Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan
Disusun oleh :
MUHAMMAD SUTRIYANTO
G3A019010
2019
LANSIA
LATAR BELAKANG
Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam
ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu.
Ada beberapa pendapat mengenai “usia kemunduran” yaitu ada yang menetapkan
60 tahun, 65 tahun dan 70 tahun. Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65
tahun sebagai usia yang menunjukkan proses menua yang berlangsung secara nyata
dan seseorang telah disebut lanjut usia. Dari 19 juta jiwa penduduk Indonesia 8,5%
mengalami stroke yaitu lansia.
Stroke adalah suatu penyakit gangguan fungsi anatomi otak yang terjadi
secara tiba-tiba dan cepat, disebabkan karena gangguan perdarahan otak. Insiden
stroke meningkat secara eksponensial dengan bertambahnya usia dan 1,25 kali lebih
besar pada pria dibanding wanita.
Kecenderungan pola penyakit neurologi terutama gangguan susunan saraf
pusat tampaknya mengalami peningkatan penyakit akibat gangguan pembuluh
darah otak, akibat kecelakaan serta karena proses degenerative system saraf
tampaknya sedang merambah naik di Indonesia. Walaupun belum didapat data
secara konkrit mengenai hal ini.
Faktor penyebab munculnya masalah ini adalah adanya perkembangan
ekonomi dan perubahan gaya hidup terutama msayarakat perkotaan. Kemampuan
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup terlihat semakin mudah sehingga
meningkatkan hasratmereka untuk terus berjuang mencapai tujuan dengan penuh
persaingan dalam perjuangan tersebut, benturan-benturan fisik maupun psikologis
tidak pernah dipikirkan efek bagi kesehatan jangka panjang. Usia harapan hidup di
Indonesia kian meningkat sehingga semakin banyak terdapat lansia.
Dengan bertambahnya usia maka permasalahan kesehatan yang terjadi akan
semakin kompleks. Salah satu penyakit yang sering dialami oleh lansia adalah
stroke. Usia merupakan factor resiko yang paling penting bagi semua jenis stroke.
TEORI TENTANG LANSIA
A. DEFINISI LANSIA
Gerontologi berasal dari bahasa Latin, yaitu geros berarti usia lanjut dan
logos berarti ilmu. Gerontologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari
proses menua dan masalah yang terjadi pada lanjut usia. Geriatri berasal dari
bahasa Latin, yaitu geros berarti lanjut usia dan eatriea berarti kesehatan atau
medis. Geriatri merupakan cabang ilmu kedokteran yang berfokus pada
masalah kedokteran, yaitu penyakit yang timbul pada usia lanjut (Kushariyadi,
2010).
Lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari
proses kehidupan yang tak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap
indivindu. Lansia adalah orang yang berusia 50 tahun atau lebih. Lansia
merupakan kelompok orang lanjut usia yang mengalami proses penuaan yang
terjadi secara bertahap dan merupakan proses alami yang tidak dapat
dihindarkan (Ernawati, 2005). Sedangkan menurut Prayitno (2002),
mengatakan bahwa lanjut usia adalah orang yang berusia 56 tahun ke atas,tidak
mempunyai penghasilan dan tidak berdaya mencari nafkah untuk
keperluanpokok bagi kehidupannya sehari-hari.
Di Indonesia, dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang
Kesejahteraan Lanjut Usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat (2), (3), (4), mengatakan
bahwa lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas, baik
pria maupun wanita.
Penduduk lansia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan
secara terus menerus, ditandai dengan penurunan daya tahan fisik dan rentan
terhadap penyakit yang mengakibatkan kematian. Secara ekonomi lansia
dianggap sebagai beban sumber daya. Lansia merupakan kelompok umur yang
mengalami berbagai penurunan daya tahan tubuh dan berbagai tekanan
psikologis (Saparinah,2008). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
lansia adalah kelompok orang yang berumur lebih dari 50 tahun yang secara
fisiologis mengalami kemunduran baik dari segi biologis, ekonomi maupun
sosial secara bertahap hingga akhirnya sampai pada kematian.
