Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“ NARKOTIKA”

KELOMPOK IV

FEBRIYANTI AKZAH (O1B119014)


GINA APRILIA SYAHPUTRI (O1B119016)
INDAR DEWI (O1B119018)
ISRADIN (O1B119020)
LA ODE NOVIAL ASHAR (O1B119022)
MASNI (O1B119024)
NURFITRI GOMUL (O1B119026)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITASHALU OLEO
KENDARI
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang
telah memberikan nikmat kesehatan dan kesempatan kepada kami, sehingga
penyusunan makalah ini dapat terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari mata
kuliah “Undang-Undang Dan Etika Profesi”. Dengan adanya makalah ini kami
berharap dapat membantu meningkatkan pengetahuan kita tentang
Penyalahgunaan Narkotika serta dapat memahami dan menyelesaikan
permasalahan terkait Penyalahgunaan Narkotika yang dimaksud dalam rangka
meningkatkan kualitas hidup dibidang kesehatan serta meningkatkan mutu
individu itu sendiri.
Kami sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan, sehingga saran dan kritik yang membangun dari dosen
pengajar maupun berbagai pihak sangat kami harapkan dalam rangka perbaikan
makalah ini ke depannya.

Kendari, September 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemerintah dalam hal ini, Badan Narkotika Nasional (BNN) dibantu
masyarakat telah melakukan upaya pencegahan dan pengendalian
perdagangan narkoba, sementara itu dalam norma sosial dan juga ajaran-
ajaran agama telah menyebutkan bahwa menggunakan zat-zat yang
memabukkan adalah perbuatan terlarang. Namun kenyataan menunjukkan
bahwa korban penyalahgunaan narkoba terus ada, bahkan kasusnya terus
meningkat. Penilaian salah-tidaknya apa yang dilakukan oleh pecandu,
tidaklah kemudian menghilangkan hak-hak mereka untuk mendapatkan
pelayanan rehabilitasi guna pemulihan kehidupan mereka. Sebagai manusia,
mereka yang terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba, perlu ditolong agar
mereka dapat kembali hidup secara wajar menjadi manusia yang produktif.
Tugas itu menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, keluarga dan
masyarakat.
Narkotika sering disingkat dengan sebutan NAZA (Narkotika dan Zat
Adiktif) atau NAPZA (Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif).
Psikotropika dan narkotika digolongkan ke dalam obat-obatan atau zat-zat
yang berbahaya bagi kesehatan bila pemakaiannya disalahgunakan. Oleh
karena itu, ketentuan mengenai produksi, pengadaan, peredaran, serta
penyaluran ekspor dan impor obatobat tersebut diatur dalam undang-undang.
Perkataan narkotika berasal dari bahasa Yunani “narke” yang artinya terbius
sehingga tidak merasakan apa-apa. Narkotika atau sering diistilahkan dengan
“drug” adalah sejenis zat yang bisa menimbulkan pengaruh tertentu bagi
mereka yang menggunakan dengan memasukkannya ke dalam tubuh. Dalam
hukum positif, narkotika/narkoba secara terminologi adalah setiap zat yang
apabila dikonsumsi akan merusak fisik dan akal, bahkan terkadang membuat
orang menjadi gila atau mabuk. Hal yang demikian dilarang oleh undang-
undang, seperti: ganja, opium, morpin, heroin, dan kokain. Secara etimologis,
narkotika atau narkoba berasal dari bahasa Inggris narcose atau narcosis yang
berarti menidurkan dan pembiusan. Penyalahgunaan narkotika dan obat
berbahaya lainnya (Narkoba) mempunyai dimensi yang luas dan kompleks,
baik dari sudut medik, psikiatrik (kedokteran jiwa), kesehatan jiwa, maupun
psikososial ekonomi, politik, sosial-budaya, kriminalitas, dan sebagainya.

B. Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah dari Makalah ini yaitu :
1. Apa pengertian dari Narkotika?
2. Bagaimana penggolongan Narkotika?
3. Apa saja dampak yang disebabkan oleh Narkotika?
4. Bagaimana Peredaran Narkotika di Masyarakat?
5. Bagaimana Upaya Pencegahan Narkotika di Masyarakat?
6. Bagaimana penegakan Hukum terhadap Penyalahgunaan Narkotika?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu :
1. Memahami defenisi dari Narkotika
2. Memahami penggolongan Narkotika
3. Memahami dampak dari Narkotika
4. Memahami peredaran Narkotika dimasyarakat
5. Memahami pencegahan Narkotika dimasyarakat
6. Memahami tentang penegakan hukum terhadap penyalahgunaan Narkotika
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi Narkotika
Menurut Pasal 1 UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, yang
dimaksud dengan
1. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan yang
dibedakan kedalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam UU
No. 35 Tahun 2009.
2. Prekursor Narkotika adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang
dapat digunakan dalam pembuatan Narkotika yang dibedakan dalam
tabel sebagaimana terlampir dalam UU No. 35 Tahun 2009.
Perkataan narkotika berasal dari bahasa Yunani “narke” yang artinya
terbius sehingga tidak merasakan apa-apa. Narkotika atau sering diistilahkan
dengan “drug” adalah sejenis zat yang bisa menimbulkan pengaruh tertentu
bagi mereka yang menggunakan dengan memasukkannya ke dalam tubuh.
Dalam hukum positif, narkotika/narkoba secara terminologi adalah setiap zat
yang apabila dikonsumsi akan merusak fisik dan akal, bahkan terkadang
membuat orang menjadi gila atau mabuk.
Narkotika secara Farmakologik adalah opioda, tetapi menurut UU No.
22 Tahun 1997 Narkotika adalah zat atau obat tang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman, baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Seiring
berjalannya waktu keberadaan Narkotika bukan hanya sebagai penyembuh
namun justru menghancurkan. Awalnya Narkotika masih digunakan sesekali
dalam dosis kecil dan tentu saja dampaknya tak terlalu berarti. Namun
perubahan jaman dan mobilitas kehidupan membuat Narkotika menjadi
bagian dari gaya hidup, dari yang terjadi hanya sekedar perangkat medis, kini
Narkotika mulai tenar digaungkan sebagai dewa dunia atau penghilang rasa
sakit.

B. Penggolongan Narkotika
Menurut Undang-Undang No. 35 tahun 2009, Narkotika digolongkan
kedalam :
1. Narkotika Golongan I adalah Narkotika yang hanya dapat digunakan
untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam
terapi, serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.
Contoh : Opium mentah, tanaman koka, heroin, dan tanaman ganja.
2. Narkotika golongan II adalah Narkotika berkhasiat pengobatan digunakan
dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan Ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.
Contoh : Morfin, ekgonina dan morfin metobromida.
3. Narkotika golongan III adalah narkotika berkhasiat pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan.
Contoh : etilmorfin, Kodein, Polkodina dan propiram.

