id
SKRIPSI
Disusun sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Oleh :
ISWANTO
NIM I 0107090
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
LEMBAR PERSETUJUAN
Disusun Oleh :
ISWANTO
NIM I 0107090
Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Pendadaran
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI
Disusun oleh:
ISWANTO
NIM I 0107090
Dipertahankan di hadapan Tim Penguji Pendadaran Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima guna memenuhi
persyaratan untuk mendapatkan gelar sarajana teknik
Mengetahui, Disahkan
a.n Dekan Fakultas Teknik UNS Ketua Jurusan Teknik sipil
Pembantu Dekan I Fakultas Teknik UNS
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
LEMBAR PENGESAHAN SEMENTARA
Disusun Oleh :
Pembimbing :
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Iswanto, 2011. Tinjauan Kuat Tekan dan Modulus Elastisitas Beton dengan
Zeolit Sebagai Bahan Tambah Dibanding Zeolit Sebagai Pengganti Semen
pada Campuran Beton. Tugas Akhir. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Beton dengan mutu tinggi dan ramah lingkungan dibutuhkan untuk mendirikan
bangunan-bangunan sipil. Kuat Tekan dan Modulus Elastisitas beton merupakan
indikator utama dalam menilai mutu beton. Bahan tambah zeolit diharapkan dapat
menambah mutu beton, karena zeolit bersifat seperti pozzolan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui perbandingan beton zeolit sebagai bahan tambah
dengan zeolit sebagai pengganti semen ditinjau dari kuat tekan dan modulus
elastisitas beton.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan total benda uji 33 buah.
Benda uji terdiri atas beton tanpa bahan tambah sebagai pembanding, dengan
zeolit sebagai bahan tambah dan pengganti semen 5%, 10%, 15%, 20%, dan 25%
terhadap berat semen. Setiap jenis campuran beton dibuat 3 benda uji. Benda uji
yang digunakan adalah silinder beton dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm.
Mutu beton yang direncanakan adalah fc’ = 30 MPa. Uji tekan dan modulus
elastisitas dilakukan pada umur 28 hari.
Ditinjau dari variasi kadar zeolit yang dipakai didapatkan bahwa penggunaan
zeolit sebagai bahan tambah 9,433% dapat meningkatkan kuat tekan beton sebesar
9,374%, sedangkan zeolit sebagai pengganti semen 6,067% dapat meningkatkan
kuat tekan beton sebesar 1,938%. Nilai modulus elastisitas pada beton dengan
zeolit sebagai bahan tambah 6,915% meningkat sebesar 4,350%, sedangkan pada
beton dengan zeolit sebagai pengganti semen 10,544% dapat meningkatkan
modulus elastisitas sebesar 11,518%.
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
This study employed an experimental method with 33 tested objects. The tested
objects consisted of concrete without additive as the control, with zeolite as the
additive and cement replacement 5%, 10%, 15%, 20%, and 25% of cement
weight. Each type of concrete mix was made with 3 tested objects. The tested
objects used were concrete cylinders with 15 cm diameter and 30 cm height. The
designed quality of concrete was fc` = 30 MPa. The compressive strength and
elasticity modulus tests were carried out in the day-28.
Viewed from the variations of zeolite content used, it can be found that the use of
zeolite as additive of 9.433% can improve the maximum compressive strength of
concrete of 9.374%, while zeolite as the cement replacement of 6.067% can
improve the compressive strength of concrete of 1.938%. The elasticity modulus
in the concrete with zeolite 6.915% as the additive increases by 4.350%, while in
the concrete with zeolite 10.544% as cement replacement increases by 11.518%.
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................... iv
ABSTRAK ......................................................................................................... vii
PENGANTAR .................................................................................................. ix
DAFTAR ISI ...................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvii
DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL .................................................................. xviii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................... 3
1.3. Batasan Masalah ......................................................................................... 3
1.4. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 3
1.5. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 4
1.5.1. Manfaat Teoritis ....................................................................................... 4
1.5.2. Manfaat Praktis ........................................................................................ 4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI
2.1. Tinjauan Pustaka ......................................................................................... 5
2.1. Landasan Teori ............................................................................................ 6
2.2.1. Beton ....................................................................................................... 6
2.2.2. Semen Portland ....................................................................................... 8
2.2.3. Agregat ..................................................................................................... 10
2.2.4. Air ........................................................................................................... 14
2.2.5. Bahan Tambah ........................................................................................ 15
2.2.5.1. Bahan Tambah Zeolit ............................................................................ 15
commit to user
2.2.6. Sifat-sifat Beton ...................................................................................... 21
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB 1
PENDAHULUAN
Dewasa ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat. Hal
tersebut diiringi dengan bertambahnya gedung-gedung pencakar langit dan
bangunan sipil lainnya. Bangunan tersebut berupa bangunan umum ataupun
bangunan pribadi. Bentuk nyata dari bangunan-bangunan tersebut antara lain:
gedung, jembatan, bendungan, jalan raya dan lain-lain. Hal ini mendorong
pelaksana konstruksi untuk memberikan yang terbaik bagi bangunan sipil.
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2
Penggunaan beton semakin tinggi selaras dengan pembangunan yang ada. Maka
diperlukan beton dengan kualitas baik dan murah dari segi ekonomis serta ramah
terhadap lingkungan. Bahan tambah zeolit diharapkan dapat menambah mutu
beton, karena zeolit bersifat seperti pozzolan memiliki kandungan kimia sebagian
besar adalah silica. Kandungan silica (SiO2) pada zeolit yaitu sekitar 60% .
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Purwo Sulistiono (2002), zeolit
digunakan sebagai bahan tambah ke dalam campuran beton. Variasi penambahan
zeolit yang digunakan sebesar 0%, 5%, 10%, 15%, 20%, 25%, 30% dan 35% dari
berat semen.
Pada penelitian kali ini bahan tambah zeolit akan ditambahkan pada beton dengan
harapan dapat meningkatkan mutu beton. Selanjutnya beton menggunakan zeolit
sebagai bahan tambah akan dibandingkan dengan beton menggunakan zeolit
sebagai bahan pengganti semen, ditinjau dari kuat tekan dan modulus
elastisitasnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3
Untuk membatasi permasalahan agar penelitian ini lebih terarah dan tidak meluas
maka perlu adanya pembatasan sebagai berikut:
a. Mutu Beton yang disyaratkan memiliki f’c = 30 MPa pada umur 28 hari.
b. Bahan tambah zeolit berasal dari Desa Bedoyo, Kecamatan Ponjong,
Kabupaten Gunung Kidul yang telah didistribusikan ke Pandan Simping,
Prambanan, Klaten.
c. Variasi takaran zeolit sebagai bahan tambah yang sudah ditentukan (yaitu 0%
; 5% ; 10% ; 15% ; 20% dan 25% dari berat semen).
d. Variasi takaran zeolit sebagai bahan pengganti semen yang sudah ditentukan
(yaitu 0% ; 5% ; 10% ; 15% ; 20% dan 25% dari berat semen).
e. Semen yang digunakan adalah semen tipe I, OPC.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan antara
pengaruh zeolit sebagai bahan tambah dengan zeolit sebagai bahan pengganti
semen pada beton ditinjau dari kuat tekan dan modulus elastisitas beton.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI
Beton yang secara fundamentil jelek kualitasnya, tidak dapat diubah menjadi baik
kualitasnya menjadi beton baik, dengan bahan campuran macam apapun (L.J.
Murdock, K.M. brook, 1979).
Pozzolan adalah bahan yang bereaksi dengan kapur ikat bebas selama pengikatan
semen, termasuk daya tahannya terhadap agresi sulfat, air kotor, dan lail-lain. Di
dalam bahan pozzolan terdapat sedikit atau tidak ada sama sekali sifat-sifat
semennya. Bahan ini digunakan untuk penambah atau untuk pengganti semen
commit
sampai dengan 70 % dari semen. to user
Bahan ini mereduksi kecepatan pengerasan
5
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id
beton dan ini adalah salah satu keberatan dari penggunaannya. Bukti-bukti yang
ada menunjukkan bahwa kekuatan batas dengan mengganti sekurang-kurangnya
20 % dari semen dengan pozzolan hampir tidak ada beda dengan bilamana semen
saja yang digunakan (L.J. Murdock, K.M. brook, 1979).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Purwo Sulistiono (2002), zeolit digunakan
sebagai bahan tambah ke dalam campuran beton. Variasi penambahan zeolit yang
digunakan sebesar 0%, 5%, 10%, 15%, 20%, 25%, 30% dan 35% dari berat
semen. Dari hasil analisis didapat bahwa penambahan mineral zeolit dapat
meningkatkan nilai kuat tekan dan modulus elastisitas beton. Pada beton normal
diperoleh nilai kuat desak rata-rata 23,258 MPa dan nilai modulus elastisitas
23417.228 MPa. Nilai kuat desak beton maksimum didapatkan dari beton dengan
penambahan kadar mineral zeolit 19,083%, yaitu 25,462 MPa. Nilai modulus
elastisitas beton maksimum didapatkan dari beton dengan penambahan kadar
mineral zeolit 21,985%, yaitu 24176,646 MPa (Purwo sulistiono, 2002).
2.2.1. Beton
Beton diperoleh dengan cara mencampurkan semen Portland, air, agregat (dan
kadang-kadang bahan tambah, yang sangat bervariasi mulai dari bahan kimia
tambahan, serat, sampai bahan buangan non-kimia) pada perbandingan tertentu.
Dalam adukan beton, air dan semen membentuk pasta yang disebut pasta semen.
Pasta semen ini selain mengisi pori-pori diantara butiran-butiran agregat halus
juga bersifat sebagai perekat atau pengikat dalam proses pengerasan, sehingga
butiran-butiran agregat saling terekat dengan kuat dan terbentuklah suatu massa
yang kompak dan padat (Kardiyono Tjokrodimuljo, 1996).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id
Beton juga mempunyai kelemahan yang perlu ditinjau oleh perencanaan dalam
merencanakan struktur bangunan, antara lain:
a. Beton mempunyai kuat tarik rendah, sehingga mudah retak, oleh karena itu
perlu diberi baja tulangan atau serat.
b. Beton sulit untuk kedap air sempurna, sehingga selalu dapat dimasuki air, air
yang membawa kandungan garam dapat merusak beton.
c. Beton segar mengerut pada saat pengeringan dan beton keras mengembang
jika basah sehingga dilatasi (contraction joint) perlu diadakan pada beton yang
panjang atau lebar untuk memberi tempat bagi susut pengerasan dan
pengembangan beton.
d. Beton bersifat getas (tidak daktail) sehingga harus dihitung dan didetail secara
seksama agar setelah dikompositkan dengan baja tulangan menjadi bersifat
daktail, terutama pada struktur tahan gempa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id
Semen Portland dibuat dengan beberapa langkah, sehingga sangat halus dan
memiliki sifat adesif maupun kohesif. Semen diperoleh dengan membakar secara
bersamaan, suatu campuran dari calcareous (yang mengandung kalsium karbonat
atau batu gamping) dan argillaceous (yang mengandung alumina) dengan
perbandingan tertentu. Secara umum kandungan Semen Portland ialah : kapur,
silica, dan alumina. Ketiga bahan dasar tersebut dicampur dan dibakar dengan
suhu 1550 C dan menjadi klinker. Setelah itu kemudian dikeluarkan, didinginkan
dan dihaluskan sampai halus seperti bubuk kemudian ditambahkan gips atau
kalsium sulfat (CaSO4) kira-kira 2 sampai 4 persen sebagai bahan pengontrol
waktu pengikatan (Kardiyono Tjokrodimuljo, 1996).