B. BATASAN LANSIA
Usia yang dijadikan patokan untuk lanjut usia berbeda-beda, umumnya
berkisar antara 60-65 tahun. Beberapa pendapat para ahli tentang batasan usia
adalah sebagai berikut:
1. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menggolongkan lanjut
usia menjadi 4 yaitu:
a. Usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) 60-74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) 75-90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun
2. Menurut Prof. DR. Koesoemanto Setyonegoro, Sp.Kj., batasan usia
dewasa sampai lanjut usia dikelompokkan menjadi:
a. Usia dewasa muda (elderly adulthood) usia 18/20-25 tahun
b. Usia dewasa penuh (middle years) usia 25-60/65 tahun
c. Lanjut usia (geriatric age) usia >65/70 tahun
3. Menurut Hurlock, perbedaan lanjut usia ada dua tahap, yaitu:
a. Early old age (usia 60-70 tahun)
b. Advanced old age (usia >70 tahun)
4. Menurut Burnsie, ada empat tahap lanjut usia, yaitu:
a. Young old (usia 60-69 tahun)
b. Middle age old (usia 70-79 tahun)
c. Old-old (usia 80-89 tahun)
d. Very old-old (usia > 90 tahun)
A. DEFINISI STROKE
B. FAKTOR RESIKO
1. Usia lanjut. Pada usia lanjut terjadi proses kalsifikasi pembuluh darah, termasuk
pembuluh darah otak.
2. Peningkatan kolesterol (lipid total). Kolesterol tubuh yang tinggi dapat
menyebabkan aterosklerosis dan terbentuknya embolus dari lemak.
Meningginya kadar kolesterol merupakan factor penting untuk terjadinya
asterosklerosis atau menebalnya dinding pembuluh darah yang diikuti
penurunan elastisitas pembuluh darah.
3. Obesitas. Pada obesitas dapat terjadi hipertensi dan peningkatan kadar kolesterol
sehingga dapat mengakibatkan gangguan pada pembuluh darah, salah satunya
pembuluh drah otak.
4. Perokok. Pada perokok akan timbul plaque pada pembuluh darah oleh nikotin
sehingga terjadi aterosklerosis. Merokok dapat meningkatkan konsentrasi
fibrinogen yang akan mempermudah terjadinya penebalan dinding pembuluh
darah dan peningkatan kekentalan darah.
C. KLASIFIKASI
D. ETIOLOGI
Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan stroke (Black & Hawks, 2009;
Price & Wilson, 2005) adalah:
a. Trombosis
Trombosis merupakan proses pembentukan trombus dimulai dengan
kerusakan dinding endotel pembuluh darah paling sering karena aterosklerosis.
Aterosklerosis menyebabkan penumpukan lemak dan membentuk plak di
dinding pembuluh darah. Pembentukan plak yang terus menerus akan
menyebabkan obstruksi yang dapat terbentuk di dalam suatu pembuluh darah
otak atau pembuluh organ distal. Pada trombus vaskular distal, bekuan dapat
terlepas dan dibawa melalui sistem arteri otak sebagai suatu embolus (Black &
Hawks, 2009).
b. Emboli
Embolus yang terlepas akan ikut dalam sirkulasi dan terjadi sumbatan pada
arteri serebral yang menyebabkan stroke embolik, lebih sering terjadi pada atrial
fibrilasi kronik (Price & Wilson, 2005).
c. Hemoragik
Sebagian besar hemoragik intraserebral disebabkan oleh rupture karena
arteriosklerosis dan pembuluh darah hipertensif. Hemoragik intraserebral lebih
sering terjadi pada usia >50 tahun karena hipertensi. (Black & Hawks, 2009).
d. Penyebab lain
Stroke dapat disebabkan oleh hiperkoagulasi termasuk defisiensi protein C
dan S serta gangguan pembekuan yang menyebabkan trombosis dan stroke
iskemik. Penyebab tersering adalah penyakit degenerative arterial baik
arteriosklerosis pada pembuluh darah besar maupun penyakit pembuluh darah
kecil. Penyebab lain yang jarang terjadi diantaranya adalah penekanan pembuluh
darah serebral karena tumor, bekuan darah yang besar, edema jaringan otak dan
abses otak (Black & Hawks, 2009).
