Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Ny.P DENGAN STROKE


DI RUANG CEMPAKA RUMAH PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA
PUCANG GADING SEMARANG

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Profesi Ners


Stase Keperawatan Gerontik

Disusun oleh :

MUHAMMAD SUTRIYANTO

G3A019010

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2019
LANSIA

LATAR BELAKANG
Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam
ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu.
Ada beberapa pendapat mengenai “usia kemunduran” yaitu ada yang menetapkan
60 tahun, 65 tahun dan 70 tahun. Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65
tahun sebagai usia yang menunjukkan proses menua yang berlangsung secara nyata
dan seseorang telah disebut lanjut usia. Dari 19 juta jiwa penduduk Indonesia 8,5%
mengalami stroke yaitu lansia.
Stroke adalah suatu penyakit gangguan fungsi anatomi otak yang terjadi
secara tiba-tiba dan cepat, disebabkan karena gangguan perdarahan otak. Insiden
stroke meningkat secara eksponensial dengan bertambahnya usia dan 1,25 kali lebih
besar pada pria dibanding wanita.
Kecenderungan pola penyakit neurologi terutama gangguan susunan saraf
pusat tampaknya mengalami peningkatan penyakit akibat gangguan pembuluh
darah otak, akibat kecelakaan serta karena proses degenerative system saraf
tampaknya sedang merambah naik di Indonesia. Walaupun belum didapat data
secara konkrit mengenai hal ini.
Faktor penyebab munculnya masalah ini adalah adanya perkembangan
ekonomi dan perubahan gaya hidup terutama msayarakat perkotaan. Kemampuan
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup terlihat semakin mudah sehingga
meningkatkan hasratmereka untuk terus berjuang mencapai tujuan dengan penuh
persaingan dalam perjuangan tersebut, benturan-benturan fisik maupun psikologis
tidak pernah dipikirkan efek bagi kesehatan jangka panjang. Usia harapan hidup di
Indonesia kian meningkat sehingga semakin banyak terdapat lansia.
Dengan bertambahnya usia maka permasalahan kesehatan yang terjadi akan
semakin kompleks. Salah satu penyakit yang sering dialami oleh lansia adalah
stroke. Usia merupakan factor resiko yang paling penting bagi semua jenis stroke.
TEORI TENTANG LANSIA

A. DEFINISI LANSIA
Gerontologi berasal dari bahasa Latin, yaitu geros berarti usia lanjut dan
logos berarti ilmu. Gerontologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari
proses menua dan masalah yang terjadi pada lanjut usia. Geriatri berasal dari
bahasa Latin, yaitu geros berarti lanjut usia dan eatriea berarti kesehatan atau
medis. Geriatri merupakan cabang ilmu kedokteran yang berfokus pada
masalah kedokteran, yaitu penyakit yang timbul pada usia lanjut (Kushariyadi,
2010).
Lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari
proses kehidupan yang tak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap
indivindu. Lansia adalah orang yang berusia 50 tahun atau lebih. Lansia
merupakan kelompok orang lanjut usia yang mengalami proses penuaan yang
terjadi secara bertahap dan merupakan proses alami yang tidak dapat
dihindarkan (Ernawati, 2005). Sedangkan menurut Prayitno (2002),
mengatakan bahwa lanjut usia adalah orang yang berusia 56 tahun ke atas,tidak
mempunyai penghasilan dan tidak berdaya mencari nafkah untuk
keperluanpokok bagi kehidupannya sehari-hari.
Di Indonesia, dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang
Kesejahteraan Lanjut Usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat (2), (3), (4), mengatakan
bahwa lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas, baik
pria maupun wanita.
Penduduk lansia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan
secara terus menerus, ditandai dengan penurunan daya tahan fisik dan rentan
terhadap penyakit yang mengakibatkan kematian. Secara ekonomi lansia
dianggap sebagai beban sumber daya. Lansia merupakan kelompok umur yang
mengalami berbagai penurunan daya tahan tubuh dan berbagai tekanan
psikologis (Saparinah,2008). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
lansia adalah kelompok orang yang berumur lebih dari 50 tahun yang secara
fisiologis mengalami kemunduran baik dari segi biologis, ekonomi maupun
sosial secara bertahap hingga akhirnya sampai pada kematian.
B. BATASAN LANSIA
Usia yang dijadikan patokan untuk lanjut usia berbeda-beda, umumnya
berkisar antara 60-65 tahun. Beberapa pendapat para ahli tentang batasan usia
adalah sebagai berikut:
1. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menggolongkan lanjut
usia menjadi 4 yaitu:
a. Usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) 60-74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) 75-90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun
2. Menurut Prof. DR. Koesoemanto Setyonegoro, Sp.Kj., batasan usia
dewasa sampai lanjut usia dikelompokkan menjadi:
a. Usia dewasa muda (elderly adulthood) usia 18/20-25 tahun
b. Usia dewasa penuh (middle years) usia 25-60/65 tahun
c. Lanjut usia (geriatric age) usia >65/70 tahun
3. Menurut Hurlock, perbedaan lanjut usia ada dua tahap, yaitu:
a. Early old age (usia 60-70 tahun)
b. Advanced old age (usia >70 tahun)
4. Menurut Burnsie, ada empat tahap lanjut usia, yaitu:
a. Young old (usia 60-69 tahun)
b. Middle age old (usia 70-79 tahun)
c. Old-old (usia 80-89 tahun)
d. Very old-old (usia > 90 tahun)

