Anda di halaman 1dari 15

BAB II

PENGUJIAN TARIK

2.1 Teori Dasar


Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu
bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu. Uji tarik
juga dapat diartikan sebagai suatu metode yang digunakan untuk menguji
kekuatan suatu bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang
sesumbu. Percobaan ini untuk mengukur ketahanan suatu material terhadap
gaya statis yang diberikan secara lambat. Hasil yang didapatkan dari pengujian
tarik sangat penting untuk rekayasa teknik dan desain produk karena
mengahsilkan data kekuatan material. Pengujian uji tarik digunakan untuk
mengukur ketahanan suatu material terhadap gaya statis yang diberikan secara
lambat.Salah satu cara untuk mengetahui besaran sifat mekanik dari logam
adalah dengan uji tarik. Sifat mekanik yang dapat diketahui adalah kekuatan
dan elastisitas dari logam tersebut. Uji tarik banyak dilakukan untuk
melengkapi informasi rancangan dasar kekuatan suatu bahan dan sebagai data
pendukung bagi spesifikasi bahan. Nilai kekuatan dan elastisitas dari material
uji dapat dilihat dari kurva uji tarik.

Gambar 2.1 Mesin uji tarik dilengkapi spesimen ukuran standar.


https://sersasih.wordpress.com/2011/07/21/laporan-material-teknik-uji-
tarik/

6
BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 12

A. Teori Pengujian Tarik


Banyak hal yang dapat kita pelajari dari hasil uji tarik. Bila kita terus
menarik suatu bahan (dalam hal ini suatu logam) sampai putus, kita akan
mendapatkan profil tarikan yang lengkap yang berupa kurva seperti
digambarkan pada Gbr.1. Kurva ini menunjukkan hubungan antara gaya
tarikan dengan perubahan panjang. Profil ini sangat diperlukan dalam desain
yang memakai bahan tersebut.

Gambar 2.2 Gambaran singkat uji tarik dan datanya


https://sersasih.wordpress.com/2011/07/21/laporan-material-teknik-uji-
tarik/

Biasanya yang menjadi fokus perhatian adalah kemampuan maksimum


bahan tersebut dalam menahan beban. Kemampuan ini umumnya disebut
“Ultimate Tensile Strength” disingkat dengan UTS, dalam bahasa Indonesia
disebut tegangan tarik maksimum.
Gambar.2, yang merupakan kurva standar ketika melakukan eksperimen
uji tarik. E adalah gradien kurva dalam daerah linier, di mana perbandingan
tegangan (σ) dan regangan (ε) selalu tetap. E diberi nama “Modulus
Elastisitas” atau “Young Modulus”. Kurva yang menyatakan hubungan antara
strain dan stress seperti ini kerap disingkat kurva SS (SS curve).

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2018-2019 7


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 12

Gambar 2.3 Kurva tegangan-regangan


Bentuk bahan yang diuji, untuk logam biasanya dibuat spesimen dengan
dimensi seperti pada Gambar.3 berikut.
B. Jenis-jenis Spesimen Uji Tarik
Spesimen uji harus memenuhi standar dan spesifikasi dari ASTM E8
atau D638. Standarisasi dari bentuk spesimen uji dimaksudkan agar retak
dan patahan terjadi di daerah gage length. Face dan grip adalah faktor
penting. Dengan pemilihan setting yang tidak tepat, spesimen uji akan
terjadi slip atau bahkan pecah dalam daerah grip (jaw break). Ini akan
menghasilkan hasil yang tidak valid. Face harus selalu tertutupi di seluruh
permukaan yang kontak dengan grip. Agar spesimen uji tidak bergesekan
langsung dengan face. contoh spesimen pada proses uji tarik salah satunya
adalah komposit Al-SiC.

C. Cara Melakukan Pengujian Tarik


Mesin uji tarik untuk material yang terdiri atas beberapa bagian,
Bagian atas disebut sebagai Crosshead, atau bagian yang bergerak yang
menarik benda uji, Sepasang ulir silinder akan membawa atau menggerakan
bagian crosshead. Sementara itu di bagian bawah di buat static. dibagian
crosshead terdapat sensor loadcell yang akan mengukur besarnya gaya tarik,
sedangkan untuk mengukur perubahan panjang digunakan strain gages atau
extensometer.