Komposisi kimia semen Portland pada umumnya terdiri dari CaO, SiO2, Al2O3
dan Fe2O3 yang merupakan oksida dominan, sedangkan oksida yang lain
jumlahnya hanya beberapa persen dari berat semen. Keempat oksida utama
tersebut didalam semen berupa senyawa C3S, C2S, C3A dan C3AF dengan
perbandingan tertentu pada setiap produk semen, tergantung pada komposisi
bahan bakunya. Komposisi kimia semen Portland dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Komposisi kimia semen portland
Oksida Persen ( % )
Kapur (CaO) 60 – 65
Silika (SiO2) 17 – 25
Alumina (Al2O3) 3–8
Besi (Fe2O3) 0,5 – 6
Magnesia (MgO) 0,5 – 4
Sulfur (SO3) 1–2
Soda/potash (Na2O + K2O) 0,5 – 1
(Sumber: Kardiyono Tjokrodimuljo, 1995)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id
Senyawa-senyawa utama semen Portland yatiu C3S, C2S, C3A dan C4AF memiliki
sifat yang menentukan sifat kekuatan semen, sifat-sifat senyawa tersebut antara
lain :
a. Trikalsium Silikat (C3S) atau 3CaO.SiO2
Senyawa ini mengalami hidrasi sangat cepat disertai pelepasan sejumlah
besar panas, selain itu juga berpengaruh besar terhadap pengerasan semen
terutama sebelum mencapai umur 14 hari. Senyawa ini juga kurang tahan
terhadap agresi kimiawi, dan mengalami disintegrasi oleh sulfat tanah yang
dapat menyebabkan retak-retak pada beton.
b. Dikalsium Silikat (C2S) atau 2CaO.SiO2
C2S bereaksi dengan air lebih lambat sehingga berpengaruh terhadap
pengerasan semen setelah berumur lebih dari 7 hari dan memberikan
kekuatan akhir. Unsur ini juga membuat semen tahan terhadap serangan
kimia dan juga mengurangi besar susut pengeringan.
c. Trikalsium Aluminat (C3A) atau 3CAO.Al2O3
Senyawa ini mengeras dalam beberapa jam dengan melepas sejumlah panas.
Kuantitas yang terbentuk dalam ikatan menentukan kekuatan beton pada
umur 14 hari. Senyawa ini juga mudah bereaksi dengan sulfat sehingga
menyebabkan terjadinya retak-retak pada beton.
d. Tetrakalcium Aluminoferrit (C4AF) atau 4CAO.Al2O3.Fe2O3
Senyawa ini tidak terlalu mempengaruhi kekuatan dan sifat semen. C4AF
hanya berfungsi mempercepat dan menyempurnakan reaksi pada dapur
pembakaran proses pembentukan semen.
Senyawa kimia yang terkandung dalam semen merupakan bahan yang reaktif
terhadap air. Apabila semen bercampur dengan air, maka senyawa-senyawa
tersebut akan bereaksi menghasilkan suatu pasta yang akan mengeras menurut
waktu. Proses bereaksinya semen dengan air itulah yang dinamakan hidrasi
semen.
Reaksi hidrasi ini berlangsung sangat lambat dan bertambah lambat sejalan
commit
dengan bertambahnya waktu. Hal to user
ini disebabkan makin terbentuknya lapisan
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id
pasta semen yang menyelimuti butiran semen. Menurut Paulus Nugraha (1988 :
28), secara teoritis proses hidrasi akan berhenti bila tebal lapisan mencapai 25µm.
2.2.3. Agregat
Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi
dalam campuran mortar atau beton. Agregat ini menempati sebanyak 60% - 80%
dari volume mortar atau beton, sehingga pemilihan agregat merupakan suatu
bagian penting dalam pembuatan mortar atau beton. Berdasarkan ukuran besar
butirnya, agregat yang dipakai dalam adukan beton dapat dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu agregat halus dan agregat kasar.
Susunan untuk butiran (gradasi) yang baik akan dapat menghasilkan kepadatan
commit
(density) maksimum dan porositas to user
(voids) minimum. Sifat penting dari suatu
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id
agregat (baik kasar maupun halus) ialah kekuatan hancur dan ketahanan terhadap
benturan yang dapat mempengaruhi ikatannya dengan pasta semen, porositas dan
karakteristik penyerapan air yang mempengaruhi daya tahan terhadap proses
pembekuan waktu musim dingin dan agresi kimia, serta ketahanan terhadap
penyusutan.
a. Agregat Halus
Agregat halus adalah agregat yang berbutir kecil (antara 0,15 mm dan 5 mm).
Dalam pemilihan agregat halus harus benar-benar memenuhi persyaratan yang
telah ditentukan, karena sangat menentukan dalam hal kemudahan pengerjaan
(workability), kekuatan (strength), dan tingkat keawetan (durability) dari beton
yang dihasilkan. Pasir sebagai bahan pembentuk mortar bersama semen dan air,
berfungsi mengikat agregat kasar menjadi satu kesatuan yang kuat dan padat.
Menurut PBI 1971 (NI-2) pasal 33, syarat-syarat agregat halus (pasir) adalah
sebagai berikut:
1) Agregat halus terdiri dari butiran-butiran tajam dan keras, bersifat kekal dalam
arti tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca, seperti panas matahari dan
hujan.
2) Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% terhadap jumlah
berat agregat kering. Apabila kandungan lumpur lebih dari 5%, agregat halus
harus dicuci terlebih dahulu.
3) Agregat halus tidak boleh mengandung bahan-bahan organik terlalu banyak.
Hal demikian dapat dibuktikan dengan percobaan warna dari Abrams Header
dengan menggunakan larutan NaOH.
4) Agregat halus terdiri dari butiran-butiran yang beranekaragam besarnya dan
apabila diayak dengan susunan ayakan yang ditentukan dalam pasal 3.5 ayat 1
(PBI 1971), harus memenuhi syarat sebagai berikut :
(a) Sisa di atas ayakan 4 mm, harus minimum 2% berat.
(b) Sisa di atas ayakan 1 mm, harus minimum 10% berat.
commit
(c) Sisa di atas ayakan 0,25 mm, harustoberkisar
user antara 80% - 90% berat.
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id
Persyaratan gradasi agregat halus dapat dilihat dalam Tabel 2.3 berikut ini :
Tabel 2.3. Persyaratan gradasi agregat halus ASTM C 33-74a
Ukuran Saringan ( mm ) Persentase Lolos ( % )
9,5 100
4,75 95 – 100
2,36 80 – 100
1,18 55 – 85
0,60 25 – 60
0,3 10 – 30
0,15 2 – 10
Sumber : Murdock & Brook (1979)
b. Agregat Kasar
Agregat kasar adalah agregat yang mempunyai ukuran butir-butir besar (antara 5
mm dan 40 mm). Sifat dari agregat kasar mempengaruhi kekuatan akhir beton
keras dan daya tahannya terhadap disintegrasi beton, cuaca dan efek-efek perusak
lainnya. Agregat kasar mineral ini harus bersih dari bahan-bahan organik dan
harus mempunyai ikatan yang baik dengan semen.
Menurut PBI 1971 (NI-2) pasal 3.4 syarat-syarat agregat kasar (kerikil) adalah
sebagai berikut:
1) Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir keras dan tidak berpori. Agregat
commitpipih
kasar yang mengandung butir-butir to user
hanya dapat dipakai apabila jumlah
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id
butir-butir pipih tersebut tidak melebihi 20% dari berat agregat seluruhnya.
Butir-butir agregat kasar harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur
oleh pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan.
2) Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% yang ditentukan
terhadap berat kering. Apabila kadar lumpur melampaui 1% maka agregat
kasar harus dicuci.
3) Agergat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton,
seperti zat-zat yang reaktif alkali.
4) Kekerasan butir-butir agregat kasar yang diperiksa dengan bejana penguji dari
Rudelof dengan bola pejal sebanyak 12 buah, yang harus memenuhi syarat-
syarat :
(a) Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9,5-19 mm lebih dari 24% berat.
(b) Tidak terjadi pembubukan sampai 19-30 mm lebih dari 22% berat.
Kekerasan ini dapat juga diperiksa dengan mesin Los Angeles. Dalam hal
ini tidak boleh terjadi kehilangan berat lebih dari 50%.
5) Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang beranekaragam besarnya dan
apabila diayak dengan susunan ayakan yang ditentukan dalam pasal 3.5 ayat 1
PBI 1971, harus memenuhi syarat sebagai berikut :
(a) Sisa diatas ayakan 31,5 mm harus 0% berat .
(b) Sisa diatas ayakan 4 mm harus berkisar antara 90% dan 98% berat.
(c) Selisih antara sisa-sisa kumulatif diatas dua ayakan yang berurutan,
maksimum 60% dan minimum 10% berat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id
Persyaratan gradasi untuk agregat kasar dapat dilihat pada Tabel 2.4 berikut ini :
Tabel 2.4. Persyaratan gradasi agregat kasar ASTM C 33-74
25 95-100
19 -
12,5 25-60
9,5 -
4,75 0-10
2,36 0-5
2.2.4. Air
Dalam pembuatan beton, air merupakan salah satu faktor penting, karena air dapat
bereaksi dengan semen, yang akan menjadi pasta pengikat agregat. Air juga
berpengaruh terhadap kuat desak beton, karena kelebihan air akan menyebabkan
penurunan pada kekuatan beton itu sendiri. Selain itu kelebihan air akan
mengakibatkan beton menjadi bleeding, yaitu air bersama-sama semen akan
bergerak ke atas permukaan adukan beton segar yang baru saja dituang. Hal ini
akan menyebabkan kurangnya lekatan antara lapis-lapis beton dan dapat menjadi
kelemahan beton.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id
Bahan tambah didefinisikan sebagai material selain air, agregat, dan semen yang
dicampurkan ke dalam beton atau mortar yang ditambahkan sebelum atau selama
pengadukan berlangsung. Bahan tambah digunakan untuk memodifikasi sifat dan
karakterisik dari beton atau mortar misalnya untuk dapat dengan mudah
dikerjakan, penghematan, atau untuk tujuan lain (ASTM C.125-1995).
Secara umum bahan tambah dapat dibedakan menjadi dua yaitu bahan tambah
kimia (chemical admixture) dan bahan tambah mineral (additive). Bahan tambah
admixture ditambahkan saat pengadukan atau pada saat dilakukan pengecoran.
Bahan ini biasanya dimaksudkan untuk memperbaiki kinerja beton atau mortar
saat pelaksanaan pekerjaan, sedangkan bahan tambah additive yaitu yang bersifat
lebih mineral yang juga ditambahkan pada saat pengadukan.
