Anda di halaman 1dari 10

Komponennya adalah : (1) memberikan obat uterotonika (untuk kontraksi rahim) dalam

waktu 2 menit setelah kelahiran bayi; (2) menjepit dan memotong tali pusat segera stelah
melahirkan; (3) melakukan peregangan tali pusat terkendali sambil secara bersamaan
melakukan tekanan terhadap rahim melalui perut. Setelah pelepasan plasenta, memijat uterus
juga dapat membantu kontraksi mengurangi perdarahan (shane, 2002).

Saat setelah kelahiran bayi dan jam – jam pertama pasca persalinan merupakan saat saat
penting untuk pencegahan, diagnosa, dan penanganan resiko perdarahan. Dibanding dengan
risiko risiko lain pada ibu seperti infeksi, maka kasus perdarahan dengan cepat mengancam
jiwa. Seorang ibu dengan perdarahan hebat akan cepat meninggal apabila tidak mendapatkan
penanganan segera.

Pada kehamilan cukup bulan aliran darah uterus sebanyak 500-800 ml/menit. Jika uterus
tidak berkontraksi dengan segera setelah melahirkan plasenta, maka ibu dapat mengalami
perdarahan sekitar 350-500 ml/menit dari bekas tempat melekatnya plasenta. Kontraksi
uterus akan menekan pembuluh darah uterus yang berjalan diantara anyaman serabut
miometrium sehingga menghentikan darah yang mengalir melalui ujung ujung arteri di
tempat implantasi plasenta (Bobak & jensen, 2006).

Berdasarkan laporan audit kematian maternal dinkes bali (2004), terdapat 55 kali kasus AKI.
Berdasarkan jumlah tersebut, 34,5% akibat perdarahan saat melahirkan. Salah satu penyebab
perdarahan setelah melahirkan adalah lemahnya kontraksi rahim/uterus. Cara mengurangi
terjadinya perdarahan saat melahirkan antara lain dengan sesegera mungkin menyusui bayi
dalam kurun waktu 30 menit sampai 1 jam setelah lahir.

Oleh karena itu, untuk meminimalkan terjadinya perdarahan saat melahirkan, proses
kelahiran harus dibantu oleh tenaga kesehatan yang berkompeten. Tenaga kesehatan
merupakan faktor – faktor yang sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan manajemen aktif
kala III dalam pertolongan persalinan (Sumantri & siswishanto, 2007).

Salah satu uterotonika yang sering diberikan paa ibu saat memasuki kala III adalah suntikan
oksitoksin. Hormon oksitoksin diharapkan dapat merangsang uterus berkontraksi yang juga
mempercepat pelepasan plasenta. Jika oksitoksin tidak tersedia, merangsang payudara ibu
dapat dilakukan atau menyusukan bayi guna menghasilkan oksitoksin alamiah.
Kontraksi uterus sangat diperlukan untuk proses involusi yaitu proses kembalinya uterus
kepada keadaan sebelum hamil setelah melahirkan. Proses ini dimulai segera setelah plasenta
keluar akibat kontraksi otot – otot polos uterus. Biasanya uterus tidak bisa di palpasi pada
abdomen pada hari ke-9 post partum (Bobok, Lowdermilk & jansen, 2005).

Salah satu upaya untuk merangsang kontraksi uterus adalah dengan memberikan ASI secara
dini. Pada proses menyusui, oksitoksin memiliki peranan yang besar dalam menghasilkan
produksi ASI. Aktifitas oksitoksin tidak hanya menyebabkan kontraksi otot – otot
myoepitelial disekitar alveoli mammae, tetapi juga memberikan efek pada refleks
neuroendokrin, memproduksi analgetik, mengurangi respons stress dan kecemasan,
menyebabkan kontraksi uterus dan berperan meningkatkan perilaku bonding pada ibu dan
bayi (Gimpl & fahrenholz, 2001).

Insting dan refleks bayi yang sangat kuat dalam satu jam pertama menghisap diharapkan akan
memberi stimulus bagi kelancaran pemberian ASI selanjutnya sehingga ASI eksklusif dapat
diberikan. Keuntungan yang di dapatkan ibu dari pelaksanaan insiasi menyusu dini adalah
saat hentakan kepala bayi ke dada ibu, sentuhan tangan bayi di puting susu dan sekitarnya,
hisapan dan jilatan pada puting ibu merangsang pengeluaran hormon oksitoksin (Roesli,
2008).

