BAB III & BAB IV Revisi-Dikonversi
BAB III & BAB IV Revisi-Dikonversi
a) Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kewajiban setiap individu, kelompok atau
instansi untuk mengemban tanggung jawab yang telah diamanahkan
kepadanya. PNS yang akuntabel adalah PNS yang mampu mengambil
keputusan yang tepat ketika terjadi konflik kepentingan, tidak terlibat
dalam politik praktis, melayani warga secara adil, dan konsisten dalam
menjalankan tugas dan fungsinya.
1. Kepemimpinan
Lingkungan yang akuntabel memiliki pimpinan yang dapat
memainkan peranan penting dan mengayomi.Pimpinan
mempromosikan lingkungan yang akuntabel dengan memberikan
contoh, adanya komitmen tinggi terhadap pekerjaannya, terhindar
dari aspek yang menggagalkan kinerja.
2. Transparansi
Transparansi memiliki arti terbuka dan tidak ada yang
ditutup- tutupi. Organisasi yang transparan memiliki laporan yang
jelas secara berkala sehingga seluruh anggota organisasi dan
masyarakat dapat mengetahui kinerja organisasi tersebut.
3. Integritas
Integritas menjadikan adanya suatu kewajiban untuk
menjunjung tinggi dan mematuhi segala hukum yang berlaku,
undang- undang, kontrak, kebijakan dan peraturan yang berlaku.
18
4. Tanggung Jawab (Responsibility)
Tanggung jawab institusi dan perseorangan memberikan
kewajiban bagi individu dan lembaga bahwa ada suatu
konsekuensi dari setiap tindakan yang telah dilakukan, karena
adanya tuntutan untuk bertanggung jawab atas keputusan yang
telah dibuat.
5. Keadilan
Keadilan adalah landasan utama akuntabilitas.Keadilan
harus dipromosikan oleh pimpinan kepada lingkungan
organisasinya agar tercipta organisasi yang akuntabel.
6. Kepercayaan
Rasa keadilan membawa pada kepercayaan. Lingkungan
yang akuntabel tidak akan lahir dari hal – hal yang tidak dapat
dipercaya.
7. Keseimbangan
Setiap individu yang ada di lingkungan kerjanya, harus
dapat menggunakan kewenangannya untuk meningkatkan kinerja.
Dengan demikian akan tercipta kerjasama organisasi yang baik.
8. Kejelasan
Agar individu dan kelompok dapat menjalankan tugasnya
secara akuntabel, mereka harus memiliki kejelasan akan tugas
pokok dan fungsi masing-masing serta memiliki gambaran yang
jelas akan tujuan dan hasil yang diharapkan.
9. Konsistensi
Konsistensi menjamin stabilitas. Penerapan yang tidak
konsisten dari sebuah kebijakan, prosedur, sumber daya akan
memiliki konsekuensi terhadap tercapainya lingkungan kerja yang
tidak akuntabel, akibat melemahnya komitmen dan kredibilitas
anggota organisasi
b) Nasionalisme
Nasionalisme memiliki dua arti, dalam arti sempit, nasionalisme
adalah suatu sikap yang meninggikan bangsanya sendiri, sekaligus tidak
menghargai bangsa lain sebagaimana mestinya. Sedangkan dalam arti
luas, nasionalisme adalah pandangan tentang rasa cinta yang wajar
terhadap bangsa dan negara dan sekaligus menghormati bangsa lain.
19
a. Sila 1 (Nilai Ketuhanan)
1) Adil
2) Ikhlas
3) Toleransi
4) Integritas
5) Musyawarah
6) Demokrasi
7) Amanah
20
8) Rela berkorban
c) Etika Publik
Pembentukan nilai etika publik melalui pembelajaran kode etik.
Berdasarkan Undang-Undang ASN, kode etik ASN adalah sebagai
berikut:
21
d) Komitmen Mutu
Komitmen mutu merupakan kesanggupan yang sungguh-
sungguh dari seorang pegawai untuk melakukan tugasnya dengan
efektif, efisien, inovatif, dan berorientasi pada kepuasan pelanggan.
