Anda di halaman 1dari 16

PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN

NKRI

OLEH :

SHIFA YOLANDA

IX5

SMP NEGERI 10 PEKANBARU

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, saya panjatkan puji syukur kehadirat Allah swt Yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang. Berkat rahmat, hidayah, dan inayah Allah swt, saya dapat
menyelesikan tugas “Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia” ini sebagaimana
tugas yang telah diberikan.

Pada kesempatan ini tidak lupa saya sampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Sri
Yati,S.Pd selaku guru mata pelajaran PKN, yang senantiasa membimbing dan
menyumbangkan ilmunya kepada kami. Tak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada
teman-teman dan juga semua pihak yang telah membantu menyelesaikan tugas ini.

Penyusun juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan, kekeliruan, dan masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran atas
penulisan makalah ini selanjutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada
pembaca.

Pekanbaru, 15 Februari 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .2

USAHA MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN


INDONESIA (PASCA TAHUN 1945) . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . .. . . .3
Perjuangan Fisik Mempertahankan NKRI . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . .7
Perjuangan Diplomasi Indonesia . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12
Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .15
Daftar Pustaka . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .16

3
Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia

A. USAHA MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA (PASCA TAHUN


1945)

Sebelum memperoleh kemedekaan, bangsa Indonesia terlebih dahulu memproklamasikan


kemerdekaannya yang dikenal dengan “Proklamasi Kemerdekaan”. Proses ini berawal dari
terdengarnya berita kekalahan Jepang dari pihak sekutu, seketika juga kelompok pemuda
mendesak Sukarno-Hata untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Bangsa Indonesia.
Akan tetapi dengan alasan menunggu janji Jepang untuk memberikan kemerdekaan
Indonesia, Sukarno-Hata tidak dengan segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Hal inilah yang mendorong para pemuda melakukan aksi penculikan terhadap Sukarno-Hata
ke Rengasdengklok yang akhirnya dikenal dengan “Peristiwa Rengasdengklok”. Proses
perumusan teks prokalamasi kemerdekaan bertempat di rumah Laksamana Muda Tadashi
Maeda dengan tujuan keamanan dan tidak terganggu oleh pihak Jepang.
Upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia melalui berbagai upaya, yaitu
perlucutan senjata Jepang, menghadapi tentara sekutu dan NICA, serta perjuangan politik
untuk mendapatkan pengakuan internasional. Kedatangan pihak sekutu ke Indonesia dengan
tujuan melepaskan tawanan perang tentara sekutu dari Jepang dan melucuti tentara Jepang
pada awalnya diterima dengan baik oleh rakyat Indonesia. Namun setelah tahu kedatangan
sekutu diboncengi oleh NICA (Netherlands Indies Civil Administration) dengan tujuan
Belanda ingin menguasai kembali wilayah Indonesia, akhirnya terjadilah konflik di berbagai
daerah di Indonesia. Pada masa itu Belanda melalui pemimpin Van Mook membentuk
Negara-negara bagian, yaitu NIT (Negara Indonesia Timur), Negara Pasundan, Daerah
Istimewa Borneo Barat, Negara Madura, Negara Sumatra Timur, Negara Jawa Timur.

1. Latar Belakang Konflik Indonesia - Belanda


Sebagaimana kita ketahui kemerdekaan bangsa Indonesia di kumandangkan pada
tanggal 17 Agustus 1845, sehari kemudian setelah itu tepatnya tanggal 18 agustus 1945 di
tetapkan UUD ( UUD 1945 ) sebagai konstitusi negara RI dan di pilihnya Soekarno

4
sebagai Presiden dan Moh. Hatta sebagai Wakil Presiden.Perjuangan bangsa indonesia
selanjutnya semakin berat karena harus mempertahankan kemerdekaannya.
Adapun faktor penyebab konflik Indonesia dan Belanda antara lain :
1. Kedatangan Tentara Sekutu Yang Di Boncengi Oleh NICA.
Semenjak Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945 maka
secara hukum jepang tidak lagi berkuasa di Indonesia. Hal ini mengakibatkan Indonesia
berada dalam keadaan Vacum Of Power (tidak ada seorang pemerintah yang berkuasa) maka
pada waktu itu dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh bangsa Indonesia untuk
memproklamasikan kemerdekaannya. Pada tanggal 10 September 1945 Panglima Bala
Tentara Kerajaan Jepang di Jawa mengumumkan bahwa pemerintahan akan diserahkan pada
Sekutu bukan pada pihak Indonesia. Dan pada tanggal 14 September perwirwa Sekutu datang
ke Jakarta untuk mempelajari dan melaporkan keadaan di Indonesia menjelang pendaratan
rombongan Sekutu.
Pada tanggal 29 September 1945 akhirnya Sekutu mendarat di Indonesia yang bertugas
melucuti tentara Jepang. Semula rakyat Indonesia menyambut dengan senang hati kedatangan
Sekutu, karena mereka mengumandangkan perdamaian. Akan tetapi, setelah diketahui bahwa
Netherlands Indies Civil Administration (NICA) di bawah pimpinan Van der Plass dan Van
Mook ikut di dalamnya, sikap rakyat Indonesia menjadi curiga dan bermusuhan. NICA
adalah organisasi yang didirkan orang-orang Belanda yang melarikan diri ke Australia setelah
Belanda menyerah pada Jepang. Organisasi ini semula didirikan dan berpusat di Australia.
Keadaan bertambah buruk karena NICA mempersenjatai kembali KNIL setelah dilepas oleh
Sekutu dari tawanan Jepang. Adanya keinginan Belanda berkuasa di Indonesia menimbulkan
pertentangan, bahkan diman-mana terjadi pertempuran melawan NICA dan Sekutu.
Tugas yang diemban oleh Sekutu yang dalam hal ini dilakukan oleh Allied Forces
Netherlands East Indies (AFNEI) di bawah Letnan Sir Philip Christinson. Mereka memiliki
keinginan untuk menghidupkan kembali Hindia Belanda. Adapun tugas AFNEI di Indonesia
adalah sebagai berikut :
1. Menerima penyerahan dari tangan Jepang.
2. Membebaskan para tawanan perang dan interniran Sekutu.
3. Melucuti dan mengumpulkan orang Jepang untuk kemudian dipulangkan.
4. Menegakkan dan mempertahankan keadaan damai untuk kemudian diserahkan kepada
pemerintahan sipil.
5. Menghimpun keterangan tentang penjahat perang dan menuntut mereka di depan
pengadilan.

5
Kedatangan pasukan Sekutu pada mulanya disambut dengan sikap netral oleh pihak
Indonesia. Namun, setelah diketahui bahwa Sekutu membawa NICA(Netherland Indies Civil
Administration) sikap masyarakat berubah menjadi curiga karena NICA adalah pegawai sipil
pemerintah Hindia Belanda yang dipersiapkan untuk mengambil alih pemerintahan sipil di
Indonesia. Para pemuda memberikan sambutan tembakan selamat datang. Situasi keamanan
menjadi semakin buruk sejak NICA mempersenjatai kembali tentara KNIL yang baru
dilepaskan dari tawanan Jepang.
Melihat kondisi yang kurang menguntungkan, Panglima AFNEI menyatakan pengakuan
sedara de facto atas Republik Indonesia pada tanggal 1 Oktober 1945. Sejak saat itu, pasukan
AFNEI diterima dengan tangan terbuka oleh pejabat-pejabat RI di daerah-daerah untuk
membantu memperlancar tugas-tugas AFNEI.
Namun dalam kenyataannya di daerah-daerah yang didatangi Sekutu selalu terjadi insiden
dan pertempuran dengan pihak RI. Hal itu disebabkan pasukan Sekutu tidak bersungguh-
sungguh menghormati kedaulatan RI. Sebaliknya pihak Sekutu yang merasa kewalahan,
menuduh pemerintah RI tidak mampu menegakkan keamanan dan ketertiban sehingga
terorisme merajalela. Pihak Belanda yang bertujuan menegakkan kembali kekuasaannya di
Indonesia berupaya memanfaatkan situasi ini dengan memberi dukungan kepada pihak
Sekutu. Panglima Angkatan Perang Belanda, Laksamana Helfrich, memerintahkan
pasukannya untuk membantu pasukan Sekutu.
Kedatangan tentara Sekutu yang diboncengi NICA menyebabkan terjadinya konflik dan
pertempuran di berbagai daerah. Keinginan Belanda untuk kembali menjajah Indonesia
berhadapan dengan rakyat Indonesia yang mempertahankan kemerdekaannya. Oleh karena
itu, terjadi pertempuran di berbagai daerah di Indonesia. Konflik antara Indonesia-Belanda ini
akhirnya melibatkan peran dunia internasional untuk menyelesaikannya.
2. Kedatangan NICA ( Belanda ) Berupaya Untuk Menegakkan Kembali Kekuasaannya Di
Indonesia .
NICA berusaha mempersenjatai kembali KNIL (Koninklijk Nerderlands Indisch Leger, yaitu
Tentara Kerajaan Belanda yang ditempatkan di Indonesia). Orang-orang NICA dan KNIL di
Jakarta, Surabaya dan Bandung mengadakan provokasi sehingga memancing kerusuhan.
Sebagai pimpinan AFNEI, Christison menyadari bahwa untuk kelancaran tugasnya
diperlukan bantuan dari Pemerintah Republik Indonesia. Oleh karena itu diadakanlah
perundingan dengan pemerintah RI. Christison mengakui pemerintahan de facto Republik
Indonesia pada tanggal 1 Oktober 1945. la tidak akan mencampuri persoalan yang
menyangkut status kenegaraaan Indonesia. Dalam kenyataannya pasukan Sekutu sering

6
membuat hura-hara dan tidak menghormati kedaulatan bangsa Indonesia. Gerombolan NICA
sering melakukan teror terhadap pemimpin-pemimpin kita. Dengan demikian bangsa
Indonesia mengetahui bahwa kedatangan Belanda yang membonceng AFNEI adalah untuk
menegakkan kembali kekuasaannya di Indonesia. Oleh karena itu bangsa kita berjuang
dengan cara-cara diplomasi maupun kekuatan senjata untuk melawan Belanda yang akan
menjajah kembali. Konflik antara Indonesia dengan Belanda ini akhirnya melibatkan peran
dunia intemasional untuk menyelesaikannya.
Usaha Perjuangan dalam Mempertahankan Kemerdekaaan Kemerdekaan Indonesia
Kehadiran pasukan Sekutu yang membawa orang-orang NICA pada tanggal 29
September 1945 sangat mencemaskan rakyat dan pemerintah RI. Keadaan ini semakin
memanas ketika NICA mempersenjatai kembali bekas KNIL yang baru dilepaskan dari
tahanan Jepang. Para pejabat Republik Indonesia yang menerima kedatangan pasukan ini
karena menghormati tugas. Mereka menjadi sasaran teror dan percobaan pembunuhan. Oleh
karena itu sikap pasukan Sekutu yang tidak menghormati kedaulatan negara dan bangsa
Indonesia ini dihadapi dengan kekuatan senjata, oleh rakyat dan pemerintah. Di beberapa
daerah muncul perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan sebagai berikut.

B. Perjuangan Fisik Mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

a. Insiden Bendera di Surabaya


Insiden Bendera terjadi di Surabaya pada tanggal 19 September 1945 di Hotel
Yamato, Tunjungan, Surabaya. Beberapa orang Belanda bertindak gegabah, mereka
mengibarkan bendera Belanda Merah Putih Biru di tiang bendera Hotel Yamato. Tindakan
tersebut menimbulkan kemarahan rakyat yang kemudian menyerbu hotel itu dan menurunkan
bendera tersebut serta merobek bendera yang berwarna biru dan mengibarkan kembali
sebagai bendera Merah Putih.

b. Pertempuran 5 Hari di Semarang


Pertempuran 5 Hari di Semarang adalah serangkaian pertempuran rakyat Indonesia dalam
mempertahankan status kemerdekaan NKRI. Pertempuran ini terjadi antara warga Semarang
melawan tentara Jepang yang meletus pada 15 Oktober 1945 dan berakhir pada 20 Oktober
1945. Karena lamanya pertempuran selama lima hari maka pertempuran ini diberi nama
"Pertempuran Lima Hari di Semarang"

7
c. Pertempuran 10 November di Surabaya
Pada tanggal 28 Oktober 1945 terjadi insiden di Bank Internasional Jembatan Merah
Surabaya yang menewas kanBrigjend. Mallaby. Sekutu meminta agar pembunuh Mallaby
menyerahkan diri. Tanggal 9 November 1945 Sekutu mengeluarkan ultimatum yang
memerintahkan agar semua pimpinan dan orang indoneia yang bersenjata harus melapor dan
meletakkan senjatanya di tempat yang telah ditentukan. Meraka harus menyerahkan diri dan
mengangkat tangan.

Batas waktu ultimatum adalah pukul 06.00 tanggal 10 November 1945. rakyat
dipimpin gubernur Soeroyo menolak ultimatum tersebut, akibatnya Surabaya digempur dari
darat, laut dan udara. Bung Tomo membakar semangat pejuang dengan pidato-pidatonya
lewat stasiun radio di jalan Mawar Nomor 4 Surabaya. Pertempuran terakhir terjadi di
Gunung Sari tanggal 28 November 1945, untuk mengenang kepahlawanan rakyat Surabaya
maka tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan.

d. Pertempuran Ambarawa

Pertempuran Ambarawa terjadi tanggal 20 November sampai tanggal 15 Desember


1945, antara pasukan TKR dan pemuda Indonesia melawan pasukan Sekutu (Inggris).
Pertempuran Ambarawa dimulai dari Insiden yang terjadi di Magelang pada tanggal 26
Oktober 1945. Pada tanggal 20 November 1945 di Ambarawa pecah pertempuran antara
pasukan TKR di bawah pimpinan Mayor Sumarto melawan tentara Sekutu. Pertempuran
Ambarawa mengakibatkan gugurnya Letkol Isdiman, Komandan Resimen Banyumas. Posisi
Letkol Isdiman kemudian digantikan oleh Letkol Soedirman. Kota Ambarawa berhasil
dikepung selama 4 hari 4 malam oleh pasukan RI. Mengingat posisi yang telah terjepit, maka
pasukan Sekutu meninggalkan kota Ambarawa tanggal 15 Desember 1945 menuju Semarang.
Keberhasilan TKR mengusir Sekutu dari Ambarawa menjadi salah satu peristiwa penting
dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Republik indonesia.

8
e. Pertempuran Medan Area (10 Desember 1945)
Berita Proklamasi Kemerdekaan baru sampai di Medan pada tanggal 27 Agustus 1945. Hal
ini disebabkan sulitnya komunikasi dan adanya sensor dari tentara Jepang. Berita tersebut
dibawa oleh Mr. Teuku M. Hassan yang diangkat menjadi Gubernur Sumatra. Ia ditugaskan
oleh pemerintah untuk menegakkan kedaulatan Republik Indonesia di Sumatera dengan
membentuk Komite Nasional Indonesia di wilayah itu. Pada tanggal 9 Oktober 1945 pasukan
Sekutu mendarat di Sumatera Utara di bawah pimpinan Brigadir Jenderal T.E.D. Kelly.
Serdadu Belanda dan NICA ikut membonceng pasukan ini yang dipersiapkan mengambil alih
pemerintahan. Pasukan Sekutu membebaskan para tawanan atas persetujuan Gubernur Teuku
M. Hassan. Para bekas tawanan ini bersikap congkak sehingga menyebabkan terjadinya
insiden di beberapa tempat. Achmad Tahir, seorang bekas perwira tentara Sukarela
memelopori terbentuknya TKR Sumatra Tirnur. Pada tanggal l0 Oktober 1945. Di samping
TKR, di Sumatera Timur terbentuk Badan-badan perjuangan dan laskar-laskar partai. Pada
tanggal 18 Oktober 1945 Brigadir Jenderal T.E.D. Kelly memberikan ultimatum kepada
pemuda Medan agar menyerahkan senjatanya. Aksi-aksi teror mulai dilakukan oleh Sekutu
dan NICA. Pada tanggal 1 Desember 1945 Sekutu memasang papan-papan yang bertuliskan
Fixed Boundaries Medan Area di berbagai sudut pinggiran kota Medan. Bagaimana sikap
para pemuda kita? Mereka dengan gigih membalas setiap aksi yang dilakukan pihak Inggris
dan NICA. Pada tanggal 10 Desember 1945 pasukan Sekutu melancarkan serangan militer
secara besar-besaran dengan menggunakan pesawat-pesawat tempur. Pada bulan April 1946
pasukan Inggris berhasil mendesak pemerintah RI ke luar Medan. Gubernur, Markas Divisi
TKR, Walikota RI pindah ke Pematang Siantar. Walaupun belum berhasil menghalau
pasukan Sekutu, rakyat Medan terus berjuang dengan membentuk Laskar Rakyat Medan
Area.

9
f. Bandung Lautan Api (23 Maret 1946)
Pada bulan Oktober 1945, Tentara Republik Indonesia (TRI) dan pemuda serta rakyat sedang
berjuang melawan tentara Jepang untuk merebut senjata dari tangan Jepang. Pada saat itu,
pasukan AFNEI sudah memasuki kota Bandung. Pasukan AFNEI menuntut pasukan
Indonesia untuk menyerahkan senjata. Disamping itu, TRI harus mengosongkan kotra
Bandung bagian utara paling lambat tanggal 29 Oktober 1945.
Tuntutan dari AFNEI tersebut tidak diindahkan oleh TRI maupun rakyat Bandung. Dipimpin
oleh Arudji Kartawinata, TRI dan pemuda Bandung melakukan serangan terhadap
kedudukan AFNEI. Pertempuran itu berlanjut hingga memasuki tahun 1946. Pada tanggal 23
maret 1946, AFNEI kembali mengeluarkan ultimatum supaya TRI meninggalkan kota
Bandung. Ultimatum itu diperkuat dengan adanya perintah dari pemerintah pusat Jakarta
supaya TRI meninggalkan Bandung.
Pemerintah dari pusat tersebut memang bertentangan dengan instruksi dari markas TRI di
Yogyakarta. Sebelum meninggalkan Bandung, TRI mengadakan perlawanan dengan cara
membumihanguskan kota Bandung bagian selatan. Tindakan itu membawa akibat fatal bagi
pasukan AFNEI, karena mengalami kesulitan akomodasi dan logistik di kota Bandung.
Tindakan membumihanguskan kota dikenal dengan Bandung Lautan Api.

g. Pertempuran Margarana
Pertempuran Margarana dipicu pada tanggal 2 dan 3 Maret 1946, ketika itu lebih kurang 2.000 orang
tentara Belanda mendarat di Pulau Bali. Mereka diikuti oleh tokoh-tokoh Bali yang pro terhadap
Belanda. Ketika Belanda mendarat di Pulau Bali, pimpinan Laskar Bali Letnan Kolonel I Gusti
Ngurah Rai, sedang menghadap ke Markas Tertinggi TKR di Yogyakarta. Kedatangannya ke
Yogyakarta bertujuan membicarakan masalah pembinaan Resimen Sunda Kecil dan cara-cara untuk
menghadapi Belanda.

Ketika kembali dari Yogyakarta, I Gusti Ngurah Rai menemukan pasukannya dalam keadaan porak-
poranda akibat serangan yang dilakukan oleh pasukan Belanda. I Gusti Ngurah Rai berusaha untuk
mengumpulkan kembali pasukannya yang telah porak-poranda. Sementara itu, Belanda terus
membujuk Ngurah Rai agar mau bekerja sama dengan pihak Belanda. Namun ajakan itu ditolaknya,

10
penolakan itu terlihat dari isi surat balasannya kepada Belanda. Di antaranya Ngurah Rai menyatakan
bahwa: "Bali bukan tempat untuk perundingan dan perundingan merupakan hak dari pemimpin kami
di pusat".

h. Perlawanan terhadap Agresi Militer Belanda

Agresi Militer Belanda I adalah operasi militer Belanda yang terlaksana di Jawa dan
Sumatera terhadap RI yang dilaksanakan dari tanggal 21 Juli 1947 sampai 5 Agustus 1947.
Operasi ini merupakan bagian dari Aksi Polisionil yang diberlakukan Belanda dalam rangka
mempertahankan penafsiran Belanda terhadap Perundingan Linggarjati. Dari sudut pandang
RI, operasi ini dianggap sebuah pelanggaran dari hasil Perundingan Linggarjati.

Penyebab Agresi Militer Belanda I adalah perselisihan Indonesia dengan Belanda


akibat penafsiran yang berbeda terhadap ketentuan hasil Perundingan Linggarjati. Pihak
Belanda cenderung menempatkan RI sebagai negara persemakmuran dengan Belanda sebagai
negara induk. Sebaliknya, pihak Indonesia tetap mempertahankan kedaulatannya, lepas dari
cengkraman Belanda.

i.Perang Gerilya
Pasukan Tentara Belanda melakukan serangan penyerangan militer ke II melakukan serangan
dari udara laut dan darat keseluruh wilayah nusantara. Pada tanggal 19 Desember 1948.
Tujuanya ialah menguasai nusantara kembali dengan cara keseluruhan, dari pihak Indonesia
tak mungkin melakukan perlawanan perang melewati perang stelling alias frontale corlog,
disebabkan peralatan yang tak lebih dari sisi persenjataan yang tak lebih memadai untuk
mempersiapkan alat alat itu tak memungkinkan bagi Indonesia sebab Indonesia yang baru
membentuk Negara maka belum siap untuk mempersiapkan alat alat perang itu.

11
di Manado, Tomohon dan Minahasa. Sekitar 600 orang pasukan dan pejabat Belanda berhasil
ditahan. Pada tanggal 16 Pebruari 1946 mereka mengeluarkan surat selebaran yang
menyatakan bahwa kekuasaan di seluruh Manado telah berada di tangan bangsa Indonesia.
Untuk memperkuat kedudukan Republik Indonesia, para pemimpin dan pemuda menyusun
pasukan keamanan dengan nama Pasukan Pemuda Indonesia yang dipimpin oleh Mayor
Wuisan.
Bendera Merah Putih dikibarkan di seluruh pelosok Minahasa hampir selama satu bulan,
yaitu sejak tanggal 14 Pebruari 1946. Dr. Sam Ratulangi diangkat sebagai Gubernur Sulawesi
bertugas untuk memperjuangkan keamanan dan kedaulatan rakyat Sulawesi. Ia
memerintahkan pembentukan Badan Perjuangan Pusat Keselamatan Rakyat. Dr. Sam
Ratulangi membuat petisi yang ditandatangani oleh 540 pemuka masyarakat Sulawesi. Dalam
petisi itu dinyatakan bahwa seluruh rakyat Sulawesi tidak dapat dipisahkan dari Republik
Indonesia. Oleh karena petisi itu, pada tahun 1946, Dr. Sam Ratulangi ditangkap dan dibuang
ke Serui (Irian Barat dan sekarang Papua)

C. Perjuangan Diplomasi Indonesia


Selaian berjuang mempertahankan Indonesia melalui perjuangan fisik, Indonesia juga
berusaha tetap mempertahankan kemerdekaanya melalui perjuangan Diplomasi. Diplomasi
artinya perundingan/perjanjian yang dibuat untuk disepakati. Para pejuang diplomasi
Indonesia berunding dengan Belanda untuk membuat perjanjian yang akan dilaksanakan.
Berikut adalah berbagai perjuangan diplomasi kemerdekaan Indonesia:

1. Perundingan Linggajati
Dalam rangka kelanjutan dari perundingan-perundingan sebelumnya, pada
tanggal 10 November 1946 diselenggarakan perundingan yang bertempat di
Linggarjati (perbatasan Cirebon-Kuningan). Delegasi Indonesia dipimpin
oleh PM Sutan Syahrir, sedangkan delegasi Belanda dipimpin oleh H.J. Van
Mook. Meskipun perundingan berjalan sangat alot, pada tanggal 15
November 1946 dicapailah suatu persetujuan yang terdiri 17 pasal, isinya
antara lain :
a) Belanda mengakui secara de facto wilayah RI yang meliputi Jawa, Madura,
dan Sumatera Belanda harus sudah meninggalkan wilayah RI paling lambat
tanggal 1 Januari 1947.

12
b) Indonesia dan Belanda akan membentuk Negara Indonesia Serikat (RIS) yang salah satu
negara bagiannya adalah Republik Indonesia.
c) Pembentukan Uni Indonesia – Belanda (Commonwealth).
Bila dianalisa, hasil Persetujuan Linggarjati jelas sangat merugikan bagi bangsa
Indonesia, sebab : Poin pertama, jelas merupakan kemunduran bagi RI karena kemerdekaan
yang telah diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945 adalah untuk seluruh wilayah dan
rakyat Indonesia, akhirnya hanya meliputi sebagian saja (Jawa, Madura, dan Sumatera). Poin
kedua : apa yang dulu diidam-idamkan sebagai negara kesatuan, ternyata hanya merupakan
negara federasi. Poin ketiga : status Indonesia tidak merdeka penuh sebab masih terikat dari
Kerajaan Belanda.
Hasil perundingan tersebut akhirnya mempunyai dampak yang sangat kuat dengan
munculnya pro dan kontra. Meskipun pemerintah menganggap bahwa perundingan itu
merupakan alat diplomasi untuk melepaskan diri secara berangsur-angsur dari kekuasaan
Belanda. Mereka yang pro kemudian tergabung dalam golongan Sayap Kiri, sedangkan yang
kontra tergabung dalam golongan Banteng Republik. Golongan Banteng Republik tidak
percaya lagi terhadap kepemimpinan Kabinet Syahrir dan menganggap bertanggung jawab
terhadap hasil perundingan Linggarjati. Akhirnya Kabinet Syahrir jatuh dan menyerahkan
mandatnya kepada Presiden Soekarno tanggal 27 Juni 1947. Presiden Soekarno kemudian
membentuk kabinet baru yang dipimpin oleh Amir Syarifudin pada tanggal 3 Juli 1947.
Kekacauan politik di Indonesia tersebut dimanfaatkan oleh Belanda ketika jatuhnya
Kabinet Syahrir. Belanda membentuk Negara Pasundan dengan Soerja Kartalegawa sebagai
wali negara pada tanggal 4 Mei 1947. Kemudian Negara Kalimantan Barat dengan Kepala
Negaranya Sultan Hamid II, disusul kemudian dengan negara-negara lainnya di wilayah
Indonesia. Dengan demikian, pecahlah negara kesatuan RI.

2. Perundingan Renville
Perjanjian Renville adalah perjanjian antara Indonesia dengan Belanda yang
ditandatangani pada tanggal 17 Januari 1948 di atas geladak kapal perang Amerika Serikat
sebagai tempat netral USS Renville, yang berlabuh di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.
Perundingan dimulai pada tanggal 8 Desember 1947 dan ditengahi oleh Komisi Tiga Negara
(KTN), Committee of Good Offices for Indonesia, yang terdiri dari Amerika Serikat,
Australia, dan Belgia. Perjanjian ini diadakan untuk menyelesaikan perselisihan atas
Perjanjian Linggarjati tahun 1946. Perjanjian ini berisi batas antara wilayah Indonesia dengan
Belanda yang disebut Garis Van Mook.

13
3. Perundingan Roem – Royen

Perundingan Roem-Royen (juga disebut Perjanjian Roem-Van Roijen) adalah sebuah


perjanjian antara Indonesia dengan Belanda yang dimulai pada tanggal 14 April 1949 dan akhirnya
ditandatangani pada tanggal 7 Mei 1949 di Hotel Des Indes, Jakarta. Namanya diambil dari kedua
pemimpin delegasi, Mohammad Roem dan Herman van Roijen. Maksud pertemuan ini adalah untuk
menyelesaikan beberapa masalah mengenai kemerdekaan Indonesia sebelum Konferensi Meja Bundar
di Den Haag pada tahun yang sama. Perjanjian ini sangat alot sehingga memerlukan kehadiran Bung
Hatta dari pengasingan di Bangka, juga Sri Sultan Hamengkubuwono IX dari Yogyakarta untuk
mempertegas sikap Sri Sultan HB IX terhadap Pemerintahan Republik Indonesia di Yogyakarta, di
mana Sultan Hamengku Buwono IX mengatakan “Jogjakarta is de Republiek Indonesie” (Yogyakarta
adalah Republik Indonesia).

4. Konferensi Meja Bundar

Konferensi Meja Bundar adalah sebuah pertemuan yang dilaksanakan di Den Haag,
Belanda, dari 23 Agustus hingga 2 November 1949 antara perwakilan Republik Indonesia,
Belanda, dan BFO (Bijeenkomst voor Federaal Overleg), yang mewakili berbagai negara
yang diciptakan Belanda di kepulauan Indonesia.[1] Sebelum konferensi ini, berlangsung tiga
pertemuan tingkat tinggi antara Belanda dan Indonesia, yaitu Perjanjian Linggarjati (1947),
Perjanjian Renville (1948), dan Perjanjian Roem-Royen (1949). Konferensi ini berakhir
dengan kesediaan Belanda untuk menyerahkan kedaulatan kepada Republik Indonesia
Serikat.

14
KESIMPULAN

Setelah kemerdekaan, Belanda hadir kembali di Indonesia dan berupaya


menanjapkan lagi kekuasaannya. Oleh karena itu, timbulah konflik berkepanjangan antara
Indonesia dengan Belanda yang mempengaruhi keberadaan Bangsa Indonesia yang baru
berdiri. Beberapa factor yang menyebabkan terjadinya konflik antara Indonesia dan Belanda
diantaranya :
i. Sekutu dan NICA melakukan provokasi dan terror terhadap bangsa Indonesia.
ii. Timbulnya semangat antikolonialisme di kalangan rakyat Indonesia
iii. Belanda melancarkan agresi militer terhadap wilayah teritorial Republik Indonesia

Dalam kondisi seperti itu, beruntung dunia internasional ikut berperan


menyelesaikan pertikaian di antara keduanya. Di samping itu, sifat nasionalisme yang
dimiliki Bangsa Indonesia dalam setiap perjuangan baik secara fisik maupun diplomatic. Di
beberapa daerah dengan gagah berani masyarakat menghalau penjajah yang ingin
berkuasa di bumi Indonesia. Rakyat Indonesia dengan penuh semangat dan rasa
nasionalisme tinggi menantang segala bentuk penjajahan. Mereka mempertahankan
kemerdekaan yang telah dicapai dengan mengorbankan jiwa dan raga. Hal ini menjadi
tonggak kekuatan Indonesia hingga digelarnya Konferensi Meja Bundar. Dalam konferensi
ini Belanda akan mengakui kedaulatan Republik Indonesia Serikat (RIS) pada akhir Desember
1949.

Pada tanggal 27 Desember 1949, dilakukan upacara penandatanganan naskah


Pengakuan kedaulatan RIS di ruang tahta kerajaan Belanda. Upacara ini dihadiri oleh wakil-
wakil dari Belanda - Indonesia dan bersama-sama menandatangani penyerahan kekuasaan.
Peristiwa ini merupakan akhir dari perjuangan Republik Indonesia untuk meningkatkan
kemerdekaan dan menjadi kemerdekaan DE JURE Negara RIS.

15
DAFTAR PUSTAKA

https://yuwanitayusfina.blogspot.com/2014/10/makalah-perjuangan-mempertahankan.html
https://jagosejarah.blogspot.com/2014/10/pertempuran-margarana-20-november-1946.html
https://www.portalsejarah.id/sejarah-singkat-dan-lengkap-pertempuran/
https://9fpgsajadeh.wordpress.com/2016/02/25/perlawanan-terhadap-agresi-militer-belanda-i-
2/
https://www.gurusejarah.com/2015/03/perang-gerilya-indonesia.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Perjanjian_Renville
https://id.wikipedia.org/wiki/Perjanjian_Roem-Roijen

16

Anda mungkin juga menyukai