Metode

Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain kuasi eksperimen.
Dalam penelitian ini peneliti memberikan perlakuan atau intervensi pada subyek penelitian.
Pemilihan kelompok kontrol dan kelompok intervensi tidak menggunakan teknik random
kerena perlakuan yang diberikan berhubungan dengan kebijakan institusi kesehatan di tempat
penelitian dilakukan.

Dalam penelitian ini pengukuran dilakukan setelah kelompok dilakukan insiasi menyusu dini.
Pengukuran dilakukan pada kedua kelompok pada saat proses persalinan khususnya kala III
dan setelah persalinan sampai dengan 9 hari port partum.

Sampel dalam penelitian ini sebanyak 60 responden yang terbagi menjadi 30 orang kelompok
intervensi dan 30 orang kelompok kontrol. RSUD A dipilih sebagai tempat penelitian dengan
kelompok intervensi , sedangkan RSUD B dipilih sebagai tempat kontrol. Penelitian
dilakukan awal Mei sampai pertengahan Juni 2008.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara peneliti sebelumnya telah membagi kelompok
berkaitan dengan menjadi kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Selanjutnya peneliti
melakukan intervensi pada kelompok yang telah ditentukan. Sedangkan kelompok kontrol
tidak melakukan intervensi.

Lama penelitian kala III dan proses mulai diukur pada saat proses persalinan sampai dengan 9
hari post partum pada kedua kelompok tersebut. Pengambilan data dilakukan dengan cara
pbservasi dan memberikan kuesioner pada responden. Data dianalisa secara universal dan
bivariat. Pada analisa bivariat digunakan t-test independent dan chi-square.

Distribusi Responden Menurut Perlakuan Inisiasi Menyusu Dini dan Proses Involusi
Uteri

Hasil menunjukkan bahwa proporsi responden pada kelompok kontrol dan mengalami proses
involusi uteri yang tidak normal adalah : 96,7% (29 responden). Sisanya : 3,3% (1
responden) mengalami proses involusi yang normal.

Sedangkan proporsi responden pada kelompok intervensi dan mengalami proses involusi
normal adalah 73,3% (22 orang) dan sisanya sebanyak 26,7% (8 responden) mengalami
proses involusi yang tidak normal.

Berdasarkan hasil perhitungan juga diketahui ada perbedaan proporsi yang bermakna antara
perlakuan IMD dengan proses involusi uteri (p= 0,000; ɑ=0,05)

Waktu Keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini

Hasil analis didapatkan bahwa pada kelompok intervensi rata-rata waktu yang diperlukan
untuk berhasil melakukan inisiasi menyusui dini adalah 63,3 menit, dengan standar deviasi
13,75. berdasarkan hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa pada kelompok
intervensi 95% diyakini rata-rata waktu yang diperlukan bayi untuk berhasil melakukan
inisiasi menyusui dini adalah antara 59,70 sampai dengan 68,17 menit.

Pembahasan

Rata-rata lama persalinan kelompok III pada kelompok kontrol adalah 10,8 menit, sedangkan
pada kelompok intervensi rata-rata persalinan kala III adalah 5,57 menit. Sesuai dengan studi
literatur yang diperoleh bahwa pada kondisi normal , kala III biasanya berlangsung 3 sampai
4 menit untuk primipara, dan 4 sampai 5 menit untuk multipara. Waktu maksimal yang
diperlukan untuk melahirkan plasenta adalah 45-60 menit (Bobak & Jensen, 2006).

Plasenta akan sulit lepas pada uterus yang kendur, karena ukuran permukaan sisi plasenta
tidak akan berkurang. Waktu yang diperlukan untuk kala III tergantung dari kontraksi uterus
yang terjadi. Kontraksi ini akan menekan pembuluh darah sehingga menghentikan darah
yang mengalir melalui ujung-ujung arteri ditempat implantasi plasenta. Dengan waktu
seminimal mungkin untuk plasenta lahir. Diharapkan risiko perdarahan pada ibu akan
semakin berkurang. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan juga oleh Bilgic, Guler,
dan Cetin (2004). Yang menemukan bahwa anisiasi menyusu dini akan meningkatkan
kelahiran plasenta menjadi lebih awal

Hasil uji t-test independent didapatkan bahwa ada perbedaan yang bermakna antara lama
waktu lamanya persalinan kala III dengan perlakuan inisiasi menyusu dini pada kelompok
kontrol dan kelompok intervensi (p= 0,000; ɑ=0,05).

