Anda di halaman 1dari 5

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes melitus (DM) adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemi yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kelainan

kerja insulin atau keduanya. Gambaran patologik DM sebagian besar dapat

dihubungkan dengan salah satu efek utama akibat kurangnya insulin yaitu

berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel-sel tubuh dan peningkatan metabolisme

lemak, serta berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.1

Diabetes melitus yang tidak terkendali akan menyebabkan terjadinya

berbagai komplikasi kronik, baik mikroangiopati maupun makroangiopati.

Penyakit akibat komplikasi mikrovaskular yang dapat terjadi pada pasien diabetes

yaitu retinopati dan nefropati diabetik. Pada saat ini diabetes melitus telah menjadi

salah satu penyakit yang paling banyak menyebabkan penyakit ginjal kronik.

Nefropati Diabetik adalah komplikasi diabetes melitus pada ginjal yang dapat

berakhir sebagai gagal ginjal. Hiperglikemia yang persisten dan pembentukan

protein yang terglikasi menyebabkan dinding pembuluh darah menjadi makin

lemah dan rapuh dan terjadi penyumbatan pada pembuluh-pembuluh darah kecil.

Hal inilah yang mendorong timbulnya komplikasi-komplikasi mikrovaskuler.

Kreatinin adalah anhidrida dari kreatin, dibentuk sebagian besar dalam

otot dengan pembuangan air dari keratin fosfat secara tak reversible dan non

enzimatik. Kreatinin bebas terdapat dalam darah dan urin, kreatinin nantinya

diekskresi oleh ginjal melalui kombinasi filtrasi dan sekresi. Kadar kreatinin yang
2

lebih besar dari nilai normal mendeteksi adanya gangguan fungsi ginjal. pada

dasarnya kreatinin tidak permeabel terhadap membran tubulus.Oleh karena itu,

kreatinin yang difiltrasi hampir tidak ada yang direabsorbsi,sehingga semua

kreatinin yang difiltrasi oleh glomerulus akan diekskresikan ke dalam urin.

Pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan kendali yang tidak teratur dan

tentunya dengan komplikasi nefropati diabetik tingkat kadar kreatinin dalam darah

akan naik. Kadar glukosa yang tinggi memacu ekspresi sintesis protein

angiotensinogen pada sel epitel tubulus proksimal dan melibatkan aktivasi jalur

poliol. Tingginya kadar glukosa dalam darah berhubungan dengan peningkatan

ekspresi Transforming Growth Factor β (TGF β) dan peningkatan produksi

matriks ekstraseluler, semuanya berhubungan dengan perkembangan Nefropati

Diabetik. Peningkatan ekspresi TGF β yang secara langsung dipengaruhi oleh

glukosa, telah ditunjukkan pada ginjal dan mungkin bertanggung jawab untuk

beberapa perubahan struktural di ginjal pada penderita Nefropati Diabetik.

Pengidap Diabetes Melitus cenderung menderita komplikasi baik akut

maupun kronik. Penderita diabetes mempunyai kecenderungan menderita

nefropati 17 kali lebih sering dibandingkan dengan orang non-diabetik. Faktor-

faktor yang mempengaruhi berkembangnya DM ke arah nefropati antara lain

kurangnya aktivitas fisik,obesitas,dan makanan kurang gizi. Kontrol glukosa yang

baik telah terbukti dapat memperlambat laju timbulnya proteinuria dan

progresivitasnya pada DM tipe2.

Namun demikian prediktor terkuat untuk perkembangan komplikasi

mikrovaskular dan tingkat keparahan diabetes membutuhkan waktu yang lama.

Satu-satunya cara yang signifikan untuk mencegah atau memperlambat jalan


3

perkembangan komplikasi mikrovaskular adalah dengan pengendalian kadar gula

darah yang ketat. Pengendalian intensif yang disertai dengan monitoring kadar

gula darah mandiri dapat menurunkan risiko timbulnya komplikasi mikrovaskular

sampai 60%.5

Pada penelitian dilakukan oleh Salman Alfarisi dkk , dengan Hasil

penelitian menunjukkan dari 72 pasien DM tipe 2 (36 terkontrol dan 36 tidak

terkontrol), rerata kadar kreatinin serum pasien diabetes melitus tipe 2 yang tidak

terkontrol (0,967±0,265) lebih tinggi dibandingkan dengan pasien diabetes

melitus tipe 2 yang terkontrol (0,819±0,182).

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik dan berkeinginan untuk

mengetahui Perbedaan Kadar Kreatinin Serum Pasien Diabetes Melitus Tipe 2

yang Terkendali dengan yang Tidak Terkendali di RSUD DR. H. Abdul Moeloek

Bandar Lampung Tahun 2013.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam

peneltiian ini adalah: Apakah ada perbedaan kadar kreatinin serum pasien

Diabetes Melitus Tipe 2 yang terkendali dengan yang tidak terkendali di RSUD

DR. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung tahun 2013?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui perbedaan kadar kreatinin serum pasien Diabetes

Melitus Tipe 2 yang terkendali dengan yang tidak terkendali di RSUD DR. H.

Abdul Moeloek Bandar Lampung tahun 2013


4

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui rata-rata kadar kreatinin serum pasien Diabetes Melitus

Tipe 2 yang terkendali di RSUD DR. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung

tahun 2013,

2. Untuk mengetahui rata-rata kadar kreatinin serum pasien Diabetes Melitus

Tipe 2 yang tidak terkendali di RSUD DR. H. Abdul Moeloek Bandar

Lampung tahun 2013,

3. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata kadar kreatinin serum pasien

Diabetes Melitus Tipe 2 yang terkendali dengan yang tidak terkendali di

RSUD DR. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung tahun 2013.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademis

Manfaat akademis penelitian ini adalah diharapkan dapat mengembangkan

wawasan ilmu pengetahuan bidang kedokteran, tentang perbedaan kadar kreatinin

serum pasien Diabetes Melitus Tipe 2 yang terkendali dengan yang tidak

terkendali. Penelitian ini dapat dipakai sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya.

1.4.2 Manfaat Praktis

Memberi wawasan kepada para dokter mengenai perbedaan kadar

kreatinin serum pasien Diabetes Melitus Tipe 2 yang terkendali dengan yang tidak

terkendali.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian


5

Menyadari keterbatasan tenaga, waktu, dan kemampuan penulisan dalam

penelitian ini, maka penulisan membatasi ruang lingkup penelitian. Penelitian ini

mulai dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai Agustus 2014, yang akan

diteliti adalah apakah ada perbedaan kadar kreatinin serum pasien diabetes melitus

tipe 2 yang terkendali dengan yang tidak terkendali,dan subyek penelitian adalah

pasien di RSUD dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung pada tahun 2013.

Anda mungkin juga menyukai