Anda di halaman 1dari 22

PANDUAN PENCEGAHAN DAN

PENGENDALIAN KEBAKARAN

RUMAH SAKIT UMUM AVICENNA BIREUEN


Jl. Laksamna Malahayati/kuala Raja No. 1 Lhok Awee. Kecamatan Kota
Juang Kabupaten Bireuen Provinsi Aceh
TAHUN 2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat – Nya
sehingga Buku Panduan Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran Rumah Sakit Avicenna
Bireuen ini dapat tersusun.
Buku Panduan Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran Rumah Sakit Avicenna Bireuen
ini disusun dengan tujuan untuk menjadi Panduan bagi sumber daya manusia Rumah Sakit dalam
memastikan SDM Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, dan aset rumah sakit
aman dari bahaya api, asap, dan bahaya lain. Sehingga tidak menimbulkan efek buruk terhadap
keselamatan dan kesehatan SDM Rumah Sakit itu sendiri, pasien, pendamping pasien, dan
pengunjung di lingkungan Rumah Sakit Avicenna Bireuen.
Sangat disadari bahwa Buku Panduan Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran Rumah
Sakit Avicenna Bireuen ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, perbaikan akan dilakukan
secara berkala untuk mendukung visi Rumah Sakit Avicenna Bireuen
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyusun
Buku Panduan Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran Rumah Sakit Avicenna Bireuen ini
dapat tersusun.

Bireuen, 10 Mei 2018


Panitia Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
RS Avicenna Bireuen

Ns. Saifullah, S. Kep

ii
TIM PENYUSUN

PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN KEBAKARAN


RUMAH SAKIT AVICENNA BIREUEN

Ketua : Agus Mulyadi


Sekretaris : Ramadhana
Anggota :
1. T. Andika, S. Kep
2. Muazzal
3. Nurul Fitria
4. Ramadhan

iii
DAFTAR ISI

1. Kata Pengantar................................................................................................................ i
2. Tim Penyusun ................................................................................................................. ii
3. Daftar Isi ......................................................................................................................... iii
4. PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN KEBAKARAN RUMAH SAKIT
AVICENNA BIREUEN
BAB I. Pendahuluan ............................................................................................. 1
Latar Belakang .......................................................................................... 2
Pengertian ................................................................................................. 2
BAB II. Ruang Lingkup .......................................................................................... 5
BAB III. Kebijakan ................................................................................................. 5
BAB IV. Tata Laksana ............................................................................................. 7
BAB V. Dokumentasi ............................................................................................. 18

iv
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT AVICENNA BIREUEN
NOMOR : 510 / SK - AVC / 2018

TENTANG

PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN KEBAKARAN


RUMAH SAKIT AVICENNA BIREUEN

DIREKTUR RUMAH SAKIT AVICENNA BIREUEN

Menimbang : a. bahwa pencegahan dan pengendalian kebakaran di rumah sakit suatu


upaya untuk memastikan SDM Rumah Sakit, pasien, pendamping
pasien, pengunjung, dan aset Rumah Sakit aman dari bahaya api, asap,
dan bahaya lain;
b. bahwa agar penyelenggaraan pencegahan dan pengendalian kebakaran
di rumah sakit dapat terlaksana dengan baik maka diperlukan Panduan
Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf
a dan b, perlu menetapkan Panduan Pencegahan dan Pengendalian
Kebakaran di rumah sakit Rumah Sakit Avicenna Bireuen dengan
Keputusan Direktur Rumah Sakit Avicenna Bireuen

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1970


tentang Keselamatan Kerja;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah;
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2007
tentang Penanggulangan Bencana;
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009
tentang Kesehatan;
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit;
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2009
tentang Lingkungan Hidup;
8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2014
tentang Tenaga Kesehatan;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2001 tentang
Pengelolaan Bahan berbahaya dan Beracun;
10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 tahun
2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen K3;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2014 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun;
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
472 / MENKES / PER / V / 1996 tentang Pengamanan
Bahan Berbahaya Bagi Kesehatan;
13. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
432/MENKES/SK/IV/2007 tentang Pedoman Manajemen
K3 Rumah Sakit;
14. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum;
1
15. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
012 tahun 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit;
16. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66
Tahun 2016 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Rumah Sakit;
17. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri;
18. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1075/MENKES/SK/VII/2003 tentang Pedoman Sistem
Informasi K3;
19. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit;
20. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
129/MENKES/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit;
21. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1087/MENKES/SK/VIII/2010 tentang Standar K3 Rumah
Sakit.

