Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KELOMPOK

ILMU REPRODUKSI TERNAK B2

SPERMATOGENESIS

OLEH :

A. Anisa Fajriana Mismar I011 17 1532


A. Andri Tamiyadi I011 17 1504
Zahra Jinan Fadilla I011 17 1510
Endah Dwi Ningrum Sasmito I011 17 1580
Andi Padauleng Meliani I011 17 1508
Ade Irma Rusiana I011 17 1556
Fauziyyah Divayanti I011 17 1544
Suardi I011 17 1512
Andi Irdayanti I011 17 1576
Afriana I011 17 1558

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT.karena atas berkat dan

rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Salam

dan shalawat tidak lupa pula kita panjatkan kepada junjungan kita Rasulullah

SAW.yang merupakan suri teladan bagi kita semua dan telah membawa kita dari

zaman kegelapan menuju ke zaman yang terang benderang seperti sekarang ini.

Terima kasih tidak lupa pula kami ucapkan kepada kedua orang tua yang

telah merawat dan mendidik kita sehingga kita semua masih dapat beraktifitas

seperti sekarang ini.Terima kasih kepada Bapak dosen pembimbing mata kuliah

Ilmu Reproduksi Ternak yang telah banyak mengajarkan ilmu-ilmu yang

bermanfaat untuk kami. Dan terima kasih pula kami ucapkan kepada teman-teman

dan pihak lain yang telah membantu kami dalam menyelesaikan penulisan

makalah ini.

Semoga makalah yang dibuat ini dapat diterima dengan baik.Apabila

terdapat kesalahan semua itu datangnya dari diri kami pribadi sedangkan

kelebihan itu datangnya dari Allah SWT.Wassalamu’alaikum warahmatullahi

wabarakatu.

Makassar, 06 Oktober 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL ................................................................................................... 1

KATA PENGANTAR .............................................................................. 2

DAFTAR ISI ............................................................................................. 3

PENDAHULUAN ..................................................................................... 4

Latar Belakang .................................................................................... 4


Rumusan Masalah ............................................................................... 4
Tujuan Penulisan ................................................................................. 4

PEMBAHASAN ....................................................................................... 5

Pengertian............................................................................................. 1
Tempat terjadi spermatogenesis........................................................... 1
Proses spermatogenesis........................................................................ 2
Hormon yang bertindak dalam spermatogenesis.................................. 5
Struktur sperma..................................................................................... 5
Jenis sperma.......................................................................................... 6
Kecacatan pada spermatogenesis.......................................................... 7

PENUTUP ................................................................................................. 19

Kesimpulan ......................................................................................... 19
Saran ................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 20

3
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ilmu reproduksi ternak merupakan salah satu cabang ilmu yang dipandang

sangat penting kedudukannya dalam kaitannya dengan ilmu peternakan secara

umum. Pengertian reproduksi dapat dijelaskan berdasarkan kata yang

menyusunnya, yakni re yang berarti kembali dan produksi produksi yang berarti

menghasilkan. Jadi, reproduksi dapat diartikan sebagai suatu proses menghasilkan

kembali individu atau makhluk baru serta perkembangbiakan pada ternak.

Pada hewan ternak, alat kelamin jantan umumnya terjadi spermatogenesis.

Spermatogenesis adalah proses dimana spermatogonia berkembang menjadi

spermatosit, tahap masak dari spermatosit yang akan menghasilkan spermatid

dengan jumlah kromosom berkurang (haploid), spermiogenesis merupakan proses

transformasi dari spermatid menjadi spermatozoa.

Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian dari Spermatogenesis ?

2. Bagaimanakah proses Spermatogenesis ?

3. Dimana proses Spermatogenesis ?

4. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi spermatogenesis ?

5. Apakah tahap-tahap dari Spermatogenesis ?

6. Apa saja hormon yang bertindak dalam Spermatogenesis ?

7. Apa saja jenis sperma ?

8. Bagaimanakah perbedaan masing-masing sperma ?

9. Bagaimanakah struktur sperma ?

4
10. Apa kelainan pada spermatogenesis ?

