TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Katarak berasal dari bahasa Yunani, katarrhakies yang berarti air terjun, dalam
bahasa Indonesia disebut bular yaitu penglihatan seperti tertutup air terjun akibat
lensa yang keruh. Katarak merupakan kekeruhan lensa kristalin mata yang mengarah
kepada penurunan ketajaman penglihatan akibat peningkatan cairan di dalam lensa,
denaturasi protein lensa, atau keduanya.1 Menurut World Health Organization
(WHO), katarak merupakan kekeruhan pada lensa yang menyebabkan terhalangnya
pengelihatan yang jernih. Sebagian besar katarak disebabkan oleh proses penuaan,
namun katarak dapat muncul pada anak (kongenital), atau katarak yang berkembang
setelah terjadinya cedera pada mata, inflamasi, dan penyakit mata lainnya..6
2.2 Epidemiologi
Menurut data WHO, katarak menyebabkan sekitar 20 juta kebutaan pada
tahun 2010. Secara global, diperkirakan bahwa prevalensi katarak pada individu
berusia > 50 tahun adalah 47,8%. Di Finlandia, dilaporkan bahwa prevalensi kasar
katarak berkisar antara 9,5 % dan merupakan gangguan penglihatan paling sering di
populasi. Prevalensi katarak di Indonesia adalah salah satu yang tertinggi di Asia
Tenggara. Sebuah studi melaporkan bahwa prevalensi katarak mencapai 23%, dengan
tipe yang paling sering adalah tipe gabungan, disusul tipe nuklear dan kortikal.
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui Riset Kesehatan
Dasar yang dilakukan pada tahun 2013, katarak atau kekeruhan lensa kristalin mata
merupakan salah satu penyebab kebutaan terbanyak di indonesia maupun di dunia.
Perkiraan insiden katarak adalah 0,1% pertahun atau setiap tahun di antara 1000
orang terdapat seorang penderita baru katarak. Dari data tersebut
prevalensi katarak tertinggi di Sulawesi utara (3,7%) diikuti oleh Jambi (2,8%) dan
Bali (2,7%). Survei kebutaan Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB)
yang dilakukan Perhimpunan Dokter Ahli Mata Indonesia (PERDAMI) dan Badan
Litbangkes, tahun 2014-2016 di 15 provinsi pada penduduk diatas usia 50 tahun
3
menunjukkan prevalensi kebutaan sebesar 3% dengan penyebab utama adalah katarak
(71%). Belum ada data pasti mengenai kejadian katarak berdasarkan jenis kelamin,
namun telah dilakukan beberapa penelitian diindonesia, salah satunya di
RSUP.Prof.Dr.R.D.Kandou manado periode Juli 2015-Juli 2016 diperoleh katarak
pada perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian lain yang melaporkan bahwa katarak lebih tinggi pada perempuan.
Perempuan berisiko 1,6 kali lebih tinggi menjadi katarak dibandingkan laki-laki.
4
Gambar 2.1 Anatomi Lensa
a. Kapsul
Kapsul lensa merupakan membran dasar yang elastis dan transparan tersusun dari
kolagen tipe IV yang berasal dari sel-sel epitel lensa. Kapsul ini mengandung isi lensa
serta mempertahankan bentuk lensa pada saat akomodasi. Bagian paling tebal kapsul
berada di bagian anterior dan posterior zona preekuator, dan bagian paling tipis
berada di bagian tengah kutub posterior.1
b. Serat Zonula
Lensa terfiksasi pada serat zonula yang berasal dari badan siliar. Serat zonula tersebut
menempel dan menyatu dengan lensa pada bagian anterior dan posterior dari kapsul
lensa. 1
c. Epitel Lensa
Tepat dibelakang kapsul anterior lensa terdapat satu lapis sel-sel epitel. Sel-sel epitel
ini dapat melakukan aktivitas seperti yang dilakukan sel-sel lainnya, seperti sintesis
DNA, RNA, protein dan lipid. Sel-sel tersebut juga dapat membentuk ATP untuk
memenuhi kebutuhan energi lensa. Sel-sel epitel yang baru terbentuk akan menuju
equator lalu berdiferensiasi menjadi serat lensa
5
Sel-sel berubah menjadi serat, lalu serat baru akan terbentuk dan akan menekan serat-
serat lama untuk berkumpul di bagian tengah lensa. Serat-serat yang baru akan
membentuk korteks dari lensa.
6
jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan; terletak di
tempatnya. Lensa dapat merefraksikan cahaya karena indeks refraksinya, secara
normal sekitar 1,4 pada bagian tengah dan 1,36 pada bagian perifer yang berbeda dari
aqueous dan vitreous humor yang mengelilinginya. Pada keadaan tidak
berakomodasi, lensa memberikan kontribusi 15-20 D dari sekitar 60 D seluruh
kekuatan refraksi bola mata manusia. Sisanya, sekitar 40 D kekuatan refraksi
diberikan oleh udara dan kornea.6
Pada fetus, bentuk lensa hampir sferis dan lemah. Pada orang dewasa lensanya
lebih padat dan bagian posterior lebih konveks. Proses sklerosis bagian sentral lensa,
dimulai pada masa kanak-kanak dan terus berlangsung secara perlahan-lahan sampai
dewasa dan setelah ini proses bertambah cepat dimana nukleus menjadi lebih besar
dan korteks bertambah tipis. Pada orang tua lensa menjadi lebih besar, lebih gepeng,
warna kekuning-kuningan, kurang jernih dan tampak sebagai “grey reflex” atau
“senile reflex”, yang sering disangka katarak, padahal salah. Karena proses sklerosis
ini, lensa menjadi kurang elastis dan daya akomodasinya pun berkurang. Keadaan ini
disebut presbiopia, pada orang Indonesia dimulai pada umur 40 tahun
Referensi
1. Resnikoff S, Pascollini D, Etyaale D, et al. Global Data on the
Visual Impairment in the year 2002. Bull World Health Organ,
2004. 82(11):844-51.
7
2. Laitinen A, Laatikainen L, Harkanen T, et al. Prevalence of
major eye diseases and causes of visual impairment in the
adult Finnish population: a nationwide population‐based
survey. Acta Ophthalmologica, 2010. 88(4): 463-471.
3. Hussain R, Tong L, Fong A, et al. Prevalence of Cataract in
Rural Indonesia. Ophthalmology, 2005. 112(7): 1255-62.