Indikator komitmen mutu diantaranya:
a. Orientasi mutu
Orientasi mutu adalah pelayanan yang mengutamakan keunggulan
produk/jasa yang diberikan kepada pelanggan sesuai dengan
kebutuhan dan keinginannya.
b. Efektifitas
Efektivitas menunjukkan ketercapaian target yang telah disepakati
baik menyangkut jumlah maupun mutu hasil kerja.
c. Efisiensi
Efisiensi merupakan tingkat ketepatan realisasi penggunaan
sumberdaya dan bagaimana pekerjaan dilaksanakan sehingga tidak
terjadi pemborosan sumber daya.
d. Inovatif
Inovatif yaitu mengusahakan selalu memberikan hal baru bagi
peningkatan mutu pelayanannya.
e. Anti Korupsi
Korupsi berasal dari bahasa latin coruptio dan corruptus yang
berarti perbuatan yang tidak baik, buruk, dapat disuap dan tidak
bermoral. Sedangkan tidak pidana korupsi berarti tindakan melanggar
hukum yang dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja oleh
seseorang atau sekelompok orang yang dapat dipertanggungjawabkan
oleh peraturan perundang-undangan. Berdasarkan UU No. 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, bahwa korupsi
adalah tindakan melawan hukum dengan melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang
dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
22
Anti korupsi dapat diidentifikasi ke dalam 9 (sembilan) nilai
yang terdiri dari nilai-nilai anti korupsi, yaitu:
23
Dengan terbitnya Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang
aparatur sipil Negara, pegawai negeri sipil diharuskan mempunyai fungsi
sebagai:
a. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan
pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas
dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme.
Manajemen ASN lebih menekankan kepada pengaturan profesi pegawai
sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya ASN yang unggul
selaras dengan perkembangan zaman.
b. Kedudukan ASN
Kedudukan atau status jabatan PNS dalam sistem birokrasi selama
ini dianggap belum sempurna untuk menciptakan birokrasi yang
profesional. Untuk dapat membangun profesionalitas birokrasi, maka
konsep yang dibangun dalam UU ASN tersebut harus jelas. Berikut
beberapa konsep yang ada dalam UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN.
24
2) Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur negara yang
menjalankan kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi
pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua
golongan dan partai politik. Pegawai ASN dilarang menjadi anggota
dan/atau pengurus partai politik. Selain itu untuk menjauhkan
birokrasi dari pengaruh partai politik, hai ini dimaksudkan untuk
menjamin keutuhan, kekompakan dan persatuan ASN, serta dapat
memusatkan segala perhatian, pikiran dan tenaga pada tugas yang
dibebankan kepadanya. Oleh karena itu dalam pembinaan karir
pegawai ASN, khususnya di daerah dilakukan oleh pejabat
berwenang yaitu pejabat karir tertinggi.
3) Kedudukan ASN berada di pusat, daerah dan luar negeri. Namun
demikian pegawai ASN merupakan kesatuan. Kesatuan bagi pegawai
ASN sangat penting, mengingat dengan adanya desentralisasi dan
otonomi daerah, sering terjadinya isu putra daerah yang hampir terjadi
dimana-mana sehingga perkembangan birokrasi menjadi stagnan di
daerah-daerah. Kondisi tersebut merupakan ancaman bagi kesatuan
bangsa.
c. Peran ASN
Untuk menjalankan kedudukan pegawai ASN, maka pegawai ASN
berfungsi dan bertugas sebagai berikut:
25
penduduk atas barang, jasa dan/atau pelayanan administratif
yangdiselenggarakan oleh penyelenggara pelayanan publik dengan
tujuan kepuasan pelanggan.
3) Perekat dan pemersatu bangsa
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk mempererat
persatuandan kesatuan NKRI. ASN senantiasa setia dan taat
sepenuhnya kepada Pancasila, UUD1945, negara dan pemerintah.
ASN senantiasa menjunjung tinggi martabat ASN serta senantiasa
mengutamakan kepentingan negara dari pada kepentingan diri sendiri,
seseorang dan golongan. Dalam UU ASN disebutkan bahwa dalam
penyelengaraan dan kebijakan manajemen ASN, salah satu
diantaranya asas persatuan dan kesatuan.
d. Koalisi sosial
26
menyatukan seluruh sektor yang terkait dengan pelayanan publik. Jenis
pelayanan publik yang dikenal yang dapat didekati oleh pendekatan
WoG, yaitu pelayanan yang bersifat administratif, jasa, barang dan
regulatif.
c. Asas akuntabilitas
d. Asas proporsionalitas
e. Asas profesionalitas
f. Asas keterbukaan
g. Asas efisiensi
h. Asas efektifitas
e. Pelayanan Publik
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
menyatakan bahwa pelayanan publik adalah kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa,
dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara
pelayanan publik.
