Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Saat ini banyak sekali penyakit yang baru pada saluran pernafasan
dan penyebabnya bermacam-macam, ada di sebabkan oleh virus, bakteri,
dan lain sebagainya. Dengan penomena ini harus menjadi perhatian bagi
kita semua. Salah satu penyakit pada saluran pernafasan adalah pneumonia.
Penyakit Pneumonia sering kali diderita sebagian besar orang yang lanjut
usia (lansia) dan mereka yang memiliki penyakit kronik sebagai akibat
rusaknya sistem kekebalan tubuh (Imun), akan tetapi Pneumonia juga bisa
menyerang kaula muda yang bertubuh sehat. Saat ini didunia penyakit
Pneumonia dilaporkan telah menjadi penyakit utama di kalangan kanak-
kanak dan merupakan satu penyakit serius yang meragut nyawa beribu-ribu
warga tua setiap tahun. (Jeremy, dkk, 2007, Hal 76-78)
Penanggulangan penyakit Pneumonia menjadi fokus kegiatan
program P2ISPA (Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan
Akut). Program ini mengupayakan agar istilah Pnemonia lebih dikenal
masyarakat, sehingga memudahkan kegiatan penyuluhan dan penyebaran
informasi tentang penanggulangan Pnemonia. Program P2ISPA
mengklasifikasikan penderita kedalam 2 kelompok usia:
Usia dibawah 2 bulan (Pnemonia Berat dan Bukan Pnemonia) Usia 2
bulan sampai kurang dari 5 tahun (2 bulan - Pnemonia, Pnemonia Berat dan
Bukan Pnemonia). Klasifikasi Bukan-pnemonia mencakup kelompok balita
penderita batuk yang tidak menunjukkan gejala peningkatan frekuensi nafas
dan tidak menunjukkan adanya penarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam. Penyakit ISPA diluar pnemonia ini antara lain: batuk-pilek biasa
(common cold), pharyngitis, tonsilitis dan otitis. Pharyngitis, tonsilitis dan
otitis, tidak termasuk penyakit yang tercakup dalam program ini.
Pneumonia merupakan masalah kesehatan di dunia karena angka
kematiannya tinggi, tidak saja dinegara berkembang, tapi juga di negara
maju seperti AS, Kanada dan negara-negara Eropah. Di AS misalnya,

1
terdapat dua juta sampai tiga juta kasus pneumonia per tahun dengan jumlah
kematian rata-rata 45.000 orang (S. A. Price, 2005, Hal 804-814)
Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga
setelah kardiovaskuler dan tuberkulosis. Faktor sosial ekonomi yang rendah
mempertinggi angka kematian. Gejala Pneumonia adalah demam, sesak
napas, napas dan nadi cepat, dahak berwarna kehijauan atau seperti karet,
serta gambaran hasil ronsen memperlihatkan kepadatan pada bagian paru
Kepadatan terjadi karena paru dipenuhi sel radang dan cairan yang
sebenarnya merupakan reaksi tubuh untuk mematikan luman. Tapi
akibatnya fungsi paru terganggu, penderita mengalami kesulitan bernapas,
karena tak tersisa ruang untuk oksigen. Pneumonia yang ada di masyarakat
umumnya, disebabkan oleh bakteri, virus atau mikoplasma ( bentuk
peralihan antara bakteri dan virus ). Bakteri yang umum adalah
streptococcus Pneumoniae, Staphylococcus Aureus, Klebsiella Sp,
Pseudomonas sp,vIrus misalnya virus influensa(Jeremy, dkk, 2007, Hal 76-
78)
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari Pneumonia ?
2. Apa saja klasifikasi dari Pneumonia ?
3. Apa saja etiologi dari Pneumonia ?
4. Apa saja manifestasi dari Pneumonia ?
5. Bagaimana patofisiologi dari Pneumonia ?
6. Bagaimana pathway dari Pneumonia ?
7. Apa saja komplikasi dari Pneumonia ?
8. Bagaimana penatalaksanaan dari Pneumonia ?
9. Bagimana konsep askep dari Pneumonia ?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa pengertian dari pneumonia
2. Untuk mengetahui apa saja klasifikasi dari pneumonia
3. Untuk mengetahui apa saja etiologi dari pneumonia
4. Untuk mengetahui apa saja manifestasi dari pneumonia
5. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari pneumonia

