Anda di halaman 1dari 13

Ibu kota dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah kota tempat kedudukan pusat

pemerintahan suatu negara, tempat dihimpun unsur administratif, yaitu eksekutif, legislatif, dan
yudikatif.[1] Definisi tersebut menjelaskan pengertian ibu kota untuk negara. Dalam praktik
pemerintahan, hampir setiap tingkatan administrasi pemerintahan memiliki ibu kota dan pada
kenyataannya, di beberapa negara, pusat pemerintahan tidak berkedudukan di ibu kota.
Sehingga, ibu kota adalah kota atau munisipalitas penting atau utama di sebuah negara, negara
bagian, provinsi, atau wilayah administratif lainnya, yang biasanya menjadi tempat kedudukan
pusat administrasi pemerintahan. Status ibu kota ditetapkan berdasarkan konstitusi atau undang-
undang. Di beberapa wilayah yurisdiksi, termasuk beberapa negara, tempat kedudukan cabang-
cabang pemerintahan, yaitu eksekutif, legislatif, dan yudikatif, berada di lokasi yang berbeda-
beda.

Memindahkan ibu kota berarti akan mengubah arah perkembangan skala nasional. Oleh
karena itu, semua aspek perlu dikaji secara detail baik aspek biaya, infrastruktur, ekonomi,
geopolitik, termasuk dampak lingkungan. Hal ini agar lokasi memang benar layak untuk
pembangunan dan menampung aktivitas ibu kota dalam jangka panjang. Selain itu perlu
perencanaan strategi yang matang agar dampak ibu kota baru dapat memberikan manfaat
dalam lingkup luas, tidak hanya sekedar pindah lokasi.

Anda memiliki tanah di atas 1000 m2 yang belum dimanfaatkan? Mungkin saat ini Anda
tengah berpikir untuk mendayagunakan lahan tidur tersebut. Taruhlah Anda sedang
membayangkan untuk menyulap properti itu menjadi Cluster atau Town House. Lengkap
dengan segala fasilitasnya. Tapi mungkin juga Anda ingin membangun beberapa villa di atas
tanah tersebut. Sebab lokasinya memang cocok.

Apa pun bentuknya, ada satu hal yang nantinya harus Anda jadikan referensi setelah niat
Anda sungguh bulat: Master Plan. Apa itu Master Plan? Dalam artikel ini, arsitek ondang
Annahape memaparkan secara singkat namun cukup padat.

Dalam bahasa Indonesia orang menyebutnya Rencana Induk. Dokumen ini memang bisa saja
hanya berbentuk selembar kertas lebar (plotter) atau tersimpan dalam sebuah file komputer
yang tak terlalu makan banyak memori. Tapi proses di balik pembuatan dokumen ini bisa
menyita waktu berhari-hari bahkan beberapa minggu hingga bulan.

Disebut Rencana Induk karena isinya memang tentang perencanaan yang menyeluruh
(komprehensif) dan terpadu (integratif). Wikipedia pun mengistilahkan Master Plan sebagai
Comprehensive Plan. Sebuah rencana maha lengkap menyangkut rancangan pemanfaatan
sebuah lahan yang cukup luas. Bisa dalam hitungan ribuan meter persegi, hingga puluhan dan
ratusan hektar. Dalam konteks tertentu, Master Plan bicara tentang rencana pembangunan
atau pengembangan sebuah wilayah tempat tinggal komunitas. Baik kota maupun pedesaan
dengan segala aspeknya. Seperti rencana pemukiman, jalan raya, jaringan rel kereta api,
sarana pendidikan, hiburan dan rekreasi, sarana bisnis dan perekonomian, kelistrikan,
instalasi air atau pun gas, ruang terbuka hijau serta berbagai fasilitas umum maupun fasilitas
sosial.
Pertama, memetakan keinginan klien. Pada tahap ini kami mengurai brief yang kami terima
dari klien. Hasilnya kami re-confirm ke klien. Sehingga baik kami maupun mereka punya
sudut pandang yang sama mengenai resor ini dan pengembangannya. Ini menyangkut tema
arsitektur dan desain, jumlah bangunan yang hendak dibuat, sarana penunjang serta kondisi
alam dan lingkungan sekitar. Sambil mengurai brief tersebut, kami pun memberi berbagai
masukan kepada klien.

