Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gagal jantung kongestif atau congestive heart failure (CHF)
merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia (PUSDATIN, 2013).
Gagal jantung merupakan masalah kesehatan di dunia dengan prevalensi
>37,7 juta di dunia (Ziaeian, 2017). Jumlah gagal jantung di Amerika Serikat
kira-kira 5,7 juta orang dewasa dan 550.000 kasus baru di diagnosis setiap
tahunnya (Mozaffarian,et al., 2016). Gagal jantung berkontribusi terhadap
287.000 kematian per tahun. Sekitar setengah dari orang yang mengalami
gagal jantung meninggal dalam waktu lima tahun setelah di diagnosis (Emory
Health Care, 2018).

Negara Indonesia menduduki peringkat keempat penderita gagal


jantung kongestif terbanyak di Asia Tenggara setelah Negara Filipina
,Myanmar dan Laos (Lam, 2015) Prevalensi penyakit gagal jatung di
Indonesia tahun 2013 sebesar 229.696 orang, sedangkan berdasarkan gejala
yang di diagnosis oleh dokter yaitu sebesar 530.068 orang.

Gagal jantung kongestif disebabkan oleh kelainan otot jantung


,aterosklerosis coroner, hipertensi sistemik atau pulmonal, peradangan,
penyakit jantung lain seperti gangguan aliran darah, ketidak mampuan jantung
untuk mengisi darah atau pengosongan jantung abnormal (Brunner
&Suddarth, 2013). Faktor resiko yang memicu terjadinya penyebab gagal
jantung diantaranya adalah merokok ,hipertensi ,hyperlipidemia , obesitas
,kurang aktifitas fisik , diabetes mellitus ,dan stress emosi (Aspiani, 2015).

Semakin tinggi kadar kolesterol dalam darah, semakin besar pula


resiko terjadinya aterosklerosis. .Aterosklerosis adalah penebalan dinding
pembuluh darah arteri, sehingga lubang dari pembuluh darah tersebut
menyempit.Penyempitan pembuluh darah ini akan menyebabkan aliran darah
menjadi lambat bahkan dapat tersumbat sehingga aliran darah pada pembuluh
darah coroner yang fungsinya member oksigen kejantung menjadi
berkurang. Kurangnya oksigen ini akan menyebabkan otot jantung menjadi
lemah, sakit dada, serangan jantung bahkan kematian (Tanvir, 2014)

Framingham Heart Study bekerjasama dengan National Heart,


Lungand blood Institute (HLBI) yang dikutip dari Durstine mendefinisikan
kadar kolesterol total darah lebih dari 300mg/dL akan beresiko tiga hingga
lima kali lebih besar mengalami penyakit jantung daripada mereka yang
memiliki kadar kolesterol darah 200 mg/dL. Hubungan antara kenaikan
kolesterol ini sangat berkaitan dengan terjadinya penyakit jantung. Kelebihan
akibat sering mengonsumsi makanan yang mengandung tinggi kolesterol dan
kurangnya aktifitas fisik dapat menyebabkan gangguan pada system
transportasi darah baik secara langsung dan tidak langsung. Kolesterol
berlebih atau biasa yang disebut Hiperkolesterolemia umumnya diderita oleh
orang gemuk atau orang yang sudah lanjut usia tetapi tidak menutup
kemungkinan gangguan metabolisme ini dapat menyerang orang kurus
bahkan di usia muda. Di Indonesia prevalensi hiperkolesterolemia pada usia
25-34 tahun adalah 9,3% sedangkan pada usia 55-64 tahun sebesar 15,5%.
Faktor risiko terjadinya antara lain adalah factor genetic, pola makan dan
kurangnya aktifitas olahraga (Mei et al, 2013)

Berdasarkan National Cholesterol Education Program terdapat 35,9%


dari penduduk Indonesia yang berusia> 15tahun dengan kadar kolesterol
abnormal > 200mg/dL, dimana perempuan lebih banyak dari laki-laki dan
perkotaan lebih banyak dari pedesaan .Dari 15,9% populasi yang berusia > 15
tahun mempunyai proporsi LDL yamg sangat tinggi (> 190 mg/dL), 22,9%
mempunyai kadar HDL yang kurang dari 40mg/dL dan 11,95 dengan kadar
trigliserid yang sangat tinggi ( > 500 mg/dL ).

Anda mungkin juga menyukai