PENDAHULUAN
Untuk saat ini para ahli beton telah melakukan penelitian tentang material
beton, salah satunya adalah penelitian tentang beton geopolymer. Beton
geopolymer adalah material konstruksi yang relatif baru dikembangkan. Beton
geopolymer di buat tanpa menggunakan semen sebagai bahan pengikat. Beton
geopolymer mempunyai beberapa karakteristik antara lain dari segi perawatannya
yang berbeda dengan beton konvensional yang membutuhkan temperature relative
tinggi untuk mempercepat proses polimerisasi dan mempercepat sifat mekanik
beton yaitu kekuatannya.
1
meningkatkan reaksi polimerisasi yang signifikan, dalam hal ini jika beton
geopolymer mencapai kekuatan yang sama pada suhu ruangan dan suhu tinggi
maka produksi semen Portland akan berkurang dan pemanfaatan fly ash akan
meningkat dengan cepat. Pada akhirnya karbon dioksida (CO2) di atmosfir karena
produksi semen Portland akan berkurang dan masalah pembuangan fly ash akan
terpecahkan.
2
Agregat kasar yang di pakai adalah batu pecah dari Lansot.
Agregat halus yang di pakai adalah pasir dari Girian.
Semen Portland type I merek Tonasa
2. Benda uji beton untuk kuat tekan berbentuk silinder 10/20 cm.
3. Penambahan Semen hanya 2.5%, 5%, dan 10% dari berat fly ash
4. Pengujian kuat tekan pada umur 7 dan 28 hari.
1. Studi Literatur
Mempelajari hal-hal mengenai beton geopolymer
3
2. Persiapan Alat dan Bahan yang akan di pakai
3. Pemeriksaan sifat-sifat material
a. Pemeriksaan Gradasi Agregat
b. Pemeriksaan Berat Jenis dan absorbs agregat
c. Pemeriksaan Kadar Lumpur
d. Pemeriksaan Abrasi Agregat kasar
e. Pemeriksaan Zat Organik agregat halus
f. Pemeriksaan Kadar air agregat
g. Pemeriksaan Berat Volume Agregat
4. Trial Mix
Trial Mix dilakukan untuk mencari komposisi yang di inginkan dan dapat
di kerjakan.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah,
atau agregat-agregat lain yang dicampur menjadi satu dengan suatu pasta yang
terbuat dari semen dan air membentuk suatu massa mirip-batuan. Terkadang, satu
atau lebih bahan aditif ditambahkan untuk menghasilkan beton dengan
karakteristik tertentu, seperti kemudahan pengerjaan (workability), durabilitas,
dan waktu pengerasan (Jack C. McCormac 2001).
Beton adalah material komposit yang rumit. Beton dapat dibuat dengan
mudah bahkan oleh mereka yang tidak punya pengertian sama sekali tentang
teknologi beton, tetapi pengertian yang salah dari kesederhanaan ini sering
menghasilkan persoalan pada produk, antara lain reputasi jelek dari beton sebagai
materil bangunan. Sebagai material komposit, sifat beton sangat tergantung pada
sifat unsur masing-masing serta interaksi mereka. Ada 3 sistem umum yang
melibatkan semen, yaitu pasta semen, mortar dan beton (Nugraha dan Antoni
2007).
1. Kualitas semen
2. Proporsi semen terhadap campuran
3. Kekuatan dan kebersihan agregat
4. Interaksi atau adhesi antara pasta semen dengan agregat
5. Pencampuran yang cukup dari bahan-bahan pembentuk beton
6. Penempatan yang benar, penyelesaian dan pemadatan beton
7. Perawatan beton dan
8. Kandungan klorida tidak melebihi 0.15 % dalam beton yang diekspos dan
1% bagi beton yang tidak diekspos (Nawy, 1985).
5
Secara umum beton memiliki kelebihan dan kekurangan antara lain sebagai
berikut:
Kelebihan Beton :
Dapat dengan mudah di bentuk sesuai dengan kebutuhan
konstruksi
Mampu memikul beban yang berat
Tahan terhadap temperature yang tinggi
Biaya pemeliharaan yang kecil.
