Anda di halaman 1dari 17

1. Apa anatomi dan fisologi dari kulit?

 EPIDERMIS

Epitel berlapis gepeng bertanduk (tipis / tebal) dan avaskuler, terdiri atas lapisan-

lapisan :

1. Stratum germinativum / basale


2. Startum spinosum  awal sintesa keratin

3. Startum granulosum  awal pertandukan

4. Stratum lucidum

5. Stratum corneum  protein fibrosa (keratin)

 DERMIS

Terdapat dibawah lapisan epidermis untuk mengatur suhu. Terdapat sel fibroblast:

memproduksi kolagen dan elastin. Terdiri atas lapisan-lapisan :

1. Papila dermis mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe, Meissner

2. Stratum papilare merupakan jaringan longgar berisi serabut kolagen halus dan

elastin, sangat vaskuler  pleksus arteri, vena & limfe

3. Stratum reticulare merupakan lapisan paling tebal berisi serat kolagen kasar dan

elastin, pembuluh darah : arteriol

 HIPODERMIS – SUBDERMIS

Jaringan longgar- mengandung jaringan lemak

Fungsi :

 PERLINDUNGAN

- Pengaruh mekanis, kimia dan suhu

- Permukaan relatif tidak tembus sehingga mencegah dehidrasi

- Barier fisik terhadap invasi mikroorganisme

 SENSASI

Organ sensoris terluas ditubuhkulit mengandung reseptor untuk :

1. Perabaan (meisner corpuscle, merkel, sel bulboid)

2. Tekanan ( vater pacini)

3. Nyeri (nosiseptor)

4. Suhu panas (ruffini)

5. Suhu dingin (krause)

 TERMOREGULATOR

Perlindungan terhadap hilangnya suhu tubuh oleh rambut dan lemak subkutan

Penurunan suhu dipercepat oleh :

1. Penguapan keringat dari permukaan kulit


2. Peningkatan aliran darah melalui jalinan kapiler dermis

 METABOLIK

Fungsi metabolic lemak subkutan merupakan cadangan energi utama vitamin D

yang diproduksi kulit melengkapi vitamin D dari sumber makanan

2. Mengapa pada pasien ditemukan wajah merah pucat, alis dan bulu hidung terbakar, suara

serak batuk berdahak berwarna kehitaman, dada merah melepuh dan ditemukan bula, lengan

kiri ditemukan escar melingkar bengkak dan nyeri kesemutan ?

3. Mengapa dokter memberikan aquades, oksigen, RL?

 Aquades  COOLING THE BURNING (dekontaminasi)

- Efektif bila dilakukan dalam 20 menit pertama, tetapi menolong dalam 1 jam

- Siram dengan air mengalir (15 0C) selama paling sedikit 20 menit, lanjutkan 1 jam

- Tujuan: membuang kotoran, stop proses luka bakar, mengurangi nyeri dan

edema

- JANGAN MEMAKAI AIR ES  mencegah koagulasi

 Oxygen 100%  waspada trauma inhalasi, RR <10 ATAU >30  intoksikasi

CO, beri O2 ( 15 l/m) via non rebreather mask  intubate untuk mencapai

PaO2 yang baik.


- COHb dievaluasi dengan Co-Oxymeter

- Pada kulit biasanya didapatkan wama kulit yang merah seperti buah cherry, bisa

juga didapatkan lesi di kulit berupa eritema dan bula

- CO dieliminasi di paru-paru. Waktu paruh dari CO pada temperatur ruangan

adalah 3 - 4 jam. Seratus persen oksigen dapat menurunkan waktu paruh

menjadi 30 – 90 menit, sedangkan dengan hiperbarik oksigen pada tekanan 2,5

atm dengan oksigen 100% dapat menurunkan waktu paruh samapai 15-23 menit

- Tujuan : mengurangi risiko defek neurologis dari 46% menjadi 25%

 RL  gangguan integritas kulit  perpindahan cairan dari intravaskuler ke

ekstravaskuler mengakibatkan kehilangan Na, air dan protein plasma serta

edema jaringan yang diikuti dengan penurunan curah jantung 

hemokonsentrasi sel darah merah, penurunan perfusi pada organ mayor

edema menyeluruh  tubuh kehilangan cairan antara ½ % - 1 %, “Blood

Volume ” setiap 1 % luka bakar / penguapan yang berlebih (insensible

water loss meningkat)  resusitasi cairan (kristaloid) dengan mengisi

intersisial lalu intravascular, evaluasi dengan cek kadar laktat (rapid,

transient, no response), jika no response  emergency life-saving surgery

4. Apa saja penyebab luka bakar ?

o Thermal Injury

- Nyala api : kompor

- Scald/cairan panas

- Direct contact : setrika

o Chemical injury : asam dan basa

o Electric current : listrik tegangan tinggi

5. Apa derajat luka bakar ?


a. Luka bakar derajat I

 Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis

 Kulit kering, hiperemi berupa eritema

 Tidak dijumpai bullae

 Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi

 Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 5-10 hari


b. Luka bakar derajat II

 Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi disertai

proses eksudasi.

