Anda di halaman 1dari 11

USULAN KREATIVAS MAHASISWA:

KOMPOS ALTERNATIF MASALAH SAMPAH DAN


MENANGGULANGI KERUSAKAN LINGKUNGAN

DIUSULKAN OLEH:

I Kadek Purniawan Paramadita 14/136


I Wayan Ardika 14/137
Agus Aditya Permana 14/138
Elisabeth Chrissanti Hutabarat 14/139
Ni Kadek Citra Patmala 14/140

UNIVERSITAS UDAYANA
BALI
2013
USULAN KREATIVITAS MAHASISWA

A. JUDUL PROGRAM
Kompos Alternatif Masalah Sampah dan Menanggulangi Kerusakan
Lingkungan.

B. LATAR BELAKANG MASALAH


Sampah adalah sisa dari aktivitas sehari- hari baik itu dalam bentuk organik
maupun anorganik. Sampah organik adalah sampah alami berupa sisa dari barang-
barang alami yang bisa diuraikan oleh alam, seperti daun, buah, kayu, kertas, dan
lain sebagainya. Sedangkan sampah anorganik adalah sampah yang tidak bisa
diuraikan oleh alam misalnya plastik dan besi. Tentunya kedua sampah ini banyak
dihasilkan dari industri besar, menengah,kecil, sampai ke rumah tangga dari
kegiatan sehari-hari.

Dalam keberadaannya sampah bisa menjadi barang yang mencemari


lingkungan jika tidak ditanggulangi secara benar. Contohnya sampah plastik,
selain sulit untuk terurai juga akan mengurangi kesuburan tanah dan tentunya
mengganggu pemandangan. Bahkan jika dibakar, sampah plastik akan
menghasilkan asap beracun yang bisa menyebabkan kanker, juga merusak lapisan
ozon. Sampah organik juga demikian, walaupun akan lebih cepat terurai tapi, jika
dibuang ke tempat pembuangan akhir maka memerlukan biaya, juga akan
merusak kebersihan lingkungan.

Di Indonesia sampah telah menjadi masalah yang semakin harinya semakin


rumit, karena pertambahan sampah yang tidak bisa dibendung. Masalah ini juga
berdampak pada kehidupan sehari-hari, alam maupun lingkungan. Bahkan sungai,
selokan, dan got pun sampai beralih fungsi sebagai tempat sampah. Kurangnya
pengelolaan sampah semakin mempersulit masalah tersebut. Banyak TPA
(Tempat Pembuangan Akhir) di Indonesia yang semakin hari semakin kesulitan
mengolah sampah yang masuk setiap harinya.

Sebenarnya sampah bisa kita manfaatkan agar tidak terbuang secara sia- sia,
contohnya sampah plastik, kertas, besi dan lain sebagainya bisa kita olah kembali
menjadi barang- barang yang lebih berguna atau yang sering disebut dengan
istilah daur ulang. Tetapi kebanyakan masyarakat kita yang sibuk membuat
mereka enggan untuk mendaur ulang sampah. Bukan hanya itu, image sampah
yang bau, kotor, dan menjijikan juga menjadi faktor yang menyebabkan orang-
orang malas berurusan dengan sampah.

Anggapan masyarakat kita tentang sampah yang kurang baik itu sebenarnya
bisa ditanggulangi dengan cara memisahkan sampah organik dengan sampah
anorganik agar sampah daur ulang tidak menjadi kotor, bau, dan menjijikan
karena busuknya sampah organik diantara sampah- sampah anorganik. Sampah
organik yang mudah untuk membusuk itu juga tidak akan tercemar oleh sampah
anorganik yang memerlukan waktu puluhan bahkan ratusan tahun untuk
membusuk atau terurai. Jadi dengan kita memisahkan sampah tersebut kita bisa
dengan mudah memanfaatkan keduanya, tanpa ada ganguan.

Pembusukan sampah organik yang sering kita anggap sebagai sesuatu yang
menjijikan, bau, dan tidak ada gunanya lagi sebenarnya masih bisa dimanfaatkan.
Daripada sampah tersebut dibuang dan memenuhi tempat sampah ada baiknya
sampah tersebut diolah menjadi sesuatu yang lebih berguna seperti KOMPOS.
Pada dasarnya pembuatan kompos tidaklah sesulit yang dibayangkan. Membuat
kompos bisa dilakukan di halaman rumah, tempat terbuka, kebun, sawah, atau
tempat lainnya yang mendukung.