2
6. Untuk mengetahui bagaimana pathway dari pneumonia
7. Untuk mengetahui apa saja komplikasi dari pneumonia
8. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan dari pneumonia
9. Untuk mengetahui bagimana konsep askep dari pneumonia

3
BAB 2

KONSEP TEORI

2.1. PENGERTIAN

Pneumonia adalah peradangan paru dimana asinus paru terisi cairan


radang dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang kedalam dinding
alveoli dan rongga interstisium. (secara anatomis dapat timbul pneumonia
lobaris maupun lobularis / bronchopneumonia.
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan
yang terbanyak didapatkan dan sering merupakan penyebab kematian hampir
di seluruh dunia. Di Indonesia berdasarkan survei kesehatan rumah tangga
tahun 1986 yang dilakukan Departemen Kesehatan, pneumonia tergolong
dalam penyakit infeksi akut saluran nafas, merupakan penyakit yang banyak
dijumpai.
2.2. KLASIFIKASI
Secara Garis Besar Pneumonia Dapat Dibedakan Menjadi 3 Yaitu:
1. Aspirasi pneumonia

Terjadi apabila tersedak dan ada cairan /makanan masuk ke paru-


paru.pada bayi baru lahir, biasanya tersedak karena air ketuban atau asi.

2. Pneumonia karena infeksi virus, bakteri, atau jamur

Umumnya penyebab infeksi paru adalah virus dan bakteri


sepertistreptococcus pneumonia dan haemophylus influenzae. Gejala
akanmuncul 1-2 hari setelah terinfeksi. Gejala yang muncul mulai dari
demam,batuk lalu sesak nafas.

3. Pneumonia akibat faktor lingkungan

Polusi udara menyebabkan sesak nafas terutama bagi yang


alergi.bila tidak segera dilakukan pengobatan maka akan mengakibatkan
bronchitis dan selanjutnya menjadi pneumonia.

4
2.3. ETIOLOGI

Penyebab Pneumonia adalah streptococus pneumonia dan


haemophillus influenzae.Pada bayi dan anak kecil ditemukan staphylococcus
aureus sebagai penyebab pneumonia yang berat, dan sangat profesif dengan
mortalitas tinggi.(Arif mansjoer, dkk, Hal 466)

1. Bakteri: stapilokokus, streplokokus, aeruginosa, eneterobacter


2. Virus: virus influenza, adenovirus
3. Micoplasma pneumonia
2.4. MANIFESTASI KLINIS

Menurut Corwin (2001), gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua


jenis pneumonia, tetapi terutama mencolok pada pneumonia yang
disebabakan oleh bakteri. Gejala-gejala mencakup:
1. Demam dan menggigil akibat proses peradangan
2. Batuk yang sering produktif dan purulen
3. Sputum berwarna merah karat (untuk streptococcus pneumoniae), merah
muda (untuk staphylococcus aureus), atau kehijauan dengan bau khas
(untuk pseudomonas aeruginosa)
4. Krekel (bunyi paru tambahan).
5. Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan edema.
6. Biasanya sering terjadi respons subyektif dispnu. Dispnu adalah peasaan
sesak atau kesulitan bernafas yang dapat disebabkan oleh penurunan
pertukaran gas-gas.
7. Mungkin timbul tanda-tanda sianosis
8. Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mucus, yang dapat
menyebabkan atelektasis absorpsi.
9. Hemoptisis, batuk darah, dapat terjadi akibat cedera toksin langsung pada
kapiler atau akibat reaksi peradangan yang menyebabkan kerusakan
kapiler.

5
2.5. PATOFISIOLOGI

Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif.


