Anda di halaman 1dari 6

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberhasilan pembangunan terutama di bidang kesehatan secara tidak

langsung telah menurunkan angka kesakitan dan kematian penduduk serta

meningkatkan usia harapan hidup Indonesia di tahun 2000 yaitu sekitar 64,5

tahun. Menurut UU no. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia, meskipun

tidak sekaligus hal ini berarti peningkatan mutu kehidupan akan menimbulkan

perubahan struktur penduduk dan sekaligus menambah jumlah penduduk berusia

lanjut (Arisman, 2007).

Sekarang ini Indonesia menempati peringkat keempat dunia dengan penduduk

orang berusia lanjut terbanyak di dunia dibawah Cina, India, dan Amerika Serikat.

Berdasarkan data dari BPS penduduk orang lanjut usia di Indonesia tahun 2000

adalah 17.767.709 orang atau 7,97% dari jumlah penduduk Indonesia. Jumlah

lanjut usia di tahun 2006 mencapai kurang lebih + 19 juta. Pada Tahun 2010

diprediksikan jumlah orang lanjut usia meningkat menjadi 9,58% dan pada Tahun

2020 sebesar 11,20% (www.wordpress.com diakses 15 Maret 2009).

Salah satu upaya apabila seseorang berhasil mencapai usia lanjut adalah

mempertahankan atau membawa status gizi yang bersangkutan pada kondisi

optimal agar kualitas hidup yang bersangkutan tetap baik. Gangguan gizi yang
2

umumnya muncul pada lansia selain gizi kurang juga gizi lebih yang apabila

dilihat dari sudut kesehatan, sama-sama merugikan dan dapat menyebabkan

kematian dengan penyebab yang berbeda. Gangguan gizi pada lansia diduga

berkaitan dengan perubahan lingkungan maupun kondisi kesehatan. Gizi berlebih

pada lansia banyak terjadi di negara-negara barat dan kota-kota

besar. Kebiasaan makan banyak pada waktu muda menyebabkan berat badan

berlebih, apalagi pada lansia penggunaan kalori berkurang karena berkurangnya

aktivitas fisik. Kebiasaan makan itu sulit untuk diubah walaupun disadari untuk

mengurangi makan. Kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai

penyakit, misalnya penyakit jantung, kencing manis, dan darah tinggi. Sedangkan

gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah social ekonomi dan juga

karena gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang

dibutuhkan menyebabkan berat badan kurang dari normal. Apabila hal ini disertai

kekurangan protein, menyebabkan kerusakan-kerusakan sel yang tidak dapat

diperbaiki. Akibatnya rambut rontok, daya tahan tubuh terhadap penyakit

menurun, dan kemungkinan akan mudah terkena infeksi (www.digilib.ui.ac.id

diakses 15 Maret 2009).

Usia senja merupakan fase kehidupan yang dilalui oleh setiap individu.

Kondisi kesehatan pada tahap ini sangat ditentukan oleh kualitas dan kuantitas

asupan gizi. Gizi yang baik akan berperan dalam upaya penurunan prosentase

timbulnya penyakit dan angka kematian di usia lanjut. Di lain pihak kemunduran

biologis, adaptasi mental yang menyertai proses penuaan seringkali menjadi


3

hambatan bagi para usia lanjut. Masalah fisiologis seperti terjadi gangguan

pencernaan penurunan sensitivitas indera perasa dan penciuman, malabsorbsi

nutrisi serta beberapa kemunduran fisik lainnya dapat menyebabkan rendahnya

asupan zat gizi (Emma Wirakusumah, 2002).