C. PERUBAHAN PADA LANSIA


Perubahan yang terjadi pada lansia dapat meliputi perubahan fisik,
psikososial dan mental. Perubahan penampilan fisik sebagian dari proses
penuan normal, seperti rambut yang memulai memutih, kerut-kerut ketuan
diwajah, berkurangnya ketajaman panca indera, serta kemunduran daya tahan
tubuh. Lansia juga harus berhadapan dengan kehilangan-kehilangan peran diri,
kedudukan sosial, serta perpisahan dengan orang-orang yang dicintai. Semua
hal tersebut menuntut kemampuan beradaptasi yang cukup besar untuk dapat
menyikapi kehidupan secara bijak (Soejono, 2007).
1. Perubahan Fisik
a. Sel
 Jumlah sel otak menurun
 Ukurannya lebih besar
b. Sistem Persyarafan
 Berat otak menurun 10%-20%
 Respon dan waktu untuk bereaksi menjadi lambat
 Kurang sensitif terhadap sentuhan
c. Sisitem Pendengaran
 Pendengaran bertambah menurun
d. Sistem Penglihatan
 Lensa lebih suram yang menyebabkan katarak
 Hilangnya daya akomodasi mata
 Lapang pandang menurun
e. Sisitem Kardiovaskuler
 Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
 Tekanan darah cenderung tinggi
 Kehilangan elastisitas pembuluh darah
f. Sistem Respirasi
 Elastisitas paru berkurang
 Otot-otot pernapasan menurun
g. Sistem Genitouria
 Otot-otot vesika urinaria melemah
 Prostat membesar
h. Sistem Gastrointestinal
 Kehilangan gigi
 Indra pengecapan menurun
 Daya absorbsi terganggu
i. Sistem Reproduksi
 Mengecilnya ovari dan uterus
 Atropi payudara
j. Sistem Endokrin
 Produksi hormon menurun
 Menurunnya aktivitas tiroid
k. Sistem Integumentum
 Kulit keriput
 Permukaan kulit kasar dan bersisik
 Kulit kepala dan rambut menipis
 Rambut dalam hidung dan telinga menebal
 Kuku jari menjadi keras
 Kelenjar keringat berkurang
l. Sistem Muskuloskeletal
 Tulang telinga makin rapuh
 Pergerakan pinggang, lutut dan jari pergelangan terbatas
 Persendian membesar dan kaku
 Otot-otot kram dan tremor
2. Perubahan Psikososial
a. Pensiun. Akan lebih sering dialami oleh para lanjut usia dengan masa
habisnya akan bekerja yang dipengaruhi oleh perubahan pada
produktivitas dan identitas di lingkungannya.
b. Sadar akan kematian
c. Perubahan dalam cara hidup
d. Penyakit kronis dan ketidakmampuan
e. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik
3. Perubahan Mental
a. Perubahan fisik
b. Kesehatan umum
c. Lingkungan

D. PENYAKIT PADA LANSIA


Masalah yang sering ditemukan pada Lansia, antara lain:
1. Mudah jatuh
2. Mudah lelah
3. Kekacauan mental akut
4. Nyeri dada
5. Sesak nafas saat melakukan aktivitas fisik
6. Palpitasi
7. Pembengkakan kaki bagian bawah
8. Nyeri pinggang & punggung
9. Nyeri sendi pinggul
10. Berat badan menurun
11. Sukar menahan BAK (sering ngompol) & BAB
12. Gangguan ketajaman penglihatan
13. Gangguan pendengaran
14. Gangguan tidur
15. Keluhan pusing-pusing. Disebabkan oleh gangguan lokal, penyakit
sistemis, psikologik: cemas, depresi, kurang tidur.
16. Keluhan perasaan dingin-dingin & kesemutan pd anggota badan.
Disebabkan karena gangguan sirkulasi darah lokal, gangguan
persyarafan umum.
17. Mudah gatal-gatal. Disebabkan oleh kelainan kulit yang kering,
keadaan alergi.
18. Gangguan sirkulasi darah seperti hipertensi, kelainan pembuluh darah,
gangguan pada pembuluh darah koroner dan ginjal.
19. Ganguan metabolisme hormonal, seperti: DM, ketidakseimbangan
tiroid.
Gangguan pada persendian, seperti: osteoartritis, gout
TEORI TENTANG STROKE

A. DEFINISI STROKE

Stroke merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus


ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang
timbul mendadak yang disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah
otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja (Muttaqin, 2008).
Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang
cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya
penyebab lain yang jelas selain vaskuler.
Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak
(Corwin, 2009). Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak
yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah
kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun (Smeltzer et al, 2002)

B. FAKTOR RESIKO

Ada beberapa factor risiko stroke yang sering teridentifikasi yaitu :


Faktor Resiko Utama :
1. Hipertensi, dapat disebabkan oleh aterosklerosis atau sebaliknya. Proses ini
dapat menimbulkan pecahnya pembuluh darah atau timbulnya thrombus
sehingga dapat mengganggu aliran darah cerebral. Hipertensi dapat
mengakibatkan pecahnya maupun menyempitnya pembuluh darah otak. Apabila
pembuluh darah otak menyempit maka aliran darah ke otak akan terganggu dan
sel-sel otak akan mengalami kematian.
2. Aneurisma pembuluh darah cerebral. Adanya kelainan pembuluh darah yakni
berupa penebalan pada satu tempat yang diikuti oleh penipisan di tempat lain.
Pada daerah penipisan dengan maneuver tertentu dapat menimbulkan
perdarahan.
3. Kelainan jantung / penyakit jantung. Paling banyak dijumpai pada pasien post
MCI, atrial fibrilasi dan endokarditis. Kerusakan kerja jantung akan menurunkan
kardiak output dan menurunkan aliran darah ke otak. Disamping itu dapat terjadi
proses embolisasi yang bersumber pada kelainan jantung dan pembuluh darah.
Beberapa Penyakit Jantung berpotensi menimbulkan stroke. Dikemudian hari
seperti penyakit jantung reumatik, penyakit jantung koroner dengan infark obat
jantung dan gangguan irana denyut jantung. Factor resiko ini pada umumnya
akan menimbulkan hambatan atau sumbatan aliran darah ke otak karena jantung
melepaskan sel- sel / jaringan- jaringan yang telah mati ke aliran darah.
4. Diabetes mellitus (DM). Penderita DM berpotensi mengalami stroke karena 2
alasan, yaitu terjadinya peningkatan viskositas darah sehingga memperlambat
aliran darah khususnya serebral dan adanya kelainan microvaskuler sehingga
berdampak juga terhadap kelainan yang terjadi pada pembuluh darah serebral.
Diabetes mellitus mampu menebalkan dinding pembuluh darah otak sampai
berukuran besar. Menebalnya pembuluh darah otak akan menyempitkan
diameter pembuluh darah yang akan menggangu kelancaran aliran darah ke otak,
pada akhirnya akan menyebabkan kematian sel- sel otak.

