Anda di halaman 1dari 5

BIOLOGI

Tugas Jurnal
UTS

ALVIS SHAHRIN (1813211K030)

DOSEN PEMBIMBING:

Abu Zayyan Al Haidi

PROGRAM STUDI S1 GIZI KONVERSI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI RIAU

2019
SYSTEMIC LUPUS ERITHEMATOSUS (SLE)

Abstrack

Belum banyak orang yang mengenal penyakit lupus atau Systemic Lupus Erithematosus
(SLE), karena memang penyakit langka. Penyakit Lupus merupakan penyakit autoimun kronis
dimana terdapat kelainan sistem imun yang menyebabkan peradangan pada beberapa organ dan
sistem tubuh. Resiko kematian penyakit Lupus yang sangat tinggi dan diagnosanya yang sering
terlambat yang berdampak psikologis pada penderita Lupus (yang selanjutnya disebut Odapus).
Kesejahteraan psikologis menekankan pentingnya perkembangan potensi nyata seseorang.
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kesejahteraan psikologis pada odapus. Oleh karena itu
diperlukan resiliensi, yaitu kemampuan untuk bertahan dan optimis untuk bertahan hidup dan
sembuh. Gejala yang paling mudah dikenali adalah adanya bercak merah di sekitar wajah yang
menyerupai kupu-kupu yang disebut “Butterfly Rush” yang disebabkan oleh disfungsional sistem
imun. Kelainan ini disebabkan adanya mutasi pada gen-gen yang menentukan permukaan sel
limpfosit, sehingga antibodi menyerang bagian-bagian tubuh sendiri, atau yang disebut dengan
autoimun.

Kata Kunci : systemic Lupus Erithematosus (SLE), Odapus, Psikologis, Autoimun.

PENDAHULUAN

Systemic Lupus Erythematosus (SLE) atau Lupus merupakan penyakit autoimun kronis
yang dapat mempengaruhi beberapa rangkaian sistem organ tubuh, termasuk sistem saraf pusat
(Nery, dkk., 2007). Penyebab munculnya penyakit ini belum pasti, dapat karena pengaruh
lingkungan, hormonal atau genetik (Stichweh & Pascual, 2005). Faktor pencetus kambuhnya
Lupus secara umum adalah dapat karena stres, kelelahan atau terpapar sinar matahari (Nadhiroh,
2007). Mekanisme sistem kekebalan tubuh tidak dapat membedakan antara jaringan tubuh
sendiri dan organisme asing (misalnya bakteri, virus) karena autoantibodi (antibodi yang
menyerang jaringan tubuh sendiri) diproduksi tubuh dalam jumlah besar dan terjadi pengendapan
kompleks imun (antibodi yang terikat pada antigen) di dalam jaringan (Syamsi Dhuha
Foundation, 2003, dalam Syafi’i, 2012).
Berdasarkan data yang dikemukakan oleh Zubairi (dalam Syafi’i, 2012), setiap tahun
sekitar 5-100 orang dapat terkena Lupus yang menyebabkan kematian. Berdasarkan data dari
Yayasan Lupus Indonesia, jumlah penderita Lupus di Indonesia terus meningkat. Pada tahun
2010, terdapat 10.314 penderita Lupus; 9 dari 10 adalah perempuan (Anonim, 2010). Pada
tahun 2012, penderita Lupus di Indonesia sudah mencapai 1,5 juta orang (Wartapedia, 2012).
Lupus dikenal sebagai penyakit kaum wanita karena menyerang 90% wanita berusia
produktif (15-45 tahun) dan sisanya sebanyak 10% adalah laki-laki dan anak-anak (“Awas,
90% Penderita Lupus Kaum Hawa,” 2011).
Tingginya resiko kematian penyakit Lupus dan diagnosa yang sering terlambat dapat
menimbulkan dampak psikologis pada Odapus. Para Odapus harus menghadapi penurunan
kondisi fisik dan membutuhkan daya adaptasi yang luar biasa supaya mampu bertahan hidup.
Perubahan fisik yang terjadi berupa bercak-bercak kemerahan yang muncul pada wajah, rambut
rontok, sensitif terhadap sinar matahari, tubuh mulai bengkak, kulit mulai bersisik dan mulai
mengelupas, sariawan di sekitar mulut, rasa nyeri pada persendian tangan dan kaki, sampai pada
bagian tubuh yang sulit untuk digerakkan. Perubahan fisik tersebut dapat menjadikan Odapus
cemas, minder, gelisah, dan perasaan lain yang berkecamuk, terutama ketika harus bergaul
dengan orang lain. Untuk itu penanganan psikologis diperlukan untuk membantu Odapus supaya
memiliki perasaan optimis untuk bertahan hidup dan sembuh.
PEMBAHASAN

