Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MAKALAH

AKUNTANSI PERPAJAKAN
AKUN-AKUN NERACA
PERSEDIAAN BARANG & BIAYA DIBAYAR DI MUKA

KELOMPOK 2 :

Nur Aini 3111801002


Yumna Rizkiyah Zikran 3111801007
Fuji Lestari Sitanggang 3111801013
Ratna Uli Samosir 3111801018
Natalia Ivana Bella Tampubolon 3111801024
Annisa Shabira 3111801029

POLITEKNIK NEGERI BATAM


2019
PERSEDIAAN BARANG DAGANG

A. Pengertian Persediaan
Persediaan barang dagang adalah barang-barang yang dimiliki perusahaan untuk dijual
kembali atau digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan.

B. Sistem Pencatatan Persediaan


 Sistem Periodik
Sistem pencatatan persediaan dimana penambahan dan penurunan persediaan selama
periode tidak dicatat dalam sistem persediaan. Pencatatan persediaan barang dagang
dengan sistem ini dilakukan secara berkala (periodik) pada akhir periode dengan sistem
penghitungan secara fisik barang dagang dan barang persediaan (stock opname) yang ada
di tempat penyimpanan atau gudang.

 Sistem Perpetual
Sistem pencatatan persediaan yang mencatat semua mutasi (penambahan/pengurangan)
persediaan dan pengikhtisarkan saldo persediaan secara terus-menerus.
C. Perlakuan Perpajakan Persediaan
Berdasarkan Pasal 10 ayat 6 UU PPh Nomor 36 Tahun 2008, persediaan dan pemakaian
persediaan untuk perhitungan harga pokok dinilai berdasarkan harga perolehan yang dilakukan
secara rata rata (average) atau dengan cara mendahulukan persediaan yang diperoleh pertama
(FIFO).
Penilaian persediaan menurut perpajakan hanya boleh menggunakan harga perolehan.

D. Metode Penilaian Persediaan


 FIFO (First in First Out), masuk pertama keluar pertama Metode ini menyatakan bahwa
persediaan dengan nilai perolehan awal (pertama) masuk akan dijual (digunakan) terlebih
dahulu, sehingga persediaan akhir dinilai dengan nilai perolehan persediaan yang terakhir
masuk (dibeli). Metode ini cenderung menghasilkan persediaan yang nilainya tinggi dan
berdampak pada nilai aktiva perusahaan yang dibeli.

Contoh:
Tn. Hendy memiliki transaksi persediaan pada tahun 2018 sebagai berikut: Tn.
Hendy menggunakan metode pencatatan sistem periodik. Pada 31 Desember 2018 Tn.
Hendy memiliki 50 unit persediaan akhir di gudang. Sehingga persediaan yang terjual
sebanyak 850 unit.

Tanggal Unit Harga Total


10-Feb-18 200 Rp 800 Rp 160.000
15-Feb-18 400 Rp 850 Rp 340.000
25-Feb-18 300 Rp 950 Rp 285.000
Total 900 Rp 785.000

Perhitungan Harga Pokok Penjualan:


Unit yang terjual = Persediaan Awal - Persediaan Akhir
= 900 unit – 50 unit
= 850 unit

Unit Terjual Harga Total


200 Rp 800 Rp 160.000
400 Rp 850 Rp 340.000
250 Rp 950 Rp 237.500
Total Rp 737.500

Persediaan Akhir = 50 unit x Rp 950 = Rp 47.500


Berdasarkan metode FIFO, persediaan yang terjual adalah persediaan yang diperoleh
lebih awal, selama bulan Februari yang baru terjual 850 unit, maka masih tersisa 50 unit.
Jadi harga pokok penjualan dan persediaan akhir per 31 Desember 2018 dengan sistem
periodik adalah sebesar Rp 737.500 dan Rp 47.500.