Kedua, merumuskan tujuan/visi bersama. Pada prakteknya, tahapan ini melekat erat dengan
langkah pertama tadi. Begitu klien memercayakan pembuatan Master Plan kepada kami,
maka sebuah proyek menjadi mimpi bersama. Tujuan/visi ini punya fungsi memandu kami
dan klien mewujudkan mimpi bersama.

Ketiga, pengumpulan data. Pada tahapan ini kami mengumpulkan dan mengolah berbagai
data serta informasi menyangkut kondisi lahan, letak geografis, situasi alam dan lingkungan
sosial serta sarana dan infrastruktur penunjang yang telah ada. Kami juga berusaha
memrediksi berbagai kemungkinan perubahan di masa datang.

Keempat, menyiapkan rencana. Berbagai informasi yang terumuskan dari hasil pengolahan
data menjadi background atau dasar berpikir penyusunan Master Plan.

Isi sebuah Master Plan sebagian besarnya memang berupa gambar tampak atas dari wilayah
tertentu. Angka-angka dan keterangan di belakangnya disebut Legenda. Mirip peta juga
jadinya. Tapi lebih detail tentunya.

Yang juga penting untuk dipahami, Master Plan bukanlah sebuah dokumen statis. Ia bisa
diubah sewaktu-waktu sesuai dengan perubahan berbagai faktor yang memengaruhi kondisi
kawasan, perubahan kebijakan atau pun karena keinginan yang empunya kawasan. Tapi
setiap perubahan musti dilakukan dengan cermat. Mengingat sebuah Master Plan yang baik
dihasilkan lewat sebuah proses panjang serta penuh dengan kalkulasi matang.

Dan sebenarnya kalkulasi yang matang mengandung pula berbagai bahan untuk antisipasi
adanya perubahan rencana. Tapi bahan/data itu tentunya musti diolah lebih lanjut, bila
memang akan dibuat perubahan atas Master Plan yang ada.

Telah dikatakan bahwa Master Plan atau Rencana Induk berfungsi sebagai pemandu langkah
mewujudkan pembangunan suatu wilayah. Melekat dalam fungsi itu ialah kegunaan Master
Plan sebagai acuan untuk memonitor dan mengevaluasi tahapan-tahapan pembangunan yang
telah ditempuh.

Dengan adanya Master Plan, kita dapat menempuh tahapan selanjutnya dalam proses atau
pengembangan sebuah wilayah. Yakni pembuatan Site Plan, Gambar Arsitektur, Gambar
Desain Interior hingga pembangunan fisik. Untuk Anda yang mempunyai lahan sedang,
1000m s.d. 1 ha, dan hendak membuat cluster/twon house, gambar yang diperlukan cukuplah
site plan. Sedangkan master plannya mengacu pada rencana induk tata ruang kota, wilayah
setempat. Biasanya Pemda sudah membuatnya.

SUMBER : http://annahape.com/2010/06/23/master-plan-dan-site-plan/

Masterplan:

sebuah perencanaan,biasanya dalam bentuk grafis dan


digambarpadaskalakecilnamun
sering di tambah keterangan tertulis (legenda), yang menunjukkan seluruhbagian-bagian proyek atau
elemenperencanaan.
Sumber:
Dictionary of Architecture and Construction (4
th
edition), 2006, Cyril M. Harris

Marco Kusumawijaya

Pakar yang menolak usul pemindahan itu adalah Marco Kusumawijaya, Direktur Rujak
Center for Urban Studies. Arsitek yang sering dimintai komentar soal tata kota ini
berpendapat, pemindahan Ibukota dari Jakarta tidak perlu.

"Masalah-masalah Jakarta dapat diperbaiki dengan biaya lebih kecil daripada ongkos
memindahkan Ibukota jika tujuannya adalah untuk membikin pemerintahan nasional
berfungsi lebih baik," kata Marco di akun Twitternya, Selasa 3 Agustus 2010 lalu.