27
(pelanggan), dan kepuasan yang diberikan atau diterima oleh penerima
layanan (langganan). Prinsip - prinsip yang harus ada dalam melakukan
pelayan publik :
a. Partisipatif
b. Transparan
c. Responsif
d. Tidak diskriminatif
g. Aksesibel
h. Akuntabel
i. Berkeadilan
28
Penjelasan Tahapan Kegiatan:
Tahap kegiatan diskusi dan konsultasi dengan atasan diantaranya: bertanya
pada atasan terkait waktu untuk melakukan diskusi dan konsultasi,
kemudian mendiskusikan dan melakukan konsultasi dengan mentor dan
atasan terkait penyusunan pemecahan masalah yang ada di lingkungan
kerja dan permintaan persetujuan dan dukungan mengenai kegiatan
aktualisasi yang akan dilakukan. Meminta izin mentor untuk dapat bekerja
sama dengan tim PPI RSUD Waled terkait pengembangan media video
tutorial sederhana, banner dan leaflet hand hygiene sebagai media edukasi
penunggu pasien.
Output:
Hasil dari perencanaan kegiatan aktualisasi adalah penulis mendapatkan
arahan untuk pelaksanaan aktualisasi dan habituasi di instansi, serta penulis
mendapat persetujuan beserta dukungan dari mentor mengenai rancangan
kegiatan yang akan dilaksanakan.
29
b. Etika Publik
Penyampaian gagasan kepada mentor dilakukan dengan cermat,
sopan, santun dan tepat waktu.
c. Whole of Government (WoG)
Kegiatan berkonsultasi dengan mentor mengandung prinsip
kerjasama yang terdapat pada WoG.
30
Penjelasan Tahapan Kegiatan:
Tahap kegiatan pengembangan desain video tutorial sederhana hand
hygiene : yang pertama dilakukan adalah mencari sumber referensi,
kemudian menyusun langkah atau prosedur untuk selanjutnya di buat alur
proses pengembangan, berkoordinasi dengan tim PPI RSUD Waled untuk
melengkapi media edukasi yang sesuai dengan SOP.
Output:
Hasil konsultasi dari persiapan membuat kegiatan pengembangan desain
video tutorial sederhana hand hygiene yang sesuai dengan SOP dan
mendapatkan desain story board yang menarik.
31
Keterkaitan substansi mata pelatihan :
a) Akuntabilitas
Kegiatan menyusun pengembangan media video tutorial sederhana
hand hygiene dilakukan dengan Tanggungjawab.
b) Etika Publik
Dalam mencari sumber referensi dilakukan dengan cermat, sopan,
santun dan tepat waktu.
c) Komitmen Mutu
Terbentuknya story board video yang Efisien dan efektif sesuai
standar operasional prosedur.
32
Kegiatan 3 Melakukan pemasangan banner, dan pembagian leaflet
hand hygiene di ruangan kepada penunggu pasien
Tanggal 03-04 Agustus 2019
Pelaksanaan
Bukti Pemasangan banner, pembagian leaflet dan
Pendukung pemasangan leaflet hand hygiene di ruangan pasien.
Penjelasan Tahapan Kegiatan:
Tahap kegiatan Pemasangan banner, pembagian leaflet dan pemasangan
leaflet hand hygiene : yang pertama dilakukan adalah mempersiapkan alat
dan bahan banner dan mempersiapkan titik tempat untuk pemasangan
banner. Kemudian dilakukan pemasangan banner dan leaflet di titik yang
telah ditentukan sebelumnya melalui diskusi dengan mentor dan tim PPI
RSUD Waled agar mendapatkan titik lokasi pemasangan yang sesuai
dengan tujuan kegiatan dan mudah dijangkau oleh penunggu pasien.
Sedangkan pembagian leaflet dilakukan pada saat melakukan edukasi hand
hygiene pada penunggu pasien.
33
Gambar 3.5 Setelah Pemasangan Banner Hand Hygiene Di Ruangan Seruni
RSUD Waled.
Output:
Hasil dari mencetak dan memasang banner, leaflet hand hygiene yaitu
mendapatkan media banner dan leaflet dengan kualitas yang baik dan
penentuan titik pemasangan yang tepat, sehingga sasaran kegiatan dapat
membaca dengan jelas dan mudah dipahami.
34
c) Whole of Government (WoG)
Kegiatan berkerjasama dengan tim PPI RSUD Waled
mengandung prinsip kerjasama yang terdapat pada WoG.