Pembuatan kompos sejatinya tidaklah memerlukan keahlian khusus, dan


munkin dalam kehidupan sehari- hari kita sudah sering melakukannya. Misalnya
dengan menumpuk sampah organik di halaman belakang rumah. Dengan tidak
sengaja dan tidak disadari, sebenarnya aktifitas tersebut adalah bagian dari
pembuatan kompos. Lama kelamaan sampah tersebut akan membusuk dan
menjadi tumpukan tanah hitam, yang sangat subur. Mestinya hasil dari
penimbunan sampah itu bisa kita manfaatkan sebagai pengganti pupuk kimia yang
sering kita gunakan untuk memupuk tanaman di taman rumah.

Dengan adanya sampah organik yang dihasilkan dari sisa kegiatan sehari-
hari ini, mestinya kita tidak perlu membeli pupuk lagi. Tetapi kebanyakan
masyarakat kita tidak menyadari hal itu, mereka cenderung membiarkan sampah-
sampah tersebut diangkut oleh mobil sampah dan memilih untuk membeli pupuk
yang ujung- ujungnya terbuat dari sampah yang kita buang sehari- hari.

Kompos adalah pupuk organik yang ramah lingkungan dan tentunya murah.
Meskipun dalam penggunaannya memerlukan waktu yang relative lebih lama.
Walaupun demikian, hasil dari tanaman yang kita pupuk akan lebih alami,
tanahnya juga tidak akan tercemar oleh residu kimia yang biasanya ditinggalkan
oleh pupuk kimia yang kita gunakan. Dengan demikian, selain hemat biaya
kompos juga merupakan alternatif penanggulangan pencemaran lingkungan.

C. RUMUSAN MASALAH
Dalah hal ini adalah bagaima cara pembuata kompos agar bisa mengatasi
masalah sampah dan kerusakan lingkungan akibat residu pupuk kimia.

D. TUJUAN PROGRAM
Tujuan dari program ini adalah:
Meningkatkan pengetahuan masyarakat akan kompos, menanggulangi masalah
sampah, dan kerusakan lingkungan akibat residu pupuk kimia.

E. LUARAN YANG DIHARAPKAN


Luaran yang diharapkan adalah kompos bisa menanggulangi masalah
sampah yang semakin rumit, dan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh
residu upuk kimia yang berlebihan.
F. KEGUNAAN PROGRAM
Kegunaan program kompos sebagai alternatif masalah sampah dan
menanggulangi kerusakan lingkungan adalah:
1. Menanggulangi masalah sampah, kususnya sampah anorganik.
2. Mengurangi pencemaran lingkungan akibat penggunaan pupuk kimia yang
berlebihan.
3. Sebagai alternatif usaha sampingan.

G. TINJAUAN PUSTAKA

Kompos atau humus adalah sisa-sisa mahluk hidup yang telah mengalami
pelapukan, bentuknya sudah berubah seperti tanah dan tidak berbau. Kompos
memiliki kandungan hara NPK yang lengkap meskipun persentasenya kecil.
Kompos juga mengandung senyawa-senyawa lain yang sangat bermanfaat bagi
tanaman.

Ada beberapa pengertian lain dari beberapa ahli tentang kompos


diantaranya: Menurut Dalzell (1991) kompos adalah hasil penguraian bahan
organik oleh sejumlah mikroorganisme dalam lingkungan yang hangat, basah dan
berudara dengan hasil akhir sebagai humus. Sedangkan menurut Indriani (2005)
kompos merupakan semua bahan organik yang telah mengalami penguraian
sehingga bentuk dan sudah tidak dikenali bentuk aslinya, berwarna kehitam-
hitaman dan tidak berbau. Dan menurut Murbandono (2006) kompos adalah
bahan organik yang telah mengalami proses pelapukan karena adanya interaksi
antara mikroorganisme yang bekerja di dalamnya, bahan-bahan organik tersebut
seperti dedaunan, rumput jerami, sisa-sisa ranting dan dahan.

Kompos ibarat multivitamin bagi tanah dan tanaman. Kompos memperbaiki


sifat fisik dan kimia tanah. Kompos akan mengembalikan kesuburan tanah. Tanah
keras akan menjadi lebih gembur. Tanah miskin akan menjadi subur. Tanah
masam akan menjadi lebih netral. Tanaman yang diberi kompos tumbuh lebih
subur dan kualitas panennya lebih baik daripada tanaman tanpa kompos. Bukan
hanya itu, kompos juga memiliki beberapa kelebihan diantaranya, mengandung
unsur hara yang lengkap, baik unsur hara makro maupun unsur hara mikro.
Kondisi ini tidak dimiliki oleh pupuk buatan (anorganik), mengandung asam -
asam organik, antara lain asam humic, asam fulfic, hormon dan enzym yang tidak
terdapat dalam pupuk buatan yang sangat berguna baik bagi tanaman maupun
lingkungan dan mikroorganisme. Mengandung makro dan mikro organisme tanah
yang mempunyai pengaruh yang sangat baik terhadap perbaikan sifat fisik tanah
dan terutama sifat biologis tanah, memperbaiki dan menjaga struktur
tanah.Menjadi penyangga pH tanah, menjadi penyangga unsur hara anorganik
yang diberikan, membantu menjaga kelembaban tanah, aman dipakai dalam
jumlah besar dan berlebih sekalipun, dan yang paling penting adalah tidak
merusak lingkungan.