Fungsi yang dimaksud Marco adalah fungsi mengelola kepadatan Jakarta. Jakarta tidak
lebih padat dari Tokyo, namun terbukti Ibukota Jepang ini berhasil mengelola lalu lintasnya
sehingga tidak seruwet Jakarta. Marco juga menyebut, Jepang yang merupakan salah
negara terpadat di dunia itu justru juga negara dengan tutupan hutan paling besar
persentasenya.

Andrinof Chaniago

Dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia ini adalah pendukung
kuat pemindahan Ibukota. Andrinof yang mendalami kebijakan publik ini menyatakan, daya
dukung Pulau Jawa khususnya Jakarta dan sekitarnya tak memadai lagi untuk Ibukota.

Andrinof menyatakan, satu bom sosial siap meledak di Jakarta 20 tahun lagi. Kesenjangan
sosial kian tajam, kriminalitas tinggi, taraf kesehatan menurun. Gangguan jiwa meningkat.

"Kalau tak ada keputusan politik untuk pindah Ibukota, kita mungkin menghadapi ledakan
sosial seperti Mei 1998," kata Andrinof pada Kamis 29 Juli 2010. Solusinya bagi Andrinof,
Ibukota harus dipindahkan ke sebuah kota baru di Kalimantan.

Yayat Supriyatna
Planolog dari Universitas Trisakti, Jakarta, ini mendukung upaya pemindahan Ibukota dari
Jakarta. Menurut Yayat, Jakarta tidak pernah disiapkan secara matang untuk menjadi
Ibukota dengan skala sebesar sekarang. Dari sekadar kota perdagangan, kemudian harus
menampung aktivitas pemerintahan dalam skala besar. "Akhirnya apa yang terjadi?" kata
Yayat. "Fungsi dan perannya tidak jelas."

Sebagai pusat pemerintahan, beban itu bertambah dengan paradigma pemerintahan Orde
Baru yang sentralistis. Pembangunan dirancang di Jakarta sehingga menjadi bias. "Kota ini
lalu menjadi daya tarik yang besar bagi penduduk di luarnya," kata Yayat. "Ujung-ujungnya,
apa-apa Jakarta, tidak terpikir mengembangkan daerah-daerah di sekitarnya."

Dan beban berlebihan itu baru terasa dekade belakangan. Jakarta mengalami kemacetan.
Jakarta kekurangan air bersih namun di lain pihak kebanjiran di saat hujan sebentar.
Lingkungan hijau juga tergerus oleh pemukiman.

"Idealnya, penduduknya hanya 4 sampai 5 juta jiwa, setengah dari sekarang," kata Yayat.
Namun statistik terakhir, kata Yayat, diperkirakan penduduk resmi Jakarta mencapai lebih
dari 9,5 juta jiwa.

Solusinya, Ibukota Pemerintahan dipindahkan namun bukan dengan membangun kota baru.
Membangun kota baru, kata Yayat, membutuhkan dana yang sangat besar. Jakarta tetap
menjadi Ibukota Negara, namun pemerintahan mulai diredistribusikan ke daerah-daerah.
"Misalnya ke Jonggol, Karawang, Kalimantan," katanya.

Haryo Winarso

Planolog Institut Teknologi Bandung ini bersikap, pemindahan Ibukota jangan berdasarkan
faktor Jakarta yang macet dan semrawut saja. Memindahkan Ibukota tidak serta merta
menghilangkan segala masalah yang ada di Jakarta saat ini seperti kemacetan.

“Karena kalau alasannya untuk mengurangi kemacetan itu emosional, jangka pendek dan itu
tidak benar,” kata Haryo Winarso kepada VIVAnews, Rabu 4 Agustus 2010.

Menurutnya Ibukota tidak dapat pindah ke dalam lokasi berdekatan seperti Jonggol dan
Karawang karena hal tersebut hanya akan memperpanjang kemacetan. “Karena orang-
orang yang terlibat pemerintahan tetap tinggal di Jakarta sehingga akan tetap macet,”
katanya.

Jika Ibukota tetap berada di Jakarta maka solusinya adalah pemerintah harus menerapkan
manajemen transportasi massal yang baik dan mengeluarkan kebijakan yang tidak populis
seperti pembatasan kendaraan pribadi dan menaikkan tarif parkir. “Jika transportasi massal
telah baik dan adanya pembatasan kendaraan pribadi maka kemacetan dapat berkurang,
hal ini telah diterapkan di negara-negara lain seperti Singapura,” ujarnya.