Persalinan kala II terjadi karena adanya kontrak siuterus karena distimulus oleh hormon
oksitosin.

Pada proses inisiasi menyusu dini, saat bayi mulai merangkak di dada ibu, sentuhan tangan
diputing susu, dan hentakan kepala bayi pada dada ibu akan merangsang pengeluaran
oksitosin (Roesli, 2008)

Pada kelompok kontrol proses involusi uteri normal hanya 3,3% (1 responden) sedangkan
pada kelompok intervensi didapat 73,3% (22 responden).
MANFAAT LATIHAN PELAKSANAAN HYPNOBIRTHING
PADA PROSES PERSALINAN KALA I

ABSTRAK

Pendahuluan : hypnobriting merupakan salah satu teknik authohipnotis yang merupakan


bagian dari tindakan mandiri perawat untuk menyiapkan proses persalinan dalam mengurangi
bagian dari nyeri persalinan. Tujuan penelitian : untuk mengetahui perbedaan nyeri
persalinan dan lama persalinan kala I antara kelompok ibu hamil yang dilatih relaksasi
hypnobirthing dengan yang tidak dilatih. Metode : desin penelitian secara quasi eksperimen,
sample diambil secara consecutive sejumlah 82 orang di 4 BPM kabupaten klaten. Data
dianalisis dengan uji chi square dan regresi logistik. Hasil penelitian di dapatkan perbedaan
perbedaan persentase antar kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol, untuk rasa tidak
nyeri perbedaan 23% dengan RR 2,49 (95% CI 1,17 – 7,41) p = 0,013. Pada kala I tidak lama
perbedaan 19% dengan RR 1,26 (95% CI 1,01 – 1,57) p = 0,035. Hasil ini menunjukan
kemungkinan tidak nyeri hampir 3 kali dan kemungkinan kala I tidak lama hampir 1,5 kali
pada kelompok perlakuan . analisis regresi logistik menunjukan bahwa relakssasi
hypobirthing dan multiparitas memberi efek yang signifikan untuk mengurangi nyeri
persalinan dan mempersingkat lama kala I. Kesimpulan : latihan relaksasi hypobirthing
memberi manfaat untuk mengurangi nyeri persalinan dan memperpendek kala I pada proses
persalinan noral. Saran : hipobirthing perlu diberikan kepada ibu hamil sebagai bagian dari
perawatan kehamilan untuk menyiapkan psikologis ibu dalam menghadapi persalinan. Untuk
pengembangan penelitian selanjutnya, perlu di tambahkan faktor – faktor yang memengaruhi
nyeri persalinan.

Kata kunci : hypobirthing, persalinan, nyeri persalinan, persalinan kala I.

LATAR BELAKANG

Persalinan dipandang dari segi psikologis merupakan suatu kejadian penuh dengan stress
pada sebagian besar ibu bersalin yang menyebabkan peningkatan rasa nyeri, takut, dan
cemas. Primipara mengalami proses lebih lama daripada multipara sehingga primipara
mengalami nyeri lebih lama pula. Hal tersebut menyebabkan mereka lebih letih, persepsi
nyeri meningkat dan rasa takut lebih parah yang dapat meningkatkan intensitas nyeri (Bobak,
dkk., 2005). Sarmana (2004) menyatakan bahwa resonden meminta persalinan seksio sesaria
karena alas an rasa sakit pada persalinan spontan. Salfariani dan Nasution (2012) dalam
penelitiannya didapatkan hasil 59,1% seksio sesaria dari factor kecemasan pada persalinan
normal.

Dewasa ini sudah banyak metode penatalaksanaan nyeri persalinan baik farmakologis
maupun nonfarmakologis. Salah satu nonfarmakologis yaitu hypnobirthing. Metode relaksasi
hypnobirthing didasarkan pada keyakinan bahwa setiap perempuan memiliki potensi untuk
menjalani proses melahirkan secara alami, tenang, dan nyaman, (tanpa rasa sakit) (Kuswandi,
2012). Intervensi keperawatan untuk mengatasi nyeri menurut Nursing intervenstions
classification (NIC) salah satunya adalah manajemen nyeri dengan mengajarkan teknik
nonfarmakologis yaitu hypnosis (Wilkinson dan Ahem, 2012).

Masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah apakah manfaat relaksasi hypnobirthing
pada proses persalinan. Tujuan yang akan dicapai adalah untuk mengetahui mafaat latihan
relaksasi hypnobirthing dengan melihat perbedaan persentase pada kelompok ibu hamil yang
dilatih relaksasi hypnobirthing, dalam hal nyeri persalinan dan lama persalinan kala I.

METODE

Penelitian ini dengan rancangan quasi eksperimen, desain post test-only non equivalent
control group dilakukan di 4 Bidan Praktek Mndiri (BPM) Kabupaten Klaten. Kelompok
perlakuan merupakan kelompok yang dilatih relaksasi hypnobirthing, sedangkan kelompok
control merupakan kelompok yang tidak dilatih, di mana kedua kelompok sama-sama
mendpatkan asuhan persalinan normal. Latihan dilakukan 40-60 menit seminggu sekali,
selama 4 minggu. Selain itu responden melakukan latihan mandiri dirumah. Pengambilan
sampel menggunakan teknik consecutive sampling.

Sampel ditetapkan dengan kriteria inklusi ibu hamil trismester 3 dengan umur kehamilan 35-
36 minggu, janin tunggal hidup, presentasi kepala, belum ada his dan tanda-tanda persalinan
dan bersedia menjadi responden. Berdasar kriteria tersebut, didapat 84 orang bersedia
menjadi responden, yang dibagi menjadi 2 kelompok. Tetapi dalam proses penilitian
kelompok perlakuan ada orang dikeluarkan karena mengalami persalinan patologis.

Pengumpulan data dilakukan oleh asisten peneliti menggunakan kuesioner dan lembar
observasi. Variable yang dinilai meliputi nyeri persalinan menggunakan skala nyeri numeric,
yang telah dilakukan uji validitas dan reabilitas oleh Gloth (2001) dan lama persalinan kala I.
data dianalisis menggunakan uji statistic chi square, dan regresi logistic.

HASIL

Karakteristik reponden di dapatkan bahwa dari 82 responden sebagian besar dengan usia
yang tidak berisiko (72persen). Primipara (51). Dan berpendidikan tinggi (75,6 persen ) .
berdasarkan hasil analisis homogenitas di dapatkan p>0,05 sehingga dapat disimpulkan
bahwa kedua kelompok penelitian adalah homogen

Nyeri Persalinan

Hasil penelitian di dapat kejadian tidak nyeri pada kelompok perlakuan lebih banyak
disbanding kelompok control, dengan perbedaaan sebesar 23% nilai RR 2,94 dengan 95% CI
1,17-7,41 dengan nilai p<0,05 (table 1) . Hal ini menunjukan bahwa ibu hamil yang dilatih
relaksasi hypnobirthing maka dalam proses persalinan normalnya kemungkinan untuk tidak
nyeri mencapai hamper 3 kali banding ibu yang tidak dilatih relaksasi hypnobirthing
Tabel 1 . Perbandingan kejadian tidak nyeri persalinan berdasarkan kelompok
penelitian

Tidak nyeri Nyeri RR (95%CI)


Kelompok
P
n % n %

2,94
(1,17- 0,013
7,41)
Perlakuan 14 35 26 65

Kontrol 5 12 37 88

Tabel 2

Analisis regresi logistik. Pengaruh hypnobirthing terhadap nyeri persalinan dengan


mengontrol variable luar (paritas)

Variabel Tidak nyeri Р

OR (95% CI)

Kelompok

Pelakuan 4,45 (1,37-14,44) 0,013

Kontrol 1

Paritas

Multipara 3,30 (1,05-10,37) 0,041

Primipara 1

Hasil analisis regresi logistik diperoleh bahwa ibu multipara persentase kejadian tidak
nyeri lebih banyak dibanding ibu primipara dengan perbedaan sebesar 18 persen. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa latihan relaksasi hypnobirthing yang diberikan pada paritas
yang sama, efek pada proses persalinan normal kemungkinan mengalami tidak nyeri hampir
sebesar 4,5 kali dibanding ibu yang tidak dilatih relaksasi hypnobirthing (tabel 2). Secara
statistik, kondisi ini bernakna dengan nilai p<0,05. Hal ini menunjukkan bahwa latihan
relaksasi hypnobirthing memberi manfaat yang baik terhadap penurunan nyeri persalinan.
Tabel 3