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2018-2019 8


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 12

Dengan menarik suatu bahan kita akan mengetahui bagaimana bahan


tersebut bereaksi terhadap tenaga tarikan dan mengetahui sejauh mana
material itu bertambah panjang. Dalam pengujian tarik ini, bahan yang ingin
dilakukan pengujian harus mendapatkan beberapa perlakuan khusus seperti
perubahan panjang dari spesimen dideteksi lewat pengukur regangan (strain
gage) yang ditempelkan pada spesimen seperti diilustrasikan pada Bila
pengukur regangan ini mengalami perubahan panjang dan penampang,
terjadi perubahan nilai hambatan listrik yang dibaca oleh detektor dan
kemudian dikonversi menjadi perubahan regangan.
Adapun langkah – langkah yang dikerjakan dalam percobaan ini yaitu :
a) Menyiapkan spesimen dan alat uji tarik yang akan digunakan
b) Mengalibrasi alat uji tarik yang akan digunakan
c) Menempatkan spesimen pada tempat yang telah disediakan pada alat
uji tarik
d) Mengontrol alat agar spesimen yang telah ditempatkan tercengkram
dengan sempurna pada alat uji tarik
e) Memutar pengontrol kecepatan pada control panel
f) Mengamati hasil pengukuran pada monitor control panel
D. Hasil Proses Uji Tarik
Interpretasi dari hasil uji tarik dapat dijelaskan sebagai berikut
a. Kelenturan (ductility)
Merupakan sifat mekanik bahan yang menunjukkan derajat
deformasi plastis yang terjadi sebelum suatu bahan putus atau gagal
pada uji tarik. Bahan disebut lentur (ductile) bila regangan plastis yang
terjadi sebelum putus lebih dari 5%, bila kurang dari itu suatu bahan
disebut getas (brittle).
b. Derajat kelentingan (resilience)
Derajat kelentingan didefinisikan sebagai kapasitas suatu bahan
menyerap energi dalam fase perubahan elastis. Sering disebut dengan
Modulus Kelentingan (Modulus of Resilience), dengan satuan strain
energy per unit volume (Joule/m3 atau Pa).
c. Derajat ketangguhan (toughness)

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2018-2019 9


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 12

Kapasitas suatu bahan menyerap energi dalam fase plastis sampai


bahan tersebut putus. Sering disebut dengan Modulus Ketangguhan
(modulus of toughness).
d. Pengerasan regang (strain hardening)
Sifat kebanyakan logam yang ditandai dengan naiknya nilai
tegangan berbanding regangan setelah memasuki fase plastis.
e. Tegangan sejati , regangan sejati (true stress, true strain)
Dalam beberapa kasus definisi tegangan dan regangan seperti
yang telah dibahas di atas tidak dapat dipakai. Untuk itu dipakai
definisi tegangan dan regangan sejati, yaitu tegangan dan regangan
berdasarkan luas penampang bahan secara real time.

2.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui sifat mekanik suatu material dengan pengujian tarik.
2. Untuk mengetahui perbandingan antara kurva mesin, kurva teknis, dan
kurva sebenarnya.

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2018-2019 10


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 12

2.3 Metodologi Praktikum


2.3.1 Skema Proses

Siapkan alat dan bahan

Ukur dimensi awal spesimen

Lakukan proses uji Tarik

Ukur dimensi akhir spesimen

Pengumpulan dan pengolahan data

Analisa dan pembahasan

Kesimpulan

Gambar 2.4 Skema Proses Pengujian Tarik

2.3.2 Penjelasan Skema Proses


1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Dimensi dari spesimen diukur yaitu panjang, diameter, dan luas
penampang.
3. Lakukan pengujian Tarik nyalakan mesin, beri beban kontinyu dan
naikan tuas hingga specimen patah.
4. Ukur dimensi akhir specimen.
5. Catat hasil pada lembar kerja.
6. Hasil dari pengujian tarik dianalisa dan diberi pembahasan.

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2018-2019 11


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 12

7. Beri kesimpulan
2.4 Alat dan Bahan
2.4.1 Alat
1. Mesin uji tarik 1 buah
2. Jangka sorong 1 buah
3. Penggaris 1 buah
4. Tip x 1 buah
2.4.2 Bahan
1. Material BJTP 24 1 buah
2. Millimeter Blok 1 buah