Kekurangan Beton :
Bentuk yang telah di buat sulit di ubah
Pelaksanaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi
Berat
Daya pantul suara yang besar
Nilai kuat tekan beton dengan kuat tariknya tidak berbanding lurus, setiap
usaha perbaikan mutu kekuatan tekan hanya disertai oleh peningkatan yang kecil
dari kuat tariknya. Menurut perkiraan kasar, nilai kuat tarik berkisar antara 9%-
15% kuat tekannya (Tri Mulyono 2004).
𝑊
Berat volume beton (Wc) = (kg/m3) ……………………..(2.1)
𝑉
Dimana :
w = Berat (kg)
v = Volume (m3)
Beberapa klasifikasi berat jenis beton telah dikenal dan digunakan sebagai
standar dalam pekerjaan konstruksi beton.
6
Tabel 2.1 Klasifikasi Berat Jenis Beton Standar Nasional Indonesia (SNI)
(Departemen PU, 1990)
Berat Volume
Jenis Beton
(kg/m3)
Beton Ringan < 2000
Beton Normal 2000-3000
Beton Geopolymer dibuat tanpa menggunakan semen sebagai bahan pengikat, dan
sebagai pengganti digunakan abu terbang yang kaya akan Silikon (Si) dan
Alumina (Al) yang bereaksi dengan cairan alkalin untuk menghasilkan bahan
pengikat (binder) (Sumajow dan Dapas 2013).
7
kaolin, tanah liat, mika, andalusit, spinel, dan lain sebagainya. Banyak jenis
material hasil produksi sampingan (by-produc material) telah digunakan untuk
membuat beton di antaranya, mill scale (sisa produksi baja), plastic, kaca, abu
terbang (fly ash), cangkang kelapa sawit dan lain-lain.
a. Kelas C
Fly ash yang mengandung CaO lebih dari 10% yang dihasilkan dari
pembakaran lignite atau sub-bitumen batu bara (batu bara muda).
b. Kelas F
Fly ash yang mengandung CaO lebih kecil dari 10% yang dituliskan dari
pembakaran antrachite atau bitumen batu bara
c. Kelas N
Pozzolan alam atau hasil pembakaran yang dapat digolongkan antara lain
tanah diatomic, opaline, chertz dan shales, tuff dan abu vulkanik, dimana
biasa diproses melalui pembakaran atau tidak melalui proses pembakaran.
Selain itu juga mempunyai sifat pozzolan yang baik.
8
Memperbaiki workability
Mengurangi bleeding
Meningkatkan Pumpability
Memperpanjang setting-time
b. Pada beton keras (heardened concrete)
Meningkatkan kuat tekan
Modulus Elastisitas
Memperbaiki creep dan peningkatan beton (bond)
Tahan terhadap temperature tinggi
Meningkatkan perlindungan terhadap permaebilitas dan karat
Mengurangi resiko pengembangan beton akibat reaksi alkali dan silica
Mengurangi pengembangan beton akibat efek magnesia.
9
mengubah beberapa sifat beton. Bahan tambah ini berfungsi mereduksi hingga
20% penggunaan air serta meningkatkan 40% kuat tekan beton pada umur 28 hari.
2.2.1.4 Agregat
Agregat Halus
Agregat halus merupakan pengisi yang berupa pasir. Ukurannya bervariasi
antara ukuran No. 4 dan No.100 saringan standar Amerika. Agregat halus
yang baik harus bebas bahan organic,lempung, partikel yang lebih kecil
dari saringan No. 100, atau bahan-bahan lain yang dapat merusak
campuran beton.
Agregat Kasar
Agregat disebut agregat kasar apabila ukurannya sudah melebihi ¼ in. (6
mm). Sifat agregat kasar mempengaruhi kekuatan akhir beton keras dan
daya tahannya terhadap disentegrasi beton, cuaca, dan efek-efek perusak
lainnya.
