Anda di halaman 1dari 5

Nama : Ahus Fahmi

NIM : 8111418304
Mata kuliah : Ilmu Negara
Dosen Pengampu : Riska Alkadri, SH. MH dan Dani Muhtada, PhD.
1. Pada tahun 1990, negara x menyatakan diri sebagai negara baru yang memiliki daerah territorial ,
rakyat dan pemerintah yang berdaulat. Akan tetapi, negara tetangganya yaitu negara Negara Y
dari sejak negara tersebut menyatakan sebagai negara baru hingga saat ini (2018), tidak memiliki
kantor kedutaan di negara tersebut akan tetapi tetap melaksanakan perjanjian ketenagakerjaan
dengan negara x dalam bentuk perjanjian multilateral. Bagaimana pendapat saudara jika dikaitkan
dengan konvensi Montevideo, teori tentang unsur-unsur negara lainnya atau teori relevan lainnya?
Menurut Teori Montevideo unsur terbentuknya suaru negara ada 4 : yaitu
1. Rakyat merupakan sekumpulan orang yang tinggal dan menetap pada suatu wilayah.
2. Wilayah adalah tempat berdirinya suatu negara yang memiliki Batasan-batasannya yaitu
berupa wilayah daratan, wilayah lautan dan wilayah udara.
3. pemerintahan yang berdaulat adalah orang atau sekelompok orang yang memerintah dan
menjalankan negara.
4. Pengakuan dari negara lain, ada 2 yaitu secara de facto dan de jure. Pengakuan secara de
facto adalah pengakuan berdasarkan facta unsur terbentuknya suatu negara, apakah negara
tersebut telah mememuhi unsur-unsur tersebut atau tidak. Sedangkan pengakuan de jure
adalah pengakuan berdsarkan hukum internasional.
Berkaitan dengan pengakuan negara lain, dikalangan ahli hokum internasional terdapat dua
teori yang bertentangan, yaitu :
 Teori deklaratif, yang mengatakan apabila unsur-unsur suatu negara dimiliki oleh
suatu masyarakat politik, maka otomatis ia meruapakan suatu negara dan harus di
berlakukan sebagai negara oleh negara lain. Contoh : rakyat, wilayah, pemerintahan
yang berdaulat.
 Teori Konstitutif , yang mengatakan bahwa walaupun unsur-unsur kenegaraan telah
dimiliki oleh suatu masyarakat, namun ia tidak otomatis diterima menjadi suatu
negara oleh negara lain. Harus ada pernyataaan yang menjelaskannya. Contoh :
pengakuan dari negara lain.
Berdasarkan kasus diatas, dapat kita simpulkan bahwa negara x telah terpenuhi unsur-
unsur konstitutif negara karena sudah adanya rakyat, daerah territorial dan pemerintah yang
berdaulat. Tetapi, negara x belum mendapatkan pengakuan dari negara Y tentang kemerdekaanya.
Karena, negara Y belum mendirikan kantor kedutaan di negara X. ciri suatu negara mengakui
kedaulatan negara lain adalah dengan melakukan perjanjian dan mendirikan kantor kedutaan besar.
Tetapi negara Y melakukan perjanjian ketenagakerjaan dengan negara X melalui perjanjian
multilateral. Sehingga, secara tidak langsung negara Y telah mengakui kedaulatan negara X karena
telah melaksanakan perjanjian walaupun dalam bentuk perjanjian multilateral. Karena telah jelas,
Dalam asas perjanjian internasional ada 6 yaitu courtesy, bonafides, recripositas, rebus sic
stantibus, pacta sun servada dan egality rights.
Pada asas egality rights, menyatakan bahwa pihak yang mengadakan hubungan perjanjian
internasional adalah berkedudukan sama. Hal ini berarti, negara yang mengikuti perjanjian itu
sama merdekanya, sama kedudukannya di dalam hokum. Sehingga, dapat kita simpulkan bahwa
negara Y secara tidak langsung telah menyatakan kedaulatan negara X dan kedua negara tersebut
berkedudukan sama di dalam hukum.