35
Penjelasan Tahapan Kegiatan:
Tahap kegiatan melakukan edukasi, demontrasi hand hygiene dengan
menggunakan media video tutorial sederhana, banner dan leaflet.yang
pertama dilakukan adalah mempersiapkan tempat, waktu dan penunggu
pasien sebagai sasaran edukasi. Kegiatan edukasi dilaksanakan di ruang
perawatan seruni RSUD Waled, kegiatan edukasi diberikan kepada
penunggu pasien.
36
pasien dapat melakukan kegiatan hand hygiene dengan baik, dan tertib.
Keterkaitan substansi mata pelatihan :
a) Akuntabilitas
Kegiatan edukasi dilaksanakan dengan penuh Tanggungjawab.
b) Etika Publik
Dalam mempersiapkan kegiatan edukasi dilakukan dengan cermat,
tanggungjawab, efisien, efektif, tepat waktu.
37
Penjelasan Tahapan Kegiatan:
Tahap kegiatan melakukan evaluasi kepatuhan penunggu pasien dalam
penerapan hand hygiene setelah dilakukan edukasi selama 2 hari di Ruang
Seruni RSUD Waled, yang pertama dilakukan adalah mempersiapkan
lembar ceklist sebagai penilaian setiap penunggu pasien, dan bekerja sama
dengan tim PPI RSUD Waled untuk dilakukan pengawasan selanjutnya.
Gambar 3.7 Lembar Daftar Penunggu Pasien di Ruang Seruni RSUD Waled
Output:
Hasil dari evaluasi kegiatan yaitu
untuk mengetahui perubahan
tingkat kesadaran sebelum dan
sesudah dilakukan edukasi hand
hygiene dengan menggunakan
media video tutorial sederhana
hand hygiene. Evaluasi ini
menggunakan lembar ceklist.
38
Keterkaitan substansi mata pelatihan :
a) Akuntabilitas
Kegiatan penunggu pasien menerapkan hand hygiene sebagai
wujud kedisiplinan dan tanggungjawab terhadap terhadap
penanganan pencegahan infeksi di RS.
b) Whole of Government
Dalam mengevaluasi kegiatan edukasi penulis bekoordinasi
dengan tim PPI RSUD Waled.
c) Etika Publik
Dalam mengevaluasi kegiatan edukasi dilakukan dengan baik,
sopan, ramah, saling bekerja sama sesuai dengan SOP.
39
3.4 Faktor Pendukung Realisasi Aktualisasi
a. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja merupakan salah satu faktor yang
mendukung dalam terlaksananya kegiatan aktualisasi di Ruang
Seruni RSUD Waled. Pada saat kegiatan aktualisasi dan habituasi,
berbagai pihak terlibat dan mendukung kegiatan dalam berbagai
bentuk mulai dari nasihat, saran dan motivasi bagi penulis. Pihak
yang terlibat diantaranya Kepala bidang pelayanan dan
keperawatan RSUD Waled, dokter, perawat ruang seruni serta
pegawai RSUD Waled lainnya. Hal tersebut menjadikan penulis
mudah untuk melakukan kegiatan aktualisasi dan habituasi di
Ruang Seruni RSUD Waled.
40
Gambar 3.10 Kondisi Ruang Seruni RSUD Waled Sesudah Kegiatan
Aktualisasi
41
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Kegiatan aktualisasi di RSUD Waled sebagai perawat ahli pertama
dilakukan dengan melakulan 5 kegiatan. Kegiatan konsultasi penguatan
gagasan pemecahan masalah, mengembangkan desain video tutorial,
banner dan leaflet, kegiatan pemasangan banner dan pembagian leaflet,
kegiatan edukasi demonstrasi hand hygiene dan yang terakhir adalah
kegiatan eveluasi penunggu pasien dalam menerapkan hand hygiene
tercapai dilakukan sesuai dengan rencana yang telah dibuat.
4.2 Saran
Berdasarkan hasil kegiatan aktualisasi dan habituasi, penulis
menyarankan agar kegiatan promotif seperti edukasi hand hygiene
dilakukan secara rutin dan terjadwal. Dengan menggunakan media video
tutorial yang menarik dan informatif. Hal tersebut bertujuan untuk
mengendalikan pencegahan infeksi di ruang seruni RSUD Waled, dan
penunggu dapat merubah sikap dan perilaku untuk dapat hidup bersih dan
sehat.
42
DAFTAR PUSTAKA
RSUD Waled Kabupaten Cirebon. 2018. Profil RSUD Waled Kabupaten Cirebon
Tahun 2018.
43