 Dijumpai bulae.

 Nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi.

 Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi diatas kulit

normal.

Luka bakar derajat II ini dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :

1. Derajat II dangkal (superficial) IIA

Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis lapisan atas dari

corium/dermis.

Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea

masih utuh benih benih epitel

Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 10-14 hari tanpa terbentuk sikatrik
2. Derajat II dalam (deep) IIB

Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis dan sisa – sisa jaringan epitel

tinggal sedikit. Organ – organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,

kelenjar sebacea tinggal sedikit. Penyembuhan terjadi lebih lama dan disertai

parut hipertrofi. Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari satu

bulan.

c. Luka bakar derajat III

 Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang lebih dalam.

 Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea

mengalami kerusakan.

 Tidak dijumpai bulae.


 Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Karena kering letaknya lebih

rendah dibanding kulit sekitar.

 Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai eskar.

 Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-ujung saraf sensorik

mengalami kerusakan/kematian.

 Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi proses epitelisasi spontan dari dasar

luka.

6. Bagaimana cara menentukan luas luka bakar ?

Rule of Nines (Wallace)


Lund and Browder chart (akurat dan koreksi umur)
7. Apa prinsip penatalaksaan pada pasien ?

 Primary Survey (look listen feel)

i. Airway

 Supraglotis  trauma inhalasi  lindungi laring dari edema dan

sumbatan jalan nafas  intubasi

 Tanda klinis trauma inhalasi:

 Luka bakar pada wajah

 Alis mata dan bulu hidung hangus

 Sputum yang hitam/mengandung karbon

 Riwayat terkurung api atau berada di ruang tertutup yang

terbakar
 Dicurigai trauma inhalasi:

 Tindakan C-spine dengan jaw-thrust

 Pemasangan OPA

 Dipertimbangkan intubasi atau crico-

thyroidostomy/tracheostomy (sumbatan nafas dapat terjadi

sewaktu-waktu)

ii. Breathing

 Pengembangan rongga dada

 Luka bakar di tempat tertutup  keracunan CO

Afinitas CO terhadap hemoglobin tinggi (280 kali oksigen)  ikatan HbCO

yang membahayakan

iii. Circulation

 Cek TD  untuk mengontrol syok hemoragik ( 80-100mmHg), jika sistol <90

 resusitasi dengan dosis initial 1L hingga MAP mencapai 60-65mmHg

iv. Disability (pemeriksaan AVPU/GCS)

v. Exposure

 buka semua pakaian

 log roll untuk menilai jejas pada columna vertebralis

vi. Pemberian cairan intravena, analgetik dan NGT

Rumus untuk menghitung kebutuhan cairan:

 Rumus Baxter/Parkland

Cairan yang diberikan hanya kristaloid Ringer Laktat dengan

perhitungan:

Luas luka (%) x BB x 4 ml = kebutuhan ml dalam 24 jam

Separuh RL diberikan 8 jam pertama dan separuh berikutnya dalam

waktu 16 jam.

Yang harus diingat:

 Waktu 8 jam  waktu yang dihitung saat terjadinya luka bakar

 Jumlah cairan hanya perkiraan, pemberian cairan dapat berubah

sesuai dengan respon penderita.


 Selain tanda vital, monitor respon penderita bisa dilihat dari

produksi urin yang cukup.