2. Negara kesatuan memikiki kelebihan dan kekurangan apabila dibandingkan dengan negara federal.
Salah satu kekurangannya rentan perpecahan karena tidak sinkron antara keinginan pemerintah
pusat dan daerah. Uraikan pendapat saudara!
Negara Kesatuan merupakan negara yang tidak tersusun dari beberapa negara, melainkan
hanya terdiri atas satu negara. Sehingga negara ini di tinjau dari segi susunannya, bersifat tunggal.
Dengan demikian negara kesatuan hanya ada satu pemerintahan yaitu pemerintah pusat yang
mempunyai kekuasaan serta wewenang tertinggi dalam bidang pemerintahan negara, menetapkan
kebijaksanaan pemerintahan dan melaksanakan pemerintahan negara baik di pusat maupun di
daerah-daerah (Soehino, SH ; Ilmu Negara ; Liberty, Yogyakarta ; 2005)
Menurut F. Isjwara, negara kesatuan adalah bentuk negara yaitu wewenang legislative
tertinggi dipusatkan pada satu badan legislative nasional pusat. Negara kesatuan adalah bentuk
kenegaraan yang paling kukuh jika dibandingkan dengan federasi atau konfederasi. Sebab dalam
negara kesatuan terdapat kesatuan dan kesatuan.
Dalam negara kesatuan memiiliki kekurangan dan kelebihan, diantaranya adalah rentan
perpecahan antara pemerintah pusat dan daerah. Menanggapi hal tersebut, dalam sistem negara
kesatuan Pemerintah daerah diberi kewenangan otonomi daerah untuk menjalankan
pemerintahannya sendiri. Seperti menurut Soehino, SH dalam bukunya Ilmu negara menjelaskan
bahwa asas negara kesatuan itu ada 2 :
1. Asas sentralisasi adalah asas yang menghendaki bahwa segala kekuasaan serta urusan
pemerintahan itu milik pemerintah pusat.
2. Asas konsentrasi adalah asas yang menghendaki bahwa segala kekuasaan serta urusan
pemerintahan itu dilaksanakan sendiri oleh pemerintah pusat, baik yang ada di pusat
pemerintahan maupun yang ada di daerah-daerah.
Sehingga, menurut asas tersebut daerah provinsi dan kabupaten/kota mengurus daerahnya
sendiri tetapi tetap bertanggung jawab terhadap pemerintah pusat. Sehingga, dalam hal ini
perbedaan pendapat antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah sangatlah mudah terjadi. Hal
ini dapat menyebabkan terpecahnya pemerintah pusat dan daerah. Selain itu, penyebab perpecahan
antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah adalah banyaknya agama, ras dan suku antar
rakyat. Sehingga pemerintah pusat harus bersikap lebih bijaksana dalam menangani perbedaan-
perbedaan tersebut. Sebagai contoh, negara Indonesia meruapakan negara kesatuan yang memiliki
keanekaragaman suku bangsa, Bahasa, agama, ras dan etnis golongan yang mana hal tersebut
merupakan faktor yang berpengaruh timbulnya konflik negara. Dengan semakin maraknya konflik
yang terjadi di Indonesia, hal ini merupakan suatu pertand berbedanya perndapat antara sesama.
Sebagai contohnya meningkatnya masalah yang benuansa SARA, serta munculnya gerakan-
gerakan yang ingin memisahkan diri dengan NKRI.
Salah satunya adalah Gerakan Aceh Merdeka (GAM) Gerakan ini muncul pada tahun 1976
yang di pelopori oleh Hasan Di Tirto yang menuntut dan malakukan perlawanan kepada
pemerintah NKRI untuk memisahkan diri dan membuat negara baru. Gerakan tersebut tak kunjung
usai, masalah dan korban jiwa berjatuan tiap tahunnya. Ketika tahun 2004, Aceh mengalami
musibah berupa Tsunami yang sangat besar mengakibatkan kerugian dan kerusakan yang sangat
besar. Hal ini menuntut aceh untuk kembali ke NKRI dan mengadakan perundingan Bersama
petinggi-petinggi GAM. Kala itu, Presiden NKRI adalah Susilo Bambang Yudhoyono. Dan
Akhirnya pada tahun 2005, Gerakan Aceh Merdeka Dapat di bubarkan dan kembali lagi ke
Indonesia melalui perundingan.

