Anda di halaman 1dari 28

 About

 Sitemap
 Contact
 Disclaimer




College of Public Health Faculty


Recent Posts

 Kategori
o
o
o
 Blogger
 Galeri Foto
 Info Menarik
 Manga
 Tutorial
 Video

Search...

College of Public Health Faculty Tugas Kesling Makalah Sarana Air Bersih

Makalah Sarana Air Bersih


Unknown 08.45 Tugas Kesling
SARANA Air bersih
DI
S
U
S
U
N
OLEH :
KELOMPOK III ( tiga )
Wardani Yanti ( 1216010113)
Putra Romiya (1216010081)
Yuli Safriyanti (1216010040)
Samsiar (1216010006)
Firdaus (1116010131)
Lia Puspita (1016010068)
Ilfan Meldia (0916010045)

Dosen Pembimbing : Heriansyah, SKM.,MPH

Fakultas Kesehatan Masyarakat


Universitas serambi mekkah
Banda aceh tahun 2013 / 2014

KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kita Panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Yang mana
dengan kehadiratnyalah kita dapat memperoleh kesehatan dan merasakan nikmat
kehidupan yang Ia berikan terhadap umatnya.
Didalam makalah ini penulis menyampaikan masih banyak kekurangan
baik itu di dalam isi serta uraian yang berkenaan dengan “Sarana Air Bersih”,
ini disebabkan karena keterbatasan dan kekurangan penulis, sebab penulis harus
banyak belajar lagi dan menimba ilmu dari berbagai sumber.
Kritik dan saran dan bimbingannya, baik dari dosen pembimbing, teman-
teman ataupun pembaca lainnya sangat kami harapkan agar menambah
kesempurnaan isi makalah ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada dosen pembimbing yang dengan ketersediaannya memberikan ilmu yang
bermanfaat dan masukan terhadap kami.

DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR.....................................................................................
DAFTAR ISI
....................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN................................................................................
A. Latar
Belakang........................................................................................
B. Maksud
danTujuan.................................................................................
C. Rumusan
Masalah...................................................................................

BAB II
PEMBAHASAN..................................................................................
A. Pengertian Air
Bersih..............................................................................
B. Tujuan Sarana Air
Bersih........................................................................
C. Jenis-jenis Sarana Air
Bersih...................................................................
D. Persyaratan Sarana Air
Bersih.................................................................
E. Dampak Terhadap
Kesehatan.................................................................

BAB III
PENUTUP..........................................................................................
A.
Keimpulan.........................................................................................
....
B.
Saran.................................................................................................
.....

DAFTAR
PUSTAKA......................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sarana Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang
diperoleh dari berbagai sumber, tergantung pada kondisi daerah setempat. Kondisi
sumber air pada setiap daerah berbeda-beda, tergantung pada keadaan alam dan
kegiatan manusia yang terdapat di daerah tersebut. Penduduk yang tinggal di
daerah dataran rendah dan berawa seperti di Sumatera dan Kalimantan
menghadapi kesulitan memperoleh air bersih untuk keperluan rumah tangga,
terutama air minum. Hal ini karena sumber air di daerah tersebut adalah air
gambut yang berdasarkan parameter baku mutu air tidak memenuhi persyaratan
kualitas air bersih.
Menurut laporan MDGs tahun 2007 terdapat beberapa kendala yang
menyebabkan masih tingginya jumlah orang yang belum terlayani fasilitas air
bersih dan sanitasi dasar. Di antaranya adalah cakupan pembangunan yang sangat
besar, sebaran penduduk yang tidak merata dan beragamnya wilayah Indonesia,
keterbatasan sumber pendanaan. Pemerintah selama ini belum menempatkan
perbaikan fasilitas sanitasi sebagai prioritas dalam pembangunan. Faktor lain yang
juga menjadi kendala adalah kualitas dan kuantitas sumber air baku sendiri terus
menurun akibat perubahan tata guna lahan (termasuk hutan) yang mengganggu
sistem siklus air. Selain itu, meningkatnya kepadatan dan jumlah penduduk di
perkotaan akibat urbanisasi.
Masalah kemiskinan juga ikut menjadi penyebab rendahnya kemampuan
penduduk mengakses air minum yang layak. Terakhir adalah buruknya
kemampuan manajerial operator air minum itu sendiri. Sedangkan dari sisi
sanitasi, selain masih rendahnya kesadaran penduduk tentang lingkungan, kendala
lain untuk terjadinya perbaikan adalah karena belum adanya kebijakan
komprehensif yang sifatnya lintas sektoral, rendahnya kualitas bangunan septic
tank, dan masih buruknya sistem pembuangan limbah.
Penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi syarat
dapat menjadi faktor resiko terhadap penyakit diare dan kecacingan. Diare
merupakan penyebab kematian nomor 4 sedangkan kecacingan dapat
mengakibatkan produktifitas kerja dan dapat menurunkan kecerdasan anak
sekolah, disamping itu masih tingginya penyakit yang dibawa vektor seperti DBD,
malaria, pes, dan filariasis (Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat, Depkes RI,
2007)
Menurut data Bank Pembangunan Asia tahun 2005 hanya terdapat 69 persen
penduduk perkotaan dan 46 persen penduduk pedesaan (atau rata-rata 55,43)
terlayani fasilitas sanitasi yang layak. Hal ini lebih rendah bila dibandingkan
dengan dengan Singapura (100 persen), Thailand (96 persen), Filipina (83,06
persen), Malaysia 74,70 persen) dan Myanmar (64,48 persen).

B. Tujuan Umum
 Untuk mengetahui kondisi sarana perlindungan mata air dan kualitas
bakteriologis air
 Untuk mengetahui kondisi sarana Penyediaan sarana air bersih serta
aspek konstruksi pencemaran kebersihan lingkungan
 Untuk mengetahui tingkat resiko pencemaran sarana perlindungan air
bersih
 Untuk mengetahui kandungan bakteri E. coli dan Coliform dalam air.

C. Perumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sarana air bersih dan tujuannya?
2. Apa saja jenis-jenis sarana air bersih?
3. Bagaimana persyaratan air bersih?
4. Bagaimana dampak terhadap kesehatan?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Air Bersih


Menurut peraturan menteri kesehatan RI No. 416 / Menkes / per / IX /
1990 menyebutkan air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari –
hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan yang dapat diminum setelah
dimasak.
Air adalah salah satu di antara pembawa penyakit yang berasal dari tinja
untuk sampai kepada manusia. Supaya air yang masuk ketubuh manusia baik
berupa makanan dan minuman tidak menyebabkan penyakit, maka pengolahan
air baik berasal dari sumber, jaringan transmisi atau distribusi adalah mutlak
diperlukan untuk mencegah terjadinya kontak antara kotoran sebagai sumber
penyakit dengan air yang diperlukan (Sutrisno, 2004).
Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu
baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam
melakukan aktivitas mereka sehari-hari termasuk diantaranya adalah sanitasi.

B. Tujuan Sarana Air Bersih


Untuk mencegah terjadinya penyakit yang diakibatkan penggunaan air,
kualitas badan air harus dijaga sesuai dengan baku mutu air. Baku mutu air adalah
ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau
harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya di dalam air.
Untuk mengetahui hal tersebut, perlu dilakukan pengukuran atau pengujian
kualitas (mutu) air berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metode tertentu.
Dalam Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001, mutu air ditetapkan melalui
pengujian parameter fisika, kimia, mikrobiologi, dan radioaktivitas. Pengujian
parameter fisika meliputi pengukuran temperature air, pengukuran kadar residu
dalam air dan kadar residu tersuspensi dalam air. Pengujian parameter kimia
dilakukan melalui pengukuran kadar zat kimia anorganik dan zat kimia organic
dalam air.

C. Jenis-jenis Sarana Air Bersih


Menurut Dirjen PPM dan PLP (1990) jenis – jenis sarana air bersih yang
lazim dipergunakan masyarakat adalah sebagai berikut :
1. Sumur Gali
Sumur gali adalah sarana air bersih yang mengambil/memanfaatkan air
tanah dengan cara menggali lubang di tanah dengan menggunakan tangan sampai
mendapatkan air . lubang kemudian diberi dinding, bibir tutup dan lantai serta
saluran pembuangan limbah.
2. Perpipaan
Sarana perpipaan adalah banguna beserta peralatan dan perlengkapannya
yang menghsilkan, menyediakan dan membagikan air minum untuk masyarakat
melalui jaringan perpipaan/distribusi. Air yang di manfaatkan adalah air tanah
atau air permukaan dengan atau tanpa diolah.
3. Sumur Pompa Tangan (SPT)
Sumur pompa tangan adalah sarana air bersih yang mengambil atau
memanfaatkan air tanah dengan membuat lubang di tanah dengan menggunakan
alat bor.Berdasarkan kedalaman air tanah dan jenis pompa yang digunakan untuk
menaikan air, bentuk sumur bor dibedakan atas:
a) Sumur Pompa Tangan Dangkal ( SPTDK )
Sumur pompa tangan dangkal adalah sumur bor yang pengambilan airnya
dengan menggunakan pompa dangkal. Pompa jenis ini mampu menaikan
airnya samapi kedalaman maksimum 7 meter.
b) Sumur Pompa Tangan Dalam ( SPTDL )
Sumur pompa tangan dalam adalah sumur bor yang pengambilan airnya
dengan menggunakan pompa dalam. Pompa jenis ini mampu menaikan air
dari kedalaman 15 meter sampai kedalaman maksimum 30 meter.

4. Penampungan Air Hujan ( PAH )


Penampungan air hujan adalah sarana air bersih yang memanfaatkan untuk
pengadaan air rumah tangga. Air huja yang jatuh diatas atap rumah atau bangunan
penangkap air yang lain, melalui saluran atau alang kemudian dialirkan dan di
tamping didalam penampungan air hujan.

5. Perlindungan Mata Air ( PMA )


Dirjen PPM dan PLP (1995), menjelaskan bahwa perlindungan mata air (
PMA ) merupakan suatu bangunan untuk menampung air dan melindungi sumber
air dari pencemaran. Bentuk dan volume PMA disesuaikan dengan tata letak,
situasi sumber, dekat air dan kapasitas air yang dibutuhkan:
a) Tataletak yaitu jarak dengan sumber pencemar seperti jamban, air kotor, kandang
dan tempat pembuangan sampah.
b) Situasi sumber yaitu sumber air sarana PMA harus memiliki penutup bak
perlindungan yang dibuatkan saluran yang arah eluar dari bak, agar tidak
mencemari air yang masuk ke bak penangkap, memiliki pipa peluap, penutup bak
yang rapat air, memiliki lantai bak yang harus rapat air dan mudah dibersihkan
serta SPAL yang rapat air dan kemiringan minimal 2%.
c) Dekat air yaitu sumber air harus pada mata air, bukan pada saluran air yang
berasal dari mata air tersebut yang kemungkinan telah tercemar.
d) Kapasitas air yang dibutuhkan, yaitu mata air yang dimanfaatkan paling sedikit
mempunyai debit 0,3 liter/detik.

D. Persyaratan Sarana Air Bersih


Ada beberapa persyaratan yang perlu diketahui mengenai kualitas air
tersebut baik secara fisik, kimia dan juga mikrobiologi.
1. Syarat fisik, antara lain:
a. Air harus bersih dan tidak keruh
b. Tidak berwarna apapun
c. Tidak berasa apapun
d. Tidak berbau apaun
e. Suhu antara 10-25 C (sejuk)
f. Tidak meninggalkan endapan
2. Syarat kimiawi, antara lain:
a. Tidak mengandung bahan kimiawi yang mengandung racun
b. Tidak mengandung zat-zat kimiawi yang berlebihan
c. Cukup yodium
d. pH air antara 6,5 – 9,2
3. Syarat mikrobiologi, antara lain:
a. Tidak mengandung kuman-kuman penyakit seperti disentri, tipus,
kolera, dan bakteri patogen penyebab penyakit.

E. Dampak Terhadap Kesehatan


Penggunaan air yang tidak memenuhi persyaratan dapat menimbulkan
terjadinya gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan tersebut dapat berupa
penyakit menular maupun penyakit tidak menular. Penyakit menular umumnya
disebabkan oleh makhluk hidup, sedangkan penyakit tidak menular umumnya
bukan disebabkan oleh makhluk hidup.
Penyakit menular yang disebabkan oleh air secara langsung diantara
masyarakat disebut penyakit bawaan air (waterborne diseases). Hal ini dapat
terjadi karena air merupakan media yang baik tempat bersarangnya bibit
penyakit/agent. Menurut Slamet (2002) beberapa penyakit bawaan air yang sering
ditemukan di Indonesia diantaranya :
a. Cholera adalah penyakit usus halus yang akut dan berat. Penyakit ini disebabkan
oleh bakteri vibrio cholerae. Masa tunasnya berkisar beberapa jam sampai
beberapa hari. Gejala utamanya adalah muntaber, dehidrasi dan kolaps. Gejala
khususnya adalah tinja yang menyerupai air cucian beras.
b. Typhus Abdominalis juga merupakan penyakit yang menyerang usus halus dan
penyebabnya adalah Salmonella typi. Gejala utamanya adalah panas yang terus
menerus dengan taraf kesadaran yang menurun, terjadi 1-3 minggu (rata-rata 2
minggu) setelah infeksi. Salmonella typi tumbuh dalam suasana yang cocok bagi
dirinya yaitu usus manusia dan hewan berdarah panas. Namun bila tinja seseorang
yang sakit mengandung bakteri tersebut masuk ke badan air, maka bakteri ini
dapat hidup beberapa hari sebelum mati. Bila air tersebut diminum oleh manusia
maka Salmonella typi tersebut akan masuk lagi ke usus manusia dan akan
berkembang hingga menyebabkan penyakit. Jadi air berfungsi sebagai media
penyebar penyakit.
c. Hepatitis A disebabkan oleh virus hepatitis A. gejala utama adalah demam akut,
dengan perasaan mual dan muntah, hati membengkak, dan sclera mata menjadi
kuning oleh Karena itu orang awam menyebut Hepatitis ini sebagai penyakit
kuning.
d. Dysentrie amoeba disebabkan oleh protozoa bernama Entamoeba
hystolytica. Gejala utamanya tinja yang tercampur lender dan darah.
Selain penyakit menular, penggunaan air dapat juga memicu terjadinya
penyakit tidak menular. Penyakit tidak menular terutama terjadi karena air telah
terkontaminasi zat-zat berbahaya atau beracun. Beberapa kasus keracunan akibat
mengkonsumsi air yang terkontaminasi diantaranya:

a. Kasus keracunan Kobalt (Co) yang terjadi di Nebraska (Amerika) merupakan


satu contoh penyakit tidak menular yang diakibatkan kontaminasi Kobalt di dalam
air. Akibat keracunan Kobalt dapat berupa gagal jantung, kerusakan kelenjar
gondok, tekanan darah tinggi dan pergelangan kaki membengkak.
b. Penyakit Minamata, yang disebabkan pencemaran pantai Minamata oleh Mercury
(air raksa). Sumber utama keracunan air raksa itu adalah pembuangan limbah
pabrik penghasil polivinil klorida yang menggunakan Mercury sebagai katalis. Di
dalam air, Mercury diubah menjadi Methyl Mercury oleh bakteri. Methyl Mercury
akhirnya mengkontaminasi ikan di pantai yang dikonsumsi penduduk yang tinggal
di wilayah tersebut. Dengan adanya proses biological magnification (akumulasi
biologis), maka kadar air raksa yang terdapat di dalam ikan yang terdapat di laut
tersebut menjadi berlipat ganda. Keracunan air raksa menyebabkan cacat bawaan
pada bayi. Keracunan ini menyebabkan 111 orang menjadi cacat dan 41 orang
diantaranya meninggal.
c. Keracunan Cadnium di kota Toyoma, Jepang. Keracunan ini menyebabkan
terjadinya pelunakan tulang sehingga tulang-tulang punggung menjadi nyeri.
Berdasarkan hasil penelitian, ternyata bahwa beras yang dimakan penduduk
Toyoma berasal dari tanaman padi yang selama bertahun-tahun mendapatkan air
yang telah tercemar Cadmium.
Air juga dapat berperan sebagai serang insekta yang
membawa/menyebarkan penyakit pada masyarakat. Insekta demikian disebut
sebagai vector penyakit. Beberapa penyakit yang disebarkan vector penyakit
antara lain :

a. Filariasis, dikenal juga sebagai penyakit kaki gajah. Penyebabnya adalah cacing
bulat kecil, yang disebut filaria. Sebagai pembawa atau vector penyakit ini adalah
nyamuk jenis culex fatigans. Manusia yang menderita penyakit kaki gajah akan
menjadi reservoir cacing filaria. Larva cacing ini akan menuju ke peredaran darah
periferi pada malam hari sehingga jika penderita digigit nyamuk, maka nyamuk
tersebut akan membawa larva filaria. Gigitan nyamuk berikutnya akan
memindahkan microfilaria kepada korban baru. Selanjutnya microfilaria tersebut
akan mengikuti peredaran darah manusia dan masuk ke dalam saluran limfatik
dan menjadi dewasa. Filaria ini dapat menyebabkan penyumbatan saluran limfatik
sehingga mengakibatkan cairan tubuh tidak bisa mengalir seperti biasanya
sehingga kemudin terjadi pembengkakkan yang semakin lama semakin membesar
dan mengeras.
b. Demam Berdarah disebut juga Dengue Haemorrahagic Fever (DHF) karena
disertai gejala demam dan pendarahan. Penyakit ini terus menyebar diantara
masyarakat melalui vector berupa nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk ini suka
bersarang di air bersih.
Untuk mencegah terjadinya penyakit yang diakibatkan penggunaan air,
kualitas badan air harus dijaga sesuai dengan baku mutu air. Baku mutu air adalah
ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau
harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya di dalam air.
Untuk mengetahui hal tersebut, perlu dilakukan pengukuran atau pengujian
kualitas (mutu) air berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metode tertentu.
Dalam Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001, mutu air ditetapkan melalui
pengujian parameter fisika, kimia, mikrobiologi, dan radioaktivitas. Pengujian
parameter fisika meliputi pengukuran temperature air, pengukuran kadar residu
dalam air dan kadar residu tersuspensi dalam air. Pengujian parameter kimia
dilakukan melalui pengukuran kadar zat kimia anorganik dan zat kimia organic
dalam air.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Untuk mewujudkan sarana air bersih dan sanitasi yang berkesinambungan
dibutuhkan pengelola sarana yang mampu mengelola, mengoperasikan dan
memelihara sarana tersebut dengan baik. Pengelola tersebut berasal dari
masyarakat itu sendiri.
Pada proses penyediaan air bersih di Indonesia sudah memiliki aturan yang
berlaku tetapi belum sepenuhnya dapat dilaksanakan dengan baik ketika
dilapangan ,karena banyak factor yang dapat mempengaruhinya,baik dari segi
SDM nya,kesadaran pelaksana,situasi,dan sumber dana yang ada
B. Saran
Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat di bidang kesehatan,
diperlukan sumber informasi yang baik, dan hal ini dapat dicapai dengan
melaksanakan penyuluhan kesehatan. Penyuluhan kesehatan bagi masyarakat
merupakan kewajiban dan tanggung jawab dari Puskesmas sesuai dengan wilayah
kerja masing-masing. Menilik pada masih kurang memuaskannya pengetahuan,
sikap dan perilaku masyarakat Kelurahan Sukawarna mengenai sarana air bersih
yang sesuai dengan syarat-syarat kesehatan, kepemilikan dan pemanfaatan sarana
air bersih, dan penyakit-penyakit yang dapat ditularkan melalui air, maka penulis
menyarankan agar dilakukan penyuluhan mengenai hal-hal tersebut diatas secara
berkesinambungan hingga mencakup seluruh wilayah kerja Puskesmas
Sukawarna.Penyuluhan dapat dilakukan setiap 6 bulan sekali,dengan metode
penyuluhan dalam bentuk ceramah dengan gambar dan dilakukan pada sore hari
58 Diharapkan dengan penyuluhan dapat dicapai peningkatan pengetahuan
masyarakat, yang selanjutnya dapat meningkatkan pula sikap dan
perilakumasyarakat sehingga lebih sesuai dengan prinsip-prinsip hidup sehat,
demi mencapai tingkat kesehatan masyarakat yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
file:///C:/Users/user/Documents/komunitas/index.php.htm
file:///C:/Users/user/Documents/komunitas/m5o11z-wow-tempat-pembuangan-
sampah-jadi-obyek-wisata…artike.htm
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-16528-2208100660-Chapter2.pdf
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/rekayasa_lingkungan/bab2_sistem_pe
nyedian_air_bersih.pdf
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG

Penyediaan air bersih untuk masyarakat mempunyai peranan yang sangat penting
dalam meningkatkan kesehatan lingkungan atau masyarakat, yakni mempunyai
peranan dalam menurunkan angka penderita penyakit, khususnya yang
berhubungan dengan air, dan berperan dalam meningkatkan standar atau
taraf/kualitas hidup masyarakat.