MEMUTUSKAN

Menetapkan :
Kesatu : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT AVICENNA
BIREUEN TENTANG PANDUAN PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN KEBAKARAN RUMAH SAKIT AVICENNA
BIREUEN.
Kedua : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Bireuen
Pada Tanggal 10 Mei 2018
Direktur Rumah Sakit Avicenna Bireuen,

dr. Armiya

2
PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN KEBAKARAN
RUMAH SAKIT AVICENNA BIREUEN

BAB I

I. PENDAHULUAN

Dalam era globalisasi, tuntutan pengelolaan program Keselamatan dan Kesehatan


Kerja (K3) di Rumah Sakit Avicenna Bireuen semakin tinggi karena sumber daya
manusia Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan
Rumah Sakit ingin mendapatkan perlindungan dari gangguan keselamatan dan
kesehatan kerja, baik sebagai dampak proses kegiatan pemberian pelayanan maupun
karena kondisi sarana dan prasarana yang ada di Rumah Sakit Avicenna Bireuen yang
belum memenuhi standar dan masih dalam tahap pembenahan ke arah standar.

Dengan berkembangnya konsep kesehatan pekerja (Workers's Health) diharapkan


dapat memberikan pengertian yang lebih luas dari kesehatan kerja (Occupational
Health), maka tidak hanya masalah kesehatan yang berkaitan dengan pekerjaan, tapi
juga masalah kesehatan umum yang mempengaruhi produktivitas kerja. Sebagaimana
disebutkan di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tertanggal 13
Oktober 2009 tentang Kesehatan, Bab XII mengenai Kesehatan Kerja, meliputi pasal 164 sampai
166. Rumah Sakit Avicenna Bireuen adalah suatu tempat kerja dengan kondisi seperti
tersebut diatas sehingga harus menerapkan upaya kesehatan kerja disamping
keselamatan kerja. Rumah Sakit Avicenna Bireuen merupakan suatu industri jasa yang
padat karya, padat pakar, padat modal dan padat teknologi, sehingga risiko terjadinya
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) sangat tinggi, oleh
karena itu upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sudah menjadi suatu
keharusan.

Selain dituntut mampu memberikan pelayanan dan pengobatan yang bermutu,


Rumah Sakit Avicenna Bireuen harus menjadi patient & provider safety (hospital
safety) sehingga mampu melindungi sumber daya manusia Rumah Sakit, pasien,
pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan Rumah Sakit dari berbagai
potensi bahaya di Rumah SakitAvicenna Bireuen. Untuk menunjang hal tersebut, Rumah
Sakit Avicenna Bireuen harus melaksanakan dan mengembangkan program Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) di Rumah Sakit Avicenna Bireuen (K3RS) seperti yang
tercantum dalam Buku Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit
Avicenna Bireuen dan terdapat dalam Pedoman Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012.
Dalam Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terdapat 8 (delapan) standar
3
K3. Salah satunya adalah standar Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran. Oleh karena
itu, Rumah Sakit Avicenna Bireuen dituntut untuk melaksanakan Upaya Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) yang dilaksanakan secara terintegrasi dan menyeluruh.

LATAR BELAKANG
Kebakaran merupakan salah satu bencana yang mungkin terjadi di Rumah Sakit. Dimana
akibat yang ditimbulkannya akan berdampak buruk sangat luas dan menyeluruh bagi pelayanan,
operasional, sarana dan prasarana pendukung lainnya, dimana didalamnya juga terdapat pasien,
keluarga, pekerja dan pengunjung lainnya. Untuk hal tersebut maka Rumah Sakit harus
melakukan upaya pengelolaan keselamatan kebakaran dengan melakukan pencegahan dan
pengendalian kebakaran.
Rumah sakit memiliki kewajiban untuk memastikan sumber daya manusia Rumah Sakit,
pasien, pendamping pasien, pengunjung, dan aset rumah sakit aman dari bahaya api, asap dan
bahaya lain. Dalam rangka melaksanakan kewajiban tersebut harus sesuai dengan standar K3RS
yaitu pencegahan dan pengendalian kebakaran.
Pencegahan dan pengendalian kebakaran dilakukan melalui pemenuhan langkah-langkah
yang selanjutnya dituangkan dalam Panduan Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran.