A. Pengertian Lupus

Systemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah suatu penyakit autoimun pada jaringan ikat. Autoimun
berarti bahwa sistem imun menyerang jaringan tubuh sendiri. Pada SLE ini, sistem imun terutama
menyerang inti sel (Matt, 2003). Menurut dokter umum Rumah Sakit Pertamina Balikpapan
(RSPB) dr Fajar Rudy Qimindra (2008) , Lupus atau SLE berasal dari bahasa latin yang berarti
anjing hutan. Istilah ini mulai dikenal sejak abad ke-10. Sedang eritematosus berarti merah.Ini
untuk menggambarkan ruam merah pada kulit yang menyerupai gigitan anjing hutan di sekitar
hidung dan pipi.
Sehingga dari sinilah istilah lupus tetap digunakan untuk penyakit Systemic Lupus Erythematosu
Gejal awalnya sering memberikan keluhan rasa nyeri di persendian. Tak hanya itu, seluruh organ
pun tubuh terasa sakit bahkan terjadi kelainan pada kulit, serta tak jarang tubuh menjadi lelah
berkepanjangan dan sensitif terhadap sinar matahari. Dikatakan Qimindra, batasan penyakit ini
adalah penyakit autoimun, sistemik, kronik, yang ditandai dengan berbagai macam antibodi tubuh
yang membentuk komplek imun, sehingga menimbulkan reaksi peradangan di seluruh tubuh.
Autoimun maksudnya, tubuh penderita lupus membentuk daya tahan tubuh (antibodi) tetapi salah
arah, dengan merusak organ tubuh sendiri, seperti ginjal, hati, sendi, sel darah dan lain-lain.
Padahal antibodi seharusnya ditujukan masuk tubuh. Sedangkan sistemik memiliki arti bahwa
penyakit ini menyerang hampir seluruh organ tubuh. Sementara kronis, maksudnya adalah sakit
lupus ini bisa berkepanjangan, kadang ada periode tenang lalu tiba-tiba kambuh lagi. Penyakit
lupus lebih banyak menyerang wanita usia 15-45 tahun dengan perbandingan mengenai perempuan
antara 10-15 kali lebih sering dari pria. Artinya, penyakit ini sering mengenai wanita usia produktif
tetapi jarang menyerang laki-laki dan usia lanjut. Sebetulnya terdapat tiga jenis penyakit lupus,
yaitu lupus diskoid, lupus terinduksi obat dan lupus sistemik atau SLE ini.

Gejala Lupus
Pada awal perjalanannya, penyakit ini ditandai dengan gejala klinis yang tak spesifik,
antara lain lemah, kelelahan yang sangat, lesu berkepanjangan, panas, demam, mual, nafsu makan
menurun, dan berat badan turun. Gejala awal yang tidak khas ini mirip dengan beberapa penyakit
yang lain. Oleh karena gejala penyakit ini sangat luas dan tidak khas pada awalnya, maka tidak
sembarangan untuk mengatakan.
Gejala kondisi kejiwaan yang muncul pada penyandang Lupus, ditunjukkan antara lain:

 gejala emosional: merasa bersalah, merasa takut, tidak percaya diri, merasa tertekan, merasa
sedih dan sering menangis.
 gejala kognitif: merasa pesimis, merasa tidak ada jalan keluar, ragu-
 ragu, merasa hidup tidak bermanfaat, merasa seperti pecundang.
 gejala motivasional: merasa tergantung, merasa tidak ingin menghadapi hari esok, malas
beraktivitas dan malas beraktifitas.
 gejala perilaku: menjadi tidak produktif, kurang konsentrasi, dan aktivitasnya sedikit.
 gejala somatis: nafsu makan berkurang, sulit tidur, sering sakit, cepat lelah.
Penyebab dan Mekanisme Penyakit SLE
Para dokter dan peneliti belum dapat mengetahui secara pasti apa yang menyebabkan
penyakit ini. Hereditas memegang peranan yang cukup besar, karena jika kita memiliki kerabat
yang menderita SLE ada potensi pada tubuh kita untuk
menderita SLE. Namun faktor gen ini bukan satu-satunya penyebab, karena sepertinya
timbulnya penyakit ini dipicu dengan cara yang belum diketahui. Beberapa pemicu yang
banyak diajukan oleh peneliti sebagai pemicu SLE diantaranya adalah infeksi virus, stress,
diet, toksin, termasuk beberapa jenis obat-obatan yang diresepkan dokter. Pemicu-pemicu
ini, sedikit dapat menjelaskan mengapa penyakit ini timbul dan hilang silih berganti.
Pada penderita lupus, sistem imun tubuh memproduksi antibodi yang melawan
tubuhnya sendiri, terutama protein yang terdapat di nukleus. SLE juga dipicu oleh faktor
lingkungan yang tidak diketahui (mungkin termasuk virus) pada orang- orang yang memiliki
kombinasi gen- gen tertentu dalam sistem imunnya.
Semua komponen kunci dalam sistem imun terlibat dalam mekanisme yang melandasi
terjadinya SLE. Dan SLE adalah prototipe penyakit autoimun. Sistem imun seharusnya
memiliki keseimbangan (homeostasis) agar dapat cukup sensitif terhadap infeksi dan dapat
mengenali tubuh sendiri sehingga tidak terlalu sensitif dan menyerang tubuh sendiri.
Beberapa faktor lingkungan yang menjadi pemicu munculnya SLE diantaranya adalah sinar
ultraviolet, obat-obatan dan virus, yaitu Epstein- Barr Virus (EBV
Mekanisme pertama yang dicurigai sebagai penyebab SLE adalah faktor genetis.
Beberapa gen yang paling penting dalam kejadian SLE adalah yang terdapat pada Major
Histocompatibility Complex (MHC). Gen-gen ini berhubungan dengan respons imun pada
sel limfosit T, sel B, makrofag dan sel dendritik, karena mengkode peptida pada molekul
reseptor di permukaan sel (Rahman & Isenberg, 2008).
Akar penyebab lupus adalah disfungsional sistem imun. Pada orang sehat, sel-sel
limfositnya memiliki permukaan yang tertutup molekul glikoform dan protein komplemen
yang akan membentuk struktur glikoprotein.