 Apabila urine output tidak adekuat

 Bolus 5-10 ml/kgBB kristaloid atau pada jam selanjutnya

dosis cairan dinaikkan 150 % dari perhitungan awal

 Pada 24 jam berikutnya cairan koloid dapat diberikan untuk

mempertahankan volume intravascular menggunakan

formula : 0,5 ml dari albumin 5%x KgBBx % luka bakar

 produksi urin 0,5-1cc/kg/jam  pasang kateter urin 50-

100cc

 Analgetik : morfin 0.05-0,1mg/kgBB

 pasang nasogastric tube ( gangguan perfusi ginjal  distensi

gaster  menekan vena cava  penurunan preload)

vii. Penanganan lokal

 Derajat I : tidak memerlukan terapi

 Derajat II & III :


 Dibersihkan dahulu dengan air mengalir dari kotoran yang

melekat

 Perawatan secara terbuka/tertutup

 Kompres nitras argenti 0,5% dan krim silversulfadiazin 1% 

bakteriostatik kuat dan efektif terhadap semua kuman serta

aman

viii. Proper position

Sendi dan tangan diatur dalam posisi fungsional  sendi bahu, siku, paha, dan

lutut dalam posisi ekstensi. Leher dan pergelangan kaki dalam keadaan ekstensi

agar kepala/leher tidak tertarik ke bawah dan kaki tidak drop foot.

 Secondary Survey

- History AMPLE : riwayat alergi, makanan, penyakit terdahulu,kronologi kejadian

- Transfer pasien dan rehabilitasi

8. Mengapa didapatkan pada pemasangan kateter produksi urin sedikit dan urine berwarna

kuning kemerahan?
kerusakan jaringan  lepasnya myoglobin and haemoglobin  haemochromogens (urine

dark red)  deposisi haemochromogens pada tubulus proksimal ginjal  acute renal failure

 acute tubular necrosis  MYOGLOBINURIA

 mannitol 100% 12,5gr iv selama 1 jam dan evaluasi

9. Apa komplikasi local dan sistemik dari pasien luka bakar?

KLINIS

Kecurigaan adanya trauma inhalasi bila pada penderita luka bakar terdapat 3 atau lebih dari

keadaan berikut :

- Riwayat terjebak dalam rumah/ ruangan terbakar

- Sputum tercampur arang

- Luka bakar perioral, hidung, bibir, mulut atau tenggorokan

- Penurunan kesadaran

- Tanda distress napas, rasa tercekik, tersedak, malas bernapas dan adanya wheezing

atau rasa tidak nyaman pada mata atau tenggorokan (iritasi mukosa)

- Gejala distress napas  takipea

- Sesak atau tidak ada suara

Pada fase awal kerusakan saluran napas akibat efek toksik yang langsung terhirup

Pada fase lanjut edema paru dengan terjadinya hpoksemia progresif ARDS

Korelasi tingkat keracunan CO / presentase COHb dengan kelainan neurologist

Kadar Keracunan CO Kelainan Neurologis

10-20 % (ringan) sakit kepala, binggung, mual

20-40 % (sedang) lekas marah, pusing, lapangan penglihatan menyempit

40-60 % (berat) Halusinasi, ataksia, konvulsi atau koma,takipnea

Pemeriksaan tambahan :
 Kadar karboksihemoglobin (COHb)

Pada trauma inhalasi, kadar COHb 35-45 % (berat), bahkan setelah 3 jam dari

kejadian, kadar COHb pada batas 20-25 %. Bila kadar COHb lebih dari 15 % setelah 3

jam kejadian bukti kuat terjadi taruama inhalasi.

 Gas Darah

PaO2 yang rendah (kurang dari 10 kPa pada konsentrasi oksigen 50%, FiO2 = 0,5)

mencurigakan adanya trauma inhalasi. PaO2 biasanya normal pada fase awal tetapi

dapat meningkat pada fase lanjut.

 Bronkoskopi Fiberoptic

Bila terdapat sputum beraran, edema mukosa, adanya bintik – bintik pendarahan dan

ulserasi diagnosa trauma inhalasi.

KOMPLIKASI

 Pertimbangkan untuk segera merujuk pasien ke unit terapi oksigen hiperbarik, jika

kadar HbCO diatas 40 % atau adanya gangguan kardiovaskuler dan neurologis.

Apabila pasien tidak membaik dalam waktu 4 jam setelah pemberian oksigen dengan

tekanan normobarik, sebaiknya dikirim ke unit hiperbarik.

 Edema serebri memerlukan monitoring tekanan intra cranial dan tekanan darah yang

ketat. Elevasi kepala, pemberian manitol dan pemberian hiperventilasi sampai kadar

PCO2 mencapai 28 - 30 mmHg dapat dilakukan bila tidak tersedia alat dan tenaga

untuk memonitor TIK. Pada umumnya asidosis akan membaik dengan pemberian

terapi oksigen.

 Kontraktur akibat pemendekan sumbu persendian


 Asidosis respiratorik akibat distress respirasi  hiperkarbia (penumpukan CO2)

Anda mungkin juga menyukai