Faktor Resiko Tambahan

1. Usia lanjut. Pada usia lanjut terjadi proses kalsifikasi pembuluh darah, termasuk
pembuluh darah otak.
2. Peningkatan kolesterol (lipid total). Kolesterol tubuh yang tinggi dapat
menyebabkan aterosklerosis dan terbentuknya embolus dari lemak.
Meningginya kadar kolesterol merupakan factor penting untuk terjadinya
asterosklerosis atau menebalnya dinding pembuluh darah yang diikuti
penurunan elastisitas pembuluh darah.
3. Obesitas. Pada obesitas dapat terjadi hipertensi dan peningkatan kadar kolesterol
sehingga dapat mengakibatkan gangguan pada pembuluh darah, salah satunya
pembuluh drah otak.
4. Perokok. Pada perokok akan timbul plaque pada pembuluh darah oleh nikotin
sehingga terjadi aterosklerosis. Merokok dapat meningkatkan konsentrasi
fibrinogen yang akan mempermudah terjadinya penebalan dinding pembuluh
darah dan peningkatan kekentalan darah.
C. KLASIFIKASI

1. Stroke dapat diklasifikasikan menurut patologi dan gejala kliniknya,


yaitu:(Muttaqin, 2008)
a. Stroke Hemoragi,
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan subarachnoid.
Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu.
Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga
terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun. Perdarahan otak dibagi
dua, yaitu:
1) Perdarahan intraserebral
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena hipertensi
mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa yang
menekan jaringan otak, dan menimbulkan edema otak. Peningkatan TIK yang
terjadi cepat, dapat mengakibatkan kematian mendadak karena herniasi otak.
Perdarahan intraserebral yang disebabkan karena hipertensi sering dijumpai di
daerah putamen, thalamus, pons dan serebelum.
2) Perdarahan subaraknoid
Pedarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atau AVM. Aneurisma
yang pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi willisi dan cabang-cabangnya
yang terdapat diluar parenkim otak.Pecahnya arteri dan keluarnya keruang
subaraknoid menyebabkan TIK meningkat mendadak, meregangnya struktur peka
nyeri, dan vasospasme pembuluh darah serebral yang berakibat disfungsi otak
global (sakit kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparase, gangguan
hemisensorik, dll)
b. Stroke Non Hemoragi
Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral, biasanya terjadi
saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari. Tidak terjadi
perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya
dapat timbul edema sekunder. Kesadaran umumnya baik.
2. Menurut perjalanan penyakit atau stadiumnya, yaitu:
a. TIA (Trans Iskemik Attack) gangguan neurologis setempat yang terjadi selama
beberapa menit sampai beberapa jam saja. Gejala yang timbul akan hilang
dengan spontan dan sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.
b. Stroke involusi: stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan
neurologis terlihat semakin berat dan bertambah buruk. Proses dapat berjalan 24
jam atau beberapa hari.
c. Stroke komplit: dimana gangguan neurologi yang timbul sudah menetap atau
permanen . Sesuai dengan istilahnya stroke komplit dapat diawali oleh serangan
TIA berulang.

D. ETIOLOGI

Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan stroke (Black & Hawks, 2009;
Price & Wilson, 2005) adalah:
a. Trombosis
Trombosis merupakan proses pembentukan trombus dimulai dengan
kerusakan dinding endotel pembuluh darah paling sering karena aterosklerosis.
Aterosklerosis menyebabkan penumpukan lemak dan membentuk plak di
dinding pembuluh darah. Pembentukan plak yang terus menerus akan
menyebabkan obstruksi yang dapat terbentuk di dalam suatu pembuluh darah
otak atau pembuluh organ distal. Pada trombus vaskular distal, bekuan dapat
terlepas dan dibawa melalui sistem arteri otak sebagai suatu embolus (Black &
Hawks, 2009).
b. Emboli
Embolus yang terlepas akan ikut dalam sirkulasi dan terjadi sumbatan pada
arteri serebral yang menyebabkan stroke embolik, lebih sering terjadi pada atrial
fibrilasi kronik (Price & Wilson, 2005).
c. Hemoragik
Sebagian besar hemoragik intraserebral disebabkan oleh rupture karena
arteriosklerosis dan pembuluh darah hipertensif. Hemoragik intraserebral lebih
sering terjadi pada usia >50 tahun karena hipertensi. (Black & Hawks, 2009).
d. Penyebab lain
Stroke dapat disebabkan oleh hiperkoagulasi termasuk defisiensi protein C
dan S serta gangguan pembekuan yang menyebabkan trombosis dan stroke
iskemik. Penyebab tersering adalah penyakit degenerative arterial baik
arteriosklerosis pada pembuluh darah besar maupun penyakit pembuluh darah
kecil. Penyebab lain yang jarang terjadi diantaranya adalah penekanan pembuluh
darah serebral karena tumor, bekuan darah yang besar, edema jaringan otak dan
abses otak (Black & Hawks, 2009).
E. PATHWAY
F. PATOFISIOLOGI

Infark serbral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak.


Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh
darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh
darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lambat atau
cepat) pada gangguan lokal (thrombus, emboli, perdarahan dan spasme vaskuler)
atau oleh karena gangguan umum (hipoksia karena gangguan paru dan jantung).
Atherosklerotik sering/ cenderung sebagai faktor penting terhadap otak, thrombus
dapat berasal dari flak arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area yang
stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi.
Thrombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli
dalam aliran darah. Thrombus mengakibatkan; iskemia jaringan otak yang disuplai
oleh pembuluh darah yang bersangkutan dan edema dan kongesti disekitar area.
Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu
sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah
beberapa hari. Dengan berkurangnya edema pasien mulai menunjukan perbaikan.
Oleh karena thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan masif.
Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema dan
nekrosis diikuti thrombosis. Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada dinding
pembukluh darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis, atau jika sisa infeksi
berada pada pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisma
pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan perdarahan cerebral, jika aneurisma
pecah atau ruptur.
Perdarahan pada otak lebih disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik dan
hipertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan
menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebro vaskuler,
karena perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak, peningkatan tekanan
intracranial dan yang lebih berat dapat menyebabkan herniasi otak.
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer otak, dan
perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak.
Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak di
nukleus kaudatus, talamus dan pons.
Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia cerebral. Perubahan
disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka waktu 4-6 menit.
Perubahan irreversibel bila anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat
terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi salah satunya henti jantung.
Selain kerusakan parenkim otak, akibat volume perdarahan yang relatif
banyak akan mengakibatkan peningian tekanan intrakranial dan mentebabkan
menurunnya tekanan perfusi otak serta terganggunya drainase otak. Elemen-elemen
vasoaktif darah yang keluar serta kaskade iskemik akibat menurunnya tekanan
perfusi, menyebabkan neuron-neuron di daerah yang terkena darah dan sekitarnya
tertekan lagi.
Jumlah darah yang keluar menentukan prognosis. Apabila volume darah
lebih dari 60 cc maka resiko kematian sebesar 93 % pada perdarahan dalam dan 71
% pada perdarahan lobar. Sedangkan bila terjadi perdarahan serebelar dengan
volume antara 30-60 cc diperkirakan kemungkinan kematian sebesar 75 % tetapi
volume darah 5 cc dan terdapat di pons sudah berakibat fatal. (Misbach,
1999 cit Muttaqin 2008).

G. MANIFESTASI KLINIS

Stoke menyebabkan defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi


(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat
dan jumlah aliran darah kolateral. Stroke akan meninggalkan gejala sisa karena
fungsi otak tidak akan membaik sepenuhnya.
1. Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh (hemiparese atau hemiplegia)
2. Lumpuh pada salah satu sisi wajah anggota badan (biasanya hemiparesis)
yang timbul mendadak.
3. Tonus otot lemah atau kaku
4. Menurun atau hilangnya rasa
5. Gangguan lapang pandang “Homonimus Hemianopsia”
6. Afasia (bicara tidak lancar atau kesulitan memahami ucapan)
7. Disartria (bicara pelo atau cadel)
8. Gangguan persepsi
9. Gangguan status mental
10. Vertigo, mual, muntah, atau nyeri kepala.

H. KOMPLIKASI

Setelah mengalami stroke pasien mungkin akan mengalmi komplikasi,


komplikasi ini dapat dikelompokan berdasarkan:
1. Berhubungan dengan immobilisasi (infeksi pernafasan, nyeri pada daerah
tertekan, konstipasi dan thromboflebitis).
2. Berhubungan dengan paralisis (nyeri pada daerah punggung, dislokasi
sendi, deformitas dan terjatuh)
3. Berhubungan dengan kerusakan otak (epilepsi dan sakit kepala).
4. Hidrocephalus
Individu yang menderita stroke berat pada bagian otak yang mengontrol
respon pernapasan atau kardiovaskuler dapat meninggal.
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Angiografi serebral
Menentukan penyebab stroke scr spesifik seperti perdarahan atau obstruksi
arteri.
b. Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT).
Untuk mendeteksi luas dan daerah abnormal dari otak, yang juga mendeteksi,
melokalisasi, dan mengukur stroke (sebelum nampak oleh pemindaian CT).
c. CT scan
Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma,
adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti.
d. MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan bsar
terjadinya perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang mengalami lesi dan
infark akibat dari hemoragik.
e. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari
jaringan yang infark sehingga menurunya impuls listrik dalam jaringan otak.
6. Pemeriksaan laboratorium
a. Lumbang fungsi: pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada
perdarahan yang masif, sedangkan pendarahan yang kecil biasanya warna
likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.
b. Pemeriksaan darah rutin (glukosa, elektrolit, ureum, kreatinin)
c. Pemeriksaan kimia darah: pada strok akut dapat terjadi hiperglikemia.
d. gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan kemudian
berangsur-rangsur turun kembali.
e. Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri.

J. PENATALAKSANAAN MEDIS

Tujuan intervensi adalah berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan


melakukan tindakan sebagai berikut:
a. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan
lendiryang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu
pernafasan.
b. Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk untuk
usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
c. Berusaha menentukan dan memperbaiki aritmia jantung.
d. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat
mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-
latihan gerak pasif.
e. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
f. Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang
berlebihan,
Pengobatan Konservatif

a. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara percobaan,


tetapi maknanya: pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.
b. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra
arterial.
c. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat
reaksi pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.
d. Anti koagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya/ memberatnya
trombosis atau emboli di tempat lain di sistem kardiovaskuler.