PENGERTIAN
1. Keselamatan Kerja adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi terjadinya kecelakaan,
kerusakan dan segala bentuk kerugian baik terhadap manusia, maupun yang berhubungan
dengan peralatan, obyek kerja, tempat bekerja, dan lingkungan kerja, secara langsung dan
tidak langsung.

2. Kesehatan Kerja adalah upaya peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jabatan, pencegahan penyimpangan kesehatan yang
disebabkan oleh kondisi pekerjaan, perlindungan pekerja dari risiko akibat faktor yang
merugikan kesehatan, penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja
yang mengadaptasi antara pekerjaan dengan manusia dan manusia dengan jabatannya.

3. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit yang selanjutnya disingkat K3RS adalah
segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan bagi sumber
daya manusia Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan
Rumah Sakit melalui upaya pencegahan kecelakan kerja dan penyakit akibat kerja di Rumah
Sakit.

4
4. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan gawat darurat.

5. Sumber Daya Manusia Rumah Sakit yang selanjutnya disebut SDM Rumah Sakit adalah
semua tenaga yang bekerja di Rumah Sakit baik tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan.

6. Manajemen risiko (risk management) K3RS adalah proses yang bertahap dan
berkesinambungan untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja secara
komperhensif di lingkungan Rumah Sakit.

7. Penyakit Akibat Kerja (PAK) adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan atau
lingkungan kerja termasuk penyakit terkait kerja.

8. Penyakit Terkait Kerja adalah penyakit yang mempunyai beberapa agen penyebab dengan
faktor pekerjaan dan atau lingkungan kerja memegang peranan bersama dengan faktor risiko
lainnya.

9. Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) adalah sutau kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak
diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda.

10. Hazard (bahaya) adalah sesuatu/sumber yang berpotensi menimbulkan cidera/kerugian


(manusia, proses, properti, dan lingkungan). Faktor internal yang menjadikan konsekuensi,
Konsekuensi = Hazard x Exposure
Exposure = Kosentrasi x Lama Pemaparan
Tidak akan menjadi risiko jika tidak ada pemaparan.

11. Risiko (risk) adalah kesempatan untuk terjadinya cidera/kerugian dari suatu bahaya, atau
kombinasi dari kemungkinan dan akibat risiko.
Mempunyai 2 dimensi / parameter yaitu probabiliti dan konsekuensi
Risiko = Probabiliti x Konsekuensi
Risiko = Probabiliti x Hazard x Konsentrasi x Lama
Kompenen risiko meliputi :
a. Variasi individu yang berhubungan dengan kerentanan
b. Jumlah manusia yang terpapar
c. Frekuensi pemaparan
d. Derajat risiko individu

5
e. Kemungkinan pengendalian bahaya
f. Aspek finansial
g. Pendapat masyarakat
h. Tanggung jawab sosial

12. Analisis risiko (risk analysis) : kegiatan analisis suatu risiko dengan cara menentukan
besarnya kemungkinan (probability) dan tingkat keparahan dari akibat (consequences) suatu
risiko.
13. Penilaian risiko ( risk assesment) : penilaian suatu risiko dengan cara membandingkannya
terhadap tingkat atau kareba risiko yang telah ditetapkan.

14. Incident adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan, bilamana pada saat itu sedikit saja ada
perubahan maka dapat mengakibatkan terjadinya accident.

15. Accident adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan berakibat cedera pada manusia,
kerusakan barang, gangguan terhadap pekerjaan dan pencemaran lingkungan.

16. Risiko tinggi merupakan keadaan tingggi. Risiko dalam kategori ini dianggap tidak dapat
diterima (unacceptable). Untuk itu kegiatan pekerjaan harus dihentikan, pembenahan
perekayasaan perlu dilakukan dan risiko harus diturunkan.

17. Risiko sedang merupakan keadaan serius. Risiko dalam kategori mendesak dan perlu
perhatian secepatnya dilakukan tindakan pencegahan sehingga nilai resiko diturun.

