Anda di halaman 1dari 11

Nama : Putri Nur Asyifa

NIM : P07124218008
Program Studi : Sarjana Terapan
Mata Kuliah : Penyakit – Penyakit Bedah yang Menyertai Kehamilan, Persalinan, dan Nifas

Pengaruh Fraktur Terhadap Kehamilan, Persalinan, dan Nifas

A. Pengertian Fraktur
Fraktur merupakan istilah dari hilangnya kontinuitas tulang, baik yang
bersifat total maupun sebagian,biasanya disebabkan oleh trauma. Terjadinya suatu
fraktur lengkap atau tidak lengkap ditentukanoleh kekuatan, sudut dan tenaga,
keadaan tulang, serta jaringan lunak di sekitar tulang (Mahartha, Maliawan and
Kawiyana, 2013).
Fraktur atau patah tulang dapat terjadi pada tulang normal maupun abnormal.
Fraktur adalah terputusnya sambungan tulang yang ditentukan dari jenis dan luasnya.
Prevalensi pada wanita cenderung diakibatkan karena perubahan hormon dan
osteoporosis. Pada neonatus, fraktur terjadi karena efek saat persalinan. Mekanisme
yang dapat menyebabkan trauma persalinan diantaranya trauma persalinan mekanik,
yaitu saat terjadi tekanan dan penarikan yang kuat terhadap bayi saat persalinan.

B. Etiologi
Menurut Appley & Solomon (1995) yang dapat menyebabkan fraktur adalah
sebagai berikut :
1. Traumatik, Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan ,
yang dapat berupa pukulan, penghancuran penekukan, penarikan
berlebihan. Bila terkena kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat yang
terkena dan jaringan lunaknya pun juga rusak
2. Kelelahan atau tekanan berulang-ulang, Retak dapat terjadi pada tulang
seperti halnya pada logam dan benda lain akibat tekanan yang berulang-ulang.
Keadaan ini paling banyak ditemukan pada tibia fibula, terutama pada atlit atau
penari.
3. Kelemahan dan abnormal pada tulang (patologis), Fraktur dapat terjadi pada
tekanan yang normal jika tulang itu lemah atau tulang itu sangat rapuh.
C. Klasifikasi
Penampikan fraktur dapat sangat bervariasi tetapi untuk alasan yang praktis ,
dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu:
1. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan).

Gambar 1: Fraktur Tertutup dan Terbuka


a. Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa
komplikasi
b. Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara hubungan
antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit.
2. Berdasarkan komplit atau ketidak komplitan fraktur.

Gambar 2 : Fracture Types


a. Fraktur Komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui
kedua korteks tulang.
b. Fraktru Inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang
seperti:
1) Hair Line Fraktur (patah retidak rambut)
2) Buckle atau Torus Fraktur, bila terjadi lipatan dari satu korteks dengan
kompresi tulang spongiosa di bawahnya.
3) Green Stick Fraktur, mengenai satu korteks dengan angulasi korteks lainnya
yang terjadi pada tulang panjang.
3. Berdasarkan bentuk garis patah dan hubbungannya dengan mekanisme trauma.
a. Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan
akibat trauma angulasi atau langsung.
b. Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap
sumbu tulang dan meruakan akibat trauma angulasijuga.
c. Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan
trauma rotasi.
d. Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang
mendorong tulang ke arah permukaan lain.
e. Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot
pada insersinya pada tulang.
4. Berdasarkan jumlah garis patah.
a. Fraktur Komunitif : fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling
berhubungan.
b. Fraktur Segmental : fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
berhubungan.
c. Fraktur Multiple : fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
pada tulang yang sama.
5. Berdasarkan pergeseran fragmen tulang.
a. Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap ttetapi kedua fragmen
tidak bergeser dan periosteum masih utuh.
b. Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga disebut
lokasi fragmen, terbagi atas :
1) Dislokasi ad longitudinam cum contractionum (pergeseran searah sumbu dan
overlapping).
2) Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut).
3) Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling menjauh).
6. Berdasarkan posisi frakur sebatang tulang terbagi menjadi tiga bagian :
a. 1/3 proksimal
b. 1/3 medial
c. 1/3 distal
7. Fraktur Kelelahan : fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang.
8. Fraktur Patologis : fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang. Pada
fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan lunak
sekitar trauma, yaitu :
a. Tingkat 0 : fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa ceddera jaringan lunak
sekitarnya.
b. Tingkat 1 : fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan
subkutan.
c. Tingkat 2 : fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian dalam
dan pembengkakan.
d. Tingkat 3 : cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan
ancaman sindroma kompartement.