Bahan tambah lain yang biasa digunakan di dalam beton yaitu serat. Penambahan
serat ke dalam beton akan meningkatkan kuat tarik beton yang pada umumnya
sangat rendah. Pertambahan kuat tarik akan memperbaiki kinerja komposit beton
serat dengan kualitas yang lebih bagus dibandingkan dengan beton konvesional
(As’ad, 2008).
Beberapa jenis bahan tambahan yang digunakan dalam campuran beton, dipilih
bahan tambah mineral zeolit pada penelitian ini, karena selain dapat menambah
kuat tekan beton, bahan tambah zeolit juga mudah didapat. Bahan tambah zeolit
termasuk ke dalam bahan tambah mineral (additive).
Zeolit adalah senyawa zat kimia alumino-silikat berhidrat dengan kation natrium,
kalium dan barium. Secara umum, zeolit memiliki molekular sruktur yang unik,
dimana atom silikon dikelilingi oleh 4 atom oksigen sehingga membentuk
commit
semacam jaringan dengan pola yang to user
teratur. Di beberapa tempat di jaringan ini,
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id
Zeolit mempunyai beberapa sifat antara lain, mudah melepas air akibat
pemanasan, tetapi juga mudah mengikat kembali molekul air dalam udara lembab.
Oleh sebab sifatnya tersebut maka zeolit banyak digunakan sebagai bahan
pengering. Disamping itu zeolit juga mudah melepas kation dan diganti dengan
kation lainnya, misal zeolit melepas natrium dan digantikan dengan mengikat
kalsium atau magnesium. Sifat ini pula menyebabkan zeolit dimanfaatkan untuk
melunakkan air. Zeolit dengan ukuran rongga tertentu digunakan pula sebagai
katalis untuk mengubah alkohol menjadi hidrokarbon sehingga alkohol dapat
digunakan sebagai bensin (Wikipedia bahasa Indonesia).
Komposisi kimia mineral zeolit pada umumnya terdiri dari SiO2, Al2O3, Fe2O3 dan
CaO yang merupakan oksida dominan. Sedangkan oksida yang lain jumlahnya
hanya beberapa persen dari berat semen. Komposisi kimia mineral zeolit dapat
dilihat pada Tabel 2.5.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id
Zeolit memiliki struktur berongga dan biasanya rongga ini diisi oleh air dan kation
yang bisa dipertukarkan dan memiliki ukuran pori tertentu. Oleh sebab itu zeolit
dapat dimanfaatkan sebagai penyaring molekuler, penukar ion, penyerap bahan
dan katalisator. Adapun sifat-sifat zeolit adalah sebagai berikut:
a. Dehidrasi
Sifat dehidrasi mineral zeolit akan berpengaruh terhadap sifat absorbsinya.
Zeolit dapat melepaskan molekul air dari dalam rongga permukaan yang
menyebabkan medan listrik meluas ke dalam rongga utama dan akan efektif
berinteraktif dengan molekul yang akan terabsorbsi.
b. Absorbsi
Dalam keadaan normal ruang hampa dalam Kristal zeolit terisi oleh molekul
air bebas yang berada disekitar kation. Bila Kristal zeolit dipanaskan 300o C –
400o C maka air tersebut akan keluar sehingga zeolit dapat berfungsi sebagai
penyerap gas atau cairan. Beberapa jenis mineral zeolit dapat menyerap gas
sebanyak 30% dari beratnya dalam keadaan kering.
c. Penukar ion
Ion-ion dalam mineral zeolit berguna untuk menjaga kenetralan zeolit. Ion-ion
ini dapat bergerak bebas sehingga pertukaran ion yang terjadi tergantung
ukuran dan muatan maupun jenis zeolitnya.
d. Katalis
Ciri paling khusus dari mineral zeolit secara praktis akan menentukan sifat
khusus mineral ini adalah adanya ruang kosong yang akan membentuk saluran
di dalam strukturnya. Bila zeolit digunakan dalam proses penyerapan atau
katalis maka akan terjadi difusi molekul ke dalam ruang bebas antara Kristal.
e. Penyaring/pemisah
Distribusi diameter dari pori-pori zeolit lebih efektif dalam menyaring
molekul, memisahkan molekul berdasarkan perbedaan ukuran, bentuk dan
polaritas molekul daripada media berpori lainnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id
Telah disebutkan diatas bahwa pozzolan adalah bahan alam atau buatan yang
sebagian besar terdiri dari unsur-unsur silikat dan aluminat yang reaktif. Pozzolan
dapat dipakai sebagai bahan tambah atau pengganti sebagian semen Portland. Bila
dipakai sebagai pengganti sebagian semen portland umumnya berkisar 10% - 35%
dari berat semen. Bila pozzolan dipakai sebagai bahan tambahan akan menjadikan
beton lebih tahan terhadap serangan kimia. Pozzolan sendiri tidak memiliki sifat
semen, tetapi dalam keadaan halus (lolos ayakan 0,21mm ) bereaksi dengan air
dan kapur pada suhu normal (24o-27o C) menjadi suatu massa yang padat yang
tidak larut dalam air. Mineral zeolit dapat diklasifikasikan sebagai bahan pozzolan
semen karena mineral zeolit mengandung silica yang cukup banyak (62,75%).
Mielenz (1986) mengklasifikasikan pozzolan alam seperti pada Tabel 2.6 berikut
ini :
Tabel. 2.6. Klasifikasi pozzolan alam menurut Mielenz (1986)
Activity type Essential active constituent
1 Vulcanic glass
2 opal
3a Kaolinite-type clay
3b Montmorollinite-type clay
3c Illite-type clay
3d Mixed clay with vermiculite
3e Attapul gite-type clay
4 zeolite
5 Hidrated oxidesof aluminium
6 Non-pozzolanas
(Sumber: Mielenz, 1986)
Pada klasifikasi tersebut di atas, menurut Mielenz (1986), hanya tipe 1, 2 dan
4 yang merupakan pozzolan alamiah, sedangkan tipe 3 dan 5 bereaksi dengan
commit to user
kapur setelah melalui proses pembakaran.
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id
Pada umumnya semen memiliki 4 unsur penting yaitu: C3S (trikalsium silikat),
C2S (dikalsium silikat), C3A (trikalsium aluminat) dan C4AF (tetrakalsium
aluminoferit). Reaksi kimia antara kalsium silikat, dikalsium silikat, dan air
adalah sebagai berikut :
2 C2S + 4 H2O (C3H2S3) + Ca(OH)2 + kalor
2 C3S + 6 H2O (C3H2S3) + 3 Ca(OH)2 + kalor
Hasil utama dari proses diatas adalah C3S4H3 atau C-S-H (kalsium silikat hidrat)
yang biasa disebut tobermorite, berbentuk gel (gelatine) yang dapat mengkristal,
sedang kapur atau Ca(OH)2 diragukan sumbangannya pada pengerasan semen.
Dalam jangka panjang komponen ini cenderung melemahkan. Banyaknya kapur
yang tersisa ini sekitar 20% dari berat semen. Kondisi terburuknya adalah terjadi
pemisahan struktur yang disebabkan oleh lepasnya kapur dari semen. Situasi ini
harus dicegah dengan menambahkan pada semen suatu mineral silica seperti
pozzolan. Dengan menambahkan mineral zeolit pada campuran beton, maka SiO2
commit
yang terkandung dalam mineral to user
zeolit akan mengikat Ca(OH)2 sehingga
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id
Sifat-sifat beton meliputi sifat fisik, kimia, mekanik baik yang dapat dilihat atau
yang hanya dengan bantuan mikroskop. Tetapi dalam segi kondisi beton dapat
dibagi menjadi dua, yaitu:
Salah satu sifat beton sebelum mengeras (beton segar) adalah kemudahan
pengerjaan (workability). Workability adalah tingkat kemudahan pengerjaan beton
dalam mencampur, mengaduk, menuang dalam cetakan dan pemadatan tanpa
mengurangi homogenitas beton dan beton tidak mengalami bleeding (pemisahan)
yang berlebihan untuk mencapai kekuatan beton yang diinginkan.
Menurut Kardiyono Tjokrodimuljo (1996), unsur-unsur yang mempengaruhi
sifat workability antara lain adalah berikut ini:
a. Jumlah air yang dipakai dalam campuran adukan beton, makin banyak air yang
dipakai makin mudah beton segar ini dikerjakan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id
Sifat dari beton setelah mengeras antara lain adalah mempunyai kekuatan dan
ketahanan. Kekuatan (strength) adalah sifat dari beton yang berkaitan dengan
mutu dari beton tersebut untuk menerima beban dari luar. Kekuatan beton antara
lain adalah kekuatan tekan, kekuatan tarik dan kekuatan geser.
Ketahanan (durability) adalah gaya tahan beton terhadap suatu kondisi atau
gangguan yang berupa gangguan dari dalam atau dari luar tanpa mengalami
kerusakan selama bertahun-tahun. Gangguan dari luar dapat berupa cuaca, suhu,
korosi dan bahan kimia lainnya. Sedangkan gangguan dari dalam berupa reaksi
kimia antara semen dengan alkali atau sering disebut ASR (Alkali Silica Reaction)
yang jika terlalu banyak dapat menyebabkan beton retak.
Kuat tekan adalah besarnya beban persatuan luas, yang menyebabkan benda uji
hancur bila dibebani dengan gayacommit to user pada mesin uji. Kuat tekan beton
tekan tertentu
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id
ditentukan oleh perbandingan semen dan agregat halus, agregat kasar dan air dari
berbagai jenis campuran. Perbandingan air terhadap semen merupakan faktor
utama dalam penentuan kuat tekan beton.
Kekuatan tekan beton diwakili dengan tegangan tekan maksimum fc’ dengan
satuan N/mm2 atau MPa dan juga memakai satuan kg/cm2. Kekuatan tekan beton
merupakan sifat yang paling penting dari beton keras. Umumnya kuat tekan beton
berkisar antara nilai 10-65 MPa. Untuk struktur beton bertulang pada umumnya
menggunakan kuat tekan pada umur 28 hari berkisar 17-35 MPa, untuk beton
prategang digunakan beton dengan kuat tekan lebih tinggi, berkisar antara 30-45
MPa.