18. Risiko rendah merupakan keadaan tidak terlalu serius. Risiko ini dapat diterima, namun
demikian langkah tindakan pencegahan tanpa penghentian pekerjaan perlu dilakukan.

19. Corporate risk adalah keajadian yanag akan memberikan dampak negatif terhadap tujuan
organisasi.

20. Non Clinical (physical) risk adalah bahaya potensial akibat lingkungan.

21. Clinical risk adalah bahaya potensial akibat pelayanan klinis.

22. Finansial risk adalah risiko finansial yanag secara negatif akan berdampak pada kemampuan
organisasi dalam mencapai tujuan.

6
23. Kebakaran adalah bencana api yang tidak dikehendaki yang dapat menimbulkan kerugian.

24. Pencegahan kebakaran ialah segala usaha secara berencana untuk memadamkan atau
menghindarkan kemungkinan timbulnya bahaya kebakaran.

25. Pemadam Kebakaran ialah memisahkan hubungan langsung dari ketiga unsur penyebab
kebakaran (bahan bakar, pas, oxigen).

26. Penanggulangan kebakaran inilah segala dnya upaya untuk mencegah dan memberantas
terjadinya kebakaran.

27. Alat Pemadam ialah alat untuk memadamkan kebakaran.

28. Alat Perlengkapan Pemadam ialah alat yang digunakan untuk melengkapi alat pemadam
kebakaran seperti : ember, karung goni, tangga, kaleng, karung pasir dan lain-lain.

29. Daerah kebakaran ialah daerah yang terancam bahaya kebakaran yang mempunyai jarak 50
meter dari titik kebakaran terakhir.

30. Daerah bahaya kebakaran ialah daerah yang terancam bahaya kebakmn yang mempunyai
jarak 25 meter dari titik kebakaran terakhir.

31. Detektor kebakaran adalah detektor yang berfungsi mendeteksi awal adanya suatu
kebakaran.
32. Detektor panas adalah detektor yang bekerja berdasarkan panas.

33. Detektor asap adalah detektor yang bekerja berdasarkan batas konsentrasi asap tertentu.

34. Detektor nyala api adalah detektor yang bekerja berdasarkan radiasi nyala api.

35. Detektor gas adalah yang bekerja berdasarkan gas ynng timbul akibat kebakaran atau gas
lainnya yang mudah terbakar.

36. Alarm kebakaran adalah komponen dan sistem yang memberikan syarat adanya kebakaran.

7
37. Panel kebakaran adalah komponen dari sistem deteksi dan alarm kebakaran yang berfungsi
untuk mengontrol pekerjaan sistem, menerima dan menunjukkan adanya syarat kebakaran
serta mengaktifkan alarm kebakaran.
38. Zona deteksi adalah suatu daerah yang diawasi oleh kelompok deteksi dengan luas tidak
lebih dari 2000 m2.

39. Ruang efektif adalah ruang yang dipergunakan untuk menampung aktifitas yang sesuai
dengan fungsi bangunan.

40. Ruang sirkulasi adalah ruang yang hanya dipergunakan untuk lalu lintas atau sirkulasi
dalam bangunan.

41. Zone G dan Zone M : Di dalam ruangan fasilitas kesehatan terdapat Zone G dan Zone M,
yaitu daerah berbahaya ledakan (mudah terjadi ledakan).

8
BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup manajemen risiko K3RS meliputi :


1. Identifikasi area berisiko bahaya kebakaran dan ledakan;
2. Pemetaan area berisiko bahaya kebakaran dan ledakan;
3. Pengurangan risiko bahaya kebakaran dan ledakan;
4. Pengendalian kebakaran; dan
5. Simulasi kebakaran.

