Anda di halaman 1dari 4

halaman 121-139

para ulama telah sepakat mengenai dua macam fungsi hadis terhadap Al-Qur'an, yakni
sebagai penguat dan penafsir, bahkan sebagai penepat hukum menyangkut perkara-
perkara yang tidak disinggung dalam Al-Quran.

J. Fungsi Akal dalam Pengadilan Hukum Islam

Meskipun telah terdapat wahyu Al-Quran dan As-sunnah sebagai wahyu yang
matlu dan ghair matlu, dalam realitasnya, peran akal tidak dapat diabaikan. Bahkan,
kaum Mu'tazilah meyakini bahwa akal dapat menentukan baik dan buruk, memilih dan
memutuskannya meskipun tanpa wahyu. Sebelum para navj diutus serta wahyu
diturunkan, akallah yang membedakan kualitas manusia.

Menurut Harun Nasution, akal adalah karunia terbesar yang diberikan Allah
kepada manusia, dan akallah yang membuat manusia berbeda dengan hewan.
Muhammad Abduh mengatakan bahwa akal pula yang membuat manusia menjadi
tinggi derajatnya dan makhluk yang mulia. Apabila akal manusia dicabut, kemungkinan
manusia berubah menjadi malaikat atau hewan. Dalam Risalah At-Tauhid -nya,
Muhammad Abduh (1366 H:110) mengatakan bahwa akal manusia dibagi dua, yaitu
akal kaum awwam dan akal kaum khawas. Kedua akal tersebut berbeda karena ajal
orang awwam hanya memiliki kemampuan memahami masalah-masalah yang
sederhana, sedangkan akal orang khawas mampu memahami masalah yang rumit
sekalipun. Perbedaan daya akal ini, menurut Abduh disebabkan bukan hanya oleh
perbedaan pendidikan, tetapi juga, dan terutama, oleh perbedaan pembawaan alami,
suatu hal yanv terletak di luar kehendak dan kekuasaan manusia. Akal manusia tidak
dapat mengetahui keadaan dan hakikat hidupbya di alam gaib nanti. Oleh karena itu,
manusia berhajat pada wahyu, yang akan membantunya memperoleh pengetahuan
lebih luas tentang Tuhan dan masa depannya di alam gaib. Muhammad Abduh
berpendapat bahwa iman seseorang belum sempurna jika tidak didasarkan pada akal;
keimanan harus berdasarkan keyakinan, bukan pada pendapat, dan akallah yang
menjadi sumber keyakinan kepada Tuhan, ilmu serta kemahakuasaan-Nya dan kepada
Rasul. Wahyu dan akal tidak pernah mengalami pertentangan karena tidak mungkin
Tuhan menurunkan wahyu kepada manusia yang tidak berakal.

Imam Ghazali berpendapat bahwa akallah yang pertama menemukan


pengetahuan dan ilmu. Akal membagi ilmu menjadi ilmu syar’I (ilmu hukum, ilmu yang
diperoleh dari wahyu) dan ilmu ‘aqli (ilmu yang diperoleh murni dari akal). Fungsi akal
sangat tinggi dalam memahami wahyu sehingga akal menyampaikan manusia pada
keauhidan. Menurutnya, kebenaran akal akan lebih universal karena berpijak pada
wahyu yang telah sejak awal diyakini kebenarannya. Bukti bahwa Al-Quran
memberikan dorongan agar segala hal harus menggunakan akal adalah ayat-ayat Allah
di bawah ini:

Surat Al-Baqarah ayat 142:

Artinya:

“orang-orang yang kurang akal di antara manusia akan berkata, ‘apakah

yang memalingkan mereka (muslim) dari kiblat yang dahulu mereka telah

(berkiblat) kepadanya?’ Katakanlah (Muhammad), ‘Milik Allah-lah timur dan


barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan

yang lurus’.”

Surat Al-Baqarah ayat 179:

Artinya:
“Dan dalam qisas itu ada (Jaminan) kehidupan bagimu, wahai orang-orang
yang berakal, agar kamu tahu.”
Surat Al-Baqarah ayat 282:

Artinya:
“… Jika yang berutang itu orang yang kurang akalnya atau lemah (keadaannya)
atau tidak mampu mendiktekan sendiri, maka hendaklah walinya
mendiktekannya dengan benar. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi
laki-laki di antara kami …”

Surat Ar-Rum ayat 24:

Artinya:
“dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya, Dia memperlihatkan kilat kepadamu
untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan Dia menurunkan air (hujan)
dari langit, lalu dengan air itu dihidupkannya bumi setelah mati (kering).
Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum
yang mengerti.”

Ayat-ayat di atas menjelaskan kepada kita bahwa Allah SWT. menghendaki manusia
untuk berpikir rasional dan empiris. Demikian pula, dengan ayat-ayat lainnya yang
menyinggung orang-orang yang lemah akalnya, orang-orang yang bodoh, orang-orang
yang tertipu karena kebodohannya, dan orang-orang yang belum layak menerima harta.
Semua itu memberikan gambaran yang jelas bahwa akal merupakan alat utama untuk
memahami wahyu, baik Al-Quran maupun As-sunnah.
Dalam ayat-ayat Al-Quran dikemukakan pula tentang keharusan manusia
mengetahui kebenaran secara empiris dan melalui pendekatan indriawi sehingga dalam
ayat-Nya, alah menyindir dengan kalimat, “Apakah kalian tidak mengetahuinya?
Apakah kalian tidak melihat? Apakah kalian tidak mencermatinya? Apakah kalian tidak
memerhatikannya?” sehingga orang-orang yang meragukan kebenaran wahyu Allah
dan kebenaran yang dating dari Rasulullah SAW. bukan semata-mata jareba tidak
beriman, melainkan juga karena tidak menggunakan akalnya untuk berpikir dan
mencermati seluruh ciptaan Allah. Hal itu lah yang disinggung oleh surat Ali ‘Imran ayat
190:
Artinya:
“sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian malam dan
siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berakal.”

Dengan pemahaman ini, Nurol Aen mengatakan bahwa sumber dalil yang
digunakan untuk memperoleh berbagai kebenaran hasil ijtihad dalam suatu masalah
hukum adalah dalil akal, Al-Quran, As-Sunah, dan ijma’. Dasar pertimbangan dalil akal
ditempatkan pada urutan pertama karena dengan akal, manusia mengetahui Al-Quran
dan membedakan yang baik dan yang buruk. Selain itu, Allah juga tidak akan berbicara,
kecuali kepada manusia yang berakal.
Kaitannya dengan dalil akal tersebut, kewajiban pertama dan utama bagi
manusia adalah mengetahui Tuhan dengan akalnya (ma’rifatullah) dengan benar.
Tuhan tidak akan diketahui, kecuali dengan pengetahuan yang diperoleh melalui akal.
Inti pengetahuan tuhan ini berkisar pada masalah ketauhidan Tuhan dengan kekuatan
nalar akalnya, tidak dibenarkan untuk mengetahui kewajiban hukum. Dalam hal itu, akal
hanya dapat mengetahui secara garis besar kewajiban-kewajiab, seperti berterima
kasih kepada Tuhan. Akal tidak sanggup mengetahui perinciannya, kecuali sedikit.
Untuk mengetahui perinciannya, diperlukan informasi dari wahyu yang dibawa Rasul.

Anda mungkin juga menyukai