Perbandingan lama persalinan berdasar kelompok penelitian

Variable Kelompok

Perlakuan kontrol RR (95%CI) Р

n % n %

kala 1 lama

Tidak 36 90 30 71,4 1,26 (1,01-1,57) 0,034

Ya 4 10 12 28,6

Proses Persalinan Kala 1

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian kala 1 tidak lama pada kelompok
perlakuan lebih banyak daripada kelompok kontrol, dengan perbedaan hampir 19 persen dengan
RR 1,26 (95% CI 1,01 - 1,57) dan p=0,034 (tabel. 3). Hasil ini mneunjukkan bahwa bila ibu
hamil yang dilatih relaksasi hypnobirthing kemungkinan untuk mengalami kala 1 tidak lama
mencapai hampir 1,5 kali dibanding ibu yang tidak dilatih relaksasi hypnobirthing.

Tabel 4 Analisis regresi logistik: pengaruh hypnobirthing terhadap lama persalinan kala I
dengan mengontrol variabel luar (paritas)

Kala I tidak lama

Variabel QR (95%CI) p

Kelompok

Perlakuan 3,85 (1,10-13,51) 0,035

Kontrol 1

Paritas

Multipara 2,71 (0,82-9,01) 0,013

Primipara 1

Hasil analisis regresi logistik didapatkan bahwa latihan relaksasi hypnobrithing dapat
mempersingkat lama persalinan kala I 3,85 kali lebih besar daripada tidak latihan (Tabel 4)
hal ini menunjukan bahwa dengan latihan relaksasi hypnobrithing dapat memberi manfaat
dalam mempersingkat persalinan kala I.
DISKUSI

Nyeri merupakan perasaan subjektif seseorang. Setiap orang mempunyai ambang nyeri yang
berbeda-beda meskipun diberikan intervensi yang sama. Hypnobrithing adalah metode
persalinan yang memungkinkan ibu melahirkan bayi dengan aman, tanpa obat dan mampu
melakukannya dengan nyaman (Mongan, 2007). Hypnobrithing sebagai teknik relaksasi yang
memberikan sugesti positif mampu meningkatkan ketenangan jiwa saat menjalani kehamilan
dan proses persalinan. Kata-kata atau sugesti positif akan memicu serangkaian perasaan
sehingga menumbuhkan keyakinan dan reaksi yang dapat memberikan semangat dan
dorongan perilaku. Reeder, dkk (2011) menjelaskan bahwa relaksasi merupakan suatu
perlibatan aktif pikiran tubuh yang memerlukan kesadaran, konsentrasi, dan latihan. Latihan
yang teratur atau pengulangan teknik relaksasi dibutuhkan untuk memelihara respons
terkondisi terhadap suatu keadaan. Abbasi, dkk (2009) dalam penelitian dengan pendekatan
kualitatif mendapatkan salah satu tema besar bahwa hipnosis untuk menghilangkan rasa sakit
saat persalinan. Peneliti lain yaitu Semple dan Newburn (2011), menjelaskan terhadap 5 studi
dalam tinjauan Cochrane bahwa ibu hamil pada kelompok hipnosis sedikit menggunakan anti
nyeri pada ibu kelompok kontrol. Merujuk dari hasil tersebut menunjukan bahwa latihan
hypnobrithing pda ibu hamil trimester 3 mampu meningkatkan ketenangan. Ketenangan yang
dialami akan meminimalkan kecemasan dan ketakutan sehingga mengurangi rasa nyeri pada
proses persalinan normal. Ibu primipara menggunakan teknik hipnosis diri mengalami tingkat
nyeri yang lebi rendah daripada kelompok yang tidak menggunakan hipnosis diri (Harahap,
2009). Mudah tidaknya seseorang mengalami rasa nyeri tergantung pengalaman masa lalu
(Potter dan Perry, 2005). Beberapa faktor yang berpegaruh terhadap persalinan yaitu
pemahaman tentang keyakinan, nilai-nilai, dan kenyataan rasa sakit saat persalinan akan
mempersempit persepsi nyeri yang dirasakan (Lowdermik, dkk., 2011). Berdasarkan
beberapa faktor tersebut akhirnya pasien akan berkeyakinan bahwa Wanita saat mengalami
proses persalinan pasti akan merasakan sakit. Keyakinan seseorang bisa dirubah dengan
usaha yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dan pasien itu sendiri. Usaha yang bisa
dilakukan adalah latihan yang berkelanjutan untuk membentuk pola aktif yang dapat
digunakan ketika proses persalinan. Hal ini menunjukan bahwa latihan relaksasi hypobirthing
akan memberikan manfaat yang baik pada ibu hamil yang mendekati persalinan.