9
BAB III
KEBIJAKAN

1. Rumah Sakit melaksanakan program untuk memastikan bahwa seluruh penghuni di rumah
sakit aman dari kebakaran, asap dan kedaruratan lainnya.
2. Rumah Sakit menjamin penghuni rumah sakit tetap aman sekalipun terjadi kebakaran atau
asap dengan melaksanakan program antara lain :
- Pencegahan kebakaran melalui pengurangan risiko kebakaran, seperti penyimpanan dan
penanganan secara aman bahan mudah terbakar, termasuk gas medik, seperti oksigen.
- Bahaya yang terkait dengan setiap pembangunan didalam atau berdekatan dengan
bangunan yang dihuni pasien.
- Jalan keluar yang aman dan tidak terhalang bila terjadi kebakaran.
- Sistem peringatan dini, sistem deteksi dini, seperti, deteksi asap (smoke detector), alarm
kebakaran, dan patroli kebakaran, dan.
- Mekanisme penghentian/supresi (suppression) seperti selang air, supresan kimia
(chemical suppressants) atau sistem penyemburan (spinkler).
3. Rumah Sakit secara teratur melakukan uji coba pengamanan kebakaran dan asap, meliputi
setiap peralatan yang terkait untuk deteksi dini dan penghentian (suppression) dan
mendokumentasikan hasilnya.
4. Rencana pengamanan kebakaran rumah sakit mengidentifikasi :
- Frekuensi pemeriksaan, uji coba dan pemeliharaan sistem perlindungan dan pengamanan
kebakaran, sesuai ketentuan.
- Rencana evakuasi yang aman dari fasilitas bila terjadi kebakaran atau ada asap.
- Proses untuk melakukan uji coba semua bagian dari rencana, dalam jangka waktu 12
bulan.
- Pendidikan yang perlu bagi staf untuk dapat melindungi secara efektif dan mengevakuasi
pasien bila terjadi kedaruratan dan
- Partisipasi semua staf dalam uji coba pengamanan kebakaran sekurang-kurangnya
setahun sekali.
5. Seluruh pemeriksaan, uji coba dan pemeriksaan didokumentasikan.
6. Larangan merokok
- Rumah sakit membuat larangan merokok dengan menggunakan stiker – stiker
disetiap lantai dan membuat larangan merokok diperaturan Rumah Sakit.
- Rumah Sakit menyusun dan mengimplementasikan kebijakan larangan merokok
terhadap pasien, keluarga, staf dan pengunjung tanpa terkecuali.
- Rumah sakit secara teratur melakukan monitoring larangan merokok kepada setiap
pasien, keluarga, staf dan pengunjung yang kedapatan merokok disekitar lingkungan
Rumah Sakit. Lingkungan Rumah Sakit adalah semua Ruang Unit Kerja yang ada
didalam batas Pagar Rumah Sakit.

10
- Bagi pasien, keluarga, staf dan pengunjung yang kedapatan merokok akan diberikan
pengarahan dan masukan oleh bagian Satuan Rumah Sakit.
- Rumah Sakit melindungi kesehatan masyarakat, sudah seharusnya bebas dari asap
rokok karena asap rokok dapat menimbulkan penyakit yang fatal dan penyakit yang
dapat menurunkan kualitas hidup akibat penggunaan rokok.
- Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau
tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk
keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya.

7. Bidang Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran dalam Panitia K3RS melakukan monitoring
terhadap pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran dan membuat laporan ke
Ketua Panitia K3RS sebagai laporan rekomendasi kepada Direktur Rumah Sakit.

11
BAB IV
TATA LAKSANA

Pencegahan dan pengendalian kebakaran dilakukan melalui :


a. Identifikasi area berisiko bahaya kebakaran dan ledakan.
b. Pemetaan area berisiko bahaya kebakaran dan ledakan.
c. Pengurangan risiko bahaya kebakaran dan ledakan.
d. Pengendalian kebakaran dilakukan dengan pemenuhan paling sedikit meliputi :
1) alat pemadam api ringan;
2) deteksi asap dan api;
3) sistem alarm kebakaran;
4) penyemprot air otomatis (sprinkler);
5) pintu darurat;
6) jalur evakuasi;
7) tangga darurat;
8) pengendali asap;
9) tempat titik kumpul aman;
10) penyemprot air manual (hydrant);
11) pembentukan tim penanggulangan kebakaran; dan
12) pelatihan dan sosialisasi.
e. simulasi kebakaran dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali dalam setahun.