Pada prinsipnya semua bahan yang berasal dari mahluk hidup atau bahan
organik dapat dikomposkan. Seresah, daun-daunan, pangkasan rumput, ranting,
dan sisa kayu dapat dikomposkan. Kotoran ternak, binatang, bahkan kotoran
manusia bisa dikomposkan. Kompos dari kotoran ternak lebih dikenal dengan
istilah pupuk kandang. Sisa makanan dan bangkai binatang bisa juga menjadi
kompos. Ada bahan yang mudah dikomposkan, ada bahan yang agak mudah, dan
ada yang sulit dikomposkan. Sebagian besar bahan organik mudah dikomposkan.
Bahan yang agak mudah alias agak sulit dikomposkan antara lain: kayu keras,
batang, dan bambu. Bahan yang sulit dikomposkan antara lain adalah kayu-kayu
yang sangat keras, tulang, rambut, tanduk, dan bulu binatang.

Tanaman tidak dapat menyerap hara dari bahan organik yang masih mentah,
apapun bentuk dan asalnya. Kotoran ternak yang masih segar tidak bisa diserap
haranya oleh tanaman. Apalagi sisa tanaman yang masih segar bugar juga tidak
dapat diserap haranya oleh tanaman. Kompos yang ‘setengah matang’ juga tidak
baik untuk tanaman. Bahan organik harus dikomposkan sampai ‘matang’ agar bisa
diserap haranya oleh tanaman. Prinsipnya adalah tanaman menyerap hara dari
tanah, oleh karena itu harus dikembalikan menjadi tanah dan diberikan ke tanah
lagi.
Membuat kompos sangat mudah. Secara alami bahan organik akan
mengalami pelapukan menjadi kompos, tetapi waktunya lama antara setengah
sampai satu tahun tergantung bahan dan kondisinya. Agar proses pengomposan
dapat berlangsung lebih cepat perlu perlakuan tambahan.Pembuatan kompos
dipercepat dengan menambahkan aktivator atau inokulum atau biang kompos.
Aktivator ini adalah jasad renik (mikroba) yang bekerja mempercepat pelapukan
bahan organik menjadi kompos. Bahan organik yang lunak dan ukurannya cukup
kecil dapat dikomposkan tanpa harus dilakukan pencacahan. Tetapi bahan organik
yang besar dan keras, sebaiknya dicacah terlebih dahulu. Aktivator kompos harus
dicampur merata ke seluruh bahan organik agar proses pengomposan berlangsung
lebih baik dan cepat.

Bahan yang akan dibuat kompos juga harus cukup mengandung air. Air ini
sangat dibutuhkan untuk kehidupan jasad renik di dalam aktivator kompos. Bahan
yang kering lebih sulit dikomposkan. Akan tetapi kandungan air yang terlalu
banyak juga akan menghambat proses pengomposan. Jadi basahnya harus cukup.
Bahan juga harus cukup mengandung udara. Seperti halnya air, udara dibutuhkan
untuk kehidupan jasad renik aktivator kompos.
Untuk melindungi kompos dari lingkungan luar yang buruk, kompos perlu
ditutup. Penutupan ini bertujuan untuk melindungi bahan/jasad renik dari air
hujan, cahaya matahari, penguapan, dan perubahan suhu.

Bahan didiamkan selama beberapa waktu hingga kompos matang. Lama


waktu yang dibutuhkan antara 2 minggu sampai 6 minggu tergantung dari bahan
yang dikomposkan. Bahan-bahan yang lunak dapat dikomposkan dalam waktu
yang singkat, 2 – 3 minggu. Bahan-bahan yang keras membutuhkan waktu antara
4 – 6 minggu. Ciri kompos yang sudah matang adalah bentuknya sudah berubah
menjadi lebih lunak, warnanya coklat kehitaman, tidak berbau menyengat, dan
mudah dihancurkan/remah.

Kompos yang sudah matang dapat langsung digunakan untuk tanaman.


Tidak ada batasan baku berapa dosis kompos yang diberikan untuk tanaman.
Secara umum lebih banyak kompos memberikan hasil yang lebih baik. Tetapi jika
kompos akan digunakan untuk pembibitan atau untuk tanaman di dalam
pot/polybag, kompos harus dicampur tanah dengan perbandingan satu bagian
kompos : tiga bagian tanah.