2.2.2. Karakteristik
Beton geopolymer adalah beton yang terbuat dari material polymer sebagai
matriks dan mineral agregat sebagai inklusi. Seperti halnya beton semen porland
pada umumnya, penggunaan agregat berfungsi dalam memberikan sumbangan
kekuatan terbesar pada beton. Agregat yang di gunakan pada beton umumnya
memiliki gradasi yang menerus, mulai dari agregat berukuran 37.5 mm sampai
0.15 mm. Hal ini bertujuan agar terjadi komposisi yang padat pada saat beton
telah mengeras. Agregat dengan ukuran kasar (coarse aggregate) adalah proporsi
yang terbanyak dalam beton, di ikuti dengan agegat halus (fine aggregate).
10
Fungsi agregat halus sangatlah penting dalam mengurangi void pada
beton, pada beberpaa kasus dapat digunakan juga material pengisi (filler) yang
berukuran micron seperti fly ash. Dengan terisinya pori-pori pada beton, maka
kemungkinan rangkak dapat dikurangi (Rousstia, 2008).
2.3 Semen
Semen merupakan bahan ikat yang paling penting dan banyak digunakan
dalam pembangunan fisik di sector konstruksi sipil. Jika di tambah air, semen
akan menjadi pasta semen. Jika di tambah agregat halus, pasta semen akan
menjadi mortar yang jika digabungkan dengan agregat kasar akan menjadi
campuran beton segar yang setelah mengeras akan menjadi beton keras
(concrete).
Tipe 2 : Semen modifikasi yang mempunyai batas hidrasi yang lebih rendah dari
pada semen tipe 1 dan memiliki ketahanan terhadap sulfat yang cukup
tinggi.
11
Tipe 3 : Semen dengan kekuatan awal yang tinggi yang akan menghasilkan dalam
waktu 24 jam, beton dengan kekuatan sekitar dua kali semen tipe 1.
Semen jenis ini memiliki panas hidrasi yang jauh lebih tinggi.
Tipe 4: Semen dengan panas hidrasi rendah yang menghasilkan beton yang
melepaskan panas dengan sangat lambat. Semen jenis ini digunakan
untuk struktur-struktur beton yang sangat besar.
Kekuatan tekan merupakan salah satu kinerja utama beton. Kekuatan tekan
adalah kemampuan beton untuk menerima gaya tekan persatuan luas. Walaupun
dalam beton terdapat tegangan tarik yang kecil, diasumsikan bahwa semua
tegangan tekan didukung oleh beton tersebut.penentuan kekuatan tekan dapat
dilakukan dengan menggunakan alat uji tekan dan benda uji berbentuk silinder
atau kubus.
𝑷
𝒇′𝒄 = 𝑨………………………………...(2.2)
Dimana :
12
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
- Mulai
Studi Literatur
`
5% 95%
10% 90%
Trial Mix
13
A
Selesai
Material yang digunakan dalam penelitian ini adalah material yang berasal
dari tempat yang berbeda, di telliti untuk di tetapkan sebagai bahan pembentuk
beton. Material yang akan di gunakan di simpan pada tempat yang aman yang
tidak akan mengalami perubahan fisik dan kimia serta bebas dari benda asing
untuk menjaga kelembaban supaya tetap, material yang akan di gunakan di
masukan ke dalam kantong plastic di lapisi denga karung.
14
2. Sodium Hidroksida (NaOH) konsentrasi 14M dengan purity 98% berbentuk
flake.
3. Sodium Silikat (Na2SiO3)
4. Superplasticizer digunakan SikaCim Concrete Additive
5. Agregat kasar yang di pakai dari Lansot
6. Agregat halus yang di pakai dari Girian
Material yang akan di gunakan dalam penelitian ini terlebih dahulu dilakukan
pengujian untuk mengetahui karakteristik dari material itu sendiri. Pengujian ini
dilakukan pada awal penelitian untuk mengetahui material-material tersebut layak
digunakan atau tidak untuk digunakan.
A. Tujuan
Menetapkan gradasi agregat halus berupa pasir
B. Peralatan
Timbangan
Ayakan
Oven
Mesin pengayak
C. Bahan
Pasir dengan berat 1000 gram
D. Langkah Pelaksanaan
1. Keringkan pasir yang sudah di siapkan kedalam oven dengan
suhu 110°C selama 24 jam.
2. Timbang berat setiap ayakan mulai dari yang paling besar
sampai yang kecil lalu disusun sesuai urutan ayakan.