A. Identifikasi Area Berisiko Bahaya Kebakaran dan Ledakan


1) Mengetahui potensi bahaya kebakaran yang ada di tempat kerja, dengan membuat daftar
potensi-potensi bahaya
2) Mengetahui lokasi dan area potensi kebakaran secara spesifik, dengan membuat denah
potensi berisiko tinggi terutama terkait bahaya kebakaran.
3) Inventarisasi dan pengecekan sarana proteksi kebakaran pasif dan aktif
a) proteksi kebakaran secara aktif, contohnya APAR, hidran, detektor api, detektor
asap, sprinkler, dan lain-lain.
b) proteksi kebakaran secara pasif, contohnya jalur evakuasi, pintu darurat, tangga
darurat, tempat titik kumpul aman, ram, kompartemen, dan lain-lain.

B. Pemetaan Area Berisiko Tinggi Kebakaran dan Ledakan


1) Peta area risiko tinggi ledakkan dan kebakaran
2) Peta keberadaan alat proteksi kebakaran aktif (APAR, hydrant)
3) Peta jalur evakuasi dan titik kumpul aman

12
4) Denah lokasi di setiap gedung

C. Pengurangan Risiko Bahaya Kebakaran dan Ledakan


1) Sistim peringatan dini;
2) Tanda-tanda dan/ atau rambu evakuasi;
3) Akses keluar, akses evakuasi, dan area tempat titik kumpul aman;
4) Penyediaan alat evakuasi untuk gedung bertingkat;
5) penempatan bahan mudah terbakar aman dari api dan panas;
6) Pengaturan konstruksi gedung sesuai dengan prinsip keselamatan dan Kesehatan Kerja,
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
7) Penyimpanan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang mudah terbakar dan gas medis;
8) Pelarangan bagi sumber daya manusia Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien, dan
pengunjung yang dapat menimbulkan kebakaran (peralatan masak-memasak);
9) Larangan merokok.
10) Inspeksi fasilitas/area berisiko kebakaran secara berkala
11) Menyusun kebijakan, pedoman dan SPO terkait keselamatan kebakaran

D. Pengendalian Kebakaran
1) Alat pemadam api ringan
2) Deteksi asap dan api
3) Sistim alarm kebakaran
4) Penyemprot air otomatis (sprinkler)
5) Pintu darurat
6) Jalur evakuasi
7) Tangga darurat
8) Pengendali asap
9) Tempat titik kumpul aman
10) Penyemprot air manual (Hydrant)
11) Pembentukan tim penanggulangan kebakaran
a) Tim Penanggulangan Kebakaran Tingkat RS
b) Tim Penanggulangan Kebakaran Tingkat Unit RS
12) Pelatihan dan sosialisasi

E. Simulasi Kebakaran
Minimal dilakukan 1 tahun sekali untuk setiap gedung. Hal penting yang perlu
diperhatikan dalam pencegahan dan penanggulangan kebakaran:

13
1) Rumah Sakit perlu menguji secara berkala rencana penanganan kebakaran dan asap,
termasuk semua alat yang terkait dengan deteksi dini dan pemadaman serta
mendokumentasikan hasil ujinya.
2) Bahaya terkait dengan setiap pembangunan di dalam/berdekatan dgn bangunan yang
dihuni pasien. Yaitu dengan melakukan :
a) Melakukan pemantauan, terutama yang terkait dengan penggunaan bahan-bahan
mudah terbakar, penggunaan sumber panas / api dan
b) melakukan sosialisasi terhadap pihak ketiga/kontraktor terkait pencegahan
kebakaran.
3) Jalan keluar yang aman dan tidak terhalang bila tejadi kebakaran (jalur evakuasi), yaitu
dengan melakukan :
a) Menyediakan Jalur darurat yang digunakan jika terjadi kebakaran secara aman dan
selamat.
b) Memastikan jalur darurat tidak boleh terhalang oleh benda apapun atau yang dapat
menghalangi jalannya proses evakuasi.
c) Jalur tersebut harus sesuai standar, dimulai dari penerangan yg cukup, rambu dan
petunjuk yang jelas dan mudah terbaca, penekan asap keluar.
4) Sistem peringatan dini, sistem deteksi dini, smoke, heat, ion atauflame detector, alarm
kebakaran, dan patroli kebakaran, antara lain :
a) Seperangkat alat yang merupakan sistem dari pemadam kebakaran yang terintegrasi
yang harus dipahami oleh setiap pegawai yang ada dilokasi atau area tersebut
b) Seperangkat alat yang merupakan sistem dari pemadam kebakaran yang terintegrasi
bersifat otomatis yang merupakan bagian dari proteksi aktif yang disesuaikan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c) Patroli kebakaran dilakukan secara rutin
d) Sosialisasi bagi semua karyawan yang ada dilokasi atau area tersebut.
5) Mekanisme penghentian/supresi (suppression) seperti selang air, supresan kimia
(chemical suppressants) atau sistem penyemburan (sprinkler).
Merupakan sistem pemadam kebakaran secara aktif, baik dilakukan secara otomatis
maupun manual dan saling terintegrasi dalam suatu area atau lokasi. Jenis antara lain APAR
(Alat Pemadam Api Ringan), APAB (Alat Pemadam Api Beroda), hydran dan springkler
serta sistem penanggulangan kebakaran satu tempat dengan menggunakan gas. Sistem
proteksi kebakaran :
a) Sarana Proteksi Pasif
- Membatasi bahan-bahan mudah terbakar
- Suatu upaya yang dilakukan dengan cara memisahkan bahan-bahan yang
mudah terbakar dari sumber panas atau api dan juga mengurangi volume atau