Kompos dapat diberikan sebagai satu-satunya sumber hara tambahan atau


lebih dikenal dengan istilah pertanian organik. Kompos yang diberikan sebaiknya
dalam jumlah yang cukup, agar tanaman dapat tumbuh lebih baik. Kompos juga
bisa diberikan bersama-sama dengan pupuk kimia buatan. Pupuk kimia dapat
dikurangi sebagian dan digantikan dengan penambahan kompos. Kompos dapat
diberikan ke tanaman apa saja, mulai dari tanaman pertanian, holtikultura,
perkebunan, tanaman hias, buah-buahan, sayuran, dan kehutanan. Misalnya untuk
tanaman: padi sawah, padi gogo, jagung, ketela pohon, kacang, kol, kentang,
karet, kopi, sawit, kakao, tebu, aglonema, gelombang cinta, mangga, akasia, dan
lain-lain.

Penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Tanah menemukan bahwa


kandungan bahan organik di sebagian besar sawah di P Jawa menurun hingga 1%
saja. Padahal kandungan bahan organik yang ideal adalah sekitar 5%. Kondisi
miskin bahan organik ini menimbulkan banyak masalah, antara lain: efisiensi
pupuk yang rendah, aktivitas mikroba tanah yang rendah, dan struktur tanah yang
kurang baik. Akibatnya produksi padi cenderung turun dan kebutuhan pupuk terus
meningkat. Solusi mengatasi permasalah ini adalah dengan menambahkan bahan
organik/kompos ke lahan-lahan sawah. Kompos harus ditambahkan dalam jumlah
yang cukup hingga kandungan bahan organik kembali ideal seperti semula.
H. METODOLOGI PELAKSANAAN PROGRAM
1. Tahap pra pengiriman proposal.
Tahap-tahap yang dilakukan meliputi:
a. Pengumpulan Fakta
Tahap ini adalah tahap menemukan sebuah ide. Pada tahap ini kami
mencoba untuk melihat fakta-fakta yang terjadi di masyarakat dan
lingkungan sekitar yang memungkinkan untuk dikembangkan.
b. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Pada tahap ini kami mencoba merumuskan dan memberikan batasan pada
permasalahan yang sudah kami miliki pada saat mengumpulkan fakta.
c. Studi Literatur
Untuk memperkuat ide yang sudah ada maka kami melakukan study
literatur. Literatur yang kami gunakan berupa artikel-artkel dari beberapa
website yang membahas cara pembuatan kompos.
2. Tahap Pasca Persetujuan Proposal/Pelaksanaan Program
Tahap ini meliputi beberapa kegiatan yaitu:
Dengan cara sebagai berikut:
a. Survey Lokasi
Pada tahap ini dicari lokasi Tempat Pembuangan Akhir .
b. Persiapan Kerangka Kerja
Kerangka kerja pelaksanaan yang akan dilakukan harus dibuat sebagus
mungkin dan dilengkapi dengan data-data yang telah ada. Hal ini
dilakukan untuk meyakinkan masyarakat bahwa pengolahan sampah
menjadi kompos ini bermanfaat dan tepat sasaran.
c. Kerja sama dengan Pemerintah terkait khususnya DLHKP.
Pada tahap dilakukan rencana kerja yang akan diajukan kepada
pemerintah.
d. Monitoring
Monitoring ini dilakukan sebagai langkah akhir apakah TPA merasakan
hasil dari pengolahan sampah menjadi kompos.
I. JADWAL KEGIATAN
Minggu ke-
No Nama Kegitan
I II III IV V VI VII VIII
1 Survey tempat (lokasi) X X
2 Persiapan kerangka kerja X X X
3 Proses pendekatan kepada
kepada pemerintah dan X X
masyarakat
4 Proses pelaksaan kegiatan X X X
5 Monitoring kerangka kerja X X X X
yang telah dilaksanakan
6 Pembuatan laporan kerja X X X X X X X

J. BIAYA
Biaya pelaksanaan selama 2 bulan :
No. Pengeluaran Biaya

1. Survey tempat Rp. 50.000

2. Pembuatan laporan Rp. 50.000

3. Peminjaman truk sampah Rp. 200.000

4. Penyewaan tempat kegiatan Rp. 300.000

5. Pembelian alat pengurai sampah Rp. 1000.000

Total pengeluaran Rp. 1.600.000


K. DAFTAR PUSTAKA
http://faisalmoch.blogspot.com/2012/03/keunggulan-dan-kelebihan-kompos.html

http://fourseasonnews.blogspot.com/2013/01/pengertian-kompos-menurut-para-
ahli.html

http://sutomodiriku.wordpress.com/pengertian-kompos-dan-cara-pembuatannya/

Anda mungkin juga menyukai