3. Pasir di ayak dengan mesin pengayak selama 15 menit
4. Setelah di ayak, timbang masing-masing ayakan dengan
ketelitian 0.1%. Berat agregat yang tertahan dari setiap ayakan
akan di dapat.
15
E. Hasil Pemeriksaaan dapat di lihat pada lampiran A1.
A. Tujuan
Menetapkan gradasi bahan batuan berupa kerikil
B. Bahan
Pasir dengan berat 5000 gram
C. Peralatan
Timbangan
Ayakan
Oven
Alat pengayak
D. Langkah pelaksanaan
1. Keringkan kerikil yang sudah di siapkan kedalam oven dengan
suhu 110°C selama 24 jam.
2. Ayakan di susun mulai dengan ukuran ayakan paling besar di
tempatkan paling atas, kemudian kerikil di letakan di atas
ayakan paling atas.
3. Kerikil di ayak dengan mesin pengayak selama 15 menit.
4. Setelah di ayak kerikil di keluarkan dari masing-masing ayakan
kemudian di timbang sesuai nomor ayakan. Berat agregat yang
tertahan akan di dapat.
E. Hasil Pemeriksaan dapat di lihat pada lampiran A2.
A. Tujuan
Menetapkan berat jenis bulk
Menetapkan berat jenis bulk SSD
Menetapkan daya absorbs pasir
B. Peralatan
Timbangan
16
Cetakan kerucut
Tongkat tusuk
Pan dan Baki
Labu Ukur
Oven
C. Bahan
Agregat Kasar berupa pasir yang sudah dikeringkan dalam oven
selama 24 jam denga suhu 110°C.
D. Langkah Pelaksanaan
1. Pasir yang sudah di keringkan di ambil sebanyak 500 gram,
dicuci lalu di rendam di dalam air selama 24 jam.
2. Membuang air perendam lalu letakan agregat di atas meja yang
ada alasnya berupa Koran, keringkan dengan cara membalik-
balikkan benda uji. Lakukan pengeringan sampai tercapai
kedaan kering permukaan jenuh atau Saturated Surface Dry
(SSD).
3. Tuangkan pasir ke dalam kerucut, jatuhkan ujung tongkat,
tusuk 25 kali dalam 3 lapisan angkat cetakan kerucut perlahan-
lahan. Bila pasirnya masih berbentuk kerucut seperti
cetakannha maka perlu di angin-anginkan lagi dan hal tadi di
ulangi, Jika pasirnya berbentuk kerucut yang menurun
puncaknya maka keadaan SSD telah tercapai (jenuh air kering
permukaan).
4. Berat labu ukur ditimbang, kemudian di masukan benda uji
SSD kedalam labu ukur.
5. Isi tabung dengan air sampai di garis 500 ml, kemudian labu
ukur di putar-putar sambil di guncang sampai tidak terlihat
gelembung udara di dalamnya.
6. Tempatkan labu ukur kedalam bak air 20°C.
7. Setelah selama 1 jam di rendam jika masih ada pengurangan
air, maka isi kembali tabung dengan air lagi.
17
8. Timbang berat total air dalam labu ukur dengan ketelitian
sampai 0.10 gram.
9. Keluarkan pasir dari labu ukur dan keringkan dalam tungku
pada suhu 110°C selama 24 jam.
10. Keluarkan pasir dari dalam tungku kemudian di angin-
anginkan.
11. Timbang berat pasir.
E. Hasil penelitian dapat dilihat pada lampiran A3.
A. Tujuan
Menetapkan berat jenis bulk,berat jenis bulk SSD, dan daya
absorbsi kerikil
B. Peralatan
Timbangan
Keranjang Kawat
Pan
Ember
Oven
C. Benda Uji
Agregat Kasar berupa kerikil yang sudah dikeringkan dalam oven
selama 24 jam denga suhu 110°C.
D. Langkah Pelaksanaan
1. Sediakan batu pecah dengan jumlah ± 5 kg yang tertahan ayakan
No.4
2. Mencuci benda uji batu pecah untuk menghilangkan debu
3. Benda uji yang telah di cuci di rendam di dalam ember selama
24 jam
4. Setelah di rendam selama 24 jam kerikil di keluarkan dari
rendaman kemudian di lab dengan kain sampai pada kondisi
Saturated Surface Dry (SSD).