2.5 Pengumpulan dan Pengolahan Data


2.5.1 Pengumpulan Dzata
Standar Pengujian : ASTM E8-M

Tabel 2.1 Data Sebelum Penarikan


No. Data

1. Jenis Material BJTP 24

2. Panjang Awal (𝑙0 ) 𝑙0 = 30 mm

3. Diameter Awal (𝑑0 ) 𝑑0 = 5 mm

4. Luas Penampang Awal (𝐴0 ) 𝐴0 = 19,625 mm²

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2018-2019 12


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 12

Kurva Mesin

Gambar 2.5 Kurva Mesin

Tabel 2.2 Data Setelah Penarikan


No. Data

1. F max F max = 1.365 Kg


F max = 71 kotak

2. Skala 1 kotak = 19,22 kg

3. Fy Fy = 54 kotak
Fy = 1037,88 kg

4. Panjang akhir (𝑙𝑓 ) 𝑙𝑓 = 32 mm

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2018-2019 13


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 12

5. Diameter akhir (𝑑𝑓 ) 𝑑𝑓 = 3,8 mm

6. Luas Penampang Akhir (𝐴𝑓 ) 𝐴𝑓 = 2 mm²

7. Perubahan Panjang (∆l) ∆l = mm


∆l = 12 kotak

8. Kekuatan Tarik (σu) σu = 69,554 kg/ mm²


σu = 695,54 MPa

9. Kekuatan Luluh (σy) σy = 52,885 kg/ mm²


σy = 528,85 MPa

10. Keuletan (ԑ) ԑ = 6,67 %

11. Modulus Elastisitas (E) E = 79,28 kg/ mm² = 792,8 GPa

2.5.2 Pengolahan Data


1) luas penampang awal
1 1
A0 = 4 πd20 = 3,14 x (5mm)2 = 19,625mm2
4

2) Perubahan panjang
∆l = lf − l0 = 32 mm – 30 mm = 2 mm
3) Kekuatan tarik
Fmax 1.365 kg
σu = = =69,55 kg/mm²
A0 19,625 mm²

4) kekuatan luluh
Fy 1.037,88 kg
σy = A = =528,8kg/mm²
0 19,625 mm²

5) Keuletan
∆l 2 mm
ԑ= l x100%= = 6,67 %
0 30 mm

6) Modulus elastis
σy 52,88 kg/mm²
E= = = 7,892 kg/mm²
ԑ 6,67

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2018-2019 14


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 12

a) Konversi Kurva Mesin ke Kurva Teknis

F1 = 19,22 x 5 = 9,61 kg
F2 = 19,22 x 13 = 249,86 kg
F3 = 19,22 x 23 = 442,06 kg
F4 = 19,22 x 33 = 634,26 kg
F5 = 19,22 x 43 = 826,46 kg
F6 = 19,22 x 48 = 922,56 kg
F7 = 19,22 x 54 = 1037,88 kg
F8 = 19,22 x 59 = 1133,98 kg
F9 = 19,22 x 66 = 1268,52 kg
F10 = 19,22 x 71 = 1364,62 kg

b) Menghitung Sn pada setiap titik


Fn
Sn = , A0 =19,22 mm²
A0

F1 96,1 kg
S1 = = = 4,89 kg/mm²
A0 19,22 mm²

F2 249,86 kg
S2 = = = 12,73 kg/mm²
A0 19,22 mm²

F3 442,06 kg
S3 = = = 22,52 kg/mm²
A0 19,22 mm²

F4 364, 26 kg
S4 = = = 32,31 kg/mm²
A0 19,22 mm²

F5 826,46 kg
S5 = = = 42,11 kg/mm²
A0 19,22 mm²

F6 922,56 kg
S6 = = = 47 kg/mm²
A0 19,22 mm²

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2018-2019 15


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 12

F7 1037,88 kg
S7 = = = 52,88 kg/mm²
A0 19,22 mm²

F8 1133,98 kg
S8 = = = 57,78 kg/mm²
A0 19,22 mm²

F9 1268,62 kg
S9 = = = 64,63 kg/mm²
A0 19,22 mm²

F10 1364,62 kg
S10 = = = 69,53 kg/mm²
A0 19,22 mm²

c) Menghitung ∆l pada setiap titik

∆l1 = 0,16 x 3 = 0,48 mm


∆l2 = 0,16 x 6 = 0,96 mm
∆l3 = 0,16 x 7 = 1,12 mm
∆l4 = 0,16 x 9 = 1,44 mm
∆l5 = 0,16 x 10 = 1,6 mm
∆l6 = 0,16 x 10 = 1,6 mm
∆l7 = 0,16 x 11 = 1,76 mm
∆l8 = 0,16 x 11 = 1,76 mm
∆l9 = 0,16 x 12 = 1,92 mm
∆l10 = 0,16 x 16 = 2,56 mm