Sonny Harry B. Harmadi

Pakar demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ini mendukung pemindahan


Ibukota ke luar Jakarta dan bahkan ke luar Jawa. Sonny menilai, kepadatan penduduk dan
pemusatan aktivitas yang terus meningkat di kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang
dan Bekasi menjadikan daerah ini tidak lagi ideal sebagai kandidat Ibukota baru Republik
Indonesia.

"Jabodetabek, bahkan seluruh Jawa, sudah terlalu penuh karena 55 persen penduduk
Indonesia ini berdomisili di Jawa," kata Sonny dalam dialog bertajuk 'Urgensi Pemindahan
Pusat Pemerintahan' di gedung DPD, Senayan, Jakarta, Rabu 4 Agustus 2010.

Jika pusat pemerintahan dipaksakan dipindah ke sekitar Jakarta, seperti Jonggol,


Kabupaten Bogor, maka Sonny yakin hal itu hanya akan bertahan dalam waktu pendek,
bukan untuk jangka panjang. "Itu seperti zero sum game, memindahkan masalah ke tempat
lain tanpa menyelesaikan masalahnya," kata Sonny. Oleh karena itu, ia menilai kota di luar
Jawa lebih ideal sebagai Ibukota baru RI.

Tata Mutasya

Peraih master di bidang manajemen pembangunan dari Universitas Turin, Italia, ini
mendukung pemindahan Ibukota sebagai cara meratakan pembangunan. Tata menyatakan,
perlu ada dobrakan atas sentralisasi pembangunan di Jawa khususnya Jakarta yang sudah
terjadi sejak era kolonial.

"Selama ini tidak ada rekayasa ulang atas peninggalan kolonial itu," kata Tata dalam sebuah
diskusi di Jakarta, Kamis 29 Juli 2010.

M Jehansyah Siregar

Arsitek jebolan Institut Teknologi Bandung yang mendapat doktor di bidang perencanaan
kota dari Universitas Tokyo ini mendukung pemindahan Ibukota. Namun, peneliti di Sekolah
Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB ini menyatakan, memindahkan
Ibukota diperlukan visi yang kuat yang disertai regulasi yang kuat setingkat Undang-Undang.

Indonesia perlu meniru model regulasi yang diterapkan oleh Malaysia untuk membangun
Putrajaya. Jika regulasi setingkat Undang-undang di Indonesia telah siap maka secara
simultan langsung dibuat badan yang berkompeten untuk membangun Ibukota baru guna
menghindari berbagai konflik dan spekulan.

Menurut Jehan, tidak perlu membuka lahan baru untuk membangun Ibukota baru, melainkan
cukup dengan melanjutkan pembangunan kota yang telah ada. Berdasarkan berbagai kajian
yang telah ada, Kalimantan pulau yang telah siap secara infrastruktur dan secara geografis
Kalimantan jauh dari pusat gempa dan gunung berapi.

Kebijakan pemindahan Ibukota harus segera dilaksanakan agar Indonesia tidak tertinggal
dari negara lain. Menurut Jehansyah saat ini Indonesia telah tertinggal dari negara-negara
Asia Tenggara lainnya. Bahkan Ia memprediksi, Myanmar akan segera menyalip posisi
Indonesia karena negeri itu telah lebih dahulu memindahkan Ibukota negara pada 2005 lalu.
"Mungkin nanti saat kita memulai pemindahan Ibukota, Myanmar telah maju. Semoga saja
kita tidak tersalip Timor Leste," ujarnya lalu tertawa.
MASTER PLAN

Dalam istilah yang paling sederhana, master plan adalah perencanaan

dokumen yang berfungsi untuk memandu keseluruhan karakter, bentuk fisik, pertumbuhan,
dan perkembangan a

masyarakat. Ini menggambarkan bagaimana, mengapa, di mana, dan

kapan membangun atau membangun kembali kota atau kota. Itu menyediakan

bimbingan kepada pejabat setempat saat mereka membuat

keputusan tentang anggaran, tata cara, peningkatan modal, masalah penzonaan dan
pembagian, dan lainnya

masalah terkait pertumbuhan.