Status gizi kurang atau status gizi lebih akan berdampak kurang baik terhadap

kesehatan tubuh. Kedua keadaan yang ekstrem tersebut dinamakan status gizi

salah. Status gizi seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain tingkat

pendapatan, pengetahuan gizi yang dimiliki, dan budaya setempat. Tingginya

pendapatan yang tidak dibarengi dengan pengetahuan gizi yang cukup, akan

mendorong seseorang bersifat konsumtif yang membabi buta. Masalah gizi yang

sering diderita di usia lanjut adalah kurang gizi. Kondisi kurang gizi tanpa

disadari karena gejala yang muncul hampir tak terlihat sampai usia lanjut tersebut

telah jatuh dalam kondisi gizi buruk. Seperti dari data yang di dapat dari

kecamatan Parindu, provinsi Kalimantan Barat bulan Desember 2008 dari 75

lansia yang ada di panti ditemukan Indeks Mass Tubuh (IMT) normal sebanyak

29 orang (38,7%), IMT kurang sebanyak 40 orang (53,3%), dan IMT lebih

sebanyak 6 orang (8,0%)(Depkes, 2003).

Berdasarkan dari data Badan Pusat Statistik Palembang (2009) jumlah usia

lanjut usia di Palembang tahun 2006 yaitu 116.258 orang. Pada tahun 2007

jumlahnya 78.881 orang, sedangkan pada tahun 2008 jumlahnya 82.394 orang.

Berdasarkan data dari Dinas Sosial Sumatera Selatan(2009), di Sumatera

Selatan terdapat 3 Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) di bawah binaan


4

pemerintah provinsi yaitu PSTW Budi Luhur (Lubuk Linggau), PSTW Warga

Tama (Ogan Ilir), PSTW Bhakti Mulia (Musi Rawas), kemudian 1 panti di bawah

binaan pemerintah kota Palembang yaitu PSTW Teratai, dan 3 panti swasta yaitu

PW Sumara (Banyuasin), Darma Bhakti, dan PW Sukamaju. Di PSTW Teratai

jumlah lansia pada tahun 2006 yaitu 69 orang, tahun 2007 sebanyak 62 orang, dan

tahun 2008 sebanyak 63 orang. Jumlah lansia yang mengalami gizi lebih yaitu 15

orang (24%), gizi baik yaitu 11 orang (17%), dan gizi buruk yaitu 37 orang (59%)

(Data Tahunan PSTW Teratai, 2008).

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti apa saja

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Status Gizi Pada Lansia di Panti Sosial

Tresna Werdha Teratai Palembang Tahun 2009.

B. Rumusan Masalah

Dilihat dari latar belakang dapat dirumuskan masalah penelitian ini belum

diketahuinya Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Status Gizi Pada Lansia di

Panti Sosial Tresna Werdha Teratai Palembang Tahun 2009.

C. Pertanyaan Penelitian

Apa saja Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Status Gizi Pada Lansia di

Panti Sosial Tresna Werdha Teratai Palembang Tahun 2009?


5

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Status Gizi Pada

Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Teratai Palembang Tahun 2009.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya status gizi pada lansia di Panti Sosial Tresna

Werdha Teratai Palembang Tahun 2009.

b. Diketahuinya karakteristik responden berdasarkan usia, jenis

kelamin, dan pendidikan.

c. Diketahuinya hubungan usia dengan status gizi pada lansia di

Panti Sosial Tresna Werdha Teratai Palembang Tahun 2009.

d. Diketahuinya hubungan jenis kelamin dengan status gizi pada

lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Teratai Palembang Tahun 2009.

e. Diketahuinya hubungan pendidikan dengan status gizi pada

lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Teratai Palembang Tahun 2009.

E. Manfaat Penelitian

Semua hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat sebagai

berikut :

1. Bagi Panti Sosial Tresna Werdha Teratai

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan dengan ini

panti dapat mengetahui status gizi lansia sehingga panti dapat


6

menyelenggarakan makanan yang cukup seimbang sesuai dengan angka

kecukupan gizi yang dianjurkan serta dapat lebih meningkatkan status gizi

secara berkala.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat menambah wawasan ilmu keperawatan bagi pendidikan dan

mahasiswa serta dapat digunakan sebagai acuan atau referensi untuk

melaksanakan penelitian lebih lanjut.

3. Bagi Peneliti

Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti mengenai

status gizi pada lansia serta pengalaman dalam menerapkan ilmu yang telah

didapat di bangku kuliah tentang penelitian.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini meliputi faktor-faktor yang berhubungan dengan

status gizi pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Teratai Palembang.

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Maret sampai Juli 2009.

Anda mungkin juga menyukai