 LIFO (Last In First Out), masuk terakhir keluar pertama Metode ini menyatakan bahwa
persediaan dengan nilai perolehan terakhir masuk akan dijual (digunakan) terlebih
dahulu, sehingga persediaan akhir dinilai dan dilaporkan berdasarkan nilai perolehan
persediaan yang awal (pertama) masuk atau dibeli. Metode ini cenderung menghasilkan
nilai persediaan akhir yang rendah dan berdampak pada nilai aktiva perusahaan yang
rendah.

 Metode Rata-rata (Average method) Dengan menggunakan metode ini nilai persediaan
akhir akan menghasilkan nilai antara nilai persediaan metode FIFO dan nilai persediaan
LIFO. Metode ini juga akan berdampak pada nilai harga pokok penjualan dan laba kotor.

Contoh:
Tn. Hendy memiliki transaksi persediaan pada tahun 2018 sebagai berikut: Tn.
Hendy menggunakan metode pencatatan sistem periodik. Pada 31 Desember 2018 Tn.
Hendy memiliki 50 unit persediaan akhir di gudang. Sehingga persediaan yang terjual
sebanyak 850 unit.

Tanggal Unit Harga Total


10-Feb-18 200 Rp 800 Rp 160.000
15-Feb-18 400 Rp 850 Rp 340.000
25-Feb-18 300 Rp 950 Rp 285.000
Total 900 Rp 785.000
Perhitungan:
1. Harga rata-rata per unit = Rp 785.000 / 900 unit = Rp 872,22
2. Harga Pokok Penjualan = 850 unit x Rp 872,22 = Rp 741.389
3. Persediaan Akhir = 50 unit x Rp 872,22 = Rp 43.611

Berdasarkan Metode Average, nilai persediaan yang diperoleh adalah nilai rata-rata
persediaan yang diperoleh. Jadi harga pokok penjualan dan persediaan akhir per 31
Desember 2018 dengan sistem periodik adalah sebesar Rp 741.389 dan Rp 43.611.

E. Cara Penilaian Persediaan


 Harga Perolehan adalah keseluruhan biaya yang muncul atau dikeluarkan dengan tujuan
untuk mendapatkan atau membeli aset hingga aktiva tersebut siap dipergunakan dalam
kegiatan suatu usaha yang tergolong dalam harga perolehan adalah harga beli, biaya
angkut, biaya pemasangan, biaya asuransi, biaya komisi dan lain sebagainya.

 Net Realizable Value (Nilai Realisasi Bersih) adalah estimasi harga jual dalam keadaan
bisnis normal dikurangi estimasi biaya penyelesaian dan estimasi biaya untuk penjualan.

 Lower of Cost or Market


Metode ini memperbandingkan harga pasar dengan harga beli dari barang tersebut.
Sedangkan penilaian akuntansinya dicatat berdasarkan nilai terendah harga pasar atau
harga beli.

F. Perbandingan Metode Perhitungan Persediaan:

Berdasarkan perhitungan di atas berikut adalah hasil perbandingan perhitungan metode


FIFO dan Average Pendapatan dan Tarif Pajak Penghasilan diasumsikan sebesar Rp
1.000.000,00 dan 25%.
BIAYA DIBAYAR DI MUKA

A. Pengertian Biaya Dibayar Di Muka


Semua Pengeluaran pengeluaran yang sudah dibayar untuk barang dan jasa yang masa
manfaatnya untuk beberapa periode mendatang sekaligus, sehingga dari jumlah
pengeluaran tersebut sebagian akan menjadi beban periode bersangkutan sebagai biaya dan
sebagian lagi akan dibebankan pada periode mendatangnya sebagai aktiva.

B. Perlakuan Perpajakan Biaya Dibayar Di Muka


Biaya bayar di muka harus dibuatkan penyesuaian akhir tahun, sehingga dapat
diketahui biaya yang sudah terjadi dari akun biaya bayar di muka.