C. Dampak yang disebabkan oleh Narkotika


Narkoba dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi) fisik dan psikologis.
Penyebab penyalahagunaan narkoba pada generasi muda dapat disebabkan
oleh dua faktor, yaitu :
1. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu itu
sendiri, seperti kecemasan, depresi serta kurangnya
religiusitas. Kebanyakan penyalahgunaan narkotika dimulai atau
terdapat pada masa remaja, sebab remaja yang sedang mengalami
perubahan biologik, psikologik maupun sosial yang pesat merupakan
individu yang rentan dalam penyalahgunaan obat-obat terlarang ini.
Remaja dengan ciri-ciri tertentu mempunyai risiko lebih besar untuk
menjadi penyalahguna narkoba.
2. Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar individu atau
lingkungan seperti kondisi keluarga, lemahnya hukum serta pengaruh
lingkungan. Lingkungan yang baik akan memberikan pengaruh positif
dan terhidar dari penyalahgunaan narkoba.
Menurut data yang diterima oleh Badan Narkotika Nasional (BNN),
jumlah penyalahgunaan narkoba di Tanah Air mencapai 3,5 juta orang pada
tahun 2017 lalu. Bahkan hampir 1 juta orang diantaranya telah menjadi
pecandu. Kebanyakan dari korban-korban tersebut adalah remaja.
Menanggapi fenomena ini pemerintah telah menetapkan negara kita sedang
berada dalam keadaan darurat dalam penyalahgunaan narkoba. Bila narkoba
digunakan secara terus menerus atau melebihi takaran yang telah ditentukan
akan mengakibatkan ketergantungan. Ketergantungan inilah yang akan
mengakibatkan gangguan fisik dan psikologis, karena terjadinya kerusakan
pada sistem syaraf pusat (SSP) dan organ-organ tubuh seperti jantung, paru-
paru, hati dan ginjal. Dampak penyalahgunaan narkoba pada seseorang sangat
tergantung pada jenis narkoba yang dipakai, kepribadian pemakai dan situasi
atau kondisi pemakai. Secara umum, dampak kecanduan narkoba dapat
terlihat pada fisik, psikis maupun sosial seseorang.
Dampak Fisik:
1. Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang-kejang,
halusinasi, gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi.
2. Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler)
seperti: infeksi akut otot jantung, gangguan peredaran darah.
3. Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti: penanahan (abses),
alergi, eksim.
4. Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi
pernapasan, kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru.
5. Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu
tubuh meningkat, pengecilan hati dan sulit tidur.
6. Dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan
padaendokrin, seperti: penurunan fungsi hormon reproduksi
(estrogen, progesteron, testosteron), serta gangguan fungsi seksual.
7. Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan
antara lain perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan
menstruasi, dan amenorhoe (tidak haid).
8. Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian
jarum suntik secara bergantian, risikonya adalah tertular penyakit
seperti hepatitis B, C, dan HIV yang hingga saat ini belum ada
obatnya.
9. Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi Over
Dosis yaitu konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk
menerimanya. Over dosis bisa menyebabkan kematian.
Dampak Psikis dan Sosial bagi pemakai narkoba antaralain :
1. Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah.
2. Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga.
3. Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal.
4. Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan.
5. Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri.
6. Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh
lingkungan.
7. Merepotkan dan menjadi beban keluarga.
8. Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram
Dampak fisik, psikis dan sosial berhubungan erat. Ketergantungan fisik
akan mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa (sakaw) bila terjadi putus obat
(tidak mengkonsumsi obat pada waktunya) dan dorongan psikologis berupa
keinginan sangat kuat untuk mengkonsumsi (bahasa gaulnya sugest). Gejala
fisik dan psikologis ini juga berkaitan dengan gejala sosial seperti dorongan
untuk membohongi orang tua, mencuri, pemarah, manipulatif, dll.
Seperti pengalaman teman saya yang sempat menggunakan narkoba, saya
melihat banyak perubahan pada dirinya dalam bentuk fisik maupun psikis.
Perubahan fisik dan psikis yang sangat terlihat oleh saya adalah nasfu
makannya yang meningkat sehingga membuat berat badannya menjadi naik
drastis, selain itu saya juga merasakan sifatnya lebih emosional dan sulit
berkonsentrasi ketika berbicara. Jenis narkoba yang digunakan teman saya
adalah ganja. Penggunaan narkoba dalam bentuk apapun menurut saya sangat
berbahaya, apalagi pendidikan teman saya menjadi terganggu dan sampai di
Drop Out dari sekolah akibat menggunakan obat- obatan terlarang tersebut.
Bahkan teman saya sampai sempat di rehabilitasi agar dapat kembali seperti
sediakala.
Oleh karena itu, narkoba sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup bangsa
ini. Hal ini dikarenakan barang haram ini dapat menghancurkan masa depan
generasi muda sebagai calon penerus bangsa. Upaya pencegahan terhadap
penyebaran narkoba di kalangan pelajar, sudah menjadi tanggung jawab kita
bersama. Dalam hal ini semua pihak termasuk orang tua, guru, dan
masyarakat harus turut berperan aktif dalam mewaspadai ancaman narkoba
terhadap generasi muda. Banyak hal yang masih bisa dilakukan untuk
mencegah remaja dalam penyalahgunaan narkoba, dan membantu remaja
yang sudah terjerumus penyalahgunaan narkoba. Ada tiga tingkat intervensi,
yaitu :
1. Primer, sebelum penyalahgunaan terjadi, biasanya dalam bentuk
pendidikan, penyebaran informasi mengenai bahaya narkoba,
pendekatan melalui keluarga, dll. Instansi pemerintah, seperti halnya
BKKBN, lebih banyak berperan pada tahap intervensi ini. kegiatan
dilakukan seputar pemberian informasi melalui berbagai bentuk
materi KIE yang ditujukan kepada remaja langsung dan keluarga.
2. Sekunder, pada saat penggunaan sudah terjadi dan diperlukan upaya
penyembuhan (treatment). Fase ini meliputi: Fase penerimaan awal
(initialintake)antara 1 – 3 hari dengan melakukan pemeriksaan fisik
dan mental, dan Fase detoksifikasi dan terapi komplikasi medik,
antara 1 – 3 minggu untuk melakukan pengurangan ketergantungan
bahan-bahan adiktif secara bertahap.
3. Tersier, yaitu upaya untuk merehabilitasi merekayang sudah
memakai dan dalam proses penyembuhan. Tahap ini biasanya terdiri
atas Fase stabilisasi, antara 3-12 bulan, untuk mempersiapkan
pengguna kembali ke masyarakat, dan Fase sosialiasi dalam
masyarakat, agar mantan penyalahguna narkoba mampu
mengembangkan kehidupan yang bermakna di masyarakat. Tahap
ini biasanya berupa kegiatan konseling, membuat kelompok-
kelompok dukungan, mengembangkan kegiatan alternatif, dll.