Pengobatan Pembedahan

Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral :


a. Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu dengan
membuka arteri karotis di leher.
b. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya
paling dirasakan oleh pasien TIA.
c. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut
d. Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma.
K. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor
register, diagnose medis.
2. Keluhan utama
Biasanya didapatkan penurunan kekuatan otot, kelemahan anggota gerak
sebelah badan, keterbatasan rentang gerakbicara pelo, dan tidak dapat
berkomunikasi.
3. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak, pada
saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah
bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh badan
atau gangguan fungsi otak yang lain sehingga pasien terbatas dalam rentang
geraknya.
4. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia,
riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti
koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
5. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes militus.

Pengumpulan Data

A. Aktivitas/istirahat:
Klien akan mengalami kesulitan aktivitas akibat kelemahan seperti aktivitas
makan, berpakaian(mengenakan pakaian), menuju kamar mandi, eliminasi
(Ketidakmampuan mencapai toilet), hilangnya rasa, paralisis, hemiplegi,
mudah lelah, kesulitan dalam membolak-balikkan posisi, kelemahan dan
susah tidur.

B. Sirkulasi
Adanya riwayat penyakit jantung, katup jantung, disritmia, CHF, polisitemia.
Dan hipertensi arterial.
C. Integritas Ego.
Emosi labil, respon yang tak tepat, mudah marah, kesulitan untuk
mengekspresikan diri.
D. Eliminasi
Perubahan kebiasaan Bab. dan Bak. Misalnya inkoontinentia urine, anuria,
distensi kandung kemih, distensi abdomen, suara usus menghilang.
E. Makanan/caitan :
Nausea, vomiting, daya sensori hilang, di lidah, pipi, tenggorokan, dysfagia
serta kelemahan otot pengunyah.
F. Neuro Sensori
Pusing, sinkope, sakit kepala, perdarahan sub arachnoid, dan intrakranial.
Kelemahan dengan berbagai tingkatan, gangguan penglihatan, kabur,
dyspalopia, lapang pandang menyempit. Hilangnya daya sensori pada bagian
yang berlawanan dibagian ekstremitas dan kadang-kadang pada sisi yang
sama di muka, gangguan sistem saraf pusat
G. Nyaman/nyeri
Sakit kepala, perubahan tingkah laku kelemahan, tegang pada otak/muka,
ketidaknyamanan.
H. Respirasi
Ketidakmampuan menelan, batuk, melindungi jalan nafas. Suara nafas,
whezing, ronchi.
I. Keamanan
Sensorik motorik menurun atau hilang mudah terjadi injury. Perubahan
persepsi dan orientasi Tidak mampu menelan sampai ketidakmampuan
mengatur kebutuhan nutrisi. Tidak mampu mengambil keputusan.
J. Interaksi sosial
Gangguan dalam bicara, Ketidakmampuan berkomunikasi.Ketidakmampuan
berkomunikasi serta sulit mengungkapkan kata-kata.
L. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko Ketidakefektifan perfusi jaringan otak
2. Hambatan Mobilitas Fisik
3. Hambatan Komunikasi Verbal
4. Ketidakseimbangan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan Tubuh
5. Defisit Perawatan Diri
M. INTERVENSI KEPERAWATAN

No. Diagnosa NOC NIC


1. Resiko Manajemen Diri: Hipertensi (3107) Manajemen Edema Serebral
ketidakefektifan
....01 Memantau tekanan darah - Monitor tanda-tanda vital
perfusi jaringan otak
Rentan mengalami ....02 Melakukan prosedur yang tepat - Monitor status pernapasan: frekuensi, irama,
penurunan sirkulasi
untuk mengukur tekanan darah kedalaman pernapasan, PaO2, PCO2, pH,
jaringan otak yang
dapat mengganggu ...04 Mempertahankan target tekanan bikarbonat
kesehatan
darah - Kurangi stimulus dalam lingkungan pasien
Faktor Resiko : ...26 Memantau komplikasi hipertensi - Rencanakan asuhan keperawatan untuk
Hipertensi
memberikan periode istirahat
- Lakukan latihan ROM pasif