Sampai saat ini, penyediaan air bersih untuk masyarakat diindonesia masih
dihadapkan pada beberpa permasalahan yang cukup kompleks dan sampai saat ini
belum dapat diatasi sepenuhnya. Salah satu masalah yang masih dihadapi sampai
saat ini yakni masih rendahnya tingkat pelayanan air bersih untuk masyarakat.

Di Negara kita ini masalah lainnya yang perlu di pikirkan adalah tentang samapah.
Sampah akan terus ada dan tidak akan berhenti diproduksi oleh kehidupan
manusia, jumlahnya akan berbanding lurus dengan jumlah penduduk, bisa
dibayangkan banyaknya sampah-sampah dikota besar yang berpenduduk padat.
Permasalahan ini akan timbul ketika sampah menumpuk dan tidak dapat dikelola
dengan baik.

1.2.TUJUAN

1. Agar masahiswa mengetahui tentang bagaimana penyediaan air bersih.


2. Agar mahasiswa menegtahui tentang bagaimana cara pembuangan
sampah.
3. Agar mahasiswa mampu menganalisa bagaimana pengaruh penyediaan air
berih dan pembuangan sampah bagi kesehatan.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENYEDIAAN AIR BERSIH

2.1.1 Pengertian air bersih

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1405/menkes/sk/xi/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Perkantoran dan industri terdapat pengertian mengenai Air Bersih yaitu air yang
dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan
kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan dapat diminum apabila dimasak.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 16 Tahun
2005 Tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, didapat beberapa
pengertian mengenai :

1. Air baku untuk air minum rumah tangga, yang selanjutnya disebut air baku
adalah air yang dapat berasal dari sumber air permukaan, cekungan air
tanah dan/atau air hujan yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air
baku untuk air minum.
2. Air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses
pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat
kesehatan dan dapat langsung diminum.
3. Air limbah adalah air buangan yang berasal dari rumah tangga termasuk
tinja manusia dari lingkungan permukiman.
4. Penyediaan air minum adalah kegiatan menyediakan air minum untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat agar mendapatkan kehidupan yang
sehat, bersih, dan produktif.
5. Sistem Penyediaan Air Minum yang selanjutnya disebut SPAM
merupakan satu kesatuan sistem fisik (teknik) dan non fisik dari prasarana
dan sarana air minum.
6. Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun,
memperluas dan/atau meningkatkan sistemfisik (teknik) dan non fisik
(kelembagaan, manajemen,keuangan, peran masyarakat, dan hukum)
dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum
kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik.
7. Penyelenggaraan pengembangan SPAM adalah kegiatan merencanakan,
melaksanakan konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi,
memantau, dan/atau mengevaluasi sistem fisik (teknik) dan non fisik
penyediaan air minum.
8. Penyelenggara pengembangan SPAM yang selanjutnya disebut
Penyelenggara adalah badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah,
koperasi, badan usaha swasta, dan/atau kelompok masyarakat yang
melakukan penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum.

2.1.2 Sumber Air Bersih

Berdasarkan petunjuk Program Pembangunan Prasarana Kota Terpadu perihal


Pedoman Perencanaan dan Desain Teknis Sektor Air Bersih, disebutkan bahwa
sumber air baku yang perlu diolah terlebih dahulu adalah:

1. Mata air, Yaitu sumber air yang berada di atas permukaan tanah. Debitnya
sulit untuk diduga, kecuali jika dilakukan penelitian dalam jangka
beberapa lama.
2. Sumur dangkal (shallow wells), Yaitu sumber air hasil penggalian ataupun
pengeboran yang kedalamannya kurang dari 40 meter.
3. Sumur dalam (deep wells), Yaitu sumber air hasil penggalian ataupun
pengeboran yang kedalamannya lebih dari 40 meter.
4. Sungai, Yaitu saluran pengaliran air yang terbentuk mulai dari hulu di
daerah pegunungan/tinggi sampai bermuara di laut/danau. Secara umum
air baku yang didapat dari sungai harus diolah terlebih dahulu, karena
kemungkinan untuk tercemar polutan sangat besar.
5. Danau dan Penampung Air (lake and reservoir), Yaitu unit penampung air
dalam jumlah tertentu yang airnya berasal dari aliran sungai maupun
tampungan dari air hujan.

Sumber-sumber air yang ada dapat dimanfaatkan untuk keperluan air minum
adalah (Budi D. Sinulingga, Pembangunan Kota Tinjauan Regional dan Lokal,
1999):

1. Air hujan. Biasanya sebelum jatuh ke permukaan bumi akan mengalami


pencemaran sehingga tidak memenuhi syarat apabila langsung diminum.
2. Air permukaan tanah (surface water). Yaitu rawa, sungai, danau yang tidak
dapat diminum sebelum melalui pengolahan karena mudah tercemar.
3. Air dalam tanah (ground water). Yang terdiri dari air sumur dangkal dan
air sumur dalam. Air sumur dangkal dianggap belum memenuhi syarat
untuk diminum karena mudah tercemar. Sumber air tanah ini dapat dengan
mudah dijumpai seperti yang terdapat pada sumur gali penduduk, sebagai
hasil budidaya manusia. Keterdapatan sumber air tanah ini sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti topografi, batuan, dan curah
hujan yang jatuh di permukaan tanah. Kedudukan muka air tanah
mengikuti bentuk topografi, muka air tanah akan dalam di daerah yang
bertopografi tinggi dan dangkal di daerah yang bertopografi rendah.

Di lain pihak sumur dalam yang sudah mengalami perjalanan panjang adalah air
yang jauh lebih murni, dan pada umumnya dapat langsung diminum, namun
memerlukan pemeriksaan laboratorium untuk memastikan kualitasnya. Keburukan
dari pemakaian sumur dalam ini adalah apabila diambil terlalu banyak akan
menimbulkan intrusi air asin dan air laut yang membuat sumber air jadi asin,
biasanya daerah-daerah sekitar pantai.

1. Mata air (spring water). Sumber air untuk penyediaan air minum
berdasarkan kualitasnya dapat dibedakan atas:
1. Sumber yang bebas dari pengotoran (pollution).
2. Sumber yang mengalami pemurniaan alamiah (natural
purification).
3. Sumber yang mendapatkan proteksi dengan pengolahan buatan
(artificial treatment).

2.1.3 Standar Kualitas Air Baku

Air bersifat universal dalam pengertian bahwa air mampu melarutkan zat-zat yang
alamiah dan buatan manusia. Untuk menggarap air alam, meningkatkan mutunya
sesuai tujuan, pertama kali harus diketahui dahulu kotoran dan kontaminan yang
terlarut di dalamnya. Pada umumnya kadar kotoran tersebut tidak begitu besar.

Dengan berlakunya baku mutu air untuk badan air, air limbah dan air bersih, maka
dapat dilakukan penilaian kualitas air untuk berbagai kebutuhan. Di Indonesia
ketentuan mengenai standar kualitas air bersih mengacu pada Peraturan Menteri
Kesehatan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 416 tahun 1990 tentang Syarat-
Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih. Berdasarkan SK Menteri Kesehatan
1990 Kriteria penentuan standar baku mutu air dibagi dalam tiga bagian yaitu:

1. Persyaratan kualitas air untuk air minum.


2. Persyaratan kualitas air untuk air bersih.
3. Persyaratan kualitas air untuk limbah cair bagi kegiatan yang telah
beroperasi.

Mengingat betapa pentingnya air bersih untuk kebutuhan manusia, maka kualitas
air tersebut harus memenuhi persyaratan, yaitu:

1. Syarat fisik, antara lain:


1. Air harus bersih dan tidak keruh.
2. Tidak berwarna
3. Tidak berasa
4. Tidak berbau
5. Suhu antara 10o-25 o C (sejuk)
6. Syarat kimiawi, antara lain:
1. Tidak mengandung bahan kimiawi yang mengandung
racun.
2. Tidak mengandung zat-zat kimiawi yang berlebihan.
3. Cukup yodium.
4. pH air antara 6,5 – 9,2.
5. Syarat bakteriologi, antara lain:

Tidak mengandung kuman-kuman penyakit seperti disentri, tipus, kolera, dan


bakteri patogen penyebab penyakit.

Pada umumnya kualitas air baku akan menentukan besar kecilnya investasi
instalasi penjernihan air dan biaya operasi serta pemeliharaannya. Sehingga
semakin jelek kualitas air semakin berat beban masyarakat untuk membayar harga
jual air bersih.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.


173/Men.Kes/Per/VII/1977, penyediaan air harus memenuhi kuantitas dan
kualitas, yaitu:

1. Aman dan higienis.


2. Baik dan layak minum.
3. Tersedia dalam jumlah yang cukup.
4. Harganya relatif murah atau terjangkau oleh sebagian besar masyarakat.

Mengenai parameter kualitas air baku, Depkes RI telah menerbitkan standar


kualitas air bersih tahun 1977 (Ryadi Slamet, 1984:122). Dalam peraturan tersebut
standar air bersih dapat dibedakan menjadi tiga kategori (Menkes No. 173/per/VII
tanggal 3 Agustus 1977):
1. Kelas A. Air yang dipergunakan sebagai air baku untuk keperluan air
minum.
2. Kelas B. Air yang dipergunakan untuk mandi umum, pertanian dan air
yang terlebih dahulu dimasak.
3. Kelas C. Air yang dipergunakan untuk perikanan darat.

2.1.4 Sistem Penyediaan Air Bersih

Sistem penyediaan air bersih meliputi besarnya komponen pokok antara lain: unit
sumber air baku, unit pengolahan, unit produksi, unit transmisi, unit distribusi dan
unit konsumsi.

1. Unit sumber air baku merupakan awal dari sistem penyediaan air bersih
yang mana pada unit ini sebagai penyediaan air baku yang bisa diambil
dari air tanah, air permukaan, air hujan yang jumlahnya sesuai dengan
yang diperlukan.
2. Unit pengolahan air memegang peranan penting dalam upaya memenuhi
kualitas air bersih atau minum, dengan pengolahan fisika, kimia, dan
bakteriologi, kualitas air baku yang semula belum memenuhi syarat
kesehatan akan berubah menjadi air bersih atau minum yang aman bagi
manusia.
3. Unit produksi adalah salah satu dari sistem penyediaan air bersih yang
menentukan jumlah produksi air bersih atau minum yang layak
didistribusikan ke beberapa tandon atau reservoir dengan sistem
pengaliran gravitasi atau pompanisasi. Unit produksi merupakan unit
bangunan yang mengolah jenis-jenis sumber air menjadi air bersih.
Teknologi pengolahan disesuaikan dengan sumber air yang ada.
4. Unit transmisi berfungsi sebagai pengantar air yang diproduksi menuju ke
beberapa tandon atau reservoir melalui jaringan pipa.
5. Unit distribusi adalah merupakan jaringan pipa yang mengantarkan air
bersih atau minum dari tandon atau reservoir menuju ke rumah-rumah
konsumen dengan tekanan air yang cukup sesuai dengan yang diperlukan
konsumen.
6. Unit konsumsi adalah merupakan instalasi pipa konsumen yang telah
disediakan alat pengukur jumlah air yang dikonsumsi pada setiap
bulannya.

2.1.5 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih

Semakin padat jumlah penduduk dan semakin tinggi tingkat kegiatan akan
menyebabkan semakin besarnya tingkat kebutuhan air. Variabel yang menentukan
besaran kebutuhan akan air bersih antara lain adalah sebagai berikut:

1. Jumlah penduduk
2. Jenis kegiatan
3. Standar konsumsi air untuk individu
4. Jumlah sambungan
Target pelayanan dapat merupakan potensi pasar atau mengacu pada
kebijaksanaan nasional. Asumsi-asumsi lain yang digunakan mengikuti
kecenderungan data yang ada di lapangan serta kriteria dan standar yang
dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang, yaitu seperti:

1. Cakupan pelayanan
2. Jumlah pemakai untuk setiap jenis sambungan
3. Jenis sambungan
4. Tingkat kebutuhan konsumsi air
5. Perbandingan SR/HU
6. Kebutuhan Domestik dan Non Domestik
7. Angka kebocoran
8. Penanggulangan kebakaran

Perencanaan pengadaan sarana prasarana air bersih dilakukan dengan


memperhitungkan jumlah kebutuhan air yang diperlukan bagi daerah
perencanaan. Proyeksi kebutuhan air dihitung dengan menggunakan data proyeksi
jumlah penduduk, standar kebutuhan air bersih, cakupan pelayanan, koefisien
kehilangan air, dan faktor puncak yang diperhitungkan untuk keamanan hitungan
perencanaan.

2.1.6 Satuan Kebutuhan Air Bersih

Kebutuhan air terbagi atas kebutuhan untuk:

1. Rumah Tangga
2. Non Rumah Tangga

Pemerintah Indonesia telah menyusun program pelayanan air bersih sesuai dengan
kategori daerah yang dikelompokkan berdasarkan jumlah penduduk.

Tabel II.1

Tingkat Pemakaian Air Rumah Tangga Sesuai Kategori Kota

Jumlah Tingkat Pemakaian


No Kategori Kota Sistem
Penduduk Air
1 Kota Metropolitan > 1.000.000 Non Standar 190
500.000 –
2 Kota Besar Non Standar 170
1.000.000
3 Kota Sedang 100.000 – 500.000Non Standar 150
Standar
4 Kota Kecil 20.000 – 100.000 130
BNA
Standar
5 Kota Kecamatan < 20.000 100
IKK
Kota Pusat Standar
6 < 3.000 30
Pertumbuhan DPP

Sumber : SK-SNI Air Bersih

Tabel II.2

Tingkat Pemakaian Air Non Rumah Tangga

No Non Rumah Tangga (fasilitas) Tingkat Pemakaian Air


1 Sekolah 10 liter/hari
2 Rumah Sakit 200 liter/hari
3 Puskesmas (0,5 – 1) m3/unit/hari
4 Peribadatan (0,5 – 2) m3/unit/hari
5 Kantor (1 – 2) m3/unit/hari
6 Toko (1 – 2) m3/unit/hari
7 Rumah Makan 1 m3/unit/hari
8 Hotel/Losmen (100 – 150) m3/unit/hari
9 Pasar (6 – 12) m3/unit/hari
10 Industri (0,5 – 2) m3/unit/hari
11 Pelabuhan/Terminal (10 – 20) m3/unit/hari
12 SPBU (5 – 20) m3/unit/hari
13 Pertamanan 25 3/unit/hari

Sumber : SK-SNI Air Bersih

2.1.7 Tahapan Perencanaan Air Bersih

Dalam pemenuhan kebutuhan prasarana air bersih, maka dilakukan tahapan-


tahapan perencanaan berdasarkan 5 (lima) komponen utama yang terdiri dari:

1. 1. Perhitungan Kebutuhan Air

Kebutuhan air dihitung berdasarkan kebutuhan untuk rumah tangga (domestik),


non domestik dan juga termasuk perhitungan atas kebocoran air. Analisis
kebutuhan air ini disesuaikan dengan hasil perhitungan proyeksi penduduk,
prosentase penduduk yang dilayani dan besarnya pemakaian air.

1. 2. Identifikasi Sumber Air Baku

Identifikasi air baku terutama dimaksudkan untuk mendapatkan informasi


mengenai:

– Jarak dan beda tinggi sumber air terhadap daerah pelayanan


– Debit andalan sumber air

– Kualitas air baku dan jenis alokasi sumber air baku pada saat ini

1. 3. Pemeriksaan dan Penilaian Kualitas Air

Sistem pengolahan air yang dibangun harus dapat memproduksi air yang
memenuhi standar kualitas air bersih yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan
RI.

1. 4. Pemilihan Alternatif Sistem

Sistem penyediaan air bersih yang dirancang merupakan sistem terpilih yang
diperoleh berdasarkan hasil pemilihan terhadap beberapa alternatif pilihan sistem.
Penentuan pilihan didasarkan pada penilaian berdasarkan aspek:

– Teknis

– Ekonomis

– Lingkungan

1. 5. Perhitungan Kebocoran/Kehilangan Air

Kehilangan air yang disebabkan kebocoran teknis dan non teknis diperkirakan
sebesar 20% dari kebutuhan total.

1. 6. Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih

 Sistem Penyediaan Air Bersih terdiri dari:

– Sistem Produksi meliputi Intake dan Instalasi Pengolahan Air

– Sistem Distribusi meliputi Reservoir dan Pipa Induk

– Sistem Pemanfaatan melalui Sambungan Rumah dan Hydrant Umum

 Faktor-faktor yang mempengaruhi sistem distribusi adalah:

– Pola tata guna lahan

– Kepadatan penduduk

– Kondisi topografi kota

– Rancangan induk kota.

2.2 PEMBUANGAN SAMPAH


2.1.1 Pengertian Sampah

Sampah merupakan suatu bahan yang terbuang atau di buang dari suatu sumber
hasil aktivitas manusia maupun proses-proses alam yang tidak mempunyai nilai
ekonomi. Dalam Undang-Undang No.18 tentang Pengelolaan Sampah
menyatakan definisi sampah sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau
dari proses alam yang berbentuk padat. Permasalahan sampah merupakan
permasalahan yang krusial bahkan sampah dapat dikatakan sebagai masalah
kultural karena berdampak pada sisi kehidupan terutama dikota-kota besar seperti
Jakarta, Surabaya, Bandung, Makasar, Medan dan kota besar lainnya. Sampah
akan terus ada dan tidak akan berhenti diproduksi oleh kehidupan manusia,
jumlahnya akan berbanding lurus dengan jumlah penduduk, bisa dibayangkan
banyaknya sampah-sampah dikota besar yang berpenduduk padat. Permasalahan
ini akan timbul ketika sampah menumpuk dan tidak dapat dielola dengan baik.
Sampah menjadi masalah penting untuk penting untuk kota yang padat
penduduknya hal tersebut disebabkan oleh beberapa

faktor yaitu:

1. Volume sampah yang sangat besar sehingga melebihi kapasitas daya


tampung tempat pembuangan sampah akhir (TPA)
2. Lahan TPA semakin sempit karena tergeser penggunaan lain.
3. Teknologi pengelolaan sampah tidak optimal sehingga sampah lambat
membusuknya, hal ini menyebabkan percepatan peningkatan volume
sampah lebih besar dari pembusukannya oleh karena itu selalu diperlukan
perluasan area TPA baru
4. Sampah yang sudah layak menjadi kompos tidak dikeluarkan dari TPA
karena beberapa pertimbangan
5. Managemen pengelolaan sampah tidak efektif sehingga seringkali menjadi
penyebab distorsi dengan masyarakat setempat
6. Pengelolaan sampah disarakan tidak memberikan dampak positif terhadap
lingkungan 8.
7. Kurangnya dukungan kebijakan dari pemerintah dalam memanfatkan
produk sampingan sehingga tertumpuknya produk tersebut di lahan TPA.

Ratio timbunan sampah dikota besar umumnya dihasilkan tiap-tiap jiwa adalah
0.7 kg/kapita/hari termasuk kota medan. Kota yang memiliki jumlah penduduk
tetap mencapai 2.125.591 jiwa dan komutter yang diperkirakan mencapai 600.000
jiwa. jika diestimasikan timbunan sampah yang mampu diproduksi adalah 6806
m3/hari setara dengan 1701 ton/hari. Jumlah volume sampah di Kota Medan
tergolong besar sehingga perlu ada penanganan khusus, bila tidak cepat maka kota
tersebut akan terus ditimbun oleh tumpukan sampah dan berbarengan dengan
efek negatif yang ditimbulkan.

2.2.2 Penggolongan Sampah

Ada beberapa penggolongan sampah, penggolongan ini berdasarkan atas beberapa


kriteria yaitu: asal sampah, sifat dan jenisnya.
1. Penggolongan sampah berdasarkan asalnya
1. sampah hasil rumah tangga termasuk didalamya sampah rumah
sakit, hotel dan kantor
2. sampah hasil kegiatan industry
3. sampah hasil kegiatan pertanian meliputi perkebunan, perikanan
dan peternakan.
4. sampah hasil kegiatan perdagangan misal sampah pasar, swalayan
dan toko
5. sampah hasil kegiatan pembangunan
6. sampah jalan raya.
7. pengolongan sampah berdasarkan sifatnya
1. sampah organik terdiri atas dedaunan, sisa makanan, kertas
sayur dan buah. Sampah organik merupakan sampah yang
mengandung senyawa organik dan tersusun oleh unsur
karbon, hidrogen dan oksigen serta sampah organik mudah
terdegradasi oleh mikroba.
2. sampah anorganik terdiri atas kaleng, plastik, besi, kaca dan
bahan-bahan lainnya yang tidak tersusun oleh senyawa
organik. Sampah ini tidak dapat terdegradasi oleh mikroba
sehingga sulit diuraikan.

2.2.3 Undang-Undang No.18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah

Dalam Undang-Undang No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, jenis


sampah yang diatur adalah:

1. Sampah Rumah Tangga

Yaitu sampah yang berbentuk padat yang berasal dari sisa kegiatan sehari-hari di
rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik dan dari proses alam yang
berasal dari lingkungan rumah tangga. Sampah ini bersumber dari rumah atau dari
komplek perumahan.

1. Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga

Yaitu sampah rumah tangga yang bersala bukan dari rumah tangga dan
lingkungan rumah tangga melainkan berasal dari sumber lain seperti pasar, pusat
perdagangan, kantor, sekolah, rumah sakit, rumah makan, hotel, terminal,
pelabuhan, industri, taman kota, dan lainnya.

1. Sampah Spesifik

Yaitu sampah rumah tangga atau sampah sejenis rumah tangga yang karena sifat,
konsentrasi dan/atau jumlahnya memerlukan penanganan khusus, meliputi,
sampah yang mengandung B3 (bahan berbahaya dan beracun seperti batere bekas,
bekas toner, dan sebagainya), sampah yang mengandung limbah B3 (sampah
medis), sampah akibat bencana, puing bongkaran, sampah yang secara teknologi
belum dapat diolah, sampah yang timbul secara periode (sampah hasil kerja
bakti).

Mekanisme pengelolaan sampah dalam UU N0.18 Tahun 2008 tentang


Pengelolaan Sampah meliputi, kegiatan–kegiatan berikut:

1. Pengurangan Sampah

Pengurangan sampah merupakan kegiatan untuk mengatasi timbulnya sampah


sejak dari produsen sampah (rumah tangga, pasar, dan lainnya), mengguna ulang
sampah dari sumbernya dan/atau di tempat pengolahan, dan daur ulang sampah di
sumbernya dan atau di tempat pengolahan. Pengurangan sampah akan diatur
dalam Peraturan Menteri tersendiri, kegiatan yang termasuk dalam pengurangan
sampah ini adalah:

1. Menetapkan sasaran pengurangan sampah


2. Mengembangkan Teknologi bersih dan label produk
3. Menggunakan bahan produksi yang dapat di daur ulang atau diguna ulang
4. Fasilitas kegiatan guna atau daur ulang
5. Mengembangkan kesadaran program guna ulang atau daur ulang
6. Penanganan Sampah

Merupakan rangkaian kegiatan penaganan sampah yang mencakup pemilahan


(pengelompokan dan pemisahan sampah menurut jenis dan sifatnya),
pengumpulan (memindahkan sampah dari sumber sampah ke TPS atau tempat
pengolahan sampah

terpadu), pengangkutan (kegiatan memindahkan sampah dari sumber, TPS atua


tempat pengolahan sampah terpadu, pengolahan hasil akhir (mengubah bentuk,
komposisi, karateristik dan jumlah sampah agar diproses lebih lanjut,
dimanfaatkan atau dikembalikan alam dan pemprosesan aktif kegiatan pengolahan
sampah atau residu hasil pengolahan sebelumnya agar dapat dikembalikan ke
media lingkungan. Dalam perencanaan pengelolaan sampah, Undang-Undang
Pengelolaan Sampah mengharapkan pemerintah kota/kabupaten dapat membentuk
semacam forum pengelolaan sampah skala kota/kabupaten atau provinsi. Forum
ini beranggotakan masyarakat secara umum, perguruan tinggi, tokoh masyarakat,
organisasi lingkungan/persampahan, pakar, badan usaha dan lainnya. Hal-hal yang
dapat difasilitasi forum adalah: memberikan usul, pertimbangan dan saran
terhadap kinerja pengelolaaan sampah, membantu merumuskan kebijakan
pengelolaan sampah, memberikan saran dan dapat dalam penyelesaian sengketa
persampahan. Sampai saat ini, belum ada kebijakan nasional mengenal
persampahan itu sendiri masih bersifat sosialisasi.

2.3 ARTIKEL

2.3.1 Artikel penyediaan air bersih


Standar Minimal Penyediaan Air Bersih dan Sanitasi di Daerah
BencanaTuesday, 06 October 2009 10:44

Bencana selalu menimbulkan permasalahan. Salah satunya bidang kesehatan.


Timbulnya masalah ini berawal dari kurangnya air bersih yang berakibat pada
buruknya kebersihan diri dan sanitasi lingkungan. Akibatnya berbagai jenis
penyakit menular muncul.

Penanggulangan masalah kesehatan merupakan kegiatan yang harus segera


diberikan baik saat terjadi dan pasca bencana disertai pengungsian. Saat ini sudah
ada standar minimal dalam penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana
dan penganan pengungsi. Standar ini mengacu pada standar internasional.
Kendati begitu di lapangan, para pelaksana tetap diberi keleluasaan untuk
melakukan penyesuaian sesuai kondisi keadaan di lapangan.

Beberapa standar minimal yang harus dipenuhi dalam menangani korban bencana
khususnya di pengungsian dalam hal lingkungan adalah:

1. A. Pengadaan Air.

Dalam situasi bencana mungkin saja air untuk keperluan minumpun tidak cukup,
dan dalam hal ini pengadaan air yang layak dikunsumsi menjadi paling mendesak.
Namun biasanya problema–problema kesehatan yang berkaitan dengan air muncul
akibat kurangnya persediaan dan akibat kondisi air yang sudah tercemar sampai
tingkat tertentu.

Tolok ukur kunci:

1. Persediaan air harus cukup untuk memberi sedikit–dikitnya 15 liter per


orang per hari
2. Volume aliran air ditiap sumber sedikitnya 0,125 liter perdetik.
3. Jarak pemukiman terjauh dari sumber air tidak lebih dari 500 meter
4. 1 (satu) kran air untuk 80 – 100 orang
5. Kualitas air

Air di sumber–sumber harus layak diminum dan cukup volumenya untuk


keperluan keperluan dasar (minum, memasak, menjaga kebersihan pribadi dan
rumah tangga) tanpa menyebabakan timbulnya risiko–risiko besar terhadap
kesehatan akibat penyakit–penyakit maupun pencemaran kimiawi atu radiologis
dari penggunaan jangka pendek.

Tolok ukur kunci:

1. Di sumber air yang tidak terdisinvektan (belum bebas kuman), kandungan


bakteri dari pencemaran kotoran manusia tidak lebih dari 10 coliform per
100 mili liter
2. Hasil penelitian kebersihan menunjukkan bahwa resiko pencemaran
semacam itu sangat rendah.
3. Untuk air yang disalurkan melalui pipa–pipa kepada penduduk yang
jumlahnya lebih dari 10.000 orang, atau bagi semua pasokan air pada
waktu ada resiko atau sudah ada kejadian perjangkitan penyakit diare, air
harus didisinfektan lebih dahulu sebelum digunakan sehingga mencapai
standar yang bias diterima (yakni residu klorin pada kran air 0,2–0,5
miligram perliter dan kejenuhan dibawah 5 NTU)
4. Konduksi tidak lebih dari 2000 jS / cm dan airnya biasa diminum
5. Tidak terdapat dampak negatif yang signifikan terhadap kesehatan
pengguna air, akibat pencemaran kimiawi atau radiologis dari pemakaian
jangka pendek, atau dari pemakain air dari sumbernya dalam jangka waktu
yang telah direncanakan, menurut penelitian yang juga meliputi penelitian
tentang kadar endapan bahan–bahan kimiawi yang digunakan untuk
mengetes air itu sendiri. Sedangkan menurut penilaian situasi nampak
tidak ada peluang yang cukup besar untuk terjadinya masalah kesehatan
akibat konsumsi air itu.
6. Prasarana dan Perlengkapan

Tolok ukur kunci:

1. Setiap keluarga mempunyai dua alat pengambil air yang berkapasitas 10–
20 liter, dan tempat penyimpan air berkapasitas 20 liter. Alat–alat ini
sebaiknya berbentuk wadah yang berleher sempit dan/bertutup
2. Setiap orang mendapat sabun ukuran 250 gram per bulan.
3. Bila kamar mandi umum harus disediakan, maka prasarana ini harus cukup
banyak untuk semua orang yang mandi secara teratur setiap hari pada jam–
jam tertentu. Pisahkan petak–petak untuk perempuan dari yang untuk laki–
laki.

Bila harus ada prasarana pencucian pakaian dan peralatan rumah tangga untuk
umum, satu bak air paling banyak dipakai oleh 100 orang.

2.3.2 Artikel pembuangan sampah

Wow, Tempat Pembuangan Sampah Jadi Obyek wisata.

Jumat, 15 Juni 2012, 22:44 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, KENDARI — Pemerintah Kota Kendari, Sulawesi


Tenggara, mengembangkan Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) Puuwatu
sebagai salah satu objek wisata.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Kendari, Alamsyah


Lotunani, di Kendari, mengatakan, penetapan kawasan pengolahan menjadi objek
wisata guna menjawab stigma masyarakat kalau TPAS selama ini dianggap
sebagai tempat yang identik dengan bau, jorok dan kotor.
“Ada konsep yang kami tawarkan di TPAS Puuwatu sehingga ditetapkan menjadi
objek wisata, salah satunya kita bisa melihat seluruh Kota Kendari dari atas
puncak yang ada di TPAS ini,” ujarnya.

Ia mengatakan, di TPS Puuwatu tersebut sudah dibangun taman yang disebut


Taman Bougenville karena seluruh bunga yang ditanam di sana adalah
bougenville.

“Kita juga membuat dua unit vila yang bisa digunakan pengunjung yang ingin
bermalam di kawasan itu, untuk menyaksikan keindahan Kota Kendari dari atas
puncak jika malam hari,” katanya.

Menurut dia, kawasan TPAS Puuwatu telah direvitalisasi bahkan proses


penimbunan dan penataan kawasan tersebut terus dilakukan agar TPAS kelihatan
lebih bersih, indah dan bisa dijadikan kawasan arena balap pencinta otomotif.

“Medan di kawasan TPAS ini cukup menantang, sehingga selain tempat rekreasi,
kita juga membangun arena motor cross, mobil offroad,” ujarnya.

Menurut dia, pengelolaan TPAS Puuwatu yang bisa berfungsi sebagai objek
wisata sudah diakui dari Kementerian lingkungan hidup saat berkunjung ke
tempat itu.

“Bahkan tempat itu menjadi salah satu penyumbang poin bagi Kota Kendari
dalam meraih tropi adipura yang ke empat kalinya secara berturut-turut dari tahun
2009, 2010, 2011 dan 2012,” katanya.

2.3.3 ANALISA

1. Pada hakikatnya penanggulangan bencana alam di Indonesia sudah sangat


baik terlebih untuk menaggulangi penyediaan air bersih yang sangat fital
sebagai kelangsungan hidup manusia.Bahakan BASARNAS juga memiliki
criteria tersendiri untuk pengadaan air bersih ketika terjadi bencana
alam.Tetapi terkadang dengan beranekaragaman tempat,situasi,kondisi,
maka pelaksana di beri keleluasaan untuk menyesuaikan sesuai
lapangan.Sehingga tak hayal sering kita dengar banyak penyediaan air
bersih tak seperti setandart yang sudah di tetapkan.walau dasarnya prinsip
prinsip pada penyediaan air untuk penanggulangan bencana tidak di
tinggalkan.Apalagi diperparah dengan sumber air bersih yang sulit di
dapatkan ketika bencana alam tiba,ini adalah salah satu factor hal yang
dapat mempengaruhi kenapa di lapangan tidak sesuai dengan criteria
pengambilan sumber air ketika terjadi bencana alam.
2. Yang sering kita lihat adalah TPAS yang penuh sampah dan baunya tidak
sedap tetapi tidak sama halnya dengan TPAS puuwatu di Kendari.Di tps
ini tidak ada pemandangan tumpukan sampah dan bau busuk melainkan di
tempat ini di jadikan salah satu tempat pariwisata yang terdapat taman
bunga bugenvil dan terdapat penginapan yang terkenal dengan keindahan
panoramanya.Hal ini membuktikan bahwa tidak semua pengelolaan
pembuangan sampah di Indonesia buruk,buktinya di TPAS puuwatu dapat
membuktikan bahwa pengelolaan pembungan sampah jika di perhatikan
dengan seksama dan prosesnya di awasi dengan ketat ,dan dapat dip roses
dengan benar maka tak hayal indonesa bisa menjadi Negara yang bersih
dan angka kesehatanya meninggkat.

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Pada proses penyediaan air bersih dan pembuangan sampah di Indonesia sudah
memiliki aturan yang berlaku tetapi belum sepenuhnya dapat dilaksanakan dengan
baik ketika dilapangan ,karena banyak factor yang dapat mempengaruhinya,baik
dari segi SDM nya,kesadaran pelaksana,situasi,dan Sumber dana yang ada .
Sehingga kita belum dapat menciptakan Indonesia yang siap untuk menaggulangi
terjadinya bencana alam yang cepat,tepat,dan benar.Dan kita belum dapat
menyiapkan Indonesia sebagai Negara yang mampu dalam proses pengelolaan
sampah dengan cara yang benar.

DAFTAR PUSTAKA

file:///C:/Users/user/Documents/komunitas/index.php.htm

file:///C:/Users/user/Documents/komunitas/m5o11z-wow-tempat-pembuangan-
sampah-jadi-obyek-wisata…artike.htm

http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-16528-2208100660-Chapter2.pdf

http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/rekayasa_lingkungan/bab2_sistem_pe
nyedian_air_bersih.pdf

Anda mungkin juga menyukai