Master Plan juga memberikan peluang bagi tokoh masyarakat untuk melihat ke depan,
membangun yang baru visi dan arah, menetapkan tujuan, dan memetakan merencanakan
masa depan. Dilakukan dengan benar, sebuah rencana induk harus menggambarkan di mana,
bagaimana, dan pada kecepatan apa a masyarakat ingin berkembang secara fisik, ekonomi,
dan sosial. Singkatnya, rencana induk berfungsi seperti peta jalan atau cetak biru; ini adalah
sebuah membimbing ke masa depan. Sebagaimana dinyatakan dalam Buletin Teknis NHP 3,
Merumuskan Master Plan (Spring 2003), master plan juga merupakan dokumen referensi. Itu
mengandung peta, bagan, dan teks pendukung yang sesuai untuk mempresentasikan
rekomendasi perencanaan papan dan menawarkan pedoman untuk pengambil keputusan
masyarakat. Master plan juga berfungsi sebagai ringkasan lokal tindakan. Ini bertindak
sebagai pengingat tentang apa a komunitas telah sepakat untuk menyelesaikannya dalam a
periode waktu yang ditentukan. Rencana induk seharusnya tidak terukir di batu; itu bisa, dan
harus, menjadi ditinjau dan diperbarui saat kondisi berubah dalam suatu komunitas. Rencana
induk juga harus menjadi sumber lengkap

informasi tentang kondisi dan tren saat ini


dalam suatu komunitas, ringkasan dari data dasar

terkait dengan pengembangan kota. Dengan menghadirkan

kebijakan terkoordinasi tentang topik-topik seperti di masa depan

pertumbuhan dan perkembangan, transportasi, perlindungan lingkungan, fasilitas masyarakat,


dan fiskal

manajemen, rencana induk dapat membantu para pejabat

berurusan dengan perubahan secara bertanggung jawab dan memandu pertumbuhan di

cara tertib, konstruktif (NH OSP,

Buletin Teknis 3, halaman 1).

Master Plan Adalah

• panduan untuk masa depan

• dokumen referensi

• ringkasan tindakan lokal

• sumber informasi

Statuta perencanaan New Hampshire menetapkan tujuan dan fungsi rencana induk sebagai
berikut:

RSA 674: 2 Master Plan: Tujuan dan Deskripsi.

I. Tujuan dari rencana induk adalah untuk menetapkan

sejelas dan praktis mungkin yang terbaik dan

pengembangan daerah yang paling tepat di masa depan


di bawah yurisdiksi dewan perencanaan, untuk

bantu dewan dalam merancang tata cara yang menghasilkan

dalam melestarikan dan meningkatkan kualitas unik

kehidupan dan budaya New Hampshire, dan untuk

membimbing papan dalam kinerja yang lain

tugas dengan cara yang mencapai prinsip

pertumbuhan cerdas, perencanaan yang baik, dan bijaksana

perlindungan sumber daya.

Rencana induk harus berupa seperangkat pernyataan

dan prinsip penggunaan dan pengembangan lahan untuk

kotamadya dengan peta, diagram, bagan, dan deskripsi yang menyertainya untuk memberikan
yang sah

berdiri dengan tata cara implementasi dan

langkah-langkah lain dari dewan perencanaan. Setiap bagian dari rencana induk harus
konsisten dengan

yang lain dalam penerapan visi

bagian. Rencana induk akan menjadi catatan publik

tunduk pada ketentuan RSA 91-A.

Master Plan ; Tujuan dan Deskripsi. -

I. Tujuan dari rencana induk adalah untuk menetapkan sejelas dan sepraktis mungkin
pengembangan masa depan yang terbaik dan paling sesuai dari wilayah di bawah yurisdiksi
dewan perencanaan, untuk membantu dewan dalam merancang tata cara yang menghasilkan
pelestarian dan peningkatan kualitas. kualitas hidup dan budaya yang unik di New
Hampshire, dan untuk memandu dewan dalam melaksanakan tugas-tugas lainnya dengan cara
yang mencapai prinsip pertumbuhan yang cerdas, perencanaan yang baik, dan perlindungan
sumber daya yang bijak.

