Anda di halaman 1dari 3

Poin 3

Memastikan komitmen dimulai dari jenjang teratas yaitu Dewan Komisaris dan Direksi serta memastikan
bahwa penerapan tata kelola perusahaan telah terlaksana dengan baik didalam operasi bisnis inti.

Implementasi Corporate Social Responsibility perusahaan harus sesuai dengan visi dan misi perusahaan
serta mendapatkan dukungan dari Dewan Komisaris dan Direksi. Dengan dukungan yang kuat dari
manajemen, implementasi CSR menjadi lebih baik, lebih terarah. Hal ini penting guna mendapatkan
kejelasan arah dan fokus pada sektor apa CSR apa yang akan diimplementasikan oleh perusahaan.

Memprakarsai diskusi kelompok antar para pemangku kepentingan.

Perusahaan dalam menjalankan aktivitas bisnis dan operasionalnya sering kali bersinggungan dengan
para pemangku kepentingan (stakeholders) yang tentu saja memiliki kepentingan yang juga berbeda-
beda. Semua kelompok dan pribadi-pribadi yang memiliki keterkaitan dengan perusahaan dapat
memberikan masukan kepada perusahaan dalam merumuskan program Corporate Social Responsibility.

Stategi dasar CSR harus ditetapkan di tingkat eksekutif dan anak perusahaan dapat mengangkat strategi
tersebut sesuai dengan lingkungan setempat.

Agar implementasi Corporate social Responsibility dapat berjalan selaras antara holding dan anak
perusahaan (bagi grup korporasi), perlu dirumuskan strategi CSR yang holistik. Karenanya strategi
Corporate Social Responsibility harus dirumuskan pada jajaran eksekutif. Cara termudah lainnya, setiap
anak perusahaan dapat mengadopsi strategi CSR dari perusahaan induk. Tidak hanya serta-merta
langsung mengadopsi, tetapi juga harus menyesuaikan dengan sektor industri yang digeluti oleh anak
perusahaan itu dan menyesuaikan dengan lingkungan setempat.

Melibatkan dan memberdayakan masyarakat dalam program pengembangan pasar dan pembentukan
citra masyarakat dan dalam pengembangan rantai nilai.

Program Corporate Social Responsibility juga perlu mencermati kondisi riil yang terjadi di dalam
masyarakat. Pelibatan dan memberdayakan masyarakat juga dapat didorong untuk merumuskan
strategi CSR seperti dalam bentuk Community Development Program. Hal ini dapat mendorong
pengembangan pasar, dan meningkatkan citra positif perusahaan dimasyarakat dan juga dapat
mengembangakan added value chain dari sebuah perusahaan.

Untuk program CSR seperti program lingkungan atau yang memberikan manfaat tidak langsung
dianjurkan agar perusahaan membentuk unit CSR yang terpisah dari bagian operasi di perusahaan

Membentuk unit CSR yang terpisah merupakan pilihan dari perusahaan masing-masing sesuai dengan
besaran arah dan fokus CSR, luasnya skala, wilayah dan pendanaan dari program CSR yang
direncanakan. Hal ini tergantung dari kebijakan masing-masing.

Menetapkan program pembangunan masyarakat dan peningkatan kompetensi sumber daya manusia
yang mendukung pendidikan dasar dan kejuruan, keamanan lingkungan, kesejahteraan masyarakat,
kesehatan dan keamanan masyarakat
Secara berkesinambungan mengawasi dan menilai pelaksanaan program, belajar dari kesalahan maupun
dari kesuksesan agar dapat terus maju, menerbitkan laporan keberlanjutan dengan standar Global
Reporting Initiatives.

Secara berkala program Corporate Social Responsibility harus dievaluasi secara berkala untuk
memastikan kesesuaian eksekusi program dengan apa yang telah direncanakan.

Program CSR dapat juga dirumuskan dengan menggunakan rujukan dari Global Reporting Initiatives agar
proses perencanaan program CSR, implementasi dan eksekusi dan evaluasi serta pelaporan kegiatan CSR
dapat berjalan dengan selaras.

Pelaporan kegiatan CSR yang efektif harus dipaparkan dengan jelas di media untuk mendorong lembaga
dan perusahaan lain ikut serta melakukannya.

Sebagai bentuk keterbukaan informasi terhadap program CSR, perusahaan selain menerbitkan Laporan
Keberlanjutan, juga dapat mempublikasikannya secara jelas di berbagai media.

Poin 5

Stakeholder management adalah suatu proses dan kontrol yang harus direncanakan dan menggunakan
prinsip yang mendasar, hal ini bertujuan untuk mendapatkan tingkat komitmen dari para stakeholder
yang akan mendukung tercapainya tujuan proyek atau bisnis.

Berikut ini adalah proses yang dilalui dalam melakukan menyiapkan informasi strategi pada stakeholder
management :

1. Stakeholder identification : mengidentfikasi stakeholder, baik internal maupuan eksternal organisasi


yang berkaitan dengan proyek/bisnis. Dalam ini, mapping sangat diperlukan untuk mengetahui mana-
mana saja yang merupakan stakeholder bagi proyek/bisnis.

2. Stakeholder analysis : melakukan analisa terhadap kebutuhan, ekspektasi, otoritas yang dimiliki, serta
komitmen dari para masing-masing stakeholder.

3. Stakeholder matrix : memposisikan stakeholder ke bentuk matric untuk mengetahui tingkat pengaruh
yang dimilikinya dan akibat yang didapat jika ekspetasi stakeholder tersebut tidak terpenuhi. Jika tingkat
interest semakin tinggi maka stakeholder tersebut harus selalu diberi informasi tentang proyek yang
berjalan dan jika tingkat pengaruhnya sangat tinggi perlu dipenuhi ekspektasi yang diharapkan
stakeholder.

4. Stakeholder engagement : didalam engagement komunikasi dari ekspektasi yang diharapkan


didiskusikan secara bersama dan membuat suatu nilai kesepatakan yang akan disetujui bersama

5. Mengkomunikasikan informasi : disini komunikasi dibentuk antar stakholder tentang ekspektasi


masing-masing stakeholder yang mana merupakan tingkat detil dari informasi hasil diskusi dari
stakeholder engagement. Selain itu, masalah keamanan informasi dan klasifikasi confidentiality nya juga
dibuat untuk keperluan pengamanan informasi.

Dari kelima proses diatas maka akan dibuat yang namanya stakeholder agreement. Disini merupakan
persetujuan dari komitmen, nilai-nilai yang ditetapkan dalam stakeholder engagement, serta tujuan dari
organisasi atau proyek. Dengan kata lain stakeholder agreement merupakan kumpulan dari hasil
keputusan ekspektasi stakeholder terhadap organisas atau proyek.

Anda mungkin juga menyukai