11. Dimana spermatogenesis terjadi ?

Tujuan Penulisan

Tujuan dilakukannya penulisan makalah mengenai spermatogensis yaitu

untuk mengetahui lebih rinci mengenai spermatogenesis dan kami menginginkan

agar pembaca bisa memahami apa yang dimaksud dengan spermatogenesis dan

proses-prosesnya secara lebih rinci.

5
PEMBAHASAN

Pengertian

Spermatogenesis adalah proses pembentukan sel spermatozoa (tunggal :

spermatozoon) yang terjadi di organ kelamin (gonad) jantan yaitu testis di tubulus

seminiferus dan diatur oleh hormon gonadotropin dan testosteron.

Sel spermatozoa, disingkat sperma yang bersifat haploid (n) dibentuk di

dalam testis melewati sebuah proses kompleks. Peralihan dari bakal sel kelamin

yang aktif membelah ke sperma yang masak serta menyangkut berbagai macam

perubahan struktur yang berlangsung secara berurutan.

Tempat Terjadi Spermatogengesis

Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal dengan

melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel. Pematangan sel terjadi di tubulus

seminiferus yang kemudian disimpan dalam epididimis. Tubulus seminiferus

terdiri dari sejumlah besar sel germinal yang disebut spermatogonia (jamak).

Pintalan-pintalan tubulus seminiferus terdapat di dalam ruang-ruang testis

(lobulus testis).

Satu testis umumnya mengandung sekitar 250 lobulus testis. Tubulus

seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel epitel germinal (sel epitel benih) yang

disebut spermatogonia (tunggal = spermatogonium). Spermatogonia terletak di

dua sampai tiga lapisan luar sel-sel epitel tubulus seminiferus. Spermatogonia

terus-menerus membelah untuk memperbanyak diri, sebagian dari spermatogonia

berdiferensiasi melalui tahap-tahap perkembangan tertentu untuk membentuk

sperma.

6
Pada tubulus seminiferus terdapat sel-sel induk spermatozoa atau

spermatogonium, sel Sertoli, dan sel Leydig. Sel Sertoli berfungsi memberi

makan spermatozoa sedangkan sel Leydig yang terdapat di antara tubulus

seminiferus berfungsi menghasilkan testosteron.

Spermatogonia terletak didua sampai tiga lapis luar sel-sel epitel tubulus

seminiferus. Spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap-tahap perkembangan

tertentu untuk membentuk sperma.

Faktor Yang Mempengaruhi Spermatogenesis

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi spermatogenesis yaitu:

1. Peningkatan suhu di dalam testis akibat demam berkepanjangan atau akibat

panas yang berlebihan bisa menyebabkan berkurangnya jumlah sperma,

berkurangnya pergerakan sperma dan meningkatkan jumlah sperma yang

abnormal di dalam semen. Pembentukan sperma yang paling efisien adalah

pada suhu 33,5° (lebih rendah dari suhu tubuh). Testis bisa tetap berada pada

7
suhu tersebut karena terletak di dalam skrotum (kantung zakar) yang berada

diluar rongga tubuh.

2. Faktor lain yang mempengaruhi jumlah sperma adalah pemakaian marijuana

atau obat-obatan (misalnya simetidin, spironolakton dan nitrofurantoin).

3. Penyakit serius pada testis atau penyumbatan atau tidak adanya vas deferens

(kiri dan kanan) bisa menyebabkan azospermia (tidak terbentuk sperma sama

sekali.

4. Varikokel merupakan kelainan anatomis yang paling sering ditemukan pada

kemandulan pria. Varikokel adalah varises (pelebaran vena) di dalam

skrotum.Varikokel bisa menghalangi pengaliran darah dari testis dan

mengurangi laju pembentukan sperma.

5. Temperature, pada suhu panas metobolisme sperma naik, daya hidup sperma

turun, jika suhu dingin kebalikannya.

6. Ph

7. Hormone, testosterone tinggi akan menurunkan metabolism.

8. Umur

9. Berat badan

10. Kesehatan

11. Makanan

12. Iklim

13. Keturunan

8
Proses Spermatogenesis

Tahap pembentukan spermatozoa dibagi tiga tahap, yaitu :

1. Tahapan Spermatocytogenesis

Spermatocytogenesis merupakan spermatogonia yang mengalami mitosis

berkali-kali yang akan menjadi spermatosit primer.Spermatogonia merupakan

struktur primitif dan dapat melakukan reproduksi (membelah) dengan cara

mitosis. Spermatogonia ini mendapatkan nutrisi dari sel-sel sertoli dan

berkembang menjadi spermatosit primer.

9
Spermatogonia yang bersifat diploid (2n atau mengandung 23 kromosom

berpasangan), berkumpul di tepi membran epitel germinal yang disebut

spermatogonia tipe A. Spermatogonia tipe A membelah secara mitosis menjadi

spermatogonia tipe B. Kemudian, setelah beberapa kali membelah, sel-sel ini

akhirnya menjadi spermatosit primer yang masih bersifat diploid

Spermatosit primer mengandung kromosom diploid (2n) pada inti selnya

dan mengalami meiosis. Satu spermatosit akan menghasilkan dua sel anak, yaitu

spermatosit sekunder.

2. Tahapan Meiois

Spermatosit primer menjauh dari lamina basalis, sitoplasma semakin

banyak dan segera mengalami meiosis I menghasilkan spermatosit sekunder yang

n kromosom (haploid). Spermatosit sekunder kemudian membelah lagi secara

meiosis II membentuk empat buah spermatid yang haploid juga.

Sitokenesis pada meiosis I dan II ternyata tidak membagi sel benih yang lengkap

terpisah, tapi masih berhubungan lewat suatu jembatan (Interceluler bridge).

Dibandingkan dengan spermatosit I, spermatosit II memiliki inti yang gelap.

10
3. Tahapan Spermiogenesis

Merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang meliputi 4

fase yaitu fase golgi, fase tutup, fase akrosom dan fase pematangan. Hasil akhir

berupa empat spermatozoa (sperma) masak. Ketika spermatid dibentuk pertama

kali, spermatid memiliki bentuk seperti sel-sel epitel. Namun, setelah spermatid

mulai memanjang menjadi sperma, akan terlihat bentuk yang terdiri dari kepala

dan ekor.

Bila spermatogenesis sudah selesai, maka ABP testosteron (Androgen

Binding Protein Testosteron) tidak diperlukan lagi, sel Sertoli akan

menghasilkan hormon inhibin untuk memberi umpan balik kepada hipofisis agar

menghentikan sekresi FSH dan LH.

Spermatozoa akan keluar melalui uretra bersama-sama dengan cairan yang

dihasilkan oleh kelenjar vesikula seminalis, kelenjar prostat dan kelenjar cowper.

Spermatozoa bersama cairan dari kelenjar-kelenjar tersebut dikenal sebagai semen

atau air mani. Pada waktu ejakulasi, seorang laki-laki dapat mengeluarkan 300 –

400 juta sel spermatozoa.

11
Hormon Yang Bertindak Dalam Spermatogenesis

Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa

hormon, diantaranya:

a. Kelenjer hipofisis

Kelenjar hipofisis menghasilkan hormon peransang folikel (Folicle Stimulating

Hormon/FSH) dan hormonlutein (Luteinizing Hormon/LH).

b. LH (Luteinizing Hormone)

LH merangsang sel leydig untuk menghasilkan hormone testosteron. Pada masa

pubertas, androgen/testosterone memacu tumbuhnya sifat kelamin sekunder.

c. FSH (Folicle Stimulating Hormone)

FSH merangsang sel Sertoli untuk menghasilkan ABP (Androgen Binding

Protein) yang akan memacu spermatogonium untuk memulai spermatogenesis.

d. Hormon pertumbuhan

Hormon pertumbuhan secara khusus meningkatkan pembelahan awal pada

spermatogenesis.

Semua proses spermatogenesis dikontrol oleh sistem endokrin, yaitu oleh

hormon gonadothropin seperti hormon FSH, ICGSH dan androgen. Rangkaian

kejadian pengendalian hormon terhadap spermatogenesis pada sapi jantan adalah

a. Sapi jantan pada waktu pubertas dicapai hormon FSH mempengaruhi sel

Leydig untuk menghasilkan hormon androgen (hormon jantan).

b. Androgen membuat epitel germinalis dari tubulus seminifrus bereaksi

terhadap FSH.

c. FSH menyebabkan dimulainya spermatogenesis dengan adanya pembelahan

sel di spermatogonia.

12
d. Spermatogenesis diatur oleh FSH, LH dan androgen serta estrogen.

e. Androgen terhadap seluruh organ kelamin jantan membantu mempertahankan

kondisi yang optimum terhadap spermatogenesis, transportasi spermatozoa

dan penempatannya di daerah yang terjadi pembuahan.

Struktur Sperma

Sperma diproduksi di testis. Pria mulai memproduksi sperma saat pubertas

(kurang lebih usia 15 tahun), dan sebagian besar pria mempunyai sperma dewasa

sampai usia tua. Sperma diproduksi sebanyak 300 juta per hari, dan mampu

bertahan hidup selama 48 jam setelah ditempatkan di dalam vagina wanita. Rata-

rata volume air mani untuk setiap ejakulasi adalah 2.5 sampai 6 ml, dan rata-rata

jumlah sperma yang diejakulasikan adalah 40-100 juta per ml.

Struktur sperma :

1. Kepala (caput)
Kepala (caput) terdiri dari sel berinti tebal dengan hanya sedikit sitoplasma,

mengandung inti (nukleus) dengan kromosom dan bahan genetiknya. Pada bagian

membran permukaan di ujung kepala sperma terdapat selubung tebal yang

disebut akrosom. Akrosom mengandung enzim hialuronidase dan proteinase yang

berfungsi untuk menembus lapisan pelindung ovum.

13
2. Leher (cervix)

Leher (cervix) menghubungkan kepala (caput) dengan badan.

3. Badan (corpus)

Badan (corpus) banyak mengandung mitokondria yang berfungsi sebagai

penghasil energi untuk pergerakan sperma.

4. Ekor (cauda)

Ekor (cauda) berfungsi untuk mendorong spermatozoa masak ke dalam vas

deferens dan ductus ejakulotoris.

Jenis Sperma

Sperma terbagi menjadi dua yaitu, Sperma X dan Sperma Y. Pada

manusia, jenis kelamin anak ditentukan oleh sel sperma. spermatozoa yang

membawa kromosom Y akan menghasilkan keturunan (XY) laki-laki, sementara

spermatozoa dengan kromosom X akan menghasilkan keturunan (XX) perempuan

(ovum selalu memberikan kromosom X).

Sperma X dan Y dapat dibedakan berdasarkan perbedaan bentuk dan

ukuran, variasi ukuran kromosom Y, kemampuan bergerak, serta umur sel, dan

juga elektrisitas dan sifat kimiawinya. Namun yang akan dibahas kali ini adalah

dalam beda bentuk ukuran, kemampuan bergerak, dan umur sel.

Sperma Y (pria) bergerak lebih cepat, ukurannya relatif lebih kecil, namun

umurnya lebih pendek. Sebaliknya, sperma X lebih kurang 3% lebih gemuk,

14
bentuknya lebih bulat, dengan bentuk dan ukuran yang demikian, sperma X

bergerak lebih lambat. Namun mereka memiliki daya tahan hidup yang lebih

lama. Sperma Y dapat bertahan hidup di dalam saluran reproduksi wanita selama

12 hingga 24 jam, sedangkan sperma X sanggup bertahan hingga 2 hari.

Kecacatan Pada Spermatogenesis

1. Nondisjunction

Misalnya pada SyndromTurner. Penyebab kelainan sindrom turner

iniadalah tidak mendapatkan kromosom Y; terjadi karenaada nondisjunction pada

spermatogenesis sehingga sperma yang dihasilkan adalah sperma XY dan sperma

O. Sperma O (tidak mempunyai kromosom kelamin) kemudian membuahi ovum

X, maka terbentuklah individu 44 A + X.‡

2. Sperma berkepala dua

Ancaman lingkungan dapat mengubah proses pembentukan sperma

normal. Sebagai contoh, beberapa antibiotik umum seperti penisilin dan tetrasiklin

dapat menekan pembentukan sperma. Radiasi, timbal, pestisida tertentu, ganja,

tembakau, dan alkohol yang berlebihan dapat menyebabkan produksi sperma yang

abnormal (dua berkepala, dll beberapa ekor).

3. Sperma tanpa akrosom

4. Oligospermia

Oligospermia adalah suatu keadaan dimana sel sperma berkurang dalam

cairan semen . Paling sering oligospermia disebabkan oleh karena varicocele , diet

yang terlalu ketat , merokok , minum alkohol , menggunakan obat-obat

psikotropika , menggunakan pakaian dalam yang terlalu ketat , stress , terlalu

sering melakukan hubungan seksual sehingga kuaalitas sperma kurang baik

15
(normalnya seminggu 1-2 kali terutama pada saat wanita sedang masa subur ) ,

hindari menggunakan pelumas pada saat berhubungan karena dapat

mempengaruhi kondisi sperma.

5. Azoospermia

Azoospermia adalah tidak adanya spermatozoa pada cairan ejakulasi

(semen). 1-5 Azoospermia ditemukan dalam 10% dari kasus infertilitas pria.1,3,4

Azoospermia terjadi karena adanya obstruksi saluran reproduksi atau vas

deferens (azoospermia obstruksi) atau adanya kegagalan testis memproduksi

spermatozoa (azoospermianon-obstruksi).

16
PENUTUP

Kesimpulan

1. Spermatogenesis adalah Proses pembentukan dan pemasakan spermatozoa.

Spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferus.

2. Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal melalui proses

pembelahan dan diferensiasi sel, yang bertujuan untuk membentuk sperma

fungsional.

3. Tahap – tahap spermatogenesis :

a. Pada dinding tubulus seminiferus telah ada calon sperma

(spermatogonium/spermatogonia) yang berjumlah ribuan.

b. Setiap spermatogonia melakukan pembelahan mitosis kemudian

mengakhiri sel somatisnya membentuk spermatosit primer yang siap

miosis.

c. Spermatosit primer (2n) melakukan pembelahan meiosis pertama

membentuk 2 spermatosit sekunder (n).

d. Tiap spermatosit sekunder melakukan pembelahan meiosis kedua,

menghasilkan 2 spermatid yang bersifat haploid (n).

e. Keempat spermatid ini berkembang menjadi sperma matang yang

bersifat haploid yang semua fungsional , yang berbeda dengan oogenesis

yang hanya 1 yang fungsional.

4. Struktur sperma matang terdiri dari : kepala , leher , badan, dan ekor.

5. Jenis sperma terdiri dari sperma X dan sperma Y.

17
6. Hormon yang bertindak dalam spermatogenesis : Kelenjer hipofisis, LH

(Luteinizing Hormone), FSH (Folicle Stimulating Hormone), hormon

pertumbuhan.

7. Kecacatan pada spermatogenesis :Nondisjunction, Sperma berkepala dua,

Sperma tanpa akrosom, Oligospermia, Azoospermia.

8. Oogenesis adalah proses pembentukan sel telur (ovum) di dalam ovarium.

9. Tahapan oogenesis :

a. Sel-Sel Kelamin Primordial

b. Folikel Primordial

c. Oosit Primer

d. Pembelahan Meiosis Pertama

e. Oosit Sekunder

10. Hormon-hormon yang berperan dalam oogenesis diantaranya GnRH, LH,

FSH, Estrogen, HCG.

11. Struktur ovum diantaranya Membran Vitellin, Zona Pellusida, Korona

Radiata yang merupakan bagian pelindung ovum.

12. Perbedaan spermatogenesis dan oogonesis dapat dilihat pada hasil akhir,

tempat terjadi, proses, sifat, ukuran, waktu berlangsung, dan fase

pertumbuhan.

Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kata

sempurna.Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan masukan dari pembaca

agar makalah ini dapat disusun lebih baik lagi.

18
DAFTAR PUSTAKA

Marimbi, Hanum. 2010. BIOLOGI REPRODUKSI. Yogyakarta: Nuha Medika

Frandson. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada Univercity.


Yogyakarta.

Partodiharjo, Soebadi. 1987. Ilmu Reproduksi Hewan. Jakarta : Mutiara Sumber


Widya.

Toelihere, Mozes R. 1977. Fisiologi Reproduksi Hewan Ternak. Bandung:


Angkasa.

Salisbury, G. W. dan Van Denmark, N. L. 1985. Fisiologi Reproduksi


dan Inseminasi Buatan pada Sapi. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.

19

Anda mungkin juga menyukai