II Master Plan harus merupakan seperangkat pernyataan dan penggunaan lahan dan prinsip-
prinsip pengembangan untuk kotamadya dengan peta, diagram, bagan, dan deskripsi yang
menyertainya untuk memberikan kedudukan hukum terhadap tata cara pelaksanaan dan
langkah-langkah lain dari dewan perencanaan. Setiap bagian dari rencana induk harus
konsisten dengan yang lain dalam penerapan bagian visi. Rencana induk harus merupakan
catatan publik yang tunduk pada ketentuan RSA 91-A.

Master Plan harus mencakup, setidaknya, bagian-bagian yang diperlukan berikut ini:

(A) Bagian visi yang berfungsi untuk mengarahkan bagian lain dari rencana. Bagian ini harus
berisi seperangkat pernyataan yang mengartikulasikan keinginan warga yang terkena dampak
rencana induk, tidak hanya untuk lokalitas mereka tetapi untuk wilayah dan seluruh negara.
Ini harus berisi serangkaian prinsip dan prioritas panduan untuk mengimplementasikan visi
tersebut.

(B) Bagian penggunaan lahan di mana semua bagian berikut akan didasarkan. Bagian ini
akan menerjemahkan pernyataan visi ke dalam istilah fisik. Berdasarkan studi populasi,
aktivitas ekonomi, dan sumber daya alam, bersejarah, dan budaya, harus menunjukkan
kondisi yang ada dan lokasi yang diusulkan, luas, dan intensitas penggunaan lahan di masa
depan.

Master Plan juga dapat mencakup bagian-bagian berikut:

(a) Bagian transportasi yang mempertimbangkan semua moda transportasi terkait dan
menyediakan kerangka kerja untuk kebutuhan lokal yang memadai dan untuk koordinasi
dengan rencana transportasi regional dan negara bagian. Barang-barang yang disarankan
untuk dipertimbangkan mungkin termasuk tetapi tidak terbatas pada transportasi umum,
fasilitas taman dan naik, dan rute sepeda, atau jalur, atau keduanya.

(B) Bagian fasilitas masyarakat yang mengidentifikasi fasilitas untuk mendukung pola
penggunaan lahan masa depan dari ayat II (b), memenuhi kebutuhan yang diproyeksikan
masyarakat, dan berkoordinasi dengan kabupaten khusus pemerintah daerah lain dan distrik
sekolah, serta dengan negara dan badan-badan federal yang memiliki dampak multi-
yurisdiksi.
(c) Bagian pembangunan ekonomi yang mengusulkan tindakan yang sesuai dengan tujuan
ekonomi masyarakat, mengingat kekuatan dan kelemahan ekonomi di wilayah tersebut.

(d) Bagian sumber daya alam yang mengidentifikasi dan menginventarisir area atau sumber
daya kritis atau sensitif, tidak hanya yang ada di komunitas lokal, tetapi juga yang dibagikan
dengan komunitas yang berbatasan. Bagian ini, yang dapat secara khusus mencakup
pengelolaan sumber daya air dan rencana perlindungan, harus memberikan dasar faktual
untuk setiap peraturan pengembangan lahan yang mungkin diberlakukan untuk melindungi
sumber daya air dan kawasan alam lainnya yang teridentifikasi. Komponen utama dalam
mempersiapkan bagian ini adalah untuk mengidentifikasi konflik antara unsur-unsur lain dari
rencana induk dan sumber daya alam, serta konflik dengan rencana masyarakat berbatasan.
Tidak ada dalam sub-ayat ini akan ditafsirkan untuk mengizinkan kota untuk mengatur
penarikan air permukaan atau air tanah yang mereka secara eksplisit dilarang mengatur.

(e) Bagian bahaya alam yang mendokumentasikan karakteristik fisik, keparahan, frekuensi,
dan tingkat bahaya alam yang mungkin terjadi pada masyarakat. Ini harus mengidentifikasi
elemen-elemen lingkungan binaan yang berisiko dari bahaya alam serta tingkat kerentanan
saat ini dan di masa depan yang mungkin timbul dari penetapan wilayah dan kebijakan
pembangunan saat ini.