18
5. Selanjutnya benda uji yang telah SSD sebanyak 5000 gram di
timbang di dalam air dengan keranjang kawat .
6. Kerikil di masukan kedalam oven dengan suhu 110°C selama 24
jam.
7. Kerikil yang di masukan kedalam oven di keluarkan kemudian
di angina-anginkan dan timbang berat dari kerikil tersebut.
E. Hasil Penelitian dapat di lihat pada lampiran A4.
A. Tujuan
Menetapkan ketahanan terhadap keausan
B. Peralatan
Mesin Los Angeles
Pan
Ayakan No.12
Timbangan
Oven
Bola-bola baja (6 bola besar dan 5 bola kecil)
C. Benda Uji
Agragat kasar berupa kerikil
D. Langkah Pelaksanaan
1. Sediakan kerikil yang di ayak pada ukuran 3/4”,1/2”, dan 3/8”,
masing-masing kerikil yang lolos ayakan 3/4" dan tertahan 1/2"
diambil 2500+ gram dan yang lolos ayakan 1/2” dan tertahan
3/8” diambil 2500+.
2. Benda uji di cuci hingga bersih dan di masukan kedalam oven
selama 24 jam 110°C.
3. Setelah 24 jam kerikil di keluarkan dari oven dan di dinginkan
sampai pada suhu ruangan.
4. Kemudian kerikil di masukan kedalam mesin Los Angeles
beserta bola-bola baja lalu di putar sebanyak 500 kali.
19
5. Setelah itu benda uji di keluarkan dari mesin dan di ayak pada
ayakan No.12. Kerikil yang tertahan pada ayakan No.12 di cuci
kemudian di masukan kedalam oven dengan suhu 110°C selama
24 jam.
6. Setelah 24 jam benda uji di keluarkan diangin-anginkan sampai
pada suhu ruangan dan di timbang.
E. Hasil Pemerikasaan dapat di lihat pada Lampiran A5.
A. Tujuan
Menetapkan berat volume dari agregat kasar (Kerikil) dan agregat
halus (Pasir)
B. Peralatan
Timbangan
Tongkat besi
Silinder takar (ø22 x 24.5 cm untuk agregat halus dan ø25.5 x
28 cm untuk agregat kasar)
Sekop kecil
C. Benda Uji
Agregat kasar dan agregat halus yang sudah di keringkan dalam
oven pada suhu 110°C selama 24 jam.
D. Langkah Pelaksanaan
1. Timbang silinder takar yang kosong
2. Masukan agregat kedalam silinder takar dalam 3 lapisan yang
sama rata tiap lapisan di tusuk-tusuk sebanyak 25 kali (cara
Rodding)
3. Ratakan permukaan dengan tongkat tusuk
4. Timbang silinder takar dengan agregat
5. Kosongkan silinder takar da nisi lagi agregat sampai penuh (cara
gembur)
6. Ratakan permukaan agregat menggunakan tongkat tusuk
7. Timbang agregat dengan silinder takarnya
20
8. Selanjutnya silinder di timbang dengan mengisi air kemudian di
timbang
E. Hasil Pemeriksaan
Hasil pemeriksaan dapat di lihat pada lampiran A6
A. Tujuan
Menetapkan persentase lumpur yang terkandung pada agregat halus
B. Peralatan
Ayakan No.200
Timbangan
Pan
Oven
C. Benda Uji
Agregat halus berupa pasir yang sudah dikeringkan dalam oven pada
suhu 110°C selama 24 jam.
D. Langkah Pelaksanaan
1. Agregat yang telah di keringkan dalam oven diambil sebanyak
500 gram kemudian di cuci hingga bersih.
2. Agregat yang sudah di cuci bersih di masukan kedalam oven
dengan suhu 110°C selama 24 jam.
3. Selanjutnya setelah di oven dengan suhu 110°C selama 24 jam
keluarkan benda uji dan di angin-anginkan sampai pada suhu
ruangan. Benda uji di timbang.
E. Hasil Pemeriksaan
Hasil pemeriksaan dapat di lihat pada lampiran A7.