d) Menghitung en pada setiap titik

∆ln
en = , l0 = 30 mm
l0

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2018-2019 16


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 12

∆l1 0,48 mm
e1 = = = 0,16
l0 30 mm

∆l2 0,96 mm
e2 = = = 0,032
l0 30 mm

∆l3 1,12 mm
e3 = = = 0,037
l0 30 mm

∆l4 1,44 mm
e4 = = = 0,048
l0 30 mm

∆l5 1,6 mm
e5 = = = 0,053
l0 30 mm

∆l6 1,6 mm
e6 = = = 0,053
l0 30 mm

∆l7 1,76 mm
e7 = = = 0,058
l0 30 mm

∆l8 1,76 mm
e8 = = = 0,058
l0 30 mm

∆l9 1,92 mm
e9 = = = 0,064
l0 30 mm

∆l10 2,56 mm
e10 = = = 0,085
l0 30 mm

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2018-2019 17


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 12

Gambar 2.6 Kurva Teknis

e) Konversi Kurva Teknis ke Kurva Sebenarnya

Fn ԑn =ln (en +1) , l0 = 30 mm


σn = , A0 = 19,22 mm²
A0
F1 96,1 kg
σ1 = = = 4,89 kg/mm² ԑ1 =ln(e1 +1) = ln(0,16 + 1) = 0,015
A0 19,22 mm²

F2 249,86 kg
σ2 = = = 12,73 kg/mm² ԑ2 =ln(e2 +1) = ln(0,032 + 1)
A0 19,22 mm²
= 0, 031

F3 442,06 kg
σ3 = = = 22,52 kg/mm²
A0 19,22 mm² ԑ3 =ln(e3 +1) = ln(0,37 + 1) = 0,036

F4 624,26 kg
σ4 = = = 32,31 kg/mm²
A0 19,22 mm² ԑ4 =ln(e4 +1) = ln(0,048 + 1) = 0,46

F5 826,46 kg
σ5 = = = 42,11 kg/mm²
A0 19,22 mm²
ԑ5 =ln(e5 +1) = ln(0,053 + 1) = 0,051

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2018-2019 18


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 12

F6 922,56 kg ԑ6 =ln(e6 +1) = ln(0,053 + 1) = 0,051


σ6 = = = 47 kg/mm²
A0 19,22 mm²

ԑ7 =ln(e7 +1) = ln(0,058 + 1) = 0,056


F7 1037,98 kg
σ7 = = = 52,89 kg/mm²
A0 19,22 mm²

ԑ8 =ln(e8 +1) = ln(0,058 + 1) = 0,056


F8 1133,98 kg
σ8 = = = 57,78 kg/mm²
A0 19,22 mm²

F9 1268,52 kg ԑ9 =ln(e9 +1) = ln(0,064 + 1) = 0,062


σ9 = = = 64,63 kg/mm²
A0 19,22 mm² A0 19,625
ԑf =ln = ln = 0,549
Af 11,33

Ff 1364,62
σf = = = 120,44 kg/mm²
Af 11,33

Gambar 2.7 Kurva Sebenarnya

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2018-2019 19


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 12

2.6 Analisa dan Pembahasan


Pada praktikum pengujjian tarik ini, menggunakan stnadar pengujian
ASTM E8 M dengan jenis material BJTP 24 dengan panjang awal 30 mm,
diameter awal 5 mm, dan luas penampang awal 19,625 mm. Proses pengujian
ini menggunakan mesin UTM (universal testing machine) mesin yang dapat
melakukan 3 jenis pengujian salah satunya adalah uji Tarik. Spesimen BJTP
berbentuk silinder dan mempuanyai grip dikedua sisinya, pada saat pesasangan
spesimen pada mesin sebaiknya grip yang ada pada kedua sisi specimen
tersebut dijepit mendekati bagian tengah.
Kekuatan Tarik pada suatu specimen dipengaruhi oleh tegangan dan
regangannya sendiri, setelah melakukan pengujian Tarik dapat diperoleh
kekuatan Tarik sebesar 695,5 Mpa, dan kekuatan luluh sebesar 528,8 Mpa.
Pada saat pengujian berlansung, jika specimen telah melewati pembebanan
maksimum maka akan terjadi pengecilan penampang.
Pada pengujian Tarik ini dapat diketahui sifat mekanis suatu material yaitu:
Kekuatan Tarik
Kekuatan luluh
Perpanjangan
Modulus elastis.

2.7 Kesimpulan
1. Pengujian Tarik merupakan pengujian mekanik untuk mengetahui sifat
mekanik suatu material
2. Jenis kurva ada 3 yaitu : kurva mesin, teknis, dan sebenarnya.
3. Kekuatan Tarik material 695,5 Mpa
4. Kekuatan luluh material 528,8 Mpa
5. Keuletan material 6,67%
6. Modulus elastis material 78,92 Mpa

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2018-2019 20

Anda mungkin juga menyukai