“OTOT”
KELOMPOK :
2A
ANGGOTA :
JURUSAN BIOLOGI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2019
BAB I
KONTRAKSI OTOT
Dasar molekular untuk kontraksi terbagi menjadi dua bagian yaitu molekul miosin dan
molekul aktin. Molekul miosin terbentuk dari dua rantai protein berat yang identik dan
dua pasang rantai ringan mempunyai ciri yaitu bagian ekor rantai yang berat berpilin
satu sama lain dengan dua kepala protein globular, atau crossbridge, menonjol di salah
satu ujungnya, crossbridge menghubungkan filamen tebal ke filamen tipis. Setiap
crossbridge memiliki sisi pengikat aktin, sisi pengikat ATP, dan aktivitas ATPase
(enzim yang menghidrolisis aktivitas ATP), beberapa ratus molekul miosin tersusun
dalam setiap filamen tebal dengan ekor cambuknya yang saling bertumpang tindih dan
kepala globularnya menghadap ke ujung (Sloane, 2003).
Filamen tebal dibangun oleh molekul miosin dan setiap molekul miosin terdiri
dari bentuk batang yang disebut bagian ekor dengan salah satu ujungnya yang
berbentuk bulat yang disebut kepala. Kepala dari molekul miosin dikenal sebagai
jembatan silang . Jembatan silang memiliki dua tempat pengikatan, satu untuk aktin
dan lainnya untuk ATP. Setiap filamen tebal mengandung beratus-ratus molekul
miosin. Dalam keadaan otot tidak berkontraksi, posisi tropomiosin menutupi tempat
pengikatan jembatan silang (kepala miosin). Jika troponin mengikat ion Ca2+ terjadi
perubahan posisi tropomiosin sedemikian rupa sehingga kepala miosin berikatan
dengan aktif site pada aktin akibatnya otot berkontraksi. Jadi kontraksi otot rangka
baru terjadi bila di sarkoplasma banyak terdapat ion Ca2+. Ion Ca2+ ini disimpan
dalam retikulum sarkoplasma yang membentuk triad. Pada otot polos , protein yang
mengikat ion Ca2+ adalah kalmodulin.
Molekul aktin tersusun dari tiga protein dengan ciri yaitu F-aktin fibrosa
terbentuk dari dua rantai globular G-aktin yang berpilin satu sama lain, molekul
tropomiosin membentuk filamen yang memanjang melebihi subunit aktin dan melapisi
sisi yang berkaitan dengan crossbridge miosin, molekul troponin berkaitan dengan
molekuk troposin dan menstabilkan posisi penghalang pada molekul tropomiosin, jika
kalsium (Ca++) tidak ada, tropomiosin dan troponin mencegah terjadinya ikatan antara
aktin dan miosin dan jika kalsium ada, maka reorganisasi troponin-tropomiosin
memungkinkan terjadinya hubungan antara aktin-miosin (Sloane, 2003). Filamen tipis
terdiri dari 2 rantai molekul aktin yang melilit satu dengan yang lainnya dan
mengandung tempat pengikat bagi jembatan silang (cross bridge) dari filamen yang
tebal yang disebut "aktif site". Selain itu filamen tipis juga mengandung protein
tropomiosin dan troponin. Tropomiosin dan troponin dikenal sebagai protein pengatur.
Troponin mempunyai tempat pengikat ion Ca2+.
Kontraksi dibagi menjadi menjadi dua macam yaitu kontraksi after loaded dan
kontraksi preloaded. After loaded disebut juga after stimulated loaded artinya setelah
otot berkontraksi akibat rangsangan barulah otot mendapat pembebanan (after
stimulated loaded). Pembebanan tersebut mempengaruhi sifat kontraksi, yaitu dengan
bertambahnya beban pada kontraksi after loaded, maka jarak pemendekan otot
berkurang dan dengan bertambahnya berat beban pada kontraksi after loaded maka
kecepatan otot berkurang (Campbell, 2004).
Kontraksi preloaded disebut juga prestimulated loaded yaitu kontraksi yang
terjadi apabila otot diberi beban terlebih dahulu sebelum dirangsang untuk
berkontraksi. Berbeda dengan after loaded, masa laten kontraksi pre loaded relatif
lebih cepat sehingga kecepatan pemendekan otot juga menjadi lebih cepat.
Pemendekan otot juga dipengaruhi oleh beban yang diangkat. Semakin besar beban
yang diangkat menyebabkan pada suatu saat resultan kontraksi otot dengan gaya beban
sama dengan nol di mana otot tidak dapat mengangkat beban lagi (Campbell, 2004).
A. Hubungan Gaya dan Kecepatan
Efisiensi keja otot tergantung kepada jumlah beban yang dipindahkannya. Jika otot
berkontraksi dengan tanpa adanya beban, bukan merupakan kerja eksternal. Sedangkan
jika ada beban pada otot maka disebut sebagai kerja eksternal. Jika berat beban
bertambah secara gradual, kecepatan kontraksi akan berkurang hingga waktu dimana
beban sama dengan gaya optimum yang mampu dilakukan oleh otot. Pada fase ini tidak
ada pemendekan otot, jadi kecepatan kontraksi adalah nol.
Gambar 2. Hubungan gaya dan kecepatan pada otot retraktor Octopus pada suhu 180C
(kecepatan diukur berdasarkan kecepatan pemendekan, gaya diukur berdasarkan beban
dalam satuan gram).
B. Periode Refraktori
Jika sedetik stimulus diberikan secara cepat setelah stimulus pertama, tidak akan ada
respon terhadap stimulus tersebut. Periode dimana otot tidak memperlihatkan kontraksi
disebut dengan periode refraktori. Pada otot lurik, periode refraktori sangat singkat
sekitar 0.05 sekon. Dua periode refraktori terdiri atas (a) periode refraktori absolut, dan
(b) periode refraktori relatif. Pada periode refraktori absolut tidak akan ada kontraksi
yang terjadi kendati seberapapun besarnya stimulus yang diberikan. Akan tetapi respon
kedua dapat muncul secara cepat mengikuti selang tertentu ketika stimulus yang lebih
besar dari ambang batas diberikan kepada otot.
Gambar 8. Mekanisme kontraksi dan relaksasi otot sehubungan dengan fungsi ion
kalsium
dan melekat dan terlepasnya kepala myosin dengan aktin.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dari makalah ini, maka dapat diambil beberapa kesimpulan,
yaitu:
1. Dasar molekular untuk kontraksi terbagi menjadi dua bagian yaitu molekul iosin
dan molekul aktin.
2. Tonus otot merupakan kondisi dimana otot-otot viseral mungkin akan tetap berada
dalam kondisi memendek untuk beberapa waktu dalam kegiatan tertentu, terjadi
pada kontraksi otot polos dan jantung. Teori mengenai kontraksi otot yaitu teori
sliding filamen dan teori kontraksi otot Szent Gyorgyi.
3. Proses dalam terjadinya kontraksi otot dopengaruhi peranan Ca2+ baik saat
kontraksi maupun relaksasi.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N.A., J.B. Reece, L.G. Mitchell. 2004. Biologi edisi kelima jilid 3. Erlangga.
Jakarta.
Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta:
EGC