Ada beberapa mekanisme yang pada keadaan normal melindungi paru dari
infeksi. Partikel infeksius difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan
dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu
partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan
makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik, dan humoral.
Bayi pada bulan-bulan pertama kehidupan juga memiliki antibodi maternal
yang didapat secara pasif yang dapat melindunginya dari pneumokokus dan
organisme-organisme infeksius lainnya.
Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak
mudah mengalami pneumonia misalnya pada kelainan anatomis kongenital,
defisiensi imun didapat atau kongenital, atau kelainan neurologis yang
memudahkan anak mengalami aspirasi dan perubahan kualitas sekresi mukus
atau epitel saluran napas. Pada anak tanpa faktor-faktor predisposisi tersebut,
partikel infeksius dapat mencapai paru melalui perubahan pada pertahanan
anatomis dan fisiologis yang normal. Ini paling sering terjadi akibat virus
pada saluran napas bagian atas.
Virus tersebut dapat menyebar ke saluran napas bagian bawah dan
menyebabkan pneumonia virus. Kemungkinan lain, kerusakan yang
disebabkan virus terhadap mekanisme pertahan yang normal dapat
menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran napas bagian bawah.
Bakteri ini dapat merupakan organisme yang pada keadaan normal
berkolonisasi di saluran napas atas atau bakteri yang ditransmisikan dari satu
orang ke orang lain melalui penyebaran droplet di udara. Kadang-kadang
pneumonia bakterialis dan virus ( contoh: varisella, campak, rubella, CMV,
virus Epstein-Barr, virus herpes simpleks ) dapat terjadi melalui penyebaran
hematogen baik dari sumber terlokalisir atau bakteremia/viremia generalisata.
Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi
akut yang meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit
polimorfonuklear di alveoli yang diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif
di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas pada foto toraks.

6
Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan dominasi
infiltrat mononuklear pada struktur submukosa dan interstisial. Hal ini
menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang
terjadi pada bronkiolitis (S. A. Price, 2005, Hal 804-814).

7
2.6. PATHWAY

Sumber: arif mansjoer 2000

8
2.7. KOMPLIKASI
1. Hipotensidansyok
2. Gagalpernapasan
3. Atelektasis
4. Efusi pleura
5. Delirium
6. Superinfeksi
2.8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Radiologi : Thorak foto mendeteksi :
a. adanya penyebaran ( missal dari lobus kebronkhial )
b. multiple abses / infiltrate, empiema ( staphylococcus)
c. penyebaran atau lokasi infiltrasi ( bacterial)
d. penyebaran extensive nodul infiltrate ( sering kali viral )
e. pada pneumonia mycoplasma chest- X ray mungkin bersih.
f. Test Fungsi Paru
Volume paru mungkin menurun ( kongesti dan kolaps alveolar ),
tekanan saluranudara meningkat dan kapasitas pemenuhan udara
menurun, hypoksemia.
Tes Fungsi Paru Terdiri atas :
a. Test Ventilasi (digunakan alat SPIROMETER, PEAK FLOW
METER (MiniWright Peak Flow Meter), Body plethysmograph
b. Test kapasitas diffusi, dengan alat Alveo-Diffusion Tester.
c. Uneven Ventilation dengan Capnograph.
d. Instrumen/peralatan-peralatan diatas termasuk peralatan utama/
Induk, namun untuk operasional masih memerlukan alat-alat
pendukung lainnya, seperti X-Y RECORDER dllnya.
2. Laboratorium.
a. Darah lengkap ( Complete blood count-CBC) : leukositosis biasanya
timbul,meskipun nilai pemeriksaan sel darah puth ( leukosit /
WBC) rendah pada infeksi virus )
b. LED meningkat, ada tanda infeksi

9
c. Pemeriksaan elektrolit natrium dan kalium untuk mengetahui adanya
keseimbangan cairan elektrolit dan asam - basa darah. Elektrolit
sodium dan klorida mungkin rendah karena pada pasien
dengan pnumonia didapatkan mual muntah sehingga dapat ditemukan
kekurangan cairan dan elektrolit.
d. Test serologi : membantu dalam membedakan diagnosis pada
organisme secara spesifik .
e. Kultur sputum dan darah (pewarnaan gram )àdidaptkan dengan needle
biopsy, aspirasi transtrakheal fiberoptic bronchoscopy, atau biopsy
paru-paru terbuka untuk mengeluarkan organisme penyebab. Lebih
dari satu organisme dapat ditemukan seperti diplococcus pneumonia,
staphylococcus aureus, A. Hemplytic Streptococcus dan hemophylus
influenzae
f. Analisis gas darah dan pulse oximetry : abnormalitas mungkin timbul
tergantung dari luasnya kerusakan paru- paru.
2.9. PENATALAKSANAAN
1. Kemoterapi
Pemberian kemoterapi harus berdasarkan pentunjuk penemuan
kuman penyebab infeksi (hasil kultur spatum dan tes sensitivitas kuman
terhadap antibodi). Bila penyakitnya ringan antibiotik diberikan secara
oral, sedangkan bila berat diberikan secara parenteral. Apabila terdapat
penurunan fungsi ginjal akibat proses penuaan, maka harus diingat
kemungkinan penggunaan antibiotik tertentu perlu penyesuaian dosis
(Harasawa, 1989).
2. Pengobatan Umum
3. Terapi Oksigen
4. Hidrasi
Bila ringan hidrasi oral, tetapi jika berat dehidrasi dilakukan secara
parenteral
5. Fisioterapi
Pendrita perlu tirah baring dan posisi penderita perlu diubah-ubah
untuk menghindari pneumonia hipografik, kelemahan dan dekubitus.