D. Peredaran Narkotika dimasyarakat


Peredaran narkotika di Indonesia, dilihat dari aspek yuridis, adalah sah
keberadaannya. Peraturan ini hanya melarang terhadap penggunaan narkotika
tanpa izin oleh undang-undang. Keadaan inilah dalam kenyataan empiris,
oleh penggunanya sering disalahgunakan, dan tidak untuk kepentingan
kesehatan, tetapi lebih jauh dari pada itu, dijadikan sebagai objek bisnis
(ekonomi) dan sehingga merusak mental, baik fisik maupun psikis generasi
muda. Untuk mengatasi penyalahgunaan narkotika, maka diperlukan strategi
penegakan hukum secara efektif, yang meliputi:
1. Pencegahan (General Prevention)
2. Kebijakan Kriminal (Criminal Policy)
3. Rehabilitasi medis dan social (Medical Rehabilitation and Social
Rehabilitation).
Pencegahan General Prevention, merupakan masalah pengaturan
produksi, penyediaan, peredaran, penyaluran, dan penggunaan psikotrofika,
diperlukan aturan hukum yang berfungsi sebagai regulation, serta pencegahan
peredaran gelap narkotika memerlukan perhatian sebegai bentuk pencegahan
(general prevention). Upaya pencegahan ini amat diperlukan sehingga dapat
diketahui seberapa jauh maksimal kebutuhan tahunan akan narkotika,
memang diperlukan. Sebab kalau tidak dikontrol pengadaannya akan
memberikan dampak terhadap penyalahgunaan terhadap produksi narkotika
yang melebihi kebutuhan.
Kebijakan kriminal (Criminal Policy), ini dapat dilakukan dengan dua
cara, yakni : melalui sarana penal atau penegakan hukum pidana, dan dengan
sarana non penal, antara lain melalui kegiatan penyuluhan hukum kepada
masyarakat. Kebijakan kriminal ini adalah tanggung jawab aparat penegak
hukum agar menegakkan hukum sebagai upaya hukuman (punishment),
untuk membangkitkan motivasi masyarakat guna menunjang penegakan
hukum.
Selanjutnya Rehabilitasi medis Medical and Social Rehabilitation
sangat diperlukan bagi pecandu atau pemakai narkotika sebaiknya dibangun
fasilitas sarana rehabilitasi medis dalam rangka rehabilitasi sosial. Di sisi lain,
bagi para terpidana narkotika hendaknya dibangun fasilitas lembaga
pemasyarakatan khusus, yang dijauhkan dengan para pelaku tindak pidana
lainnya.