C. Akun-akun Biaya Dibayar Di Muka


 Biaya Asuransi Dibayar Di Muka
 Biaya Sewa Dibayar Di Muka
 Biaya Sewa Gedung Kantor Dibayar Di Muka
 Biaya Sewa Kendaraan Dibayar Di Muka
 Biaya Sewa Alat Berat Dibayar Di Muka
 Biaya Sewa Mesin Dibayar Di Muka
 Pajak Dibayar Di Muka
 Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22 Impor
 Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 atas bunga, dividen, royalty, dan fee
manajemen
 Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25
 Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

D. Contoh Soal

1. Contoh untuk sewa dibayar dimuka PPh 23


PT. Maju Makmur Mandiri pada tanggal 1 September 2015 melakukan pembayaran atas
sewa mobil yang disewanya dari CV. SB Rent sebesar Rp. 40 Juta untuk sewa mobil
selama 4 bulan (September 2015 s/d Desember 2015). Kedua perusahaan baik PT. MMM
maupun CV. SB Rent telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP). Bagaimana
Jurnal untuk kedua perusahaan tersebut?

Pembahasan
Untuk contoh soal di atas maka PT. MMM harus memotoh PPh pasal 23 dengan tarif 2%
dari pembayaran persewaan mobil tersebut, dan pemotongan pajak oleh PT. MMM tersebut
merupakan kredit pajak bagi CV. SB Rent.
Sebaliknya bagi CV. SB Rent wajib memungut PPN sebesar 10% yang merupakan Pajak
Masukan bagi PT. MMM.

Jurnal
PT. MMM

01 - 09 - 15 Sewa Dibayar Dimuka Rp. 40.000.000,-


PPN Masukan Rp. 4.000.000,-
Utang PPh Pasal 23 Rp. 800.000,-
Kas Rp. 43.200.000,-
(Jurnal pembayaran sewa mobil Sep - Des 2015)

30 - 09 - 15 Beban Sewa Rp. 10.000.000,-


Sewa Dibayar Dimuka Rp. 10.000.000,-
(Jurnal penyesuaian pengakuan beban sewa)

CV. SB Rent

01 - 09 - 15 Kas Rp. 43.200.000,-


UM PPh Pasal 23 Rp. 800.000,-
PPN Keluaran Rp. 4.000.000,-
Pendapatan Sewa Diterima Dimuka Rp. 40.000.000,-
(Jurnal penerimaan pembayaran sewa mobil Sep - Des 2015)

30 - 09 - 15 Pendapatan Sewa Diterima Dimuka Rp. 10.000.000,-


Pendapatan Sewa Rp. 10.000.000,-
(Jurnal penyesuaian pengakuan pendapatan sewa)

2. Contoh untuk sewa dibayar dimuka PPh Final

Pada tanggal 1 September 2015 PT. MMM membayar sewa gedung untuk gudang
penyimpanan produknya kepada PT. Estate Prima sebesar Rp. 150 juta untuk masa 3 tahun
(periode 1-09-15 s/d 31-10-18). Bagaimana pencatatan dari kedua perusahaan tersebut dala
mencatat transaksi sewa gudang tersebut dengan asumsi kedua perusahaan sudah PKP??

Pembahasan

Pada dasarnya jurnal untuk kedua perusahaan sama dengan jurnal dalam contoh 1 di atas,
yang membedakan adalah jurnal bagi penerima penghasilan (PT. Estate Prima), karena sewa
gedung / bangunan merupakan objek PPh Pasal 4 (2) maka pemotongan pajak yang
dilakukan oleh PT. MMM bersifat Final, sehingga bagi PT. Estate Prima pemotongan
tersebut bukanlah uang muka PPh tetapi pelunasan PPh yang diakui sebagai beban PPh
Final. Pada akhir periode beban PPh Final tersebut tidak dapat dibebankan sebagai biaya
fiskal (Non deductable expense).
Jurnal

PT. Estate Prima

01 - 09 - 15 Kas Rp. 150.000.000,-


Beban PPh Final Pasal 4 (2) Rp. 15.000.000,-
PPN Keluaran Rp. 15.000.000,-
Pendapatan Sewa Diterima Dimuka Rp. 150.000.000,-
(Jurnal penerimaan pembayaran sewa gudang)

Anda mungkin juga menyukai