3. Bentuk pemerintahan yang paling banyak di anut oleh negara-negara di dunia adalah bentuk
pemerintahan parlementer dan bentujk pemerintahan presidensial. Jika suatu negara menganut
bentuk pemrintahan presidensial, maka stabilitas pemrintahan negara tersebjt lebih terjamin.
Bahkan sebaliknya, jika suatu negara menganut bentuk pemerintahan parlementer, maka stabilitas
pemerintahannya akan sulit dicapai. Mengapa demikian?
Menurut Soehino (Ilmu Negara, 2005) Pemerintahan presidensial dipimpin oleh seorang
presiden sebagai kepala pemerintahan dan kepala negara. Menurutnya, kekuasaan eksekutif di
pegang oleh badan atau orang (presiden) yang di dalam menjalankan tugasnya tidak bertanggung
jawab kepada Badan Perwakilan Rakyat (parlemen). Badan perwakilan rakyat ini menurut idea
tria politika Montesquieu memegang kekuasaan legislative, jadi bertugas membuat dan
menentukan peraturan-peraturan hokum. Sama halnya dengan anggota badan perwakilan rakyat,
pimpinan dari badan eksekutuf ini diserahkan kepada seseorang yang dalam pertanggung
jawabnya sifatnya sama dengan badan perwakilan rakyat, yaitu bertanggung jawab langsung
kepada rakyat, jadi tidak usah melalui badan perwakilan rakyat. Jadi, dapat di simpulkan dalam
pemerintahan presidensill kedudukan badan eksekutif dan legislative sejajar tidak ada keterkaitan.
Dalam tugasnya sebagai badan eksekutif (pemerintahan) dan sekaligus kepala negara ,
presiden mengangkat Menteri-menteri sebagai pembantu presiden. Menteri-menteri tersebut tidak
bertanggung jawab kepada badan legislative, melainkan bertanggung jawab kepada yang
mengangkatnya yaitu presiden. Presiden dan badan legisltatif di pilih oleh rakyat, sehingga antara
presiden dan badan legislative tidak bisa saling menjatuhnya. Sehingga dalam stabilitas
pemerintahan, bentuk pemerintahan presidensial lebih stabil dan terjamin karena masing- masing
badan legislative, badan eksekutif serta badan yudikatif memiliki tugas sendiri yang sama-sama
bertanggung jawab kepada rakyat. Sebagai contoh Indonesia sekarang ini menggunakan sistem
pemrintahan presidensil. Sehingga, sistem pemerintahannya lebih stabil karena adanya pembagian
tugas tria politika yang baik.
Berbeda dengan sistem pemerintahan presidensil, sistem pemerintahan parlementer
menurut Syafi'i (Pengantar Ilmu Pemerintahan ; bandung, PT. Refika Aditama ; 2011) sistem
pemerintahan digunakan untuk mengawasi badan eksekutif oleh badan legislative, jadi kekuasaan
parlemen lebih besar dari pada kekuasaan eksekutif. Presiden dalam sistem pemerintahan
parlementer hanya sebagai kepala negara atau symbol yang mempunyai tugas yang bersifat formal.
Lebih lanjut, syafi'I menggambarkan keadaan dimana Lembaga eksekutif bertanggu jawab kepada
badan legislative yang membuat badan eksekutif dapat dijatuhkan oleh badan legislative melalui
mosi tidak percaya. Dalam sistem ini, pihak yang mempunyai kekuasaan untuk menjatuhkan pihak
lain dari jabatannya.
Sehingga dalam sistem parlementer, stabilitas pemerintahan kurang terjamin. Karena
prinsipnya, yang berkuasa dapat menjatuhkan yang dibawahnya. Sebagai contoh negara Indonesia
pernah menggunakan sistem pemerintahan pada tahun 1950-1959. Yang mana berakibat sering
bergantinya kabinet, tercatat telah terjadi perubahan kabinet 7 kali dalam kurun waktu 1950-1959.
Dapat kita simpulkan bahwa, jikalau suatu negar menganut sistem pemerintahan parlementer maka
pemerintahan tersebut tidak stabil.
Sumber referensi :
Soehino, SH ; Ilmu Negara ; Liberty, Yogyakarta ; 2005)
Syafi'I ; Pengantar Ilmu Pemerintahan ; bandung, PT. Refika Aditama ; 2011
Jurnal Ilmu Pemerintahan (jurnal.unpad.ac.id)
Buku pdf Ilmu Negara (elib.unikom.ac.id)

Anda mungkin juga menyukai