10
BAB 3

KONSEP ASKEP

3.1. PENGKAJIAN
I. IDENTITAS
1. Identitas klien
Lakukan pengkajian pada identitas pasien dan isi identitasnya,
yang meliputi: nama, jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat,
agama, tanggal pengkajian.
2. Identitas penanggung jawab
Lakukan pengkajian dan isi identitasnya, yang meliputi: nama, jenis
kelamin, suku bangsa, umur, alamat, agama, hubungan dengan klien
II. RIWAYAT PENYAKIT \
1. Keluhan Utama
Sering menjadi alasaan klein untuk meminta pertolongan
kesehatan adalah Sesak napas, batuk berdahak, demam, sakit kepala,
ny dan kelemahan
2. Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)
Penderita pneumonia menampakkan gejala nyeri, sesak napas,
batuk dengan dahak yang kental dan sulit dikeluarkan, badan lemah,
ujung jari terasa dingin.
3. Riwayat Kesehatan Terdahulu (RKD)
Penyakit yang pernah dialami oleh pasien sebelum masuk
rumah sakit, kemungkinan pasien pernah menderita penyakit
sebelumnya seperti : asthma, alergi terhadap makanan, debu, TB dan
riwayat merokok.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK)
Riwayat adanya penyakit pneumonia pada anggota keluarga
yang lain seperti : TB, Asthma, ISPA dan lain-lain.
III. PENGKAJIAN
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia

11
Tanda : Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas
2. Sirkulasi
Gejala : riwayat gagal jantung kronis
Tanda : takikardi, penampilan keperanan atau pucat
3. Integritas Ego
Gejala : banyak stressor, masalah finansial
4. Makanan / Cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual / muntah, riwayat DM
Tanda : distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering
dengan turgor buruk, penampilan malnutrusi
5. Neurosensori
Gejala : sakit kepala dengan frontal
Tanda : perubahan mental
6. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : sakit kepala nyeri dada meningkat dan batuk myalgia,
atralgia
7. Pernafasan
Gejala : riwayat PPOM, takipnea, dispnea, pernafasan dangkal,
penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal
Tanda : sputum ; merah muda, berkarat atau purulen
Perkusi ; pekak diatas area yang konsolidasi, gesekan friksi pleural
Bunyi nafas : menurun atau tak ada di atas area yang terlibat atau
nafas Bronkial
Framitus : taktil dan vokal meningkat dengan konsolidasi
Warna : pucat atau sianosis bibir / kuku
8. Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem imun, demam
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan,
mungkin pada kasus rubeda / varisela
9. Penyuluhan
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis

12
3.2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produk mucus berlebihan dan kental,
batuk tidak efektif
2. Perubahan pola nafas b.d perubahan membrane alveolar
3. Resiko perubahan nutrisi kurang b.d intake inadekuat

3.3. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Rencana keperawatan


Keperawatan/
Masalah Tujuan dan Kriteria Intervensi
Kolaborasi Hasil

Bersihan Jalan NOC:


Nafas tidak  Respiratory status :  Pastikan kebutuhan oral / tracheal
efektif Ventilation suctioning.
berhubungan  Respiratory status :  Berikan O2 ……l/mnt,
dengan: Airway patency metode………
- Infeksi,  Aspiration Control  Anjurkan pasien untuk istirahat
disfungsi Setelah dilakukan dan napas dalam
neuromuskular, tindakan keperawatan  Posisikan pasien untuk
hiperplasia selama …………..pasien memaksimalkan ventilasi
dinding menunjukkan keefektifan  Lakukan fisioterapi dada jika
bronkus, alergi jalan nafas dibuktikan perlu
jalan nafas, dengan kriteria hasil :  Keluarkan sekret dengan batuk
asma, trauma  Mendemonstrasikan atau suction
- Obstruksi jalan batuk efektif dan suara  Auskultasi suara nafas, catat
nafas : spasme nafas yang bersih, adanya suara tambahan
jalan nafas, tidak ada sianosis dan  Berikan bronkodilator :
sekresi tertahan, dyspneu (mampu - ………………………
banyaknya mengeluarkan sputum, - ……………………….
mukus, adanya bernafas dengan - ………………………
jalan nafas mudah, tidak ada  Monitor status hemodinamik
buatan, sekresi pursed lips)
 Berikan pelembab udara Kassa
bronkus,  Menunjukkan jalan basah NaCl Lembab
adanya eksudat nafas yang paten (klien
 Berikan antibiotik :
di alveolus, tidak merasa tercekik,
…………………….
adanya benda irama nafas, frekuensi
…………………….
asing di jalan pernafasan dalam
 Atur intake untuk cairan
nafas. rentang normal, tidak
mengoptimalkan keseimbangan.
DS: ada suara nafas
abnormal)  Monitor respirasi dan status O2
- Dispneu
 Mampu  Pertahankan hidrasi yang adekuat
DO:

13
- Penurunan mengidentifikasikan untuk mengencerkan sekret
suara nafas dan mencegah faktor  Jelaskan pada pasien dan
- Orthopneu yang penyebab. keluarga tentang penggunaan
- Cyanosis  Saturasi O2 dalam peralatan : O2, Suction, Inhalasi.
- Kelainan suara batas normal
nafas (rales,  Foto thorak dalam
wheezing) batas normal
- Kesulitan
berbicara
- Batuk, tidak
efekotif atau
tidak ada
- Produksi
sputum
- Gelisah
- Perubahan
frekuensi dan
irama nafas

Diagnosa Rencana keperawatan


Keperawatan/
Masalah Tujuan dan Kriteria Intervensi
Kolaborasi Hasil

Pola Nafas tidak NOC: NIC:


efektif Respiratory status :  Posisikan pasien untuk
berhubungan Ventilation memaksimalkan ventilasi
dengan : Respiratory status :  Pasang mayo bila perlu
- Hiperventilasi Airway patency  Lakukan fisioterapi dada jika
- Penurunan Vital sign Status perlu
energi/kelelaha  Keluarkan sekret dengan batuk
n Setelah dilakukan tindakan atau suction
- Perusakan/pele keperawatan selama  Auskultasi suara nafas, catat
mahan ………..pasien adanya suara tambahan
muskulo- menunjukkan keefektifan  Berikan bronkodilator :
skeletal pola nafas, dibuktikan -…………………..
- Kelelahan otot dengan kriteria hasil: …………………….
pernafasan Mendemonstrasikan
 Berikan pelembab udara Kassa
- Hipoventilasi batuk efektif dan suara basah NaCl Lembab
sindrom nafas yang bersih, tidak
 Atur intake untuk cairan
- Nyeri ada sianosis dan
mengoptimalkan
- Kecemasan dyspneu (mampu
keseimbangan.
- Disfungsi mengeluarkan sputum,
Neuromuskuler mampu bernafas dg  Monitor respirasi dan status O2
 Bersihkan mulut, hidung dan
- Obesitas mudah, tidakada pursed
secret trakea
- Injuri tulang lips)
 Pertahankan jalan nafas yang
belakang Menunjukkan jalan
paten
nafas yang paten (klien