Beton relatif kuat menahan tekan. Keruntuhan beton sebagian disebabkan karena
rusaknya ikatan pasta dan agregat. Besarnya kuat tekan beton dipengaruhi oleh
sejumlah faktor antara lain:
a. Faktor air semen. Hubungan faktor air semen dan kuat tekan beton secara
umum adalah bahwa semakin rendah nilai faktor air semen, semakin tinggi
kuat tekan betonnya. Namun kenyataannya, pada suatu nilai faktor air semen
semakin rendah, maka beton semakin sulit dipadatkan. Dengan demikian, ada
suatu nilai faktor air semen yang optimal dan menghasilkan kuat tekan yang
maksimal.
b. Jenis semen dan kualitasnya mempengaruhi kekuatan rata-rata dan kuat batas
beton.
c. Jenis dan lekuk-lekuk (relief) bidang permukaan agregat. Kenyataan
menunjukkan bahwa penggunaan agregat batu pecah akan menghasilkan beton
dengan kuat tekan yang lebih besar daripada agregat alami.
d. Efisiensi dari perawatan (curing). Kehilangan kekuatan sampai 40% dapat
terjadi bila pengeringan terjadi sebelum waktunya. Perawatan adalah hal yang
sangat penting pada pekerjaan di lapangan dan pada pembuatan benda uji.
e. Suhu. Pada umumnya kecepatan pengerasan beton bertambah dengan
bertambahnya suhu. Pada titik beku kuat tekan akan tetap rendah untuk waktu
yang lama. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id
Nilai kuat tekan beton didapat melalui pengujian standar menggunakan mesin uji
dengan cara memberikan beban tekan bertingkat dengan kecepatan peningkatan
beban tertentu atas benda uji silinder beton (diameter 150 mm, tinggi 300 mm)
sampai hancur.
Biasanya sruktur yang mempunyai nilai modulus elastisitas yang besar akan
commit
bersifat getas atau kaku, umumnya to user
material itu akan memiliki kuat tekan yang
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id
tinggi. Parameter ini sangat penting karena menunjukkan kemampuan beton untuk
menahan beban maksimal sebelum struktur mengalami regangan atau lendutan.
Pada umumnya bahan, termasuk beton, memiliki daerah awal pada diagram
tegangan-regangannya dimana bahan berkelakuan secara elastis dan linier.
Kemiringan diagram tegangan-regangan dalam daerah elastis linier itulah yang
dinamakan Modulus Elastisitas (E) atau Modulus Young (Timosenko dan Gere,
1987).
Pada baja terjadi perubahan bentuk secara elastis pada pembebanan di bawah
elastis, sehingga beban uji kembali pada bentuk semula bila pembebanan
ditiadakan. Beton berubah bentuk mengikuti regangan elastis dan sebagian
mengalami regangan plastis. Hal ini digambarkan pada Gambar 2.2 yang
memperlihatkan kurva tegangan-regangan tipikal yang diperoleh dari percobaan
benda uji silinder beton dan dibebani tekan uniaksial selama beberapa menit.
Bagian kurva ini (sampai sekitar 40% fc’) pada umumnya dapat dianggap linier
untuk tujuan praktis. Setelah mendekati 70% tegangan hancur, material banyak
kehilangan kekakuannya sehingga kurva tidak linier lagi.
Murdock dan Brook (1991), modulus elastisitas yang sebenarnya atau modulus
pada suatu waktu tetentu dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 2.2 - 2.4.
s
Modulus elastisitas (E) = ………………….………………………………….…………..……...…
(2.2)
e
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id
P
Tegangan (σ) = ………………………………………………….……………………………………..
(2.3)
A
Dl
Regangan (ε) = ………………………………………………………………...…………...…………
(2.4)
l
Dengan: P = beban yang diberikan (ton)
A = luas tampang melintang (mm2)
Δl = perubahan panjang akibat beban P (mm)
l = panjang semula (mm)
S 2 - S 1 ……….………………………….…………..………
Modulus elastisitas (Ec) = (2.5)
e 2 - 0,00005
Dengan:
Ec = modulus elastisitas (MPa)
S2 = tegangan sebesar 40% x fc’ (MPa)
S1 = tegangan yang bersesuaian dengan regangan arah longitudinal akibat
tegangan sebesar 0,00005 (MPa)
e2 = regangan longitudinal akibat tegangan S2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB 3
METODE PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kuat tekan dan modulus elastisitas
dari beton yang menggunakan zeolit sebagai bahan tambah dan beton yang
menggunakan zeolit sebagai bahan pengganti semen. Dari identifikasi tersebut
akan dianalisis perbandingan antara beton yang menggunakan zeolit sebagai
bahan tambah dan beton yang menggunakan zeolit sebagai bahan pengganti
semen dalam campuran beton.
Bahan pembentuk beton harus diuji terlebih dahulu untuk mengetahui kelayakan
penggunaan bahan tersebut di dalam beton yang akan dibuat. Apabila terdapat
material yang tidak layak digunakan, maka akan ada tindakan sebagai solusi dari
ketidaklayakan tersebut. Pengujian ini disebut pengujian pendahuluan. Hal ini
dimaksudkan agar beton dapat mencapai mutu yang diinginkan sesuai
perencanaan, fc’= 30 MPa.
commit to user
28
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id
Pada penelitian ini, pasir digunakan sebagai agregat halus. Pasir berfungsi sebagai
pengisi rongga-rongga yang terbentuk dari campuran pasta semen dan agregat
kasar. Salah satu spesifikasi pasir yang dapat digunakan dalam campuran beton
yaitu kandungan lumpurnya tidak melebihi 5% dari berat keringnya.
Sesuai dengan PBI 1971 (N-20 atau ASTM), pasir yang mengandung lumpur 5%
dari berat keringnya harus dicuci, karena kandungan lumpur yang berlebihan
dalam pasir dapat mengganggu lekatan antara partikel dalam pencampuran beton
sehingga dapat menurunkan kekuatan beton.
Dengan:
G0 = berat pasir awal (100 gram)
G1 = berat pasir akhir (gram)
Kandungan zat organik pada pasir umumnya besar. Hal ini terjadi karena pasir
commit to user
sebagai bahan dasar pembentuk beton biasanya diambil dari sungai dan sangat
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id
kotor. Aliran air sungai yang membuat zat organik atau semacamnya dapat
terbawa dan mengendap pada pasir. Kandungan zat organik dapat membahayakan
bila terlalu banyak terdapat pada campuran beton. Sifat zat organik yang mudah
terurai membuatnya cepat membusuk sehingga menimbulkan pori pada beton.
Kandungan zat organik pada pasir dapat diuji menggunakan larutan NaOH 3%
pada percobaan perubahan warna Abrams Harder sesuai dengan PBI 1971 (N-20
atau ASTM). Pada Tabel 3.1 dapat dilihat kadar zat organik pada pasir
berdasarkan prubahan warnanya.
Tabel 3.1. Tabel perubahan warna
Warna Prosentase kandungan zat organik (%)
Jernih 0
Kuning muda 0 – 10
Kuning tua 10 – 20
Kuning kemerahan 20 – 30
Coklat kemerahan 30 – 50
Coklat 50 – 100
Pengujian specific gravity agregat halus dengan berpedoman pada ASTM C 128
ditujukan agar mendapatkan:
i. Bulk specific gravity, yaitu perbandingan antara berat pasir dalam kondisi
kering dengan volume pasir total
ii. Bulk specific gravity SSD, yaitu perbandingan antara berat pasir jenuh dalam
kondisi kering permukaan dengan volume pasir total
iii. Apparent specific gravity, yaitu perbandingan antara berat pasir dalam
kondisi kering dengan volume butir pasir
iv. Absorbtion, yaitu perbandingan antara berat air yang diserap dengan berat
pasir kering
Untuk menganalisis hasil pengujian dengan Persamaan 3.2 s/d 3.5 sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id
a
Bulk Specific Gravity = .......................................................... (3.2)
b+d -c
d
Bulk Specific Gravity SSD = ........................................................... (3.3)
b+d -c
a
Apparent Specific Gravity = ........................................................... (3.4)
b+a-c
d -a
Absorbtion = ´ 100% ............................................................................. (3.5)
a
Dengan:
a = berat pasir kering oven (gram)
b = berat volumetricflash berisi air (gram)
c = berat volumetricflash berisi pasir dan air (gram)
d = berat pasir dalam keadaan kering permukaan jenuh (500 gram)
d) Pengujian Gradasi
Gradasi pada pasir sebagai agregat halus menentukan sifat workability dan kohesi
dari campuran beton, sehingga gradasi pada agregat halus sangat diperhatikan.
Pengujian gradasi agregat halus menggunakan standar pengujian ASTM C 136.
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui gradasi atau variasi diameter butiran
pasir, prosentase dan modulus kehalusannya. Modulus kehalusan adalah angka
yang menunjukkan tinggi rendahnya tingkat kehausan butir pasir.
Dengan:
d = Σ prosentase kumulatif berat pasir yang tertinggal selain dalam pan
e = Σ prosentase kumulatif berat pasir yang tertinggal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id
Agregat kasar yang digunakan dalam penelitian adalah kerikil atau batu pecah
dengan diameter maksimum 20 mm. Standar pengujian yang digunakan pada
pengujian specific gravity agregat kasar adalah ASTM C 127. Pengujian ini
ditujukan untuk mengetahui :
a. Bulk specific gravity, yaitu perbandingan antara berat kerikil dalam kondisi
kering dengan volume kerikil total
b. Bulk specific gravity SSD, yaitu perbandingan antara berat kerikil jenuh
dalam kondisi kering permukaan dengan volume kerikil total
c. Apparent specific gravity, yaitu perbandingan antara berat kerikil dalam
kondisi kering dengan volume butir kerikil
d. Absorbtion, yaitu perbandingan antara berat air yang diserap dengan berat
kerikil kering
Untuk menganalisis hasil pengujian dengan Persamaan 3.7 s/d 3.10 sebagai
berikut:
f
Bulk Specific Gravity = ............................................................... (3.7)
g-h
g
Bulk Specific Gravity SSD = ............................................................... (3.8)
g -h
f
Apparent Specific Gravity = .............................................................. (3.9)
f -h
g -h
Absorbsion = ´ 100% ........................................................................... (3.10)
h
Dengan:
f = berat agregat kasar (3000 gram)
g = berat agregat kasar setelah direndam 24 jam dan dilap (gram)
h = berat agregat kasar jenuh (gram)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id
b) Pengujian Gradasi
Gradasi pada pasir sebagai agregat kasar menentukan sifat pengerjaan dan sifat
kohesi dari campuran beton, sehingga gradasi pada agregat kasar sangatlah
diperhatikan. Pengujian gradasi agregat kasar menggunakan standar pengujian
ASTM C 136. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui gradasi atau variasi
diameter butiran kerikil, prosentase dan modulus kehalusannya. Modulus
kehalusan adalah angka yang menunjukkan tinggi rendahnya tingkat kehalusan
butir pasir.
Dengan:
m = Σ prosentase kumulatif berat kerikilr yang tertinggal selain dalam pan
n = Σ prosentase kumulatif berat kerikil yang tertinggal
c) Pengujian Abrasi
Agregat kasar harus memiliki ketahanan terhadap keausan akibat gesekan. Standar
pengujian abrasi pada agregat kasar menggunakan ASTM C 131, dengan
menggunakan mesin Los Angeles. Bagian yang hilang akibat gesekan tidak boleh
lebih dari 50%. Prosentase berat yang hilang dihitung dengan menggunakan
persamaan 3.12 sebagai berikut:
Dengan:
i = berat agregat kasar kering oven yang telah dicuci, sebelum pengausan (gram)
j = berat agregat kasar kering oven yang tertahan ayakan 2.3 mm dan telah
dicuci, setelah pengausan (gram)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id
Benda uji yang digunakan untuk uji kuat tekan dan uji modulus elastisitas adalah
silinder dengan ukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Benda uji dapat dilihat
pada Gambar 3.1.