(f) Bagian rekreasi yang menunjukkan area rekreasi yang ada dan menjawab kebutuhan
rekreasi masa depan.

(g) Bagian utilitas dan layanan publik yang menganalisis kebutuhan dan menunjukkan lokasi
umum saat ini dan di masa depan dari utilitas publik dan swasta yang ada dan diantisipasi,
baik lokal maupun regional, termasuk utilitas telekomunikasi, persediaannya, dan fasilitas
untuk distribusi dan penyimpanan.

(h) Bagian yang mengidentifikasi sumber daya budaya, arkeologi, dan sejarah dan
melindunginya untuk rehabilitasi atau pelestarian dari dampak alat penggunaan lahan lainnya
seperti peraturan penggunaan lahan, perumahan, atau transportasi. Bagian tersebut dapat
mendorong pelestarian atau pemulihan dinding batu, asalkan praktik pertanian, sebagaimana
didefinisikan dalam RSA 21: 34-a, tidak terhalang.

(i) Bagian kepedulian regional, yang menggambarkan wilayah spesifik di kotamadya yang
memiliki kepentingan regional yang signifikan. Area-area ini dapat mencakup sumber daya
yang sepenuhnya terkandung di dalam kotamadya atau berbatasan, atau dibagi, atau
keduanya, dengan kota tetangga. Barang-barang yang harus dipertimbangkan mungkin
termasuk tetapi tidak terbatas pada fasilitas publik, sumber daya alam, ekonomi dan potensi
perumahan, transportasi, pertanian, dan ruang terbuka. Maksud bagian ini adalah untuk
mempromosikan kesadaran regional dalam mengelola pertumbuhan sambil memenuhi
pernyataan visi.

(j) Bagian rencana lingkungan yang berfokus pada area geografis tertentu dari pemerintah
daerah yang mencakup pengembangan perumahan yang substansial. Bagian ini adalah bagian
dari rencana induk lokal dan harus konsisten dengannya. Tidak ada rencana lingkungan yang
akan diadopsi sampai rencana induk lokal diadopsi.

(k) Bagian desain komunitas untuk mengidentifikasi atribut fisik positif di kotamadya dan
memberikan tujuan desain dan kebijakan untuk perencanaan di area spesifik untuk memandu
pengembangan swasta dan publik.

(l) Bagian perumahan yang menilai kondisi perumahan lokal dan memproyeksikan kebutuhan
perumahan masa depan penduduk dari semua tingkat pendapatan dan usia di kota dan
wilayah sebagaimana diidentifikasi dalam penilaian kebutuhan perumahan regional yang
dilakukan oleh komisi perencanaan daerah berdasarkan RSA 36: 47, II, dan yang
mengintegrasikan ketersediaan layanan manusia dengan perencanaan lain yang dilakukan
oleh masyarakat.

(m) Bagian implementasi, yang merupakan program aksi jangka panjang dari tindakan
spesifik, kerangka waktu, alokasi tanggung jawab atas tindakan, deskripsi peraturan
pengembangan lahan yang akan diadopsi, dan prosedur yang dapat digunakan pemerintah
kota untuk memantau dan mengukur efektivitas setiap bagian dari rencana.

(n) Bagian energi, yang meliputi analisis energi dan sumber daya bahan bakar, kebutuhan,
kelangkaan, biaya, dan masalah yang mempengaruhi kota dan pernyataan kebijakan tentang
konservasi energi.

(o) Bagian manajemen pantai yang dapat menangani kebutuhan perencanaan yang dihasilkan
dari proyeksi properti pantai atau hilangnya habitat karena meningkatnya frekuensi
gelombang badai, banjir, dan penggenangan.
Sumber. 1983, 447: 1. 1986, 167: 2. 1988, 270: 1. 1989, 339: 28; 363: 15. 2002, 178: 2.
2007, 40: 1. 2008, 269: 1. 2011, 224: 118. 2013, 76: 1, ef. 1 Januari 2014; 189: 1, ef. 31
Agustus 2013; 202: 1, ef. 7 September 2013.

https://www.nh.gov/osi/planning/resources/documents/preparing-a-master-plan-for-your-
community.pdf

Anda mungkin juga menyukai