A. Tujuan
Menentukan zat organic yang terdapat pada agregat halus (pasir)
B. Peralatan
Gelas Ukur dan Tabel warna standar
21
C. Benda uji
Agregat halus berupa pasir yang sudah dikeringkan dalam oven
pada suhu 110°C selama 24 jam dan NaOH 3%.
D. Langkah Pelaksanaan
1. Pasir yang sudah kering dalam oven di ambil sebanyak 130 cm3
lalu dimasukan kedalam gelas ukur.
2. NaOH 3% dituangkan kedalam gelas ukur sampai 200ml,
kemudian gelas ukur yang berisi NaOH 3% dan 130 cm3 pasir
dikocok-kocok selama kira-kira 10 menit, kemudian dibiarkan
selama 24 jam.
3. Setelah 24 jam, warna di atas pasir di catat dalam tabel
pengamat.
E. Hasil Pemeriksaan
Hasil Pemeriksaan dapat dilihat pada lampiran A8.
Karena sampai pada saat ini belum terdapat standar mengenai desain
campuran beton geopolymer, maka pada komposisi campuran beton dilakukan
trial mix untuk mendapat campuran yang diinginkan, trial mix ini mengacu pada
penelitian D Hardjito dan B.V Rangan dalam penelitiannya “Development and
Properties of Low Calsium Fly Ash-Based Geopolymer Concrete”.Setelah
melakukan trial mix, maka di dapat komposisi campuran yang telah di modifikasi.
22
3.5 Diagram Mix Beton Geopolymer
Beton Geopolymer
Agregat
Solid Material Alkalin Aktivator
Benda uji yang di buat berbentuk silinder 10/20 cm, untuk setiap
campuran beton yang dibuat langsung di masukan kedalam cetakan, jumlah
benda uji berdasarkan variasi semen, variasi perawatan, dan umur beton, untuk
jumlah benda ujinya dapat di lihat pada tabel 3.2.
Tabel 3.2. Jumlah Benda Uji Silinder untuk Pengujian Kuat Tekan
Perawatan Benda Uji (Curing)
Konsentrasi Elevated Temperatur
Temperatur Ruang
No Semen 60° 90°
(%)
Umur (Hari) Umur (Hari) Umur (Hari)
7 28 7 28 7 28
1 0 4 4 4 4 4 4
2 2.5 4 4 4 4 4 4
3 5 4 4 4 4 4 4
4 10 4 4 4 4 4 4
16 16 16 16 16 16
∑
96 Buah
23
Alat-alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
24
8. Isi cetakan silinder 10-20 cm masing-masing 3 lapisan. Pemadatan
dilakukan dengan cara di tusuk-tusuk sebanyak 60 kali tiap lapisan
kemudian permukaan diratakan.
9. Setelah di padatkan beton di getarkan dengan mesin vibrator selama 20
detik.
10. Setelah di getarkan, permukaan beton yang terpapar udara di bungkus
dengan plastik yang diikat dengan karet gelang, kemudian di diamkan
selama 1 hari.
11. Setelah 1 hari beton di masukan kedalam oven sesuai dengan cara
perawatan.
Perawatan yang dilakukan ada dua cara yaitu dengan temperatur ruangan
dan temperatur tinggi yang di masukan kedalam wadah yang panas berupa oven.
Benda uji yang telah di cetak, permukaannya di tutup dengan plastik yang di ikat
dengan karet gelang, kemudian diamkan selama 1 hari, untuk perawatan
temperatur ruangan beton di lepaskan dari cetakan hanya di diamkan di suhu
temperature ruangan dan perawatan pada temperature tinggi beton di masukan
kedalam oven selama 24 jam dengan suhu 60°C dan 90°C.
Pengujian kuat tekan dilakukan pada benda uji berbentuk silinder berukuran 10/20
cm pada umur 7 dan 28 hari dengan jumlah sampel 96 buah silinder beton.
25
1. Setelah melalui perawatan dan umur beton benda uji di timbang untuk
mengetahui berat beton, kemudian di keeping dengan belerang pada
permukaan yang tidak rata.
2. Letakan benda uji pada mesin uji kuat tekan dengan benar. Kemudian
jalankan mesin hingga beton hancur.