Benda uji seperti pada gambar di atas pada penelitian ini dibuat untuk diuji kuat
tekan beton dan modulus elastisitasnya. Benda uji dibuat sebanyak 33 buah, yaitu:
Nama dan spesifikasi benda uji, dapat dilihat pada Tabel 3.2 dan Tabel 3.3.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id
Tabel 3.2. Perincian benda uji silinder beton (zeolit sebagai bahan tambah)
Komposisi zeolit
Tinggi Diameter Umur
Kode sebagai bahan Jumlah
(mm) (mm) rencana
tambah
3 (uji tekan dan modulus
BZ00 300 150 0% 28 hari
elastisitas)
3 (uji tekan dan modulus
BZ05 300 150 5% 28 hari
elastisitas)
3 (uji tekan dan modulus
BZ10 300 150 10% 28 hari
elastisitas)
3 (uji tekan dan modulus
BZ15 300 150 15% 28 hari
elastisitas)
3 (uji tekan dan modulus
BZ20 300 150 20% 28 hari
elastisitas)
3 (uji tekan dan modulus
BZ25 300 150 25% 28 hari
elastisitas)
Tabel 3.3. Perincian benda uji silinder beton (zeolit sebagai bahan pengganti
semen)
Komposisi zeolit
Tinggi Diameter Umur
Kode sebagai bahan Jumlah
(mm) (mm) rencana
pengganti semen
3 (uji tekan dan modulus
BZS05 300 150 5% 28 hari
elastisitas)
3 (uji tekan dan modulus
BZS10 300 150 10% 28 hari
elastisitas)
3 (uji tekan dan modulus
BZS15 300 150 15% 28 hari
elastisitas)
3 (uji tekan dan modulus
BZS20 300 150 20% 28 hari
elastisitas)
3 (uji tekan dan modulus
BZS25 300 150 25% 28 hari
elastisitas)
Keterangan:
BZ00 = Beton normal (benton tanpa bahan tambah)
BZ = Beton dengan bahan tambah zeolit (dengan masing-masing
variasi penambahan, yaitu: 5% ; 10% ; 15% ; 20% dan 25%
dari berat semen)
BZS = Beton dengan zeolit sebagai pengganti semen (dengan
masing-masing variasi pengganti semen, yaitu: 5% ; 10% ;
15% ; 20% dan 25% dari berat semen)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id
Pengujian kuat tekan beton dilakukan pada saat beton berumur 28 hari. Benda uji
yang digunakan dalam pengujian ini adalah silinder beton dengan diameter 150
mm dan tinggi 300 mm sebanyak 3 buah untuk setiap jenis penggunaan variasi
kadar zeolit, baik sebagai bahan tambah ataupun sebagai bahan pengganti semen.
Pengujian ini bertujuan untuk mengamati besarnya beban (P) maksimum atau
beban pada saat beton hancur dengan menggunakan alat uji kuat tekan
(Compression Testing Machine). Tata cara pengujian yang umum dipakai adalah
standar ASTM 39 atau yang disyaratkan PBI 1989.
Pada pengujian kuat tekan beton, benda uji diberi beban (P) dari atas perlahan
demi perlahan sampai beton tersebut hancur, terlihat dalam Gambar 3.2.
P
300 mm
150 m m
b e n d a u ji
b e to n n o rm a l
Gambar 3.2. Pembebanan benda uji pada pengujian kuat tekan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id
Pengujian modulus elastisitas dilakukan setelah beton berumur 28 hari. Benda uji
yang digunakan dalam pengujian ini adalah silinder beton dengan diameter 150
mm dan tinggi 300 mm sebanyak 3 buah untuk setiap jenis penggunaan variasi
kadar zeolit, baik sebagai bahan tambah ataupun sebagai bahan pengganti semen.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id
Benda uji pada pengujian modulus elastisitas mengalami beban yang sama dengan
pengujian kuat tekan beton. Namun, beban (P) yang diberikan hanya sampai ±
40% dari kuat tekan beton rencana (fc’) 30 MPa. Sketsa dari pembebanan benda
uji terlihat dalam Gambar 3.4.
P
300 mm
150 m m
commitelastisitas
Gambar 3.5. Alat uji modulus to user (CTM & extensometer)
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id
Perencanaan campuran beton yang tepat dan sesuai dengan proporsi campuran
adukan beton sangat diperlukan untuk mendapatkan kualitas beton yang baik.
Penelitian ini menggunakan rancang campur beton yang mengacu pada peraturan
SK.SNI.T-15-1990-03 dengan target kuat tekan (fc’) 30 MPa.
Proses dari pembuatan benda uji silinder beton dapat dilihat pada Gambar 3.6.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 41
digilib.uns.ac.id
Perawatan dilakukan dengan cara merendam beda uji dalam air dengan fungsi
agar air dalam beton tidak menguap dengan cepat, sehingga proses hidrasinya
sempurna dengan demikian mutu beton yang terjadi dapat sesuai dengan mutu
rencana. Perawatan benda uji dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Benda uji yang telah berumur 24 jam dilepas dari cetakan silinder.
b. Selanjutnya benda uji direndam dalam bak air selama 27 hari seperti terlihat
pada Gambar 3.8.
c. Setelah benda uji direndam selama 27 hari, benda uji diangkat dan diangin-
anginkan sampai berumur 28 hari untuk selanjutnya dilakukan pengujian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 42
digilib.uns.ac.id
Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi obyek pengamatan penelitian.
Variabel juga dapat diartikan sebagai faktor–faktor yang berperan penting dalam
peristiwa atau gejala yang akan diteliti. Ada dua variabel dalam penelitian ini
yaitu variabel bebas dan variabel tak bebas. Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah beton normal, beton dengan bahan tambah zeolit dan beton dengan zeolit
sebagai bahan pengganti semen. Sedangkan variabel tak bebas adalah kuat tekan
dan modulus elastisitas beton.
a. Tahap I, Persiapan
Pada tahap ini seluruh bahan dan peralatan yang akan digunakan dipersiapkan
terlebih dahulu agar penelitian dapat berjalan dengan lancar.
1. Agregat halus, antara lain dilakukan uji: Kadar lumpur, Kadar organic,
Spesific grafity, Gradasi
2. Agregat kasar, antara lain dilakukan uji: Abrasi, Spesific grafity, Gradasi
c. Tahap III, Pembuatan mix design
Pada tahap ini dilakukan pembuatan mix design dengan kuat tekan rencana 30
Mpa. Hasil mix design tersebut dipakai untuk pembuatan benda uji silinder
beton.
d. Tahap IV, Pembuatan benda uji
Pada tahap ini dilakukan pekerjaan sebagai berikut:
1) Pembuatan adukan beton.
2) Pemeriksaan nilai slump.
3) Pengecoran ke dalam bekisting.
4) Pelepasan benda uji dari cetakan.
5) Perawatan beton selama 28 hari.
e. Tahap V, Pengujian
Pada tahap ini dilakukan pengujian kuat tekan dan modulus elastisitas beton
pada umur 28 hari. Pengujian ini dilakukan di Laboratorium Struktur Jurusan
Teknik Sipil Fakultas Teknik UNS.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 45
digilib.uns.ac.id
Tahapan penelitian dapat dilihat secara skematis dalam bentuk bagan alir pada
Gambar 3.9.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 46
digilib.uns.ac.id
Mulai
Tahap I
Persiapan
Perawatan (Curing)
Tahap VII
Kesimpulan dan Saran
Selesai
BAB 4
HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian dan pembahasan terhadap hasil yang diperoleh sesuai tinjauan
peneliti akan disajikan di dalam bab ini. Sedangkan data rinci hasil pemeriksaan
bahan dasar dan penyusun beton disajikan dalam lampiran A.
Pengujian terhadap agregat halus yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi
pengujian kandungan zat organik, kadar lumpur, specific gravity, gradasi agregat
dan berat jenis. Hasil-hasil pengujian tersebut disajikan dalam Tabel 4.1 di bawah
ini. Namun, untuk perhitungan serta data-data pengujian secara lengkapnya
terdapat pada Lampiran A.
Tabel 4.1. Hasil pengujian agregat halus
Jenis pengujian Hasil pengujian Standar Kesimpulan
Kandungan Zat Organik Kuning muda Kuning Memenuhi syarat
Kandungan Lumpur 2% Maks 5 % Memenuhi syarat
Bulk Specific Gravity 2,47 gr/cm3 - -
Bulk Specific SSD 2,51 gr/cm3 - -
Apparent Specific Gravity 2,58 gr/cm3 - -
Absorbtion 1,83 % - -
Modulus Halus 2,44 2,3 – 3,1 Memenuhi syarat
Dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa hasil pengujian terhadap agregat halus atau
pasir yang diuji telah memenuhi syarat.
commit to user
47
perpustakaan.uns.ac.id 48
digilib.uns.ac.id
Untuk hasil pengujian gradasi agregat halus dan syarat batas dari ASTM C-33
dapat dilihat pada Tabel 4.2. dan Gambar 4.1.
Tabel 4.2. Hasil pengujian gradasi agregat halus
Dari Tabel 4.2 didapat grafik gradasi beserta batas gradasi yang disyaratkan
ASTM C-33 yang ditunjukkan dalam Gambar 4.1.
120.00
Kumulatif Lolos ( % )
100.00
80.00
Hasil
60.00 Pengujian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 49
digilib.uns.ac.id
Dari analisis saringan, agregat halus atau pasir yang diuji telah memenuhi syarat
batas yang ditentukan oleh ASTM C-33, yaitu dengan modulus halus agregat
halus antara 2,3 - 3,1.
Pengujian terhadap agregat kasar atau kerikil yang dilaksanakan dalam penelitian
ini meliputi pengujian berat jenis (specific gravity), keausan (abrasi) dan gradasi
agregat kasar. Hasil-hasil pengujian tersebut disajikan dalam Tabel 4.3, sedangkan
Tabel 4.4 menyajikan hasil analisis ayakan terhadap sampel agregat kasar
sehingga dapat diketahui gradasinya. Perhitungan serta data-data pengujian secara
lengkap terdapat pada Lampiran A.
Tabel 4.3. Hasil pengujian agregat kasar
Hasil
Jenis pengujian Standar Kesimpulan
pengujian
Bulk Specific Gravity 2,43 gr/cm3 - -
Bulk Specific SSD 2,50 gr/cm3 - -
Apparent Specific Gravity 2,61 gr/cm3 - -
Absorbtion 2,88 % - -
Abrasi 20,05% Maksimum 50 % Memenuhi syarat
Modulus Halus Butir 7,31 5-8 Memenuhi syarat
Dari Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa hasil pengujian terhadap agregat kasar atau
kerikil yang diuji telah memenuhi syarat.
Untuk hasil pengujian gradasi agregat kasar dan syarat batas dari ASTM C-33
dapat dilihat pada Tabel 4.4. dan Gambar 4.2.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 50
digilib.uns.ac.id
Dari Tabel 4.4 didapat grafik gradasi beserta batas gradasi yang disyaratkan
ASTM C-33 yang ditunjukkan dalam Gambar 4.2.