E. PATHWAY
F. PATOFISIOLOGI
G. MANIFESTASI KLINIS
H. KOMPLIKASI
a. Angiografi serebral
Menentukan penyebab stroke scr spesifik seperti perdarahan atau obstruksi
arteri.
b. Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT).
Untuk mendeteksi luas dan daerah abnormal dari otak, yang juga mendeteksi,
melokalisasi, dan mengukur stroke (sebelum nampak oleh pemindaian CT).
c. CT scan
Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma,
adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti.
d. MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan bsar
terjadinya perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang mengalami lesi dan
infark akibat dari hemoragik.
e. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari
jaringan yang infark sehingga menurunya impuls listrik dalam jaringan otak.
6. Pemeriksaan laboratorium
a. Lumbang fungsi: pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada
perdarahan yang masif, sedangkan pendarahan yang kecil biasanya warna
likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.
b. Pemeriksaan darah rutin (glukosa, elektrolit, ureum, kreatinin)
c. Pemeriksaan kimia darah: pada strok akut dapat terjadi hiperglikemia.
d. gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan kemudian
berangsur-rangsur turun kembali.
e. Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri.
J. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pengobatan Pembedahan
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor
register, diagnose medis.
2. Keluhan utama
Biasanya didapatkan penurunan kekuatan otot, kelemahan anggota gerak
sebelah badan, keterbatasan rentang gerakbicara pelo, dan tidak dapat
berkomunikasi.
3. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak, pada
saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah
bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh badan
atau gangguan fungsi otak yang lain sehingga pasien terbatas dalam rentang
geraknya.
4. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia,
riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti
koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
5. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes militus.
Pengumpulan Data
A. Aktivitas/istirahat:
Klien akan mengalami kesulitan aktivitas akibat kelemahan seperti aktivitas
makan, berpakaian(mengenakan pakaian), menuju kamar mandi, eliminasi
(Ketidakmampuan mencapai toilet), hilangnya rasa, paralisis, hemiplegi,
mudah lelah, kesulitan dalam membolak-balikkan posisi, kelemahan dan
susah tidur.
B. Sirkulasi
Adanya riwayat penyakit jantung, katup jantung, disritmia, CHF, polisitemia.
Dan hipertensi arterial.
C. Integritas Ego.
Emosi labil, respon yang tak tepat, mudah marah, kesulitan untuk
mengekspresikan diri.
D. Eliminasi
Perubahan kebiasaan Bab. dan Bak. Misalnya inkoontinentia urine, anuria,
distensi kandung kemih, distensi abdomen, suara usus menghilang.
E. Makanan/caitan :
Nausea, vomiting, daya sensori hilang, di lidah, pipi, tenggorokan, dysfagia
serta kelemahan otot pengunyah.
F. Neuro Sensori
Pusing, sinkope, sakit kepala, perdarahan sub arachnoid, dan intrakranial.
Kelemahan dengan berbagai tingkatan, gangguan penglihatan, kabur,
dyspalopia, lapang pandang menyempit. Hilangnya daya sensori pada bagian
yang berlawanan dibagian ekstremitas dan kadang-kadang pada sisi yang
sama di muka, gangguan sistem saraf pusat
G. Nyaman/nyeri
Sakit kepala, perubahan tingkah laku kelemahan, tegang pada otak/muka,
ketidaknyamanan.
H. Respirasi
Ketidakmampuan menelan, batuk, melindungi jalan nafas. Suara nafas,
whezing, ronchi.
