Anda di halaman 1dari 23

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sampah yang dihasilkan oleh kegiatan manusia dikumpulkan pada suatu

wilayah tertentu yang disebut tempat pembuangan akhir (TPA) sampah. Sampah

yang tertumpuk selama bertahun-tahun dengan volume yang besar akan

mengalami proses dekomposisi secara aerob maupun anaerob diakibatkan

aktifitas mikroorganisme. Karena proses pembentukannya ini, maka tanah di

lokasi TPA termasuk kedalam klasifikasi tanah organik (Tastan, dkk, 2011).

Proses dekomposisi akan menghasilkan air rembesan sampah (leachate) yang

mengandung unsur kimiawi yang dapat menurunkan kualitas tanah. Kondisi tanah

yang seperti ini kurang menguntungkan bagi tanah sebagai penopang konstruksi

bangunan diatasnya sehingga diperlukan usaha perbaikan tanah. Usaha untuk

memperbaiki daya dukung tanah telah banyak dilakukan dengan berbagai cara,

antara lain dengan cara mekanis, kimiawi, bahkan dengan menggunakan teknologi

khusus. Perbaikan tanah secara mekanis dilakukan dengan cara mengganti tanah

asli dengan tanah lain yang mempunyai sifat mekanis yang lebih baik, sedangkan

perbaikan tanah secara kimiawi dilakukan dengan cara menambahkan atau

mencampurkan bahan stabilisasi kedalam tanah asli.

Salah satu usaha perbaikan tanah yaitu dengan memanfaatkan kembali

limbah botol kaca. Limbah botol kaca yang dihancurkan menjadi serbuk kaca

dapat berfungsi sebagai bahan pengisi (filler) dan bahan pengikat (binder) pada

tanah karena serbuk kaca sendiri memiliki kandungan silika sebesar 72%. Dengan

kandungan silika yang cukup besar pada serbuk kaca tersebut diharapkan dapat

meningkatkan kekuatan tanah. Limbah botol kaca ini termasuk limbah anorganik
yang tidak bisa terurai oleh aktifitas mikroorganisme. Selain ini juga, limbah botol

kaca mudah didapatkan dan harganya murah. Limbah botol kaca nantinya akan

didaur ulang dengan cara dihancurkan sehingga menjadi serbuk kaca yang halus.

Stabilisasi tanah adalah pencampuran tanah dengan bahan tertentu, guna

memperbaiki sifat-sifat teknistanah atau dapat pula, stabilisasi tanah adalah usaha

untuk merubah ataumemperbaiki sifat-sifat teknis tanah agar memenuhi syarat

teknis tertentu. Tanah lempung merupakan tanah dalam katagori tidak stabil,

karena tanah lempung sangat peka terhadap pengaruh perubahan kadar air.

Ketika kondisi tanah sedang basah maka tanah tersebut bakal

mengembang sehingga menyebabkan kepadatan tanah berkurang dan sebaliknya

jika kondisi tanah sedang kering tanah tersebut akan sangat keras. Salah satu cara

meningkatkan kekuatan tanah adalah dengan cara menstabilisasi tanah tersebut

dengan campuran limbah botol kaca.

Permasalahannya adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan

limbah botol kaca terhadap kepadatan tanah, limbah botol kaca sebagai bahan

yang akan di gunakan untuk stabilisasi kepadatan tanah lempung dengan metode

pengujian standar proctor. Melihat permasalahan di atas, pada penelitian ini akan

dilakukan substitusi limbah botol kaca terhadap kepadatan tanah lempung desa

Cot Iju Kecamatan Jeumpa Kabupaten Bireuen.

1.2 Rumusan Masalah

Bedasarkan uraian pada latar belakang maka peneliti meremuskan

masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana cara memanfaatkan tanah asli daerah tersebut agar dapat


mendukung perkembangan pembangunan yang ada?

2. Bagaimanakah pengaruh pemadatan dengan Standart proctor sehingga

didapatkan pemadatan yang maksimal.

3. Bagaimanakah cara mengatasi masalah pada tanah yang memiliki daya

dukung yang lemah yang dimanfaatkan untuk tanah timbunan

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian pengaruh penambahan cangkang pala terhadap

kepadatan tanah lempung dengan metode proctor adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui cara memanfaatkan tanah asli daerah tersebut agar dapat

mendukung perkembangan pembangunan yang ada?

2. Mengetahui pengaruh pemadatan dengan Standart proctor sehingga

didapatkan pemadatan yang maksimal.

3. Mengetahui cara mengatasi masalah pada tanah yang memiliki daya dukung

yang lemah yang dimanfaatkan untuk tanah timbunan.

1.4 Batas Penelitian

Agar pembahasan tidak terlalu luas dan mengakibatkan study kasus yang

dilakukan tidak terpusat, maka diberikan batasan sebagai berikut :

1. Pengujian sifat-sifat fisis tanah yang meliputi berat spesifik, batas cair, batas

plastis, dan analisa butiran dan Standar Proctor.

2. Jumlah benda uji sebanyak 15 benda uji dengan varian persentase 0%, 5%,

10%, 15% dan 20% dengan masa pemeraman 7 hari.

3. Penelitian ini tidak mengkaji unsur – unsur yang terdapat di dalam tanah.
4. Lokasi tanah yang diambil untuk penelitian ini adalah di Desa Cot Buket

Kecamatan Jeumpa Kabupaten Bireuen.

5. Limbah botol yang digunakan adalah limbah botol yang ada di seputaran

kabupaten Bireuen.

6. Metode test yang dipergunakan adalah berdasarkan metode SNI dan

dilaksanakan dilaboratorium Mekanika tanah Universitas Almuslim.

1.5 Manfaat

1. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh nilai penambahan limbah botol

kaca terhadap kepadatan tanah dengan menggunakan metode proctor.

2. Pemanfaatan limbah botol kaca diharapkan dapat memberikan pemecahan

masalah terhadap limbah dari botol kava dengan tujuan untuk memperoleh

stabilitas tanah yang optimal dan memanfaatkan limbah botol kaca untuk

usaha terhadap ramah lingkungan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini dikemukakan berbagai teori yang dikutip dari beberapa

literatur yang berkaitan dengan klasifikasi tanah, stabilisasi tanah, karakteristik

tanah lempung, dan pengujian pemadatan.

2.1 Klasifikasi Tanah

Menurut Das (1995: 64) menjelaskan system klasifikasi tanah adalah

suatu sistem pengaturan beberapa jenis tanah yang berbeda-beda tapi mempunyai

sifat yang serupa ke dalam kelompok-kelompok dan subkelompok - subkelompok


berdasarkan pemakaiannya. Sistem klasifikasi memberikan suatu bahasa yang

mudah untuk menjelaskan secara singkat sifat-sifat umum tanah yang sangat

bervariasi tanpa penjelasan yang terinci.

2.1.1 Sistem klasifikasi AASHTO

Bowles (1993:132) menjelaskan bahwa pada klasifikasi tanah dengan

sisitem AASHTO ini tanah dibagi menjadi delapan kelompok, yaitu kelompok A-

1 sampai A-8. Sistem klasifikasi ini didasarkan pada hasil pengujian analisa

saringan dan batas-batas Atterberg. Kelompok A-1 sampai dengan kelompok A-3

tergolong tanah berbutir kasar (granular material) dengan persyaratan tidak lebih

dari 35% tanah lolos saringan nomor 200. Kelompok A-4 sampai A-7 tergolong

tanah berbutir halus yang terdiri dari lanau dan lempung (silt-clay material)

dengan persyaratan lebih dari 35% tanah lolos saringan nomor 200.

Tabel 2.1 Sistem Klasifikasi Tanah AASHTO.

Klasifikasi Bahan-bahan berbutir


umum (35% atau kurang melalui saringan No.200)
Klasifikasi A-1 A-2
A-3
kelompok A-1a A-1b A-2-4 A-2-5 A-2-6 A-2-7

Analisa
saringan Maks.
Persen lolos 50
Maks. Min.
No. 10 Maks.
50 50
No. 40 50 Maks. Maks. Maks.
Maks. Maks. Maks. 50
No. 200 Maks. 35 35 35
25 10
50
Karakteristik
fraksi yang
lolos saringan
No. 40 Maks. Min. Maks.
Batas cair 50 41 40 Min. 41
Indeks Maks. 6 NP Maks. Maks. Min. Min. 10
plastisitas 10 10 11
Indeks 0 0 0 Maks. 4
Kelompok
Jenis-jenis
Fragmen batu,
bahan Pasir Kerikil dan pasir berlanau atau
kerikil dan
Pendukung halus berlempung
pasir
utama
Tingkat
umum Sangat baik sampai baik
sebagai tanah

Klasifikasi Bahan-bahan lanau-lempung


umum (lebih dari 35% melalui saringan No.200)
A-4 A-5 A-6 A-7
Klasifikasi A-7-5*.A-
kelompok 7-6**
Analisis saringan
Persen lolos
No. 10
No. 40
No. 200 Min. 36 Min. 36 Min. 36 Min. 36
Karakteristik
fraksi yang
Lolos saringan
No. 40 Maks. 40 Min. 41 Maks. 40 Min. 41
Batas cair Maks. 10 Maks. 10 Min. 11 Min. 11
Indeks plastisitas
Indeks kelompok Maks. 8 Maks. 12 Maks. 16 Maks. 20
Jenis-jenis bahan
Pendukung Tanah berlanau Tanah berlempung
utama
Tingakat umum
Sedang sampai buruk
Sebagai tanah
* Untuk A-7 - 5. PI < LL – 30 NP = Non Plastis
** Untuk A-7 - 6. PI > LL 30
Sumber : Bowles (1993:133)

2.1.2 Sistem Klasifikasi USCS


Sistem USCS ini membagi tanah berbutir kasar menjadi dua yaitu kerikil

(G) apabila lebih dari setengah fraksi kasar tertahan pada saringan nomor 4, dan

pasir (S) apabila lebih dari setengah fraksi kasar berada di antara saringan nomor

4 dan 200. Tanah berbutir halus terdiri dari empat jenis yaitu lanau (M),lempung

(C),organis (O),dan gambut (Pt).


Table 2.2 Klasifikasi Tanah Uscs.

Prosedur
Symbol Nama Jenis Identifikasi Lab
Klasifikasi
( Lebih dari 50% lolos

Lanau tak organik Indeks Plastisitas <


dengan sedikit pasir 7 dan LL < 30
halus, bubukan batu, Ratio indeks
ML
atau pasir halus plastisitas PI dan
berlempung dengan batas cair LL <
Lanau sedikit plastis 2.25
bercampur
lempung
dengan Lanau berlempung tak Indeks Plastisitas <
batas cair ( organik dengan 7 dan LL < 30
LIQUID plastisitas rendah Ratio indeks
CL
LIMIT ) sampai sedang, lanau plastisitas PI dan
kurang bercampur lempung, batas cair LL <
dari pasir halus 2.25
pada ayakan No. 200 (Ø 0.075 mm )

50%
Lanau organik atau LL < 30
lanau berlempung Ratio Indeks
OL organik dengan plastisitas PI dan
plastisitas rendag - batas cair LL <
sedang 2.25

LL < 50
Lempung tak organik , Ratio Indeks
MH lempung bercampur plastisitas PI dan
lanau , pasir halus batas cair LL <
2.25
Indeks Plastisitas <
Lempung Lempung tak organik 7 dan LL < 50
bercampur Dengan plastisitas Ratio indeks
CH
lanau tinggi, , plempung plastisitas PI dan
Tanah Berbutir Halus

dengan gemuk batas cair LL <


batas cair 2.25
50%
LL < 30
Lempung organik
Ratio Indeks
dengan plastisitas
OH plastisitas PI dan
sedang hingga
batas cair LL <
Tinggis
2.25

PT Humus dan tanah


dengan kadar organik
tinggi
Sumber: Brockenbrough dkk, 2003.

2.2 Karakteristik Tanah Lempung

Das (1995:9) mengemukakan bahwa lempung terdiri dari partikel-

partikel mikroskopis dan submikroskopis yang berbentuk lempengan-lempengan

pipih dan merupakan partikel-partikel dari mika, mineral-mineral lempung dan

mineral-mineral yang sangat halus lainnya. Sifat fisis tanah lempung tergantung

pada unsur senyawa penyususnnya.

2.3 Sifat-Sifat Fisis Tanah Lempung

Das (1995:1) mengemukakan bahwa dalam pengertian teknik secara

umum, tanah didefenisikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran)

mineral-mineral padat yang tidak terikat secara kimia satu sama lain dan dari

bahan-bahan organik yang telah melapuk disertai dengan zat cair dan gas yang

mengisi ruang-ruang kosong antar partikel-partikel tersebut. Suatu konstruksi

diketahui sifat-sifat fisis dari tanah tersebut seperti,:kadar air, berat volume, berat

jenis, analisa hydrometer, analisa saringan dan Atterberg Limits.

2.3.1 Kadar Air

Kadar air didefinisikan sebagai perbandingan antar berat air (Ww) dengan

berat butiran (Ws) dalam tanah tersebut dan dinyatakan dalam persen. Cara

penetapan kadar air dapat dilakukan dengan sejumlah tanah basah yang

dikeringkan dalam oven dengan suhu 100C - 110C untuk waktu tertentu. Air
yang hilang karena pengeringan merupakan sejumlah air yang terkandung dalam

tanah tersebut.

Perhitungan kadar air dilakukan dengan memasukkan data-data dari berat

sampel tanah basah dan berat sampel tanah kering.

W2  W3
W= x100%..................................................................................(2.1)
W3  W1

dimana :

W : kadar air yang dinyatakan dalam persen

W1 : berat cawan

W2 : berat cawan + berat tanah basah

W3 : berat cawan + berat tanah kering

2.3.2 Berat Volume

Berat volume meliputi:

1. Berat volume basah ( b ), adalah perbandingan antara berat butiran

termasuk air dan udara (W) dengan volume total (V).

W
b  ................................................................................................(2.2)
V

2. Berat volume kering (  d ), adalah perbandingan antara berat volume

butiran (𝑊𝑠) dengan volume total tanah (V) tanah.

Ws
d  ..................................................................................................(2.3)
V
2.3.3 Berat Jenis

Berat jenis tanah digunakan pada hubungan fungsional antara fase udara, air,

dan butiran dalam tanah dan oleh karenanya diperlukan untuk perhitungan-

perhitngan parameter indeks tanah. Metode ini tidak dapat digunakan untuk fraksi

kasar dan jenis-jenis material yang larut dalam air atau jenis tanah dengan berat

jenis <1.0. (Sesuai dengan SNI 03-1964-1990). Berat jenis tanah (GS), juga

didefinisikan sebagai perbandingan berat volume butiran padat ( s ) dengan berat

volume air ( w ) pada suhu tertentu. Gs tidak berdimensi sehingga berat jenis dari

berbagai jenis tanah berkisar antara 2.65 sampai 2.75.Nilai berat jenis sebesar 2,67

biasanya digunakan untuk tanah tidak berkohesi.

2.3.4 Analisa saringan

s
Gs  .........................................................................................................(2.4)
w
Analisa saringan adalah mengayak dan menggetarkan contoh tanah melalui

satu set ayakan dimana lubang-lubang ayakan tersebut makin kecil secara

berurutan. Berat tanah yang tinggal pada masing-masing saringan ditimbang dan

persentase terhadap berat komulatif pada tiap saringan dihitung. Analisa saringan

digunakan untuk ukuran partikel-partikel berdiameter lebih besar dari 0,075 mm.

Untuk standard ayakan di Amerika Serikat, nomor ayakan dan ukuran lubang

dapat dilihat pada tabel 2.3.


Tabel 2.3. Ukuran Ayakan Standard di Amerika Serikat (ASTM)

Ayakan No Lubang (mm)


4 4,750
6 3,350
8 2,360
10 2,000
16 1,180
20 0,850
30 0,600
40 0,425
50 0,300
60 0,250
80 0,180
100 0,150
140 0,106
170 0,088
200 0,075
270 0,053
Sumber: Braja M.Das (1985)

2.3.5 Analisa Hidrometer

Analisa hidrometer didasarkan pada prinsip sedimentasi (pengendapan)

butir-butir tanah dalam air. Bila suatu contoh tanah dilarutkan dalam air, partikel-

partikel tanah akan mengendap dengan kecepatan yang berbeda-beda tergantung

pada bentuk, ukuran, dan beratnya. Di dalam laboratorium, pengujian hydrometer

dilakukan dengan menggunakan gelas ukuran dengan kapasitas 1000 ml yang diisi

dengan larutan air, bahan aditif dan tanah yang akan diuji. Analisa hidrometer

digunakan untuk ukuran partikel-partikel berdiameter lebih kecil dari 0,075.


2.3.6 Atterberg limits

Atterberg Limits adalah batas–batas plastisitas tanah yang terdiri dari batas

atas kondisi plastis disebut “ plastic limit “ dan batasbawah kondisi plastis disebut

“ liquid limit “, kedua batas inilah yang disebut batas – batas Atterberg. Kedua

batasan ini sangat menentukan sifat – sifat tanah karena pada tanah lempung

sifat - sifat fisisnya lebih banyak ditentukan oleh harga plastisitasnya. Pada

dasarnya tanah mempunyai 3 batasan yaitu kondisi cair, kondisi plastis dan

kondisi semi padat, batas antara kondisi cair ke plastis disebut batas cair dan batas

antara kondisi plastis ke non plastis disebut batas plastis sedangkan batas antara

plastis ke semi padat disebut batas penyusutan (shrinkage limits).

2.3.7 Batas Plastis

Batas Plastis adalah kadar air minimum dimana suatu tanah masih dalam

keadaan plastis dinyatakan dalam persen. Cara pengujian batas plastis ini sangat

sederhana, yaitu dengan cara menggulung tanah diatas pelat kaca sampai

berdiameter 1/8 inci (3,2 mm) menjadi retak. Artinya tanah mengalami retak

ketika diameter gulungan sekitar 3 mm. Hasil dari percobaan ini digabung dengan

hasil pemeriksaan batas cair untuk menghitung Indeks Plastisitasnya (PI). PI

merupakan selisih antara batas cair dan batas plastis suatu tanah.

Gambar 2.2 Grafik aktivitas tanah lempung


Sumber : Hardiyatmo (2006)
2.3.8 Batas Cair ( Liquid Limit)

Batas cair (LL) adalah kadar air tanah pada batas antara keadaan cair dan

keadaan plastis. Contoh tanah dikeringkan di bawah terik matahari, kemudian

diremah dengan martil karet agar tidak merusak partikel tanahnya sendiri. Tanah

yang dipakai pada percobaan ini adalah yang lolos saringan no.40. Tanah tersebut

kemudian diaduk dengan air hingga membentuk adonan atau pasta. Lalu

diletakkan di dalam alat ujinya.

2.3.9 Indeks Plastisitas (PI)

Tanah plastisitas indeks yang disingkat dengan PI merupakan perbedaan

antara batas cair dengan batas plastis tanah atau biasa dijelaskan dengan

persamaan sebagai berikut:

(PI = LL – PL).................................................................................................(2.5)

Dimana:

LL = Batas Cair

PL = Batas Plastis

2.4 Pengujian Kepadatan Tanah (Proctor Standar)

Pemadatan adalah suatu proses memadatnya partikel tanah sehingga

terjadi penguranganvolume udara dan volume air dengan memakai cara mekanis.

Di lapangan, usaha pemadatan dihubungkan dengan jumlah gilasan dari mesin

gilas, atau hal lain yangprinsipnya sama untuk suatu volume tanah tertentu. Di

laboratorium, pemadatan didapatdari tumbukan. Selama pemadatan palu

dijatuhkan dari ketinggian tertentu beberapa kalipada beberapa lapisan tanah


dalam suatu cetakan. Beberapa keuntungan yang didapatkan dengan adanya

pemadatan ini adalah :

a. Memperkecil pengaruh air terhadap tanah.

b. Bertambahnya kekuatan tanah.

c. Mengurangi perubahan volume sebagai akibat perubahan kadar air

(Hardiyatmo, H.C.,1992, hal 53)

d. Memperkecilkan pemampatan dan daya rembes air.

2.5 Stabilisasi Tanah

Menurut Bowles (1986), stabilitas dapat terdiri dari salah satu tindakan

sebagai berikut:

1. menambah kerapatan tanah.

2. menambah material yang tidak aktif sehingga mempertinggi kohesi atau

tahanan geser.

3. menambah material untuk menyebabkan perubahan-perubahan kimiawi

dan fisik darimaterial tanah.

4. menurunkan muka air tanah (dewatering), dan

5. mengganti tanah-tanah yang buruk.

2.6 Penelitian Sebelumnya

1. Handayasari, 2016 melakukan penelitian tentang “Stabilisasi Tanah Pada

Lahan Bekas Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah dengan

pemanfaatan serbuk limbah botol kaca sebagai bahan campuran”. Dari

hasil penelitian didapatkan bahwa nilai persentase optimum penambahan


serbuk kacan adalah pada tanah dengan campuran 5% serbuk kaca dan

dengan lama pemeraman 7 hari. Penelitian ini hanya meninjau terhadap

sifat fisis dari tanah tersebut.

2. Musfirah (2018) telah melakukan penelitian tentang “Pengaruh

Penambahan Serbuk Cangkang Telur Terhadap Nilai CBR Tanah

Lempung Desa Cot Bagie Kecamatan Blang Bintang” dengan persentase

penambahan serbuk cangkang telur yaitu 0%, 3%, 6% dan 9% terhadap

berat kering tanah. hasil pengujian pemadatan tanpa campuran didapat

nilai omc (optimum moisture content) 19,800% dengan berat isi kering

1,367 gr/cm . hasil pengujian CBR memperlihat bahwa nilai maksimum

cbr yang terbaik yaitu pada persentase campuran 6% sebesar 9,90%.

dengan demikian penggunaan serbuk cangkang telur dalam penelitian ini

secara umum dapat digunakan untuk menaikkan nilai cbr dan

meningkatkan daya dukung tanah menjadi lebih baik sehingga bermanfaat

untuk konstruksi di lapangan.

III. METODE PENELITIAN

Dalam bagian ini dikemukakan uraian yang berkaitan dengan prosedur

pelaksanaan penelitian mulai dari pengumpulan data, material dan peralatan yang

digunakan, prosedur penelitian sampai dengan analisis data. Penelitian ini

dilakukan dengan metode ASTM (American Society for Testing and Material)

seperti dikutip oleh Liu (2003:1).


3.1 Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data

sekunder. Data primer adalah data yang diperlukan sebagai pendukung utama

dalam analisis hasil penelitian. Data ini diperoleh dari hasil pemeriksaan atau

pengujian langsung di laboratorium. Adapun data yang termasuk kedalam data

primer yaitu data sifat-sifat fisis seperti berat spesifik, batas plastis, batas cair,

analisa butiran, dan sifat mekanis yang berupa kepadatan optimum.

Data sekunder merupakan data pendukung data primer yang diperlukan

dalam penelitian yaitu berupa angka koreksi benda uji, angka kalibrasi alat

pengujian, serta peta lokasi pengambilan tanah dan lain sebagainya. Data

sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait, studi literatur dan konsultasi.

3.2 Material dan Peralatan

Material yang digunakan pada penelitian ini adalah tanah, air dan limbah

botol kaca. Tanah yang akan digunakan adalah tanah Desa Cot Iju Kecamatan

Jeumpa Kabupaten Bireuen, sedangkan limbah botol kaca yang digunakan berasal

dari limbah warga Kabupaten Bireuen. Air yang digunakan tersedia di

laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik Almuslim. Pengujian ini terdiri

dari tiga pengujian utama yaitu pengujian sifat-sifat fisis tanah ,peralatan yang

digunakan terdiri dari flask, sungkup vacuum, timbangan, satu set saringan,

mangkuk casangrande, hydrometer, mixer, dan oven.

Pengujian pemadatan memakai alat yang terdiri dari mold

proctor(cetakan) yang berbentuk silinder terbuat dari besi dengan diameter 10,15

cm dan tinggi 11,65 cm; hammer(alat penumbuk) diameter bidang tumbuk 5,08
cm, berat 2,5 kg dan tinggi jatuh bebas 30,5 cm dan volume 902,75 cm3; gelas

ukur; pisau perata tanah; dan extruderyang digunakan terdiri dari dongkrak dan

kerangka besi.

3.3 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian mencakup pengambilan sampel tanah, pengukuran

sifat-sifat fisis, pengujian pemadatan, pembuatan benda uji tanah lempung yang

distabilisasi dengan limbah botol kaca, yaitu dengan cara mencampur tanah

lempung dengan cangkang pala pada berbagai variasi kadar dengan presentase

campuran 0%, 5%, 10%, 15% dan 20% dengan tujuan agar dapat mengetahui

presentase optimum.

3.3.1 Pengambilan Sampel Tanah

Sampel tanah yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Desa Cot

Iju Kecamatan Jeumpa Kabupaten Bireuen. Tanah diambil dari lokasi

pengambilan secara terganggu (disturbed), dan diambil dengan menggunakan

sekop dan cangkul. Tanah dimasukkan ke dalam karung/goni, kemudian dibawa

ke Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik Almuslim dan kemudian

dihamparkan di atas tempat penjemuran, dibiarkan beberapa hari sampai tanah

kering udara. Selanjutnya tanah tersebut ditumbuk dengan menggunakan palu

supaya untuk memudahkan pemecahan pada gumpalan tanah dan mudah untuk di

saring.
3.3.2 Pengujian Sifat Fisis Tanah

Pengujian dan pengukuran sifat-sifat fisis tanah dalam penelitian ini

dilakukan berdasarkan metode ASTM (American society for testing and material),

AASHTO (American Association Of State Highway And Transportation

Officials), dan USCS ( Unified Soil Classification System), Yaitu meliputi

pengukuran kerapatan massa berdasarkan ASTM D 854-58, batas cair

berdasarkan ASTM D 4318, batas plastis berdasarkan ASTM D 4318, batas susut

berdasarkan ASTM D 427 dan analisa butiran berdasarkan ASTM D 422-72.

3.3.3 Pengujian Pemadatan

Pengujian pemadatan dilakukan berdasarkan standar ASTM D-698.

Peralatan yang digunakan dalam pekerjaan pemadatan ini adalah standar proctor

yang terdiri dari cetakan (mold), penumbuk (hammer) dan alat untuk

mengeluarkan benda uji (extruder).

Contoh tanah dipersiapkan dalam kantong plastik dengan berat masing-

masing tanah dalam kantong tersebut 4500 gram dan diberikan air dengan kadar

rencana yang berbeda. Tanah dan air diaduk hingga merata, kemudian

dimasukkan kedalam kantong plastik supaya kadar airnya terjaga, kemudian tanah

tersebut disimpan selama 24 jam agar air dapat meresap secara merata kedalam

tanah. Dan kemudian akan dilakukan pemadatan untuk memperoleh kadar air

optimum (Wopt) dan berat volume kering maksimum (γd max).

Pemadatan dilakukan dengan menjatuhkan hammer ke dalam mold yang

telah diisi tanah kira-kira 2/3 bagian Mold dan ditumbuk dengan menjatuhkan

Hammer sebanyak 25 kali setiap lapisan, di mana setiap Mold dipadatkan dalam
tiga lapisan. Penumbukan dilakukan dengan menjatuhkan Hammer, dimulai dari

tepi sampel dan di akhiri pada bagian tengahnya supaya di dapat kepadatan yang

merata disetiap bagian sampel tanah. Kemudian benda uji dan Mold ditimbang,

Lalu benda uji tersebut dikeluarkan dengan menggunakan Extruder dari dalam

Mold. Pengukuran kadar dilakukan sesudah pemadatan masing-masing dengan

tiga buah kontainer untuk bagian atas, tengah, dan bawah benda uji.

3.3.4 Pembuatan Benda Uji

Pembuatan benda uji dengan metode proctor jumlah benda uji yang

digunakan dalam penelitian ini adalah 12 buah. Penambahan limbah botol kaca

dibedakan atas beberapa variasi, yaitu dengan cara mencampur tanah lempung

dengan limbah botol kaca pada berbagai variasi yaitu dengan presentase campuran

sebesar 0%, 5%, 10%, 15% dan 20% dengan tujuan agar dapat mengetahui

persentase kadar optimum. Rancangan benda uji yang akan diteliti diperlihatkan

pada Tabel 3.4 dibawah ini.

Tabel 3.4 Rancangan Benda Uji Dengan Metode Proctor

Persentase (%)
Perlakuan benda uji Jumlah benda uji
Tanah BK
100 0% 3

95 5% 3

90 10% 3
Proctor
85 15% 3

80 20% 3

total 15
Sampel tanah yang telah kering udara ditumbuk dengan palu, kemudian

disaring dengan menggunakan saringan nomor 4 (4,76 mm). Tanah selanjutnya

dicampur dengan limbah botol kaca dengan variasi kadar persentase campuran

0%, 5%, 10%, 15% dan 20% dengan menggunakan metode Proctor.

3.4 Analisis Data

Pengujian yang dihasilkan di laboratorium meliputi sifat-sifat fisis tanah,

pengujian pemadatan, setelah dicatat dan dievaluasi, selanjutnya dilaporkan dalam

bentuk tabel dan grafik. Penggunaaan tabel dan grafik dimaksudkan untuk

memudahkan dalam menganalisa suatu variabel serta keterkaitan variabel yang

satu dengan variabel yang lain. Hal ini dilakukan dengan bantuan komputer yang

menggunakan program Microsoft excell.

3.5 Uji One Way – Anova

Untuk uji anova guna mengetahui adanya pengaruh yang signifikan

akibat perubahan persentase limbah botol kaca dan tanpa substitusi terhadap

standar proctor, dilakukan dengan mengikuti langkah – langkah pada bab II,

untuk memudahkan perhitungan, maka proses perhitungannya menggunakan

program Microsoft exel.


IV. RENCANA HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini dikemukakan cara pengolahan data didasarkan pada hasil

penelitian dengan metode yang digunakan pada bab sebelumnya, pengolahan data

dan pembahasan yang dikemukakan adalah hasil pengujian sifat fisis yang

meliputi: pengujian kadar air, berat volume, berat jenis, analisa saringan, analisa

hydrometer dan atterberg limits.

V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, serta hasil dari

pembahasan maka nantinya dapat diambil beberapa kesimpulan terhadap

kelayakan tanah tersebut.

VI. DAFTAR PUSTAKA

AASHTO, (1990), Standard Specification For Transportation Materials And

Methods Of Sampling And Testing, Part II Test, AASHTO

Publication, Washington.

ASTM (1992), ASTM StandardsOn Soil Stabilization With Admixture, American

Society Testing and Materials, Second Edition.

Bowles Joseph E, 1986. Mekanika Tanah (Sifat-sifat Fisis Dan Geoteknis Tanah)

Erlangga, Jakarta.

Craig, F, R. Mekanika Tanah (1994)

Das Braja M, 1985. Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis), Jilid

I, Erlangga, Jakarta.
Das Baraja M, 1988. Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis), Jilid

II, Erlangga Jakarta.

Direktor Jendral Bina Marga (1992), Spesifikasi Standard Untuk Pekerjaan Jalan.

Hadiayatmo, H. C. 2002. Mekanika Tanah I, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka

Umum.

Hadiayatmo, H. C. 1992. Mekanika Tanah I, PT. Gramedia Pustaka Utama

Jakarta.

Hadiayatmo, H. C. 2013. Stabilasi Tanah Untuk Perkerasan Jalan. Gadjah Mada

University Press. Yogyakarta.

Hatmoko. J.T. & Lulie, Y. 2007.”UCS Tanah Lempung Ekspansif Yang

Distabilisasi Dengan Abu Ampas dan Kapur “Program Studi

TeknikSipil.

Handayasari, 2016 “Stabilisasi Tanah Pada Lahan Bekas Tempat Pembuangan

Akhir (TPA) sampah dengan pemanfaatan serbuk limbah botol kaca

sebagai bahan campuran”. Sekolah Tinggi Teknik –PLN.

Jaya Trisna Agus (2002) Pengaruh Penambahan Abu Ampas Tebu Untuk

Stabilisasi Tanah Lempung Padang, Program Megister Teknik Sipil,m

UNAD, Indonesia.

Sukirman,S, 1999, (Perkerasan Lentusr Jalan Taya), Penerbit Nova, Bandung

Tastan E. O, Edil, T, B, Benson, C. H., dan Aydileks, 2011. Stabilization Of

Organic Soils With Fly Ash, Journal Geotechnical and Enviromental

Engnering ASCE.
Tim Penyusun Pedoman Penulisan Tugas Akhir Teknik Sipil Almuslim, 2011.

Pedoman Penulisan Tugas Akhir Teknik Sipil Almuslim

Matangglumpangdua. Kabupaten Bireuen.

Usman, Taufik. 2008. Pengaruh Stabilisasi Tanah Berbutir Halus Yang

Distabilisasi Menggunakan Abu Merapi Pada Batas Konsistensi dan

CBR Rendaman. Skripsi Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.

VII RENCANA JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

JADWAL (BULAN) 2019


NO KEGIATAN
FEB MAR APR JUN JUL AGU

Studi Pendahuluan
1
(Literatur).

2 Penyusunan Proposal

3 Seminar Proposal

4 Pengumpulan Data.

5 Pengolahan Data.

6 Penyusunan Proposal

7 Sidang Tugas Akhir

Mmatangglumpangdua, 3 April 2019

Penulis,

Ridwan Hardi
NIM. 1103010044

Anda mungkin juga menyukai