14
jumlah bahan yang mudah terbakar pada area-area tertentu dimana gudang
penyimpanannya cukup kecil dan tidak tahan api.
- Struktur tahan api dan kompartemenisasi bangunan (fire stop, fire retardant,
fire damper)
- Merupakan upaya proteksi dengan memasukkan standar baku terhadap struktur
bangunan agar tahan api dan juga kompartemenisasi agar tidak terjadi
perambatan asap dan api ke area lainnya.
- Penyediaan sarana evakuasi untuk penghuni.
- Merupakan upaya untuk mengurangi risiko banyaknya korban dan juga sebagai
upaya dalam memindahkan orang dari tempat yang terbakar ke tempat yang
lebih aman melalui jalur atau akses evakuasi yang disediakan. Dimana sarana
tersebut harus sesuai standar.
- Penyediaan kelengkapan penunjang evakuasi.
- Kelengkapan penunjang dalam melakukan evakuasi bisa berupa lampu darurat,
rambu exit, kipas penekan asap dan rambu atau tanda jalur evakuasi yang
mudah terlihat.
- Kondisi halaman bangunan dan akses pemadam bagi ketersediaannya area
kepada mobil dinas pemadam kebakaran yang jelas dan tidak terhalang.
- Halaman atau lokasi titik kumpul aman harus ditentukan yang dilengkapi
dengan rambu dan tersedia,
- Akses bagi petugas pemadam kebakaran harus disediakan baik itu lokasi
maupun upaya agar memudahkan manuver kendaraan.
b) Sarana Proteksi Aktif
- Sistem deteksi dan alarm kebakaran
- Merupakan sistem yang terdiri dari detektor panas, detektor asap, detektor
nyala dan detektor ion yang tersambung dengan manual control fire alarm.
- Alat pemadam api ringan
- Sistem pemadam berbasis bahan kimia dan ringan, yang digunakan pada tahap
awal terjadinya kebakaran dengan volume api kecil dan digunakan oleh satu
orang.
- Automatic sprinkler system, hydrant, hose-reel
- Sistem pemadam berbasis air yang digunakan untuk penanggulangan
kebakaran.
- Pemadam api khusus pada area ruang server, gizi, gudang obat dan disesuaikan
dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku.