14
DS: tidak merasa tercekik,  Observasi adanya tanda tanda
- Dyspnea irama nafas, frekuensi hipoventilasi
- Nafas pendek pernafasan dalam  Monitor adanya kecemasan
DO: rentang normal, tidak pasien terhadap oksigenasi
- Penurunan ada suara nafas  Monitor vital sign
tekanan abnormal)  Informasikan pada pasien dan
inspirasi/ekspir Tanda Tanda vital dalam keluarga tentang tehnik
asi rentang normal (tekanan relaksasi untuk memperbaiki
- Penurunan darah, nadi, pernafasan) pola nafas.
pertukaran  Ajarkan bagaimana batuk
udara per menit efektif
- Menggunakan  Monitor pola nafas
otot pernafasan
tambahan
- Orthopnea
- Pernafasan
pursed-lip
- Tahap ekspirasi
berlangsung
sangat lama
- Penurunan
kapasitas vital
- Respirasi: < 11
– 24 x /mnt

Diagnosa Rencana keperawatan


Keperawatan/
Masalah Tujuan dan Kriteria Intervensi
Kolaborasi Hasil

Ketidakseimban NOC:  Kaji adanya alergi makanan


gan nutrisi a. Nutritional status:  Kolaborasi dengan ahli gizi
kurang dari Adequacy of nutrient untuk menentukan jumlah kalori
kebutuhan b. Nutritional Status : food dan nutrisi yang dibutuhkan
tubuh and Fluid Intake pasien
Berhubungan c. Weight Control  Yakinkan diet yang dimakan
dengan : Setelah dilakukan tindakan mengandung tinggi serat untuk
Ketidakmampuan keperawatan mencegah konstipasi
untuk selama….nutrisi kurang  Ajarkan pasien bagaimana
memasukkan atau teratasi dengan indikator: membuat catatan makanan
mencerna nutrisi  Albumin serum harian.
oleh karena faktor  Pre albumin serum  Monitor adanya penurunan BB
biologis,  Hematokrit dan gula darah
psikologis atau  Hemoglobin  Monitor lingkungan selama
ekonomi.  Total iron binding makan

15
DS: capacity  Jadwalkan pengobatan dan
- Nyeri abdomen  Jumlah limfosit tindakan tidak selama jam makan
- Muntah  Monitor turgor kulit
- Kejang perut  Monitor kekeringan, rambut
- Rasa penuh kusam, total protein, Hb dan
tiba-tiba kadar Ht
setelah makan  Monitor mual dan muntah
DO:  Monitor pucat, kemerahan, dan
- Diare kekeringan jaringan konjungtiva
- Rontok rambut  Monitor intake nuntrisi
yang berlebih  Informasikan pada klien dan
- Kurang nafsu keluarga tentang manfaat nutrisi
makan  Kolaborasi dengan dokter
- Bising usus tentang kebutuhan suplemen
berlebih makanan seperti NGT/ TPN
- Konjungtiva sehingga intake cairan yang
pucat adekuat dapat dipertahankan.
- Denyut nadi  Atur posisi semi fowler atau
lemah fowler tinggi selama makan
 Kelola pemberan anti emetik:.....
 Anjurkan banyak minum
 Pertahankan terapi IV line
 Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan
cavitas oval

3.4. IMPLEMENTASI

Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh


perawat terhadap pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pelaksanaan rencana keperawatan diantaranya :
Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan
validasi ; ketrampilan interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan
dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan
psikologis klien dilindungi serta dokumentasi intervensi dan respon pasien.
Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari
rencana intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan
perawatan yang muncul pada pasien

16
3.5. EVALUASI

Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan,


dimana evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan
melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya.
Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam
rencana keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan
pengkajian ulang

17
DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer, dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius FKUI


Jakarta, 2000
Budi Santosa, Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006, Prima
Medika
Helen Lewer, Learning to Care on the Paediatric Ward : terjemahan, EGC Jakarta,
1996
Joanne C. McCloskey, Nursing Intervention Classification (NIC), Mosby-Year
Book, 1996
Judith M. Wilkinson, Prentice Hall Nursing Diagnosis Handbook with NIC
Intervention and NOC Outcomes, Upper Saddle River, New Jersey, 2005
Joyce Engel, Pocket Guide to Pediatric Assesment : terjemahan, EGC, 1998
Marion Johnson, Nursing Outcomes Classification (NOC), Mosby-Year Book,
2000
Suriadi, Asuhan Keperawatan pada Anak, CV Agung Seto, Jakarta, 2001
Tri Atmadja DS, Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak, RSUD Wates, 2001

18

Anda mungkin juga menyukai