2. Hambatan Mobilitas NOC : - 0221 Terapi Latihan Ambulasi


Fisik 0200 Ambulasi - Beri pakaian pasien yang tidak mengekang
Keterbatasan dalam …01 Menopang berat badan - Sediakan tempat tidur berketinggian rendah,
gerakan fisik atau satu …03 Berjalan dengan pelan yang sesuai.
atau lebih ekstremitas …04 Berjalan dengan kecepatan - Dorong untuk duduk si tempat tidur, di
secara mandiri dan sedang samping tempat tidur (“menjuntai”), atau di
terarah. …05 Berjalan dengan cepat kursi, sebagaimana yang dapat di toleransi
Batasan Karakteristik : …10 Berjalan dengan jarak yang dekat (pasien).
Kesulitan membolak- (<1 blok /20 meter) - Bantu pasien untuk duduk di sisi tempat tidur
balik posisi …11 Berjalan dengan jarak yang untuk memfasilitasi penyesuaian sikap tubuh
Ketidaknyamanan sedang (>1blok < 5 blok) - Konsultasikan pada ahli terapi fisik mengenai
rencana ambulasi, sesuai kebutuhan.
Faktor yang …12 Berjalan dengan jarak yang jauh - Bantu pasien untuk perpindahan sesuai
berhubungan (5 blok atau lebih) kebutuhan
Penurunan kekuatan …14 Berjalan mengelilingi kamar - Terapkan/sediakan alat bantu (tongkat,
otot …16 Menyesuaikan dengan perbedaan walker, atau kursi roda) untuk ambulasi jika
tekstur pasien tidak stabil
0208 Pergerakan - Monitor penggunaan kruk pasien atau alat
…01 Keseimbangan bantu berjalan lainnya.
…09 Koordinasi - Bantu pasien untukmembangun pencapaian
…10 Cara berjalan yang realistis untuk ambulasi jarak
…03 Gerakan otot - Dorong ambulasi independen dalam batas
…04 Gerakan sendi aman.
…02 Kinerja pengaturan tubuh - 0200 Peningkatan Latihan
…13 Merangkak - Gali pengalaman individu sebelumnya
…06 Berjalan menegnai latihan
…14 Bergerak dengan mudah - Gali hambatan untuk melakukan latihan
- Dukung individu untuk memulai atau
melanjutkan latihan
- Dampingi dalam mengidentifikasi tokoh
panutan dalam melakukan latihan.
- Dampingi individu dalam mengembangkan
program latihan untuk memenuhi
kebutuhannya.
- Dampingi indvidu dalam latihan secara rutin
setiap minggunya.
- Lakukan latihan bersama individu jika
diperlukan
- Libatkan keluarga/orang yang member
perawatan dalam merencanakan dan
meningkatkan program latihan.
- Informasikan individu mengenai manfaat
kesehatan dan efek fisiologi latihan.
- Monitor kepatuhan individu terhadap
program latihan.
- Monitor respon individu terhadap program
latihan
- Sediakan umpan balik positif atas usaha yang
dilakukan individu.
- 1800 Bantuan Perawatan Diri
- Monitor kemampuan perawatan diri secara
mandiri
- Monitor kebutuhan pasien terkait alat
kebersihan diri, alat bantu untuk berpakaian,
berdandan, eliminasi dan makan
- Berikan lingkungan yang terapeutik dengan
memastikan (lingkungan) yang hangat, santai,
tertutup dan (berdasarkan) pengalaman
individu
- Berikan bantuan sampai pasien mampu
melakukan perawatan diri mandiri
- Bantu pasien menerima kebutuhan (pasien)
terkait dengan kondisi ketergantungan (nya)
- Dorong pasien untuk melakukan aktifitas
normal sehari-hari sampai batas normal
(pasien).
- Ajarkan orang tua/ keluarga untuk
mendukung kemandirian dengan hanya
membantu hanya ketika pasien tidak mampu
melakukan (perawatan)
- Ciptakan rutinitas aktivitas perawatan diri

3. Hambatan NOC - 4920 Mendengar Aktif


Komunikasi Verbal 0902 Komunikasi - Gunakan perilaku non verbal untuk
Penurunan, …02 Menggunakan bahasa lisan memfasilitasi komunikasi ( missal menyadari
pelambatan, atau …03 Menggunakan foto dan gambar postur tubuh ketika berdiri dalam membalas
ketiadaan kemampuan …04 Menggunakn bahasa isyarat pesan non verbal)
untuk menerima, …05 Menggunakan bahasa non verbal - Dengarkan isi pesan maupun perasaaan yang
memproses, mengirim, …06 Mengenali pesan yang diterima tidak terungkap selama percakapan
dan/atau menggunakan …10 Interpretasi akurat terhadap - Sadari kata-kata yang harus dihindari, sam
symbol. pesan yang diterima halnya dengan menghindari pesan non verbal
Batasan Karakteristik : …07 Mengarahkan pesan pada bersamaan dengan bahasa verbal yang
Ketidaktepatan penerima yang tepat mengiringinya.
verbalisasi …08 Pertukaran pesan yang akurat - Identifikasi tema yang dominan
Pelo dengan orang lain. - Pertimbangkan arti pesan yang ditujukkan
melalui perilaku, pengalaman sebelumnya
Faktor yang dan situasi saat ini.
berhubungan: - Berespons segera sehingga menunjukkan
Gangguan sistem saraf pemahaman terhadap pesan yang diterima
pusat (dari pasien)
- Klarifikasi pesan yang diterima dengan
menggunakan pertanyaan maupun
memberikan umpan balik.
- Verifikasi pemahaman mengenai pesan-pesan
yang disampaikan dengan menggunakan
pertanyaan maupun memberikan umpan
balik.
- Gunakan interaksi berkala untuk
mengeksplorasi arti dari perilaku klien.
- 4976 Peningkatan Komunikasi : Kurang
Bicara
- Monitor prosen kognitif, anatomis dan
fisiologi terkait dengan kemapuan berbicara
(missal memori, pendengaran, dan bahasa)
- Instruksikan pasien dan keluarga untuk
menggunakan proses kognitif, anatomis dan
fisiologis yang terlibat dalam kemampuan
berbicara.
- Kenali emosi terkait dengan perasaan frustasi,
kemarahan, depresi atau respons-respons lain
disebabkan karena adanya gangguan
kemampuan berbicara
- Kenali emosi dan perilaku fisik (pasien)
sebagai bentuk komunikasi (mereka)
- Sediakan metode alternative untuk
berkomunikasi dengan berbicara
- Sesuaikan gaya komunikasi utuk memenuhi
kebutuhan klien.
- Ulangi apa yang disampaikan pasien untuk
menjamin akurasi.
- Kolaborasi bersama keluarga dan ahli/terapis
bahasa patologis untuk mengembangkan
rencana agar bisa berkomunikasi secara
efektif.
- Sediakan penguatan positif, dengan cara yang
tepat.
- 4974 Peningkatan Komunikasi : Kurang
Pendengaran
- Lakukan atau atur pengkajian dan skrining
rutin terkait dengan fungsi pendengaran
- Catat dan dokumentasikan metode
komunikasi yang disukai pasien dalam
rencana perawatan.
- Dapatkan perhatian pasien sebelum
berbicara(yaitu mendapatkan perhatian
melalui sentuhan)
- Hindari lingkungan yang berisik saat
berkomunikasi
- Hindari berkomunikasi lebih dari 2-3 kaki
jauhnya dari pasien
- Gunakan gerakan tubuh bila diperlukan
- Dengarkan dengan penuh perhatian, sehingga
memberikan waktu yang adekuat bagi pasien
untuk menaggapi dan memproses komunikasi
- Tahan dir untuk berteriak pada pasien
- Fasilitasi pembacaan bibir dengan
menghadap pasien langsung dengan
pencahayaan yang tepat.
- Hadapi pasien secara langsung, bangun
kontak mata dan hindari berpaling di tengah
kalimat
- Sederhanakan bahasa, dengan cara yang tepat
- Hindari “cara bicara seperti pada bayi” dan
ekspresi yang berlebihan.
- Verifikasi apa yang dikatakan atau tuliskan
dengan menggunakan respon pasien sebelum
melanjutkan (berbicara)
4. Ketidakseimbangan 1004 Status Nutrisi - Manajemen Gangguan Makan
Nutrisi : Kurang dari …01 Asupan gizi - Batasi aktifitas fisik sesuai kebutuhan untuk
Kebutuhan Tubuh …02 Asupan makanan meningkatkan berat badan
Asupan nutrisi tidak …08 Asupan cairan - Sediakan program latihan di bawah observasi
cukup untuk memenuhi …03 Energi jika diperlukan
kebutuhan metabolik …05 Rasio BB/TB - Tentukan pencapaian berat badan harian
Batasan karakteristik : …11 Hidrasi sesuai kenginginan
Kelemahan otot 1008 Status nutrisi : Asupan - Ajarkan dan dukung konsep nutrisi yang baik
menelan makanan dan cairan dengan klien
Faktor yang …01 Asupan makanan secara oral - Batasi makanan sesuai dengan jadwal
berhubungan: …02 Asupan makanan secara tube makanan pembuka dan makanan ringan
- Ketidakmampuan feeding - Temani klien ke kamar mandi selama
mencerna makan …03 Asupan cairan secara oral observasi pemberian makanan/makanan
…04 Asupan cairan intravena ringan
…05 Asupan nutrisi parenteral - Berikan dukungan dan arahan jika diperlukan
- Monitor berat badan klien secara rutin
- Bangun program perawatan dan follow up
(medis,konseling) untuk manajemen dirumah

