian
sistem, bangunan, atau komponen-komponen yang diperlukan agar fasilitas dapat
beroperasi dengan selamat, aman, dan efektif secara berkesinambungan.
17) Pimpinan Rumah Sakit menerapkan anggaran sumber daya yang sudah ditetapkan
untuk menyediakan fasilitas yang selamat dan aman sesuai dengan rencana-rencana
yang sudah disetujui.
18) Memastikan perlindungan setiap orang yang ada di Rumah Sakit terhadap kerugian
pribadi dan dari kehilangan atau kerusakan properti.
19) Mengelola, memelihara dan mensertifikasi sarana, prasarana dan peralatan Rumah
Sakit, terutama penyediaan listrik, air, pembuangan limbah, ventilasi dan
pengelolaan gas medik.

12
BAB V
DOKUMENTASI

Semua langkah keselamatan dan keamanan di rumah sakit dimulai dari identifikasi dan
penilaian risiko, pemetaan area risiko sampai melakukan upaya pengendalian untuk mencegah
terjadinya kecelakaan dan cidera serta mempertahankan kondisi yang aman bagi sumber daya
manusia Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien, dan pengunjung. Untuk itu diharapkan
peranan dari manajemen rumah sakit, Panitia K3RS, dan seluruh sumber daya manusia rumah
sakit.

Diketahui, Bireuen, 10 Mei 2018


Direktur RS Avicenna Bireuen, Ketua Panitia K3RS,

dr. Armiya Ns. Saifullah, S.Kep

13

Anda mungkin juga menyukai