KESIMPULAN

Saat ini, ada sekitar 5 juta pasien lupus di seluruh dunia dan setiap tahun ditemukan lebih
dari 100.000 pasien baru, baik usia anak, dewasa, laki-laki, dan perempuan. Individu penyandang
Lupus, cenderung berisiko mengalami kondisi emosional yang negatif seperti cemas, stres atau
bahkan depresi. Reaksi tersebut sesungguhnya muncul karena mereka berusaha untuk berdaptasi.
Ketika para Odapus membangun adaptasi dengan konstruksi yang negatif maka beresiko cenderung
mengalami depresi, sedangkan jika konstruksi adaptasinya positif maka mereka dapat mencapai
resiliensi yang optimal.

Bagi yang belum terdiagnosis penyakit lupus ini, cara pencegahan adalah dengan
mengikuti gaya hidup sehat, mengkonsumsi makanan yang cukup gizi dan berolahraga. Pun pada
penderita SLE yang berada pada tahap belum parah, dengan menghindari faktor pencetus dan
bergaya hidup sehat, dapat mengurangi frekuensi kambuhnya penyakit ini dan mengurangi tingkat
keparahannya.
REFRENSI

Agnesa, A. (2009). Makalah penyakit Lupus. Makalah. Tidak diterbikan. Purwokerto: Jurusan Ilmu
Kesehatan masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan

Bowman, I. G. (2003). Exploring the retrospective experience of self- forgiveness in psychotherapy.


Disertasi. Pretoria: Department of Psychology, University of Pretoria.

Chandra, S. (2009). Diunduh pada tanggal


30 Januari 2013 dari www.putrassyamsuri-blogspot.com/ 2009/ 02/ resiliensi.html

Corey, G. (2005). Theory and practice of counseling and psychotherapy. 7th edition. Velmont:
Brrooks/Cole– Thompson Learning
Qimindra, FR. 2008. Lupus, penyakit seribu wajah. Artikel, diunduh pada tanggal 1 Desember
2008 dari situs: http://konsultasikesehatan.net /index.php/2008/03/25/lupus- si-penyakit-seribu-
wajah/.
Sierra, X. 2008. The History of Lupus Erithematosus. Terrassa, Barcelona Spain. Diunduh pada
tanggal 1 Desember 2008 dari situs: www.chez.com/sfhd/ecrits/hist le1.htm
Awas, 90% penderita lupus kaum hawa (2011, 16 Januari). Rakyat Merdeka Online [on-line].
Diakses pada tanggal 9 Mei 2011 dari http://www.rakyatmerdekaonline.com/news.php?iD=15134.

Baker, K., Popez, J., Fortins, P., Silverman, E., & Peschken, C. (2009). Work disability in systemic
lupus erythematosus is prevalent and associated with socio-demographic and disease related factors.
Lupus, 18, 1281-1288
.
Fereday, J., & Muir-Cochrane, E. (2006). Demonstrating rigor using thematic analysis: A
hybrid approach of inductive and deductive coding and theme development. International
Journal of Qualitative Methods, 5 (1), 1-11.
Hurlock, E.B. (1980). Developmental psychology a life-span approach. New Delhi: McGraw Hill.
Jarpa, E., Babul. M., Caldero'n, J., Gonzalez, M., Martinez, M.E., Bravo-Zehnderl, M., Henriquez,
C.,
Jacobelli, S., Gonzales, A., & Massardon, L. (2011). Common mental disorders and psychological
distress
in systemic lupus erythematosus are not associated with disease activity. Lupus, 20, 58-66.

Kartono, K. (2007). Psikologi wanita: Mengenal wanita sebagai ibu dan nenek jilid 2.Cetakan ke-5.
Bandung: CV. Mandar Maju.

McElhone, K., Abbott, J., & Teh, L-S. (2006). A review of health related quality of life in systemic
lupus erythematosus. Lupus, 15, 633-643.

McElhone, K., Abbott, J., Gray, J., Williams, A., & Teh, L-S. (2010). Patient perspective of
systemic lupus erythematosus in relation to health-related quality of life concepts: A qualitative
study. Lupus, 19, 1640-1647.

Anda mungkin juga menyukai