120.00
Kumulatif Lolos ( % )
100.00
80.00
Hasil
60.00 Pengujian
Hasil perhitungan campuran adukan beton dapat dilihat pada Tabel 4.5, sedangkan
tahap-tahap perhitungan campuran beton secara lengkap dapat dilihat pada
Lampiran B.
Tabel 4.5. Proporsi campuran adukan beton untuk setiap variasi
Kode Jumlah Total
Semen Pasir Kerikil Air Zeolit
Benda Sampel Volume
(kg) (kg) (kg) (liter) (kg)
Uji (buah) (m3)
BZ0 3 0,0159 6,8817 9,3996 16,0047 3,5784 0
BZ 5 3 0,0159 6,8817 9,3996 16,0047 3,5784 0,3441
BZ 10 3 0,0159 6,8817 9,3996 16,0047 3,5784 0,6882
BZ 15 3 0,0159 6,8817 9,3996 16,0047 3,5784 1,0323
BZ 20 3 0,0159 6,8817 9,3996 16,0047 3,5784 1,3764
BZ 25 3 0,0159 6,8817 9,3996 16,0047 3,5784 1,7205
BZS 5 3 0,0159 6,5376 9,3996 16,0047 3,5784 0,3441
BZS 10 3 0,0159 6,1935 9,3996 16,0047 3,5784 0,6882
BZS 15 3 0,0159 5,8494 9,3996 16,0047 3,5784 1,0323
BZS 20 3 0,0159 5,5053 9,3996 16,0047 3,5784 1,3764
BZS 25 3 0,0159 5,1612 9,3996 16,0047 3,5784 1,7205
Jumlah 33 0,1749 7,5372 103,3956 176,0517 39,3624 10,3230
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 52
digilib.uns.ac.id
Pengujian nilai slump menggunakan kerucut Abrams dengan ukuran diameter atas
10 cm, diameter bawah 20 cm dan tinggi 30 cm. Dari pengujian nilai slump
tampak bahwa penambahan bahan tambah zeolit akan mempengaruhi workability,
yang diperlukan untuk memudahkan proses pengadukan, pengangkutan,
penuangan, dan pemadatan Hasil dari pengujian nilai slump disajikan dalam Tabel
4.6 dan Gambar 4.3.
Tabel 4.6. Nilai slump dari berbagai variasi zeolit sebagai bahan tambah dan
zeolit sebagai bahan pengganti
Benda Uji
Kode Nilai
Jenis Bahan tambah/bahan pengganti Sampel (Slump)
benda uji (zeolit)
Tidak ada BZ0 11
Bahan tambah 5% BZ 5 9
Bahan tambah 10% BZ 10 7
Bahan tambah 15% BZ 15 5
Bahan tambah 20% BZ 20 3
Beton
Bahan tambah 25% BZ 25 2
normal
Bahan pengganti 5% BZS 5 10
Bahan pengganti 10% BZS 10 9
Bahan pengganti 15% BZS 15 9
Bahan pengganti 20% BZS 20 8
Bahan pengganti 25% BZS 25 7
Dari Tabel 4.6 didapat grafik hubungan nilai slump dengan variasi kadar zeolit
sebagai bahan tambah dan zeolit sebagai pengganti semen yang ditunjukkan
dalam Gambar 4.3.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 53
digilib.uns.ac.id
12
10
Nilai slump (cm) Zeolit sebagai
8 bahan
tambah
6
4 Zeolit sebagai
pengganti
2 semen
0
0% 5% 10% 15% 20% 25%
Variasi kadar zeolit
Gambar 4.3. Hubungan nilai slump dengan variasi zeolit sebagai bahan tambah
dan zeolit sebagai pengganti semen
Pengujian kuat tekan dilakukan pada saat benda uji 28 hari dengan menggunakan
Compression Testing Machine untuk mendapatkan beban maksimum yaitu beban
pada saat beton hancur ketika menerima beban tersebut (Pmax).
Dari data pengujian kuat desak dapat diperoleh kuat desak maksimum beton.
Sebagai contoh perhitungan kuat tekan diambil data dari benda uji BZ0-a pada
umur 28 hari. Dari hasil pengujian didapat:
Pmax = 520 kN = 520000 N
A = 0,25 x π x D2 = 0,25 x π x 1502 mm2
= 17671,46 mm2
520000N
Maka fc’ = = 29,426 MPa
17671,46 mm 2
Hasil pengujian kuat tekan beton pada benda uji silinder dengan diameter 15 cm
dan tinggi 30 cm dengan zeolit sebagai bahan tambah dan zeolit sebagai pengganti
semen pada umur 28 hari selengkapnya disajikan pada Tabel 4.7 dan Tabel 4.8.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 54
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.7. Hasil pengujian kuat tekan beton dengan zeolit sebagai bahan tambah
umur 28 hari
Kode benda Pmax fc' rata-rata
No fc' (MPa)
uji (kN) (MPa)
BZ0 a 520 29,42598
1 BZ0 b 490 27,72833 28,48284
BZ0 c 500 28,29421
BZ5 a 510 28,86009
2 BZ5 b 545 30,84069 30,2748
BZ5 c 550 31,12363
BZ10 a 530 29,99186
3 BZ10 b 560 31,68952 30,36912
BZ10 c 520 29,42598
BZ15 a 540 30,55775
4 BZ15 b 570 32,2554 30,93500
BZ15 c 530 29,99186
BZ20 a 550 31,12363
5 BZ20 b 505 28,57715 29,42598
BZ20 c 505 28,57715
BZ25 a 445 25,18185
6 BZ25 b 405 22,91831 24,05008
BZ25 c 505 28,57715
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 55
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.8. Hasil pengujian kuat tekan beton dengan zeolit sebagai pengganti
semen umur 28 hari
Kode benda Pmax fc' rata-rata
No fc' (MPa)
uji (kN) (MPa)
BZ0 a 520 29,42598
1 BZ0 b 490 27,72833 28,48284
BZ0 c 500 28,29421
BZS5 a 490 27,72833
2 BZS5 b 540 30,55775 29,23735
BZS5 c 520 29,42598
BZS10 a 570 32,2554
3 BZS10 b 520 29,42598 31,12363
BZS10 c 560 31,68952
BZS15 a 435 24,61596
4 BZS15 b 420 23,76714 24,42733
BZS15 c 440 24,8989
BZS20 a 425 24,05008
5 BZS20 b 440 24,8989 23,29557
BZS20 c 370 20,93772
BZS25 a 400 22,63537
6 BZS25 b 380 21,5036 22,25811
BZS25 c 400 22,63537
Dari Tabel 4.7 dan Tabel 4.8 diperoleh grafik yang menggambarkan perbandingan
pengaruh penggunaan zeolit sebagai bahan tambah dengan zeolit sebagai
pengganti semen (beton dengan kadar zeolit 0%, 5%, 10%, 15%, 20%, 25%) pada
beton dari kinerja kuat tekan yang dapat dilihat pada Gambar 4.4.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 56
digilib.uns.ac.id
35
30 Zeolit
Kuat tekan (MPa) sebagai
25 bahan
20 tambah
15 Zeolit
sebagai
10 pengganti
5 semen
0
0 5 10 15 20 25
Kadar zeolit (%)
Gambar 4.4. Hasil pengujian kuat tekan beton pada benda uji dengan berbagai
variasi kadar zeolit sebagai bahan tambah dan sebagai pengganti
semen
Dari grafik beton dengan zeolit sebagai bahan tambah maupun zeolit sebagai
pengganti semen, terlihat adanya peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini
dapat ditelusuri lebih dalam pada penelitian selanjutnya.
Pengujian dilakukan pada benda uji silinder beton dengan menggunakan CTM
(Compression Testing Machine) dengan pembebanan secara konstan untuk
mengetahui besar beban yang diterima sampai dengan beban maksimum (saat
beton mulai retak) dan extensometer untuk mengetahui perubahan panjang yang
terjadi sehingga dapat diketahui nilai tegangan dan regangan yang terjadi pada
setiap pembebanan dengan persamaan-persamaan sebagai berikut:
Menghitung regangan (ε) yang terjadi dengan persamaan 2.4.
Dl
Regangan (ε) = x 10-3
l
Dengan:
Δl = Penurunan arah longitudinal
commit to user
l = Tinggi beton relatif (jarak antar dua ring dial) = 200 mm
perpustakaan.uns.ac.id 57
digilib.uns.ac.id
Sebagai contoh perhitungan diambil dari data benda uji BZ5-B umur 28 hari pada
saat menerima beban (P) = 20 kN
= 1,1317685 MPa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 58
digilib.uns.ac.id
Nawy, nilai modulus elastisitas beton didapat dari kemiringan suatu garis lurus
(linier) yang menghubungkan titik pusat dengan suatu harga tegangan (sekitar
40% fc’).
Sebelum mendapatkan nilai persamaan regresi linier, terlebih dahulu dibuat kurva
regresi polynomial orde-2 dari nilai tegangan-regangan. Garis regresi linier
diambil mulai dari nilai tegangan-regangan 0 sampai terlihat kurva regresi
polynomial mulai melengkung (diambil 40% fc’). Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Gambar 4.5.
BZ5B
14 y = 25293x
12
10
Tegangan ( MPa )
0
0 0.00001 0.00002 0.00003 0.00004 0.00005 0.00006
Regangan
Selanjutnya dari persamaan regresi linier seperti terlihat pada Gambar 4.6 dapat
dihitung nilai modulus elastisitas. Sebagai contoh diambil persamaan regresi
tegangan-regangan pada benda uji BZ5-B umur 28 hari. Untuk perbandingan,
dilakukan perhitungan modulus elastisitas benda uji BZ5-B umur 28 hari sebagai
berikut:
Diketahui:
Persamaan regresi linier: y = 25293 x
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 59
digilib.uns.ac.id
S2 = 0,4 x fc’
= 0,4 x 30,84
= 12,336 MPa
E = 4700 ´ fc'
= 4700 ´ 30,84
= 26100,874 MPa
Validasi Modulus elastisitas beton dengan formula ACI 318-89, Revised 1992,
1996:
E = 4730 ´ fc'
= 4730 ´ 30,84
= 26267,475 MPa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 60
digilib.uns.ac.id
Hasil perhitungan selanjutnya disajikan pada Tabel 4.9 dan Tabel 4.10, dimana
mencantumkan nilai modulus elastisitas beton dari perhitungan untuk setiap
variasi kadar zeolit sebagai bahan tambah dan zeolit sebagai pengganti semen.