Lowdermilk, dkk (2012) menjelaskan bahwa kala l persalinan merupakan tahap dilatasi,
dimulai dengan awitan kontraksi persalinan yang teratur dan diakhiri dengan dilatasi serviks
secara lengkap. Merujuk penelitian sebelumnya dari Harahap (2009), ibu primpara yang
menggunakan teknik relaksasi hipnosis diri menunjukan rata – rata lama persalinan yang
lebih pendek daripada ibu yang tidak menggunakan relaksasi hipnosis diri. Para peneliti lain,
Batbual (2010) menjelaskan bahwa lama kala l lebih singkat dengan metode hypnobirthing
daripada tanpa hypnobirthing. Penelitian yang sudah dilakukan tersebut membuktikan bahwa
metode hypnobirthing dapat mempersingkat waktu lama persalinan kala l.

Psikologi ibu merupakan salah satu faktor esensial yang mempengaruhi dalam proses
persalinan, yaitu kondisi kejiwaaan ibu yang meliputi persiapan fisik untuk melahirkan,
pengalaman persalnan yang lalu, dukungan orang – orang terdekat, dan integritas emosional
ibu. Kondisi ibu yang rileks selama persalinan mendukung kontraksi yang baik , efektif,
dalam mendorong janin ke arah jalan lahir sehingga mulut rahim akan terbuka (Bobok, dkk,
2005). Hal ini menunjukan bahwa ibu hamil menjelang persalinan membutuhkan kondisi
psikologis yang baik. Untuk mencapai kondisi tersebut dibutuhkan dukungan baik dari
pasangan, keluarga, maupun orang lain. Salah satu bentk dukungan orang lain dalam
mempersiapkan psikologis ibu dalam n=menghadapi persalinan yang nyaman iyalah tenaga
kesehatan yang melatih teknik relaksasi hypnobirthing.

Landolt dan miling (2011), menejelaskan hipnosis merupakan metode efektif, mengurangi
rasa sakit, dan kala l lebih pendek. Hal ini menunjukan bahwa lama persalinan kala l dapat
dipengruhi oleh kondisi psikologis pasien. Persalinan dapat berjalan secara wajar dan lancar
apabila didukung dengan ketenangan dan kondisi rileks sehingga otot rahim berkontraksi
dengan baik dan teratur. Apabila ibu berada dalam keadaan rileks selama persalinan,
kontraksi yang terjadi akan mendorong janin ke arah jalan lahir dengan membuka mulut
rahim dengan mudah. Apabila ibu tidak rileks karena tegang menghadapi proses persalinan,
otot – otot dalam punggung akan menjadi kaku sehingga proses pembukaan jalan lahir
menjadi lebih lama. Untuk itu, persiapan psikologi selama kehamilan akan membantu ibu
hamil dalam proses persalinan. Perawatan antenatal yang baik dan program latihan relaksasi
hypnobirthing merupakan salah satu bentuk perawatan kehamilan yang mendukung lancarnya
persalinan.

Simpulan

Latihan relaksasi hypnobirthing bermanfaat dalam mengurangi nyeri persalinanm persentase


kejadian tidak nyeri lebih banyak terjadi pada kelompok hypnobirthing dibanding kelompok
tidak latihan hypnonbirthing bermanfaat dalam mempersingkat lama kala l, persentase
kejadian kala l tidak lebih banyak pada kelompok hypnobirthing daripada kelompok tidak
latihan hynobirthing.

Anda mungkin juga menyukai