I. Keamanan
Sensorik motorik menurun atau hilang mudah terjadi injury. Perubahan
persepsi dan orientasi Tidak mampu menelan sampai ketidakmampuan
mengatur kebutuhan nutrisi. Tidak mampu mengambil keputusan.
J. Interaksi sosial
Gangguan dalam bicara, Ketidakmampuan berkomunikasi.Ketidakmampuan
berkomunikasi serta sulit mengungkapkan kata-kata.
L. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko Ketidakefektifan perfusi jaringan otak
2. Hambatan Mobilitas Fisik
3. Hambatan Komunikasi Verbal
4. Ketidakseimbangan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan Tubuh
5. Defisit Perawatan Diri
M. INTERVENSI KEPERAWATAN
- Monitor Cairan
- Tentukan jumlah dan jenis intake/asupan
cairan serta kebiasaan eliminasi
- Monitor berat badan
- Monitor asupan dan pengeluaran
- Monitor nilai kadar serum dan elektrolit urin
- Monitor kadar serum albumin dan protein
total
- Monitor kadar serum dan osmolalitas urin
- Monitor tekanan darah, denyut jantung dan
status pernapasan
- Monitor tekanan darah ortostatik dan
perubahan irama jantung dengan cepat
- Monitor parameter hemodinamik invasif
- Monitor membran mukosa, tugor kulit dan
respon haus
- Monitor warna, kuantitas dan berat jenis urin
- Monitor tanda dan gejala asites
- Berikan cairan dengan tepat
- Berikan dianalisis dan catat reaksi pasien
- Cek grafik cairan asupan dan pengeluaran
secara berkala untuk memastikan pemberian
layanan yang baik
- Manajemen Nutrisi
- Tentukan status gizi pasien dan kemampuan
pasien untuk memenuhi kebutuhan gizi
- Identifikasi adanya alergi atau intoleransi
makanan yang dimiliki pasien
- Tentukan apa yang menjadi preferensi
makanan bagi pasien
- Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang
dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan gizi
- Lakukan atau bantu pasien terkait dengan
perawatan mulut sebelum makan
- Pastikan pasien menggunakkan gigi palsu
yang pas, dengan cara yang tepat
- Anjurkan pasien untuk duduk pada posisi
tegak dikursi, jika memungkinkan
- Monitor kalori dan asupan makanan
- Monitor kecenderungan terjadinya penerunan
dan kenaikan berat badan
- Anjurkan pasien untuk memantau kalori dan
intake makanan
- Berikan arahan, bila diperlukan
- Bantuan Perawatan Diri:Pemberian
Makanan
- Monitor kemampuan pasien untuk menelan
- Identifikasi diet yang disarankan
- Atur meja dan nampan makanan agar terlihat
menarik
- Pastikan posisi pasien yang tepat untuk
mamfasilitasi mengunyah dan menelan
- Posisikan pasien dalam posisi makan yang
nyaman
- Berikan pengalas makanan
- Berikan sedotan minuman, sesuai kebutuhan
atau sesuai keinginan
- Seediakan makanan dan minuman yang
disukai, dengan tepat
- Dukung pasien untuk makan diruang makan,
jika tersedia
- Sediakan interaksi sosial dengan tepat
- Berikan alat-alat yang bisa memfasilitasi
pasien untuk makan sendiri
- Gunakan cangkir dengan pegangan yang
besar, jika diperlukan
- Gunakan alat makan dan gelas yang tidak
mudah pecah dan tidak berat, sesuai
kebutuhan
- Berikan penanda sesering mungkin dengan
pengawasan ketat, dengan tepat
Faktor yang
berhubungan :
Kelemahan
Guyton & Hall. Buku ajar fisiologi kedokteran ed 11. Jakarta: EGC. 2007
Price. Sylvia Anderson; Patofisiologi ed.6, vol.1; Jakarta:EGC.2005
NANDA Diagnosa Keperawatan 2015-2017
NIC- NOC 2015-2017