Tabel 4.9. Hasil perhitungan modulus elastisitas pada beton dengan zeolit
sebagai bahan tambah
Kode Ec perhitungan E Validasi E Validasi
No Ec rata-rata
benda uji (MPa) SNI (MPa) ACI (MPa)
BZ0 a 17243
1 BZ0 b 32323 22730 25083,57815 25243,68609
BZ0 c 18624
BZ5 a 22867
2 BZ5 b 25293 22279,33333 25860,59619 26025,66383
BZ5 c 18678
BZ10 a 24608
3 BZ10 b 24823 23520,33333 25900,84617 26066,17072
BZ10 c 21130
BZ15 a 24930
4 BZ15 b 29126 26021,33333 26141,04463 26307,90236
BZ15 c 24008
BZ20 a 18806
5 BZ20 b 18137 18009,33333 25495.4871 25658,22425
BZ20 c 17085
BZ25 a 21322
6 BZ25 b 18943 19169,33333 23761,32542 23912,99345
BZ25 c 17243
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 61
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.10. Hasil perhitungan modulus elastisitas pada beton dengan zeolit
sebagai pengganti semen
Kode Ec
E Validasi E Validasi
No benda perhitungan Ec rata-rata
SNI (MPa) ACI (MPa)
uji (MPa)
BZ0 a 17243
1 BZ0 b 32323 22730 25083,57815 25243,68609
BZ0 c 18624
BZS5 a 29763
2 BZS5 b 25881 24781 25413,63942 25575,85414
BZS5 c 18699
BZS10 a 26976
3 BZS10 b 23200 26971,33333 26220,62182 26387,98749
BZS10 c 30738
BZS15 a 24166
4 BZS15 b 21503 23894 23229,28802 23377,56007
BZS15 c 26013
BZS20 a 22842
5 BZS20 b 20050 20035,33333 22684,7759 22829,57235
BZS20 c 17214
BZS25 a 18000
6 BZS25 b 19444 20329 22173,89661 22315,43212
BZS25 c 23543
Dari Tabel 4.9 dan Tabel 4.10 diperoleh grafik yang menggambarkan
perbandingan modulus elastisitas beton menggunakan zeolit sebagai bahan
tambah dengan zeolit sebagai pengganti semen (beton dengan kadar zeolit 0%,
5%, 10%, 15%, 20%, 25%). Grafik modulus elastisitas tersebut dapat dilihat pada
Gambar 4.6.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 62
digilib.uns.ac.id
30000
0
0% 5% 10% 15% 20% 25%
Kadar zeolit
Gambar 4.6. Hasil perhitungan modulus elastisitas pada berbagai variasi kadar
zeolit sebagai bahan tambah dan sebagai pengganti semen
Dari Tabel 4.11, Untuk benda uji dengan kode BZ25-c dan BZS20-c dianggap
gagal karena X2 > X2(0,95;(n-1)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 63
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.11. Uji chi-kuadrat untuk hasil uji kuat tekan beton dengan zeolit sebagai
bahan tambah dan zeolit sebagai pengganti semen
Kuat tekan rata-rata
Kode
(o) (e) (o-e)^2/e X2 X2 0,95;(n-1))
benda uji
BZ0 a 29,42598 0,0312
BZ0 b 27,72833 28,48284 0,0200 0,0175 0,103
BZ0 c 28,29421 0,0012
BZ5 a 28,86009 0,0661
BZ5 b 30,84069 30,2748 0,0106 0,0335 0,103
BZ5 c 31,12363 0,0238
BZ10 a 29,99186 0,0047
BZ10 b 31,68952 30,36912 0,0574 0,0305 0,103
BZ10 c 29,42598 0,0293
BZ15 a 30,55775 0,0046
BZ15 b 32,2554 30,935 0,0564 0,0299 0,103
BZ15 c 29,99186 0,0288
BZ20 a 31,12363 0,0979
BZ20 b 28,57715 29,42598 0,0245 0,0490 0,103
BZ20 c 28,57715 0,0245
BZ25 a 25,18185 0,0056
BZ25 b 22,91831 25,5591 0,2728 0,2116 0,103
BZ25 c 28,57715 0,3564
BZS5 a 27,72833 0,0779
BZS5 b 30,55775 29,23735 0,0596 0,0462 0,103
BZS5 c 29,42598 0,0012
BZS10 a 32,2554 0,0412
BZS10 b 29,42598 31,12363 0,0926 0,0480 0,103
BZS10 c 31,68952 0,0103
BZS15 a 24,61596 0,0015
BZS15 b 23,76714 24,42733 0,0178 0,0095 0,103
BZS15 c 24,8989 0,0091
BZS20 a 24,05008 0,0244
BZS20 b 24,8989 23,29557 0,1104 0,1245 0,103
BZS20 c 20,93772 0,2386
BZS25 a 22,63537 0,0064
BZS25 b 21,5036 22,25811 0,0256 0,0128 0,103
BZS25 c 22,63537 0,0064
Keterangan:
= data tidak memenuhi syarat dalam uji Chi-Kuadrat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 64
digilib.uns.ac.id
4.4. Pembahasan
Nilai slump dari Tabel 4.6 baik beton dengan menggunakan zeolit sebagai bahan
tambah maupun zeolit sebagai pengganti semen mengalami penurunan seiring
dengan peningkatan pemberian variasi kadar zeolit. Nilai slump pada beton
dengan zeolit sebagai bahan tambah lebih rendah dibandingkan beton dengan
zeolit sebagai pengganti semen, hal tersebut karena adanya penambahan bahan
tambah zeolit tanpa adanya penambahan air pada beton dengan zeolit sebagai
bahan tambah. Secara keseluruhan zeolit menyebabkan campuran beton menjadi
lebih rekat dan mempengaruhi workability adukan beton, karena zeolit
mempunyai sifat absorbsi dan katalis.
Dari hasil penelitian ini dapat diketahui perbandingan pengaruh variasi jumlah
kadar penggunaan zeolit sebagai bahan tambah dengan zeolit sebagai pengganti
semen ditinjau dari nilai kuat tekan beton. Pengaruh variasi kadar penggunaan
zeolit sebagai bahan tambah dan zeolit sebagai pengganti semen terhadap kuat
tekan beton pada umur 28 hari dapat dilihat pada Tabel 4.12 dan Tabel 4.13.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 65
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.12. Pengaruh penggunaan kadar zeolit sebagai bahan tambah dan sebagai
pengganti semen terhadap kuat tekan beton
Kadar Kode Pmax fc' rata-rata
No fc' (MPa)
zeolit (%) benda uji (kN) (MPa)
BZ0 a 520 29,42598
1 0 BZ0 b 490 27,72833 28,48284
BZ0 c 500 28,29421
BZ5 a 510 28,86009
2 5 BZ5 b 545 30,84069 30,2748
BZ5 c 550 31,12363
BZ10 a 530 29,99186
3 10 BZ10 b 560 31,68952 30,36912
BZ10 c 520 29,42598
BZ15 a 540 30,55775
4 15 BZ15 b 570 32,2554 30,935
BZ15 c 530 29,99186
BZ20 a 550 31,12363
5 20 BZ20 b 505 28,57715 29,42598
BZ20 c 505 28,57715
BZ25 a 445 25,18185
6 25 BZ25 b 405 22,91831 25,5591
BZ25 c 505 28,57715
BZS5 a 490 27,72833
7 5 BZS5 b 540 30,55775 29,23735
BZS5 c 520 29,42598
BZS10 a 570 32,2554
8 10 BZS10 b 520 29,42598 31,12363
BZS10 c 560 31,68952
BZS15 a 435 24,61596
9 15 BZS15 b 420 23,76714 24,42733
BZS15 c 440 24,8989
BZS20 a 425 2405008
10 20 BZS20 b 440 24,8989 23,29557
BZS20 c 370 20,93772
BZS25 a 400 22,63537
11 25 BZS25 b 380 21,5036 22,25811
BZS25 c 400 22,63537
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 66
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.13. Perbandingan kuat tekan pengaruh zeolit sebagai bahan tambah
dengan zeolit sebagai pengganti semen pada beton
Selisih dengan beton normal
Kuat tekan (MPa)
MPa %
Kadar
zeolit Zeolit Zeolit Zeolit Zeolit Zeolit Zeolit
(%) sebagai sebagai sebagai sebagai sebagai sebagai
bahan pengganti bahan pengganti bahan pengganti
tambah semen tambah semen tambah semen
0 28,48284 28,48284 0 0 0 0
5 30,2748 29,23735 1,791965 0,75451 6,291383 2,649
10 30,36912 31,12363 1,886279 2,640791 6,622509 9,271516
15 30,935 24,42733 2,452163 -4,05551 8,609264 -14,2384
20 29,42598 24,47449 0,943138 -4,00835 3,311251 -14,0729
25 24,05008 22,25811 -4,43276 -6,22473 -15,5629 -21,8543
Berdasarkan Tabel 4.13 jika ditinjau dari variasi kadar zeolit sebagai bahan
tambah tampak bahwa penggunaan zeolit sebagai bahan tambah dan zeolit sebagai
pengganti semen dapat meningkatkan kuat tekan beton. Kuat tekan maksimal
dengan nilai tambah sebesar 8,609% dari beton normal yaitu dengan penambahan
zeolit sebanyak 15%, selanjutnya kuat tekan beton menurun pada penambahan
20%, sedangkan penggunaan zeolit sebagai pengganti semen menghasilkan nilai
tambah kuat tekan maksimal sebesar 9,272% dari beton normal yaitu pada
penggantian semen dengan zeolit sebanyak 10%, selanjutnya kuat tekan beton
menurun drastis pada penggunaan 15% dan 20% zeolit sebagai pengganti semen.
Pada penggunaan zeolit sebagai bahan tambah maupun sebagai pengganti semen
sebesar 25% menyebabkan kekuatan beton menurun cukup besar yaitu masing-
masing sebesar 15,563% dan 21,854% dari beton normal.
Dengan memasukkan data kuat tekan dan variasi kadar zeolit dari Tabel 4.12 ke
dalam analisa regresi pada program Microsoft excel, didapatkan grafik hubungan
kuat tekan dan variasi kadar zeolit serta persamaan polynomial untuk mengetahui
kadar optimum penggunaan zeolit yang ditampilkan pada Gambar 4.7.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 67
digilib.uns.ac.id
35
30 y1 = -0.030x2 + 0.566x + 28.483
Beton dengan
Kuat tekan (MPa) 25 zeolit sebagai
bahan tambah
20 y2 = -0.015x2 + 0.182x + 28.483
15 Beton dengan
10 zeolit sebagai
pengganti
5 semen
0
0 5 10 15 20 25 30
Gambar 4.7. Hubungan kuat tekan dengan variasi kadar zeolit pada beton
dengan zeolit sebagai bahan tambah dan zeolit sebagai pengganti
semen
Dari grafik pada Gambar 4.7 dapat diketahui bahwa hubungan antara kuat tekan
dan variasi kadar zeolit pada penelitian memiliki rumus empiris hasil regresi
polynomial dari grafik sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 68
digilib.uns.ac.id
Jadi kadar zeolit optimum sebagai bahan tambah terhadap kuat tekan beton
adalah 9,433% dengan kuat tekan sebesar 31,153 MPa dan nilai tambah kuat
tekan sebesar 9,374% dari beton normal.