15
- Bisa ditempatkan pada area atau lokasi khusus dan bersifat mandiri berdiri
sendiri dan juga harus dipertimbangkan aspek keamanan dan ramah
lingkungannya.
- Sarana bantu : sumber air-pompa-genset/sumber daya darurat yang disesuaikan
dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku.
- Merupakan sarana penunjang operasi dari sistem aktif yang harus selalu
tersedia dan siap pakai.
c) Sistem Proteksi Pasif
- Sarana jalan ke luar dan komponen-komponennya terdiri atas tanda keluar,
lampu darurat, pintu kebakaran, tangga darurat bertekanan, alat bantu evakuasi
dan lain sebagainya.
- Pembatasan terhadap bahan tidak mudah terbakar
- Sistem pengendalian dan manajemen asap.
- Merupakan upaya yang dilakukan untuk mengendalikan asap saat terjadinya
kebakaran terutama untuk area yang berada di tangga darurat, atau ruang
bertekanan lainnya.
- Kondisi halaman bangunan dan akses pemadam
- Halaman bangunan biasanya digunakan sebagai titik kumpul aman dengan
dilengkapi rambu dan hal lainnya yang diperlukan seperti lampu penerangan
darurat, dapat dijadikan tempat penampungan sementara atau penanganan awal
pada korban. Selain itu juga pada halaman atau jalan yang ada dibangunan
harus diperhatikan akses atau manuver dari kendaraan dinas pemadam
kebakaran.
- Sistem proteksi pasif harus dilakukan dan dibuat adanya perencanaan dan
perancangan dari awal dalam hal desain, material pembentuk maupun
pengawasannya oleh K3 dan satuan kerja terkait.
d) Fire Safety Management, terdiri atas :
- Pemeriksaan dan pemeliharaan peralatan proteksi kebakaran, yang harus
dilakukan secara berkala sesuai ketentuan.
- Pembentukan tim fire dan emergency yang merupakan kebijakan pimpinan
dalam upaya pencegahan kebakaran dan penanggulangan kebakaran saat
kondisi darurat.
- Pembinaan dan pelatihan tim fire dan emergency yang merupakan upaya untuk
meningkatkan kompetensi dari setiap pegawai dalam hal mencegah dan
menaggulangi bahaya kebakaran.
- Penyusunan Fire Emergency Plan (FEP) yang merupakan pedoman bagi area
atau lokasi tersebut dalam upayanya mencegah dan pengendalian kebakaran.

16
- Latihan kebakaran dan evakuasi yang merupakan simulasi yang dilakukan
secara rutin yang mendekati kejadian sebenarnya sekaligus juga dengan
melakukan upaya evakuasi.
- Penyusunan SPO pelaksanaan kerja yang aman atau yang terkait dampak
kebakaran yang merupakan langkah-langkah atau tahapan dalam melakukan
kegiatan terutama yang terkait dengan pekerjaan api terbuka.
- Pelaksanaan fire safety audit yang serupa dengan self asessmen terkat dengan
pengelolaan keselamatan kebakaran.
- Penetapan pusat kendali keadaan darurat merupakan upaya komunikasi yang
dilakukan secara terkendali dan terpusat pada suatu area.
Rekomendasi untuk pencegahan kebakaran terdiri atas :
a) Program termasuk pengurangan risiko kebakaran adalah suatu program yang
mengupayakan pengurangan risiko terhadap dampak kebakaran yang terjadi.
b) Program termasuk penilaian risiko kebakaran saat ada pembangunan di atau
berdekatan dengan fasilitas adalah upaya untuk mengidentifikasi, menila
besarnya risiko dan pengendalian yang akan dilakukan berikutnya.
c) Program termasuk deteksi dini kebakaran dan asap adalah bagian dari sistem
proteksi aktif dalam pemadaman kebakaran yang dapat diketahui sejak awal
sehingga penanggulangan dapat dilakukan secepatnya.
d) Program termasuk meredakan kebakaran dan pengendalian (containment) asap.
Adalah upaya yang dilakukan dalam mengantisipasi adanya penyebaran bahaya
kebakaran.
e) Program termasuk evakuasi/jalan keluar yang aman dari fasilitas bila terjadi
kedaruratan akibat kebakaran dan kedaruratan bukan kebakaran.

17
BAB V
DOKUMENTASI

Semua langkah Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran dimulai dari identifikasi area
berisiko bahaya kebakaran dan ledakan, pemetaan area berisiko bahaya kebakaran dan ledakan,
pengurangan risiko bahaya kebakaran dan ledakan, pengendalian kebakaran, dan simulasi
kebakaran berprinsip untuk memastikan sumber daya manusia Rumah Sakit, pasien, pendamping
pasien, pengunjung, dan aset rumah sakit aman dari bahaya api, asap dan bahaya lain. Untuk itu
diharapkan peranan dari manajemen rumah sakit, Panitia K3RS, dan seluruh sumber daya
manusia rumah sakit.

Diketahui Bireuen, 10 Mei 2018


Direktur Rumah Sakit Avicenna Bireuen, Ketua Panitia K3,

dr. Armiya Ns. Saifullah, S. Kep

18

Anda mungkin juga menyukai