E. Upaya Pencegahan Narkotika di Masyarakat


Preventif, adalah suatu upaya mencegah terjadinya penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkotika. Upaya ini biasanya dilakukan dengan berbasiskan
pada masyarakat dengan cara mendorong dan mengugah kesadaran,
kepedulian dan peran aktif seluruh komponen masyarakat. Motto yang
menjadi pendorong semangat adalah ”mencegah lebih baik dari pada
mengobati”. Represif, merupakan upaya penindakan dan penegakan hukum
terhadap ancaman faktual dengan sanksi yang tegas dan konsisten, sehingga
dapat membuat efek jera para pelaku penyalahguna narkotika. Bentuk
kegiatan yang dilakukan dalam usaha represif adalah:
1. Memutus, jalur peredaran gelap Narkotika.
2. Mengungkap jaringan sindikat.
3. Mengungkap motivasi/latar belakang dari kejahatan penyalahgunaan
narkotika.
Curatif, upaya yang dilakukan setelah terjadinya penyalahgunaan
narkotika. Strategi ini dilakukan untuk mengobati para pemakai/pecandu
narkotika dengan melakukan pengobatan secara medis, sosial dan spritual
serta upaya untuk mencegah menjalarnya penyakit HIV/AIDS karena
pemakaian jarum suntik oleh penyalahguna narkotika secara bergantian dapat
menularkan penyakit HIV/AIDS, untuk itu perlu dilakukan pencegahan lebih
lanjut. Penegakan hukum terhadap penyalahgunaan narkotika khususnya yang
dilakukan selama ini hanya menggunakan pendekatan hukum semata-mata
seperti penyidikan, penuntutan dan peradilan, dan pelaksanaan hukum di
lembaga pemasyarakatan. Di tingkat penyidikan misalnya dalam hal
pencegahan terhadap penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh Satuan
Narkoba Polresta Jambi dengan melakukan razia di tempat-tempat yang
diindikasi marak terjadinya beredarnya narkotika seperti hotel, tempat karoke,
bar dan tempat hiburan lainnya

F. Upaya Penegakan Hukum Penyalahgunaan Narkotika


Berbicara masalah penegakan hukum, menurut Lawrence. M. Friedman
tidak terlepas dari 3 (tiga) Faktor yang saling terkait yakni :
1. Subtstandi Hukum
2. Struktur Hukum
3. Budaya Hukum
Untuk lebih jelasnya mengenai 3 ketiga faktor tersebut di atas, dapat
dilihat penjelasan berikut di bawah ini: Subtstandi Hukum (Legal Subtstansi)
Substansi hukum merupakan isi dari hukum itu sendiri, artinya isi
menciptakan keadilan dan dapat diterapkan dalam masyarakat. Mengenai
larangan terhadap penyalahgunaan narkotika dalam Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009, terdapat 4 (empat) kategorisasi tindakan melawan hukum
yang dilarang oleh undang-undang dan dapat diancam dengan sanksi pidana,
yakni :
1. Kategori pertama, yakni perbuatan-perbuatan berupa memiliki,
menyimpan, menguasai, atau menyediakan narkotika dan prekusor
narkotika.
2. Kategori kedua, yakni perbuatanperbuatan berupa memproduksi,
mengimpor, mengekspor, atau menyediakan narkotika dan prekursor
narkotika.
3. Kategori ketiga, yakni perbuatanperbuatan berupa menawarkan untuk
dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli,
menukar, atau menyerahkan narkotika dan prekursor narkotika.
4. Kategori ke-empat, yakni perbuatanperbuatan berupa membawa,
mengirimkan, mengangkut, atau mentransit narkotika dan prekursor
narkotika.
Bila dilihat dari ancaman pidana yang terdapat di dalam Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2009, dapat dipahami bahwa Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 memuat ancaman hukum pidana yang boleh dikatakan
cukup berat terutama bagi mereka yang terbukti secara sah menggunakan
narkotika baik golongan I s/d golongan III ketentuan ini sebagaimana terdapat
di dalam Pasal 127 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009, berbunyi sebagai
berikut :
1. Setiap Penyalah Guna :
a. Narkotika Golongan I Bagi diri sendiri dipidana dengan pidana
penjara paling lama 4 (empat) tahun.
b. Narkotika Golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana
penjara paling lama 2 (dua) tahun.
c. Narkotika Golongan III bagi diri sendiri dipidana dengan pidana
penjara paling 1 (satu) tahun.
2. Dalam memutus perkara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), hakim
wajib memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54,
Pasal 55, dan Pasal 103. (3) Dalam hal penyalah guna sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dibuktikan atau terbukti sebagai korban
penyalahgunaan narkotika, penyalah guna tersebut wajib menjalani
rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. Struktur Hukum (Legal
Structure) merupakan pranata hukum yang menopang sistem hukum itu
sendiri, yang terdiri atas lembaga-lembaga hukum, aparat penegak hukum,
sarana dan prasarana yang scara kumulatif menentukan proses kerja serta
kinerja mereka.
Dalam upaya penanggulangan terhadap penyalahgunaan Narkotika di
Indonesia ada 5 (lima) lembaga penegak hukum yang diberikan kewenangan
oleh undang-undang. Ke lima lembaga penegak hukum tersebut antara lain :
1. Kepolisian yang dikenal sebagai Penyidik.
2. Badan Narkotika Nasional (BNN).
3. Kejaksaan.
4. Pengadilan/lembaga Peradilan.
5. Lembaga Pemasyarakatan
Budaya Hukum (Legal Culture) Berbicara tentang budaya hukum, tidak
terlepas dari kesadaran hukum masyarakat. Kedua hal ini merupakan satu
kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, sebab sangat berhubungan dengan
pelaksanaan budaya hukum dan kesadaran. Untuk mengenal tentang budaya
hukum dan kesadaran hukum masyarakat, tidak cukup hanya mempergunakan
secara konvensional yang lazim dikenal dalam ilmu hukum sekarang, akan
tetapi perlu mempergunakan berbagai indikator yang yang telah berkembang
saat ini, terutama hal-hal yang menyangkut tentang pemikiran kembali apa
yang menjadi tujuan hukum dan refenisi tengtang fungsi dan peranan hukum
dalam masyarakat. Dengan demikian budaya hukum dan kesadaran hukum
masyarakat merupakan dua hal yang dapat dikembangkan dengan baik secara
terpadu, sehingga pembaharuan hukum yang dilaksanakan dapat diterima
oleh masyarakat sebagai pedoman tingkah laku yang harus dituruti.
Walaupun hukum yang dibuat memenuhi persyaratan yang telah ditentukan
secara filosofis dan yuridis, tetapi kalau kesadaran hukum masyarakat tidak
mempunyai respons untuk menaati dan mematuhi peraturan hukum tersebut,
maka peraturan hukum yang dibuat tidak akan efektif berlakunya dalam
kehidupan masyarakat. Kesadaran beragama dapat membantu dalam
pencegahan penyalahgunaan narkotika. Permasahalan narkotika bagaikan
puncak gunung es, yang tampak hanya yang ada di atas permukaaan. Bagian
terbesar di bawah permukaan tindak tampak. Yang semakin memilukan
sekaligus sangat mengkhawatirkan, ternyata para korban penyalahgunaan
narkotika tersebut ada juga anak-anak remaja.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.
2. Narkotika digolongkan kedalam 3 golongan, Narkotika golongan I,
Narkotika golongan II dan Narkotika golongan III
3. Narkoba dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi) fisik dan psikologis.
4. Untuk mengatasi penyalahgunaan narkotika, maka diperlukan strategi
penegakan hukum secara efektif, yang meliputi : Pencegahan (General
Prevention), Kebijakan Kriminal (Criminal Policy) dan Rehabilitasi medis
dan social (Medical Rehabilitation and Social Rehabilitation).
5. Pencegahan Narkotika yaitu Memutus jalur peredaran gelap Narkotika,
Mengungkap jaringan sindikat, Mengungkap motivasi/latar belakang dari
kejahatan penyalahgunaan narkotika.
6. Berbicara masalah penegakan hukum, menurut Lawrence. M. Friedman
tidak terlepas dari 3 (tiga) Faktor yang saling terkait yakni : Subtstandi
Hukum, Struktur Hukum dan Budaya Hukum.

B. Saran
Diharapkan setelah penulis menyusun makalah ini masyarakat sadar akan
bahayanya mengkonsumsi Narkotika dan menyalahgunakan Narkotika.
DAFTAR PUSTAKA

Barda Nawawi Arief, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan dan Pengembangan


Hukum Pidana ( Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1996)

Dadang Hawari, Penyalahgunaan Narkotika dan Zat Adiktif (Jakarta: Fakultas


Hukum Kedokteran Universitas Indonesia, 1998).

Hari Sasangka, Narkotika Psikotropika dalam Hukum Pidana (Bandung: Mandar


Maju, 2003).

Hariyanto. (28 September 2019). Pengertian Narkoba dan Jenis–jenis


narkoba. belajarpsikologi.com. Diakses dari : https://belajarpsikologi.com

Muladi, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, (Semarang: BP Universitas


Diponegoro, 1990)

Sudarto, Kapita Selekta Hukum Pidana (Bandung: Alumni, 1981).

Soedjono Dirjosisworo, Hukum Narkotika Indonesia (Bandung: Citra Aditya


Bakti, 1990)

Rendra Widjaya, Visi Revolusi Nyatakan Perang Terhadap Narkoba (Bandung:


Humaniora, 2004)

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

Anda mungkin juga menyukai