- Monitor Cairan
- Tentukan jumlah dan jenis intake/asupan
cairan serta kebiasaan eliminasi
- Monitor berat badan
- Monitor asupan dan pengeluaran
- Monitor nilai kadar serum dan elektrolit urin
- Monitor kadar serum albumin dan protein
total
- Monitor kadar serum dan osmolalitas urin
- Monitor tekanan darah, denyut jantung dan
status pernapasan
- Monitor tekanan darah ortostatik dan
perubahan irama jantung dengan cepat
- Monitor parameter hemodinamik invasif
- Monitor membran mukosa, tugor kulit dan
respon haus
- Monitor warna, kuantitas dan berat jenis urin
- Monitor tanda dan gejala asites
- Berikan cairan dengan tepat
- Berikan dianalisis dan catat reaksi pasien
- Cek grafik cairan asupan dan pengeluaran
secara berkala untuk memastikan pemberian
layanan yang baik
- Manajemen Nutrisi
- Tentukan status gizi pasien dan kemampuan
pasien untuk memenuhi kebutuhan gizi
- Identifikasi adanya alergi atau intoleransi
makanan yang dimiliki pasien
- Tentukan apa yang menjadi preferensi
makanan bagi pasien
- Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang
dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan gizi
- Lakukan atau bantu pasien terkait dengan
perawatan mulut sebelum makan
- Pastikan pasien menggunakkan gigi palsu
yang pas, dengan cara yang tepat
- Anjurkan pasien untuk duduk pada posisi
tegak dikursi, jika memungkinkan
- Monitor kalori dan asupan makanan
- Monitor kecenderungan terjadinya penerunan
dan kenaikan berat badan
- Anjurkan pasien untuk memantau kalori dan
intake makanan
- Berikan arahan, bila diperlukan
- Bantuan Perawatan Diri:Pemberian
Makanan
- Monitor kemampuan pasien untuk menelan
- Identifikasi diet yang disarankan
- Atur meja dan nampan makanan agar terlihat
menarik
- Pastikan posisi pasien yang tepat untuk
mamfasilitasi mengunyah dan menelan
- Posisikan pasien dalam posisi makan yang
nyaman
- Berikan pengalas makanan
- Berikan sedotan minuman, sesuai kebutuhan
atau sesuai keinginan
- Seediakan makanan dan minuman yang
disukai, dengan tepat
- Dukung pasien untuk makan diruang makan,
jika tersedia
- Sediakan interaksi sosial dengan tepat
- Berikan alat-alat yang bisa memfasilitasi
pasien untuk makan sendiri
- Gunakan cangkir dengan pegangan yang
besar, jika diperlukan
- Gunakan alat makan dan gelas yang tidak
mudah pecah dan tidak berat, sesuai
kebutuhan
- Berikan penanda sesering mungkin dengan
pengawasan ketat, dengan tepat