D. Komplikasi
Komplikasi fraktur meliputi :
1. Komplikasi Awal
a. Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi,
cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang
disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit,
tindakan reduksi, dan pembedahan.
b. Kompartement Syndrom
Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi karena
terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini
disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan
pembuluh darah. Selain itu karena tekanan dari luar seperti gips dan pembebatan
yang terlalu kuat.
c. Fat Embolism Syndrom
Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang sering terjadi
pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak yang
dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran darah dan menyebabkan tingkat
oksigen dalam darah rendah yang ditandai dengan gangguan pernafasan,
tachykardi, hypertensi, tachypnea, demam.
d. Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma
orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini
biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan
bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
e. Avaskuler Nekrosis Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke
tulang rusak atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali
dengan adanya Volkman’s Ischemia.
f. Shock Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini
biasanya terjadi pada fraktur.
2. Komplikasi Dalam Waktu Lama
a. Delayed Union Delayed Union
Merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang
dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan karena penurunan suplai
darah ke tulang.
b. Nonunion
Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi dan memproduksi
sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan. Nonunion ditandai
dengan adanya pergerakan yang berlebih pada sisi fraktur yang membentuk sendi
palsu atau pseudoarthrosis. Ini juga disebabkan karena aliran darah yang kurang.
c. Malunion
Merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan meningkatnya tingkat
kekuatan dan perubahan bentuk (deformitas). Malunion dilakukan dengan
pembedahan dan reimobilisasi yang baik.

E. Diagnosis Fraktur
Gejala klasik fraktur adalah adanya riwayat trauma, rasa nyeri dan bengkak
di bagian tulang yang patah, deformitas (angulasi, rotasi, diskrepansi),
gangguan fungsi muskuloskeletalakibat nyeri, putusnya kontinuitas tulang, dan
gangguan neurovaskuler. Apabila gejala klasik tersebut ada, secara klinis
diagnose fraktur dapat ditegakkan walaupun jenis konfigurasinya belum dapat
ditentukan. Anamnesis dilakukan untuk menggali riwayat mekanisme cedera (posisi
kejadian) dan kejadian-kejadian yang berhubungan dengan cedera tersebut.
riwayat cedera atau fraktur sebelumnya, riwayat sosial ekonomi, pekerjaan, obat-
obatan yang dia konsumsi, merokok, riwayat alergi dan riwayat osteoporosis serta
penyakit lain. (Mahartha, Maliawan and Kawiyana, 2013)

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Radiologi
Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah “pencitraan” menggunakan
sinar rontgen ( Sinar – X ). Untuk mendapatkan gambaran 3 dimensi keadaan dan
kedudukan tulang yang sulit, maka diperlukan 2 proyeksi yaitu AP atau PA dan lateral.
Dalam keadaan tertentu diperlukan proyeksi tambahan (khusus) ada indikasi untuk
memperlihatkan pathologi yang dicari karena adanya superposisi. Perlu disadari
bahwa permintaan Sinar - X harus atas dasar indikasi kegunaan. Pemeriksaan
penunjang dan hasilnya dibaca sesuai dengan permintaan. Hal yang harus dibaca pada
Sinar – X mungkin dapat di perlukan teknik khusus, seperti hal – hal sebagai berikut.
a. Tomografi : menggambarkan tidak satu struktur saja tapi struktur yang lain
tertutup yang sulit divisualisasi. Pada kasus ini ditemukan kerusakan struktur
yang kompleks dimana tidak pada satu struktur saja tapi pada struktur lain juga
mengalaminya.
b. Myelografi: menggambarkan cabang-cabang saraf spinal dan pembuluh darah di
ruang tulang vertebrae yang mengalami kerusakan akibat trauma.
c. Arthrografi: menggambarkan jaringan-jaringan ikat yang rusak karena ruda
paksa.
d. Computed Tomografi-Scanning: menggambarkan potongan secara transversal
dari tulang dimana didapatkan suatu struktur tulang yang rusak.
2. Pemeriksaan Laboratorium
a. Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahap penyembuhan tulang.
b. Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan kegiatan
osteoblastik dalam membentuk tulang. Enzim otot seperti Kreatinin Kinase,
Laktat Dehidrogenase (LDH-5), Aspartat Amino Transferase (AST), Aldolase
yang meningkat pada tahap penyembuhan tulang.
c. Hematokrit dan leukosit akan meningkat
3. Pemeriksaan lain-lain
a. Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitivitas: didapatkan
mikroorganisme penyebab infeksi.
b. Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama dengan pemