Anda di halaman 1dari 17

Paper

SISTEM PERKEMIHAN

Oleh

Ismail Djauhari
NIM.C01416039
Kelas Keperawatan A 2016

PROGRAM STUDI IMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO

i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah, rahmat, dan
karunia-Nya lah paper ini dapat diselesaikan. Paper yang berjudul “ Sistem
Endokrin “.
Dalam penyusunan paper ini penulis banyak mengalami berbagai hambatan
baik langsung maupun tidak langsung akan tetapi, berkat bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak paper ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu dalam
kesempatan yang berbahagia ini penulis ingin mengucapkan terimakasih.
Kami berharap semoga paper ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Namun
kami menyadari banyak kekurangan pengetahuan dan kemampuan yang kami
miliki, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Akhir kata kami ucapkan terimakasih.

Gorontalo, 03 Juli 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………....i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 1

C. Tujuan .............................................................................................................. 1

BAB II .................................................................................................................... 2

PEMBAHASAN .................................................................................................... 2

A. Pengertian Sistem Perkemihan ........................................................................ 2

B. Anatomi Sistem Perkemihan ............................................................................ 2

C. Fisiologi Sistem Perkemihan ........................................................................... 6

D. Proses Miksi (Rangsangan Berkemih). ............................................................ 9

BAB III ................................................................................................................. 13

PENUTUP ............................................................................................................ 13

A. Kesimpulan .................................................................................................... 13

B. Saran ............................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia, seperti makhluk hidup lainnya, berusaha untuk mempertahankan
homeostasis, yang berarti keseimbangan. Otak dan organ tubuh lainnya
bekerjasama untuk mengatur suhu tubuh, keasaman darah, ketersediaan oksigen
dan variabel lainnya. Ginjal berperan penting mempertahankan homeostasis
dengan mengatur konsentrasi banyak konstituen plasma, terutama elektrolit dan
air dengan mengeliminasi semua zat sisa metabolisme.
Sistem perkemihan merupakan bagian dari anatomi dan fisiologi tubuh
manusia, yang sangat berperan penting dalam kelangsungan hidup manusia.
Sistem perkemihan berfungsi untuk mengolah zat-zat yang tidak diperlukan dalam
tubuh dan memiliki beberapa proses. Sehingga dengan keluarnya zat yang tidak
baik bagi tubuh maka tubuh akan terhindar dari beberapa penyakit yang
menyangkut sistem perkemihan.

B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan sistem perkemihan ?
b. Apa sajakah anatomi sistem perkemihan ?
c. Bagaimana proses fisiologi sistem perkemihan ?

C. Tujuan
a. Untuk memahami pengertian dari Sistem Perkemihan
b. Untuk mengetahui anatomi sistem perkemihan
c. Untuk memahami proses fisiologi sistem perkemihan

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Perkemihan


Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak
dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh
tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dalam air dan
dikeluarkan berupa urin (air kemih).
Sistem perkemihan atau biasa juga disebut Urinary System adalah suatu sistem
kerjasama tubuh yang memiliki tujuan utama mempertahankan keseimbangan
internal atau Homeostatis. Fungsi lainnya adalah untuk membuang produk-produk
yang tidak dibutuhkan oleh tubuh dan banyak fungsi lainnya yang akan dijelaskan
kemudian.
Susunan sistem perkemihan terdiri dari: a) dua ginjal (ren) yang menghasilkan
urin, b) dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung
kemih), c) satu vesika urinaria (VU), tempat urin dikumpulkan, dan d) satu
urethra, urin dikeluarkan dari vesika urinaria.

B. Anatomi Sistem Perkemihan


1. Ginjal (Ren)
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum
pada kedua sisi vertebra thorakalis ke 12 sampai vertebra lumbalis ke-3.
Bentuk ginjal seperti biji kacang. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal
kiri, karena adanya lobus hepatis dexter yang besar.
a) Fungsi ginjal :
1) Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau
racun,
2) Mempertahankan suasana keseimbangan cairan, osmotic, dan ion,
3) Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan
tubuh,

2
4) Fungsi hormonal dan metabolisme,
5) Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum,
kreatinin dan amoniak.

b) Struktur ginjal.
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa,
terdapat cortex renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, dan
medulla renalis di bagian dalam yang berwarna cokelat lebih terang
dibandingkan cortex. Bagian medulla berbentuk kerucut yang disebut
pyramides renalis, puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari
lubang-lubang kecil disebut papilla renalis.
Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu
masuknya pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus.. Pelvis
renalis berbentuk corong yang menerima urin yang diproduksi ginjal.
Terbagi menjadi dua atau tiga calices renalis majores yang masing-masing
akan bercabang menjadi dua atau tiga calices renalis minores.
Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit
fungsional ginjal. Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap ginjal. Nefron
terdiri dari :
1) Glomerolus
Suatu jaringan kapiler berbentuk bola yang berasal dari arteriol afferent
yang kemudian bersatu menuju arteriol efferent, Berfungsi sebagai tempat
filtrasi sebagian air dan zat yang terlarut dari darah yang melewatinya.
2) Kapsula Bowman
Bagian dari tubulus yang melingkupi glomerolus untuk mengumpulkan
cairan yang difiltrasi oleh kapiler glomerolus.
3) Tubulus, terbagi menjadi 3 yaitu:
a) Tubulus proksimal
Tubulus proksimal berfungsi mengadakan reabsorbsi bahan-bahan
dari cairan tubuli dan mensekresikan bahan-bahan ke dalam cairan tubuli.
b) Ansa Henle

3
Ansa henle membentuk lengkungan tajam berbentuk U. Terdiri dari
pars descendens yaitu bagian yang menurun terbenam dari korteks ke
medula, dan pars ascendens yaitu bagian yang naik kembali ke korteks.
Bagian bawah dari lengkung henle mempunyai dinding yang sangat tipis
sehingga disebut segmen tipis, sedangkan bagian atas yang lebih tebal
disebut segmen tebal.
Lengkung henle berfungsi reabsorbsi bahan-bahan dari cairan tubulus
dan sekresi bahan-bahan ke dalam cairan tubulus. Selain itu, berperan
penting dalam mekanisme konsentrasi dan dilusi urin.
c) Tubulus distal
Berfungsi dalam reabsorbsi dan sekresi zat-zat tertentu.
d) Duktus pengumpul (duktus kolektifus)
Satu duktus pengumpul mungkin menerima cairan dari delapan nefron
yang berlainan. Setiap duktus pengumpul terbenam ke dalam medula
untuk mengosongkan cairan isinya (urin) ke dalam pelvis ginjal.
c) Persarafan ginjal.
Ginjal mendapatkan persarafan dari fleksus renalis(vasomotor). Saraf
ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal,
saraf ini berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke
ginjal.

2. Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke vesika
urinaria. Panjangnya ± 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian
terletak pada rongga abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari :
a) Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b) Lapisan tengah lapisan otot polos.
c) Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
d) Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltic yang
mendorong urin masuk ke dalam kandung kemih.

4
3. Vesika Urinaria (Kandung Kemih).
Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk
seperti buah pir (kendi). letaknya d belakang simfisis pubis di dalam rongga
panggul. Vesika urinaria dapat mengembang dan mengempis seperti balon
karet. Dinding kandung kemih terdiri dari:
a) Lapisan sebelah luar (peritoneum).
b) Tunika muskularis (lapisan berotot).
c) Tunika submukosa.
d) Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).

4. Uretra.
Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang
berfungsi menyalurkan air kemih ke luar.
Pada laki-laki panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm, terdiri dari:
a) Urethra pars Prostatica
b) Urethra pars membranosa ( terdapat spinchter urethra externa)
c) Urethra pars spongiosa.
Pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm (Taylor), 3-5 cm (Lewis).
Sphincter urethra terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan
urethra disini hanya sebagai saluran ekskresi.
Dinding urethra terdiri dari 3 lapisan:
a) Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari Vesika urinaria
mengandung jaringan elastis dan otot polos. Sphincter urethra menjaga
agar urethra tetap tertutup.
b) Lapisan submukosa, lapisan longgar mengandung pembuluh darah dan
saraf.
c) Lapisan mukosa.

5. Air kemih (urine).


Sifat fisis air kemih, terdiri dari:

5
a) Jumlah ekskresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari
pemasukan(intake) cairan dan faktor lainnya.
b) Warna, bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
c) Warna, kuning tergantung dari kepekatan, diet obat-obatan dan
sebagainya.
d) Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau amoniak.
e) Berat jenis 1,015-1,020.
f) Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung dari pada
diet (sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein member reaksi
asam).
g) Komposisi air kemih, terdiri dari:
h) Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air.
i) Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea amoniak
,Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fospat dan sulfat.
j) Pagmen (bilirubin dan urobilin).
k) Toksin
.
C. Fisiologi Sistem Perkemihan
Pada saat vesica urinaria tidak dapat lagi menampung urine tanpa
meningkatkan tekanannya (biasanya pada saat volume urine kira-kira 300
ml)makam reseptor pada dinding vesika urinaria akan memulai kontraksi
musculus detrussor. Pada bayi, berkemih terjadi secara involunter dan dengan
segera. Pada orang dewasa, keinginan berkemih dapat ditunda sampai ia
menemukan waktu dan tempat yang cocok. Walaupun demikian, bila rangsangan
sensoris ditunda terlalu lama, maka akan memberikan rasa sakit.
Dengan demikian mulainya kontraksi musculus detrussor, maka terjadi
relaksasi musculus pubococcygeus dan terjadi pengurangan topangan kekuatan
urethra yang menghasilkan beberapa kejadian dengan urutan sebagai berikut :
1. Membukanya meatus intemus
2. Erubahan sudut ureterovesical
3. Bagian atas urethra akan terisi urine

6
4. Urine bertindak sebagai iritan pada dinding urine
5. Musculus detrussor berkontraksi lebih kuat
6. Urine didorong ke urethra pada saat tekanan intra abdominal
7. meningkat
8. Pembukaan sphincter extemus
9. Urine dikeluarkan sampai vesica urinaria kosong
Penghentian aliran urine dimungkinkan karena musculus pubococcygeus yang
bekerja di bawah pengendalian secara volunteer :
1. Musculus pubococcygeus mengadakan kontraksi pada saat urine mengalir
2. Vesica urinaria tertarik ke atas
3. Urethra memanjang
4. Musculus sprincter externus di pertahankan tetap dalam keadaan kontraksi.
Apabila musculus pubococcygeus mengadakan relaksasi lahi maka siklus
kejadian seperti yang baru saja diberikan di atas akan mulai lagi secara otomatis.
Fungsi sistem homeostatis urinaria:
1. Mengatur volume dan tekanan darah dengan mengatur banyaaknya air yang
hilang dalam urine, melepaskan eritropoietin dan melepaskan rennin.
2. Mengatur konsentrasi plasma dengan mengontrol jumlah natrium, kalium,
klorida, dan ion lain yang hilang dalam urin dan mengontrol kadar ion
kalsium.
3. Membantu menstabilkan pH darah, dengan mengontrol kehilangan ion
hydrogen dan ion bikarbonat dalam urin.
4. Menyimpan nutrient dengan mencegah pengeluaran dalam urin,
mengeluarkan produk sampah nitrogen seperti urea dan asam urat.
5. Membantu dalam mendeteksi racun-racun.
6. Mekanisme pembentukan urine
Dari sekitar 1200ml darah yang melalui glomerolus setiap menit terbentuk 120
– 125ml filtrat (cairan yang telah melewati celah filtrasi). Setiap harinyadapat
terbentuk 150 – 180L filtart. Namun dari jumlah ini hanya sekitar 1% (1,5 L) yang
akhirnya keluar sebagai kemih, dan sebagian diserap kembali.

7
Transpor urin dari ginjal melalui ureter dan masuk ke dalam kandungan kemih
Tahap – tahap Pembentukan Urine :
1. Proses filtrasi
Terjadi di glomerolus, proses ini terjadi karena permukaan aferent lebih
besar dari permukaan aferent maka terjadi penyerapan darah, sedangkan
sebagian yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein, cairan yang
tersaring ditampung oleh simpai bowman yang terdiri dari glukosa, air,
sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke seluruh ginjal.
2. Proses reabsorpsi
Terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium, klorida,
fosfat dan beberapa ion karbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal
dengan obligator reabsorpsi terjadi pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus
ginjal bagian bawah terjadi kembali penyerapan dan sodium dan ion karbonat,
bila diperlukan akan diserap kembali kedalam tubulus bagian bawah,
penyerapannya terjadi secara aktif dikienal dengan reabsorpsi fakultatif dan
sisanya dialirkan pada pupila renalis.
3. Augmentasi (Pengumpulan)
Proses ini terjadi dari sebagian tubulus kontortus distal sampai tubulus
pengumpul. Pada tubulus pengumpul masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl-,
dan urea sehingga terbentuklah urine sesungguhnya.
Dari tubulus pengumpul, urine yang dibawa ke pelvis renalis lalu di bawa ke
ureter. Dari ureter, urine dialirkan menuju vesika urinaria (kandung kemih)
yang merupakan tempat penyimpanan urine sementara. Ketika kandung kemih
sudah penuh, urine dikeluarkan dari tubuh melalui uretra.
Urin yang keluar dari kandungan kemih mempunyai komposisi utama yang
sama dengan cairan yang keluar dari duktus koligentes, tidak ada perubahan
yang berarti pada komposisi urin tersebut sejak mengalir melalui kaliks renalis
dan ureter sampai kandung kemih.

8
D. Proses Miksi (Rangsangan Berkemih).
Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres reseptor yang
terdapat pada dinding kandung kemih dengan jumlah ± 250 cc sudah cukup untuk
merangsang berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi
dinding kandung kemih, dan pada saat yang sama terjadi relaksasi spinser
internus, diikuti oleh relaksasi spinter eksternus, dan akhirnya terjadi
pengosongan kandung kemih.
Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi spinter
interus dihantarkan melalui serabut – serabut para simpatis. Kontraksi sfinger
eksternus secara volunter bertujuan untuk mencegah atau menghentikan miksi.
kontrol volunter ini hanya dapat terjadi bila saraf – saraf yang menangani kandung
kemih uretra medula spinalis dan otak masih utuh.
Bila terjadi kerusakan pada saraf – saraf tersebut maka akan terjadi
inkontinensia urin (kencing keluar terus – menerus tanpa disadari) dan retensi
urine (kencing tertahan).
Persarafan dan peredaran darah vesika urinaria, diatur oleh torako lumbar dan
kranial dari sistem persarafan otonom. Torako lumbar berfungsi untuk relaksasi
lapisan otot dan kontraksi spinter interna.
Peritonium melapis kandung kemih sampai kira – kira perbatasan ureter masuk
kandung kemih. Peritoneum dapat digerakkan membentuk lapisan dan menjadi
lurus apabila kandung kemih terisi penuh. Pembuluh darah Arteri vesikalis
superior berpangkal dari umbilikalis bagian distal, vena membentuk anyaman
dibawah kandung kemih. Pembuluh limfe berjalan menuju duktus limfatilis
sepanjang arteri umbilikalis.
Jadi, reflex mikturisi merupakan sebuah sikus yang lengkap yang terdiri dari:
1. Kenaikan tekanan secara cepat dan progresif
2. Periode tekanan menetap
3. Kembalinya tekanan kandung kemih ke nilai tonus basal.
4. Perangsangan atau penghambatan berkemih oleh otak.
Pusat – pusat ini antara lain:

9
1. Pusat perangsang dan penghambat kuat dalam batang otak, terutama terletak
di ponds, dan beberapa pusat yang terletak korteks serebral yang terutama
bekerja menghambat tetapi dapat menjadi perangsang.
2. Refleks berkemih merupakan dasar penyebab terjadinya berkemih, tetapi
pusat yang lebih tinggi normalnya memegang peranan sebagai pengendali
akhir dari berkenmih sebagai berikut:
a) Pusat yang lebih tinggi menjaga secara parsial penghambatan refleks
berkemih kecuali jika peristiwa berkemih dikehendaki.
b) pusat yang lebih tinggi dapat mecegah berkemih, bahkan jika refleks
berkemih timbul, dengan membuat kontraksi tonik terus menerus pada
sfingter eksternus kandung kemih sampai mendapatkan waktu yang
baik untuk berkemih.
c) Jika tiba waktu berkemih, pusat kortikal dapat merangsang pusat
berkemih sacral untuk membantu untuk mencetuskan refleks berkemih
dan dalam waktu bersamaan menghambat sfingter eksternus kandung
kemih sehingga peristiwa berkemih dapat terjadi.
Berkemih di bawah keinginan biasanya tercetus dengan cara berikut:
Pertama, seseorang secara sadar mengkontraksikan otot – otot abdomennya,
yang meningkatkan tekanan dalam kandung kemih dan mengakibatkan urin
ekstra memasuki leher kandung kemih dan uretra posterior di bawah tekanan,
sehingga meregangkan dindingnya.
3. Urine (Air Kemih)
Mikturisi ( berkemih ) merupakan refleks yang dapat dikendalikan dan
dapat ditahan oleh pusat persarafan yang lebih tinggi dari manusia.
Gerakannya oleh kontraksi otot abdominal yang menambah tekanan di
dalam rongga dan berbagai organ yang menekan kandung kemih membantu
mengosongkannya. Rata-rata dalam satu hari 1-2 liter, tetapi berbeda sesuai
dengan jumlah cairan yang masuk. Warnanya bening oranye, pucat tanpa
endapan, baunya tajam, reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH
rata-rata 6.
a) Sifat – sifat air kemih

10
1) Jumlah eksresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari masuknya
(intake) cairan serta faktor lainnya.
2) Warna bening muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
3) Warna kuning terantung dari kepekatan, diet obat – obatan dan
sebagainya.
4) Bau khas air kemih bila dibiarkan terlalu lama maka akan berbau
amoniak.
5) Baerat jenis 1.015 – 1.020.
6) Reaksi asam bila terlalu lama akan menjadi alkalis, tergantung pada
diet (sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi
asam).
b) Komposisi air kemih
Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan
oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui
proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul
sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis
cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urin
sebagai sarana komunikasi olfaktori.
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme
(seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi
pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin
berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi
tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul
pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi
dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan
dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui
melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber
nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk
mempercepat pembentukan kompos. Diabetes adalah suatu penyakit yang
dapat dideteksi melalui urin. Urin seorang penderita diabetes akan
mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam urin orang yang sehat.

11
1) Air kemih terdiri dari kira – kira 95 % air
2) Zat – zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein asam urea,
amoniak dan kreatinin
3) Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fosfat dan sulfat
4) Pigmen (bilirubin, urobilin)
5) Toksin
6) Hormon

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak
dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh
tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dalam air dan
dikeluarkan berupa urin (air kemih).
Anatomi Sistem Perkemihan
1. Ginjal (Ren)
2. Ureter
3. Vesika Urinaria (Kandung Kemih).
4. Uretra.
Fisiologi Sistem Perkemihan
Pada saat vesica urinaria tidak dapat lagi menampung urine tanpa
meningkatkan tekanannya (biasanya pada saat volume urine kira-kira 300
ml)makam reseptor pada dinding vesika urinaria akan memulai kontraksi
musculus detrussor. Pada bayi, berkemih terjadi secara involunter dan dengan
segera.
Tahap – tahap Pembentukan Urine
1. Proses filtrasi
darah kecuali protein, cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowman
yang terdiri dari
2. Proses reabsorpsi
3. Augmentasi (Pengumpulan)

B. Saran
Diharapkan agar dapat memberi masukan berupa kritik dan saran yang bersifat
membangun tentang Anatomi Fisiologi dalam konteks pelayanan kebidanan
khususnya konsep Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan .

13
DAFTAR PUSTAKA

Pearce , Evelyn C.2006. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis . Jakarta :


Gramedia Pustaka Utama.

Sander , Mochamad Aleq . 2004. Patologi Anatomi . Jakarta : Rajawali Pers.

Sobotta.Atlas Anatomi Manusia Ed.1.Jakarta : EGC.

Syaifuddin . 2003 . Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta :


EGC.

Wibowo , Daniel S . 2005 . Anatomi Tubuh Manusia . Jakarta : Gramedia


Widiasarana Indonesia.

14

Anda mungkin juga menyukai