5. Defisit perawatan diri NOC : - NIC :


: Mandi 0301 Perawatan diri mandi : - 1801 Bantuan perawatan diri :
Hambatan kemampuan ...01 masuk dan keluar kamar mandi mandi/kebersihan
untuk melakukan atau ...02 mengambil alat/bahan mandi - Pertimbangkan usia pasien saat
menyelesaikan ...09 mandi dengan bersiram mempromosikan aktivitas perawtan diri
aktivitas mandi secara ...13 mencuci wajah - Tentukan jumalah dan tipe terkait dengan
mandiri ...14 mencuci badan bagian atas bantuan yang diperlukan
Batasan ...15 mencuci badan bagian bawah - Letakkan handuk,sabun,deodoran,alat
Karakteristik: ...11 mengeringkan badan bercukur, dan aksesoris lain yang diperlukan
Ketidakmampuan 0305 perawatan kebersihan : di sisi temapt tidur atau kamar mandi
mengakses ke kamar ...04 membersihkan telinga - Fasilitasi pasien untuk menggosok gigi
mandi ...05 menjaga hidung untuk dengan tepat
kemudahan bernafas dan bersih - Fasilitasi pasien untuk mandi sendiri dengan
Faktor yang ...06 mempertahankan kebersihan tepat
berhubungan : mulut - Jaga ritual kebersihan
Kelemahan ...08 mengeramas rambut - Berikan bantuan sampai pasien benar-benar
...17 mempertahankan kebersihan mampu merawat diri sendiri
tubuh

6. Defisit perawatan diri NOC : NIC:


: Berpakaian 0302 perawatan diri : berpakaian - 1802 bantuan perawtan diri :
...01 memilih pakaian berpakaian/berdandan
Hambatan kemampuan ...15 mangambil pakaian dari lemari - Pertimbangkan usia pasien saat
untuk melakukan atau ...04 memakai pakaian bagian atas mempromosikan aktivitas perawatan diri
menyelesaikan ...05 memakai pakaian bagian bawah - Sediakan pakaian pasien di area yang dapat
aktivitas berpakaian ...06 mengancing baju dijangkau (misalnya : sisi tempat tidur)
secara mandiri ...11 membuka baju bagian atas - Sediakan pakaian pribadi dengan tepat
...14 membuka pakaian bagian bawah - Bersedia memberikan bantuan dalam
Batasan Karakteristik: berpakaian, sesuai kebutuhan
Hambatan mengenakan - Fasilitasi pasien untuk menyisir rambut
pakaian pada bagian dengan tepat
tubuh atas maupun - Jaga privasi saat pasien berpakaian
bawah - Puji usaha untuk berpakaian sendiri

Faktor yang
berhubungan :
Kelemahan

7. Defisit perawatan diri NOC : - NIC :


: Makan 0303 Perawatan diri : makan - 1803 bantuan perawatan diri : pemberian
Hambatan kemapuan ...01 menyiapkan makanan yang akan makan
untuk melakukan atau disantap - Monitor kemampuan pasien untuk menlelan
menyelesaikan ...16 memotong makanan - Pastikan posisi pasien yang tepat untuk
aktivitas makan sendiri. ...03 menggunakan alat makan memfasilitas mengunyah dan menelan
...04 menaruh makanan pada alat - Berikan kebersihan mulut sebelum makan
Batasan makan - Makanan disajikan dengan tepat dalam
Karakteristik: ...06 memasukkan makanan ke dalam nampan, sesuai kebutuhan, misalnya daging
-ketidakmampuan mulut dengan jari yang sudah dipotong atau telur yang telah
menelan makanan ...07 memasukkan makanan ke dalam dikupas
mulut dengan sendok - Posisikan pasien dalam posisi makan yang
...09 minum dengan gelas atau cangkir nyaman
Faktor yang ...11 mengunyah makanan - Berikan makanan dalam suhu yang paling
berhubungan : ...12 menelan makanan sesuai
Kelemahan ...14 menghabiskan makanan - Dukung pasien untuk makan di ruang makan
jika tersedia
- Gunakan cangkir dengan pegangan yang
besar, jika diperlukan
- Gunakan alat makan dan gelas yang tidak
mudah pecah dan tidak berat, sesuai
kebutuhan

8. Defisit perawatan diri NOC : NIC :


: eliminasi 0310 perawatan diri : eliminasi - 1804 Bantuan perawatan diri : eliminasi
Hambatan kemampuan ...01 merespon saat kandung kemih - Pertimbangkan budaya dari pasien saat
untuk melakukan atau oenuh dngan tepat waktu mempromosikan aktivitas perawatan diri
menyelesaikan ...02 menanggapi dorongan untuk - Pertimbangkan usia pasien saat
aktivitas eliminasi buang air besar secara tepat waktu mempromosikan aktivitas perawatan diri
mandiri ...13 masuk dan keluar kamar mandi - Lepaskan baju yang diperlukan sehingga bisa
...04 membuka pakaian melakukan eliminasi
Batasan Karakteristik : ...05 memposisikan diri di toilet atau - Bantu pasien ke toilet atau tempat lain untuk
Ketidakmampuan alat bantu eliminasi eliminasi pada interval waktu tertentu
mencapai toilet ...14 sampai ke toilet antara dorongan - Beri privasi selama eliminasi
atau hampir keluarnya urin - Fasilitasi kebersihan toilet setelah
Faktor yang ...15 sampai ke toilet antara dorongan menyelesaikan eliminasi
berhubungan : sampai keluarnya feses - Siram toilet/bersihkan alat-alat untuk
Hambatan Kemampuan ...06 mengosongkan kandung kemih eliminasi
berpindah ...11 mengosongkan usus
...07 mengelap sendiri setelah buang
urin
...12 mengelap sendiri setelah buang
air besar
...08 berdiri setelah eliminasi atau
berdiri dari kursi bantu untuk eliminasi
...09 merapikan pakaian setelah ke
kamar mandi
DAFTAR PUSTAKA

Guyton & Hall. Buku ajar fisiologi kedokteran ed 11. Jakarta: EGC. 2007
Price. Sylvia Anderson; Patofisiologi ed.6, vol.1; Jakarta:EGC.2005
NANDA Diagnosa Keperawatan 2015-2017
NIC- NOC 2015-2017

Anda mungkin juga menyukai