Pada beton dengan menggunakan zeolit sebagai bahan tambah secara keseluruhan
dengan berbagai variasi penambahan kadar zeolit, nilai kuat tekan beton naik dari
beton normal dan optimum pada penambahan 9,433% kemudian menurun, hal
tersebut disebabkan oleh adanya penambahan zeolit tanpa adanya penambahan air
sehingga campuran beton lebih lekat dan mengakibatkan pemadatan yang kurang
sempurna sehingga kuat tekan beton menurun, sedangkan beton dengan
menggunkan zeolit sebagai pengganti semen dengan berbagai variasi kadar zeolit
nilai kuat tekan naik dari beton normal dan optimum pada kadar 6,067%,
kemudian menurun, hal tersebut disebabkan oleh zeolit tidak dapat menggantikan
semen sepenuhnya karena zeolit hanya berfungsi sebagai zat yang memanfaatkan
Ca(OH)2 sisa reaksi hidrasi semen sehingga membentuk komponen C-S-H gel
commit
baru yang cenderung meningkatkan to user
kekuatan beton.
perpustakaan.uns.ac.id 69
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 70
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.14. Pengaruh penggunaan kadar zeolit sebagai bahan tambah dan sebagai
pengganti semen terhadap modulus elastisitas beton
Kadar Kode benda Ec perhitungan Ec rata-rata
No
zeolit (%) uji (MPa) (MPa)
BZ0 a 17243
1 0 BZ0 b 32323 22730
BZ0 c 18624
BZ5 a 22867
2 5 BZ5 b 25293 22279,33333
BZ5 c 18678
BZ10 a 24608
3 10 BZ10 b 24823 23520,33333
BZ10 c 21130
BZ15 a 24930
4 15 BZ15 b 29126 26021,33333
BZ15 c 24008
BZ20 a 18806
5 20 BZ20 b 18137 18009,33333
BZ20 c 17085
BZ25 a 21322
6 25 BZ25 b 18943 19169,33333
BZ25 c 17243
BZS5 a 29763
7 5 BZS5 b 25881 24781
BZS5 c 18699
BZS10 a 26976
8 10 BZS10 b 23200 26971,33333
BZS10 c 30738
BZS15 a 24166
9 15 BZS15 b 21503 23894
BZS15 c 26013
BZS20 a 22842
10 20 BZS20 b 20050 20035,33333
BZS20 c 17214
BZS25 a 18000
11 25 BZS25 b 19444 20329
BZS25 c 23543
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 71
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan Tabel 4.14 ditinjau dari variasi kadar zeolit sebagai bahan tambah
dan zeolit sebagai pengganti semen tampak bahwa penggunaan zeolit dapat
meningkatkan modulus elastisitas beton. Penggunaan zeolit sebagai bahan tambah
menghasilkan nilai tambah modulus elastisitas maksimal sebesar 14,48% dari
beton normal yaitu dengan penambahan zeolit sebanyak 15%, selanjutnya nilai
modulus elastisitas menurun pada penambahan zeolit sebanyak 20%, sedangkan
penggunaan zeolit sebagai pengganti semen menghasilkan nilai tambah modulus
elastisitas maksimal sebesar 18,66% dari beton normal yaitu pada penggantian
semen dengan zeolit sebanyak 10%, selanjutnya modulus elastistas beton
menurun pada penggunaan 15% dan 20% zeolit sebagai pengganti semen. Pada
penggunaan zeolit sebagai bahan tambah maupun sebagai pengganti semen
sebesar 25% menyebabkan modulus elastisitas beton menurun cukup besar yaitu
masing-masing sebesar 15,6651% dan 10,5631% dari beton normal.
Dengan memasukkan data modulus elastisitas dan variasi kadar zeolit dari Tabel
4.14 ke dalam analisa regresi pada program Microsoft excel, didapatkan grafik
hubungan modulus elastisitas dan variasi kadar zeolit serta persamaan polynomial
untuk mengetahui kadar optimum penggunaan zeolit yang ditampilkan pada
Gambar 4.8.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 72
digilib.uns.ac.id
30000
y2 = -23.55x2 + 496.6x + 22730 zeolit
5000
0
0 5 10 15 20 25 30
Kadar zeolit (%)
Gambar 4.8. Hubungan modulus elastisitas dengan kadar zeolit pada beton
dengan zeolit sebagai bahan tambah dan zeolit sebagai pengganti
semen
Dari grafik pada Gambar 4.8 dapat diketahui bahwa hubungan antara kuat tekan
dan variasi kadar zeolit pada penelitian memiliki rumus empiris hasil regresi
polynomial dari grafik sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 73
digilib.uns.ac.id
Jadi kadar zeolit optimum sebagai bahan tambah terhadap modulus elastisitas
beton adalah 6,915% dengan modulus elastisitas sebesar 23718,830 MPa dan nilai
tambah modulus elastisitas sebesar 4,350% dari beton normal.
Pada beton dengan menggunakan zeolit sebagai bahan tambah secara keseluruhan
dengan berbagai variasi penambahan kadar zeolit, nilai modulus elastisitas beton
naik dari beton normal dan optimum pada penambahan 6,915% kemudian
menurun, hal tersebut disebabkan oleh adanya penambahan zeolit tanpa adanya
penambahan air sehingga campuran beton lebih lekat dan mengakibatkan
pemadatan yang kurang sempurna sehingga kuat tekan beton menurun, sedangkan
beton dengan menggunkan zeolit sebagai pengganti semen dengan berbagai
variasi kadar zeolit nilai kuat tekan naik dari beton normal dan optimum pada
kadar 10,544% kemudian menurun, hal tersebut disebabkan oleh faktor
kelembaban, karena beton dengan kandungan air yang lebih tinggi mempunyai
modulus elastisitas yang lebih tinggi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 74
digilib.uns.ac.id
4.4.4. Hubungan Antara Modulus Elastisitas dan Kuat Tekan Hasil Pengujian
Dari hasil pengujian diketahui bahwa peningkatan modulus elastisitas diikuti pula
dengan peningkatan kuat tekan. Maka dari itu dapat dicari rumus empiris
hubungan antara modulus elastisitas dengan kuat tekan hasil penelitian yang dapat
dilihat pada Tabel 4.16 , Gambar 4.9 dan Gambar 4.10.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 75
digilib.uns.ac.id
Dengan memasukkan data 勘c′ dan modulus elastisitas dari Tabel 4.16 ke dalam
analisa regresi pada program Microsoft excel, didapatkan grafik hubungan 勘c′
dan modulus elastisitas serta persamaan linier yang ditampilkan pada Gambar 4.9
commit to user
dan Gambar 4.10.
perpustakaan.uns.ac.id 76
digilib.uns.ac.id
35000
15000 Linear
y = 4069.8x (hubungan kuat
10000 tekan dan
modulus
5000 elastisitas)
0
4.0000 5.0000 6.0000
f'c^0.5 (MPa)
Gambar 4.9. Hubungan modulus elastisitas dan kuat tekan pada beton dengan
zeolit sebagai bahan tambah
35000
30000
hubungan kuat
25000 tekan dan
Ec ( MPa )
modulus
20000
elastisitas
15000 Linear
y = 4510.8x (hubungan kuat
10000
tekan dan
5000 modulus
elastisitas)
0
4.00000 5.00000 6.00000
f'c^0.5 (MPa)
Gambar 4.10. Hubungan modulus elastisitas dan kuat tekan pada beton dengan
zeolit sebagai pengganti semen
Dari grafik pada Gambar 4.9 dan Gambar 4.10 dapat diketahui bahwa hubungan
antara modulus elastisitas dan kuat tekan pada penelitian memiliki rumus empiris
sebagai berikut:
Ec = 4069 勘c′ (beton dengan zeolit sebagai
commit bahan tambah)
to user
perpustakaan.uns.ac.id 77
digilib.uns.ac.id
Sedangkan hubungan antara modulus elastisitas dan kuat tekan dalam beton
normal memiliki rumus empiris sebagai berikut:
Ec = 4730 . 勘c′ (ACI 318-89, Revised 1992,1996)
Dengan:
Ec = Modulus elastisitas (MPa)
f’c = Kuat tekan (MPa)
Kuat tekan dan modulus elastisitas mempunyai nilai berbanding lurus secara teori.
Namun dalam penelitian ini kuat tekan beton dengan menggunakan zeolit sebagai
bahan tambah lebih baik daripada beton dengan menggunakan zeolit sebagai
pengganti semen, sedangkan modulus elastisitas beton dengan menggunakan
zeolit sebgai bahan tambah tidak lebih baik daripada beton dengan menggunakan
zeolit sebagai pengganti semen, hal tersebut disebabkan oleh faktor kelembaban.
Secara keseluruhan hubungan antara modulus elastisitas dan kuat tekan beton
dalam penelitian ini mempunyai nilai modulus elastisitas yang lebih rendah jika
dibandingkan dengan standar dalam (SK SNI-T-15-1991) dan (ACI 318-89,
Revised 1992,1996).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 678
digilib.uns.ac.id
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil pengujian, analisis data, dan pembahasan maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Kadar optimum penggunaan zeolit sebagai bahan tambah terhadap nilai kuat
tekan berdasarkan analisa regresi persamaan polynomial program Microsoft
excel sebanyak 9,433% terhadap berat semen dapat meningkatkan kuat tekan
dengan nilai tambah sebesar 9,374% dari beton normal, sedangkan kadar
optimum penggunaan zeolit sebagai pengganti semen sebanyak 6,067%
terhadap berat semen dapat meningkatkan kuat tekan dengan nilai tambah
sebesar 1,938% dari beton normal.
2. Beton dengan menggunakan zeolit sebagai bahan tambah mempunyai kuat
tekan yang lebih baik daripada beton dengan menggunakan zeolit sebagai
pengganti semen, hal tersebut karena pada beton dengan menggunakan zeolit
sebagai bahan tambah memiliki semen yang lebih banyak sehingga pasta yang
berfungsi mengikat agegat lebih banyak maka dihasilkan beton dengan kuat
tekan yang lebih besar.
3. Kadar optimum penggunaan zeolit sebagai bahan tambah terhadap nilai
modulus elastisitas berdasarkan analisa regresi persamaan polynomial program
Microsoft excel sebanyak 6,915% terhadap berat semen dapat menghasilkan
nilai tambah modulus elastisitas sebesar 4,350% dari beton normal, sedangkan
kadar optimum penggunaan zeolit sebagai pengganti semen sebanyak
10,544% terhadap berat semen dapat menghasilkan nilai tambah modulus
elastisitas sebesar 11,518% dari beton normal.
4. Beton dengan menggunakan zeolit sebagai pengganti semen mempunyai nilai
commit to user
modulus elastisitas yang lebih baik daripada beton dengan menggunakan
78
perpustakaan.uns.ac.id 79
digilib.uns.ac.id
zeolit sebagai bahan tambah, hal tersebut karena pada beton dengan
menggunakan zeolit sebagai pengganti semen memiliki kelembaban air yang
lebih tinggi sehingga nilai modulus elastisitas yang lebih tinggi.
5. Penggunaan zeolit sebagai bahan tambah dan zeolit sebagai pengganti semen
dapat mengurangi nilai slump, sehingga mempengaruhi workability adukan
beton. Semakin besar penggunaan kadar zeolit, maka akan semakin rendah
nilai slump beton tersebut.
5.2. Saran
commit to user