3. Mencatat hasil kuat tekan dan beban maksimum yang tertera di layar.
26
BAB IV
Pemeriksaan material agregat kasar dan halus yang akan digunakan dalam
proses pencampuran (mixing) bertujuan untuk mengetahui karakteristik dari
material itu sendiri. Berdasarkan hasil pemeriksaan material di Laboratorium
Struktur dan Material Fakultas Teknik UNSRAT, maka di peroleh data
pemeriksaaan material yang akan di gunakan pada penelitian ini yaitu untuk
Agregat kasar dari Lansot-Kema, Modulus Kehalusan butir sebesar 2,027, berat
jenis kering sebesar 2,68, berat jenis SSD sebesar 2,72, berat volume padat
sebesar 1408 kg/m3, berat volume gembur sebesar 1288 kg/m3, absorbs
maksimum sebesar 1,47%, kadar air sebesar 1,30%, keausan sebesar 18,58%.
Untuk Agregat Halus dari Girian, Modulus Kehalusan butir sebesar 3,396, berat
jenis kering sebesar 2,04, berat jenis SSD sebesar 2,29, absorbs maksimum
sebesar 11,92%, berat volume padat sebesar 1243 kg/m3, berat volume gembur
sebesar 1172 kg/m3, kadar air sebesar 6,29%, zat organic warna nomor 1, kadar
lumpur sebesar 0,24%. Untuk selengkapnya dapat di lihat pada lampiran A.
27
Tabel 4.1 Berat Volume Beton dengan Perawatan Temperatur Ruangan
Tabel 4.2 Berat Volume Beton dengan Perawatan Curing time 24 Jam
60°C
Berat Volume Rata-rata
Konsentrasi
Kode (Kg/m3)
No Semen
Variasi Umur 7 Umur 28
(%)
hari hari
1 ET-1 0 2265.20 2200.29
2 ET-2 2.5 2294.63 2266.94
3 ET-3 5 2322.31 2261.23
4 ET-4 10 2317.96 2239.87
Tabel 4.3 Berat Volume Beton dengan Perawatan Curing time 24 Jam
90°C
Berat Volume Rata-rata
Konsentrasi
Kode
N (Kg/m3)
Semen
o Variasi Umur 7 Umur 28
(%)
hari hari
1 ET-1 0 2250.34 2232.56
2 ET-2 2.5 2257.64 2248.72
3 ET-3 5 2286.93 2263.18
4 ET-4 10 2257.52 2233.47
Dari hasil yang di peroleh terlihat bahwa berat volume beton berkisar
antara 2200.29 Kg/m3 – 2326.45 Kg/m3, sesuai dengan klasifikasi berat beton
28
pada tabel 2.1 maka hasil pemeriksaan berat volume beton termasuk beton
berbobot normal.
Kuat tekan beton di hitung dengan persamaan 2.2. Benda uji beton yang
digunakan berbentuk silinder 10/20cm dengan variasi perawatan pada
temperature ruangan, perawatan dalam oven selama 24 jam 60°C dan Perawatan
temperature tinggi dalam oven selama 24 jam 90°C, dari masing-masing
perawatan tersebut pada komposisinya di tambahkan semen dengan presentase
0%, 2,5%, 5%, dan 10% dari berat fly ash. Benda uji berumur 7 hari dan 28 hari
adapun hasil kuat tekan ada pada tabel-tabel berikut.
Tabel 4.5 Kuat Tekan Beton dengan Perawatan Curing time 24 jam 60°C
29
Tabel 4.6 Kuat Tekan Beton dengan Perawatan Curing time 24 jam 90°C
30.00
25.00
Kuat Tekan (MPa)
20.00
10% Semen
15.00
5% Semen
10.00 2.5% Semen
5.00 0% Semen
0.00
7 28
Umur Beton (Hari)
Gambar 4.1 Diagram perbandingan umur beton dengan kuat tekan beton
geopolymer dan penambahan semen pada perawatan temperatur ruangan
60.00
50.00
Kuat Tekan (MPa)
40.00
0.00
0 2.5 5 10
Semen (%)
30
50.00
40.00
0.00
0 2.5 5 10
Semen (%)
Dari gambar 4.1 menunjukan bahwa nilai kuat tekan beton geopolymer
yang diperoleh dari perawatan temperatur ruangan dengan penambahan semen
mengalami peningkatan dari umur 7 hari ke 28 hari, dari masing-masing
penambahan semen 2.5%, 5%, dan 10% mengalami peningkatan kekuatan
berkisar 18-20 MPa untuk umur 7 hari dan 20-25 MPa untuk umur 28 hari. Pada
gambar 4.2 menunjukan perbandingan kekuatan beton dari masing-masing
perawatan, pada gambar 4.2 di atas menunjukan kekuatan tekan beton tertinggi
berada pada perawatan (Curing time) oven selama 24 jam 90°C dengan kekuatan
tekan berkisar 38-51 MPa dari setiap penambahan semen 2.5%, 5% dan 10% pada
umur 7 hari, dan pada gambar 4.3 hampir sama dengan gambar 4.2 perbedaannya
hanya pada umur beton saja namun kekuatan beton mengalami penurunan di
bandingkan dengan umur 7 hari dari perawatan (curing time) oven selama 24 jam
90°C dan pada perawatan (curing time) oven selama 24 jam 60°C masih
mengalami peningkatan kekuatan dari umur 7 hari ke 28 hari.
31
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pengolahan data yang di peroleh maka penulis
dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut:
5.2 Saran
1. Karena workabilitas dari beton geopolymer berbasis fly ash kecil, yaitu beton
yang cepat mengeras dan melekat, maka dalam proses pemadatan perlu
dilakukan dengan cepat dan membutuhkan beberapa orang dan tongkat tusuk
yang lebih pada saat pemadatan di dalam bekisting.
2. Karena salah satu sifat beton geopolymer berbasis fly ash cepat mengeras dan
melekat pada alat-alat yang digunakan dalam pengecoran, maka alat-alat yang
digunakan sebaiknya langsung dibersihkan.
32
3. Fly Ash yang digunakan sebaiknya di uji XRF (X-ray fluorescence) untuk
mendapatkan komposisi unsur-unsur kimia yang terkandung pada fly ash dari
PLTU Amurang yang lebih akurat.
4. Bekisting yang akan di gunakan perlu di cek kembali pelumas berupa oli di
dalam bekisting yang akan digunakan jika tidak di beri pelumas maka pada
saat membuka bekisting akan terasa sulit, hal ini akan berpengaruh pada berat
volume beton
5. Karena salah satu sifat beton geopolymer berbasis fly ash workabilitas kecil di
bagian beton yang cepat mengeras maka perlu di teliti lebih lanjut pemadatan
yang baik saat pembuatan benda uji.
33
DAFTAR PUSTAKA
Nath. P., Sarker. K. P,. Rangan. B. V,. 2015. Early Age Properties of Low-
Calcium Fly Ash Geopolymer Concrete Suitable for Ambient Curing, The 5th
International Conference of Euro Asia Civil Engineering Forum (EACEF-5),
15-18 September 2015, Surabaya, Indonesia.
Wallah, S.E., 2014. Pengaruh Perawatan dan Umur Terhadap Kuat Tekan
Beton Geopolimer Berbasis Abu Terbang. Jurnal Ilmiah Media Engineering
Vol.4 No.1, Maret, Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Sam
Ratulangi, Manado.
34
Nawy,E.G.,1998. Beton Bertulang:Suatu Pendekatan Dasar,PT Refika
Aditama,Bandung.
Manuahe Riger, 2014. Kuat Tekan Beton Geopolymer Berbahan Dasar Fly
Ash. Skripsi Program S1 Teknik Sipil Universitas Sam Ratulangi, Manado.
Putra Kusuma, 2014. Kuat Tarik Belah Beton Geopolymer Berbasis Abu
Terbang (Fly Ash). Skripsi Program S1 Teknik Sipil Universitas Sam
Ratulangi, Manado.
Paat Filia, 2014. Kuat Tarik Lentur Beton Geopolymer Berbasis Abu Terbang
(Fly Ash). Skripsi Program S1 Teknik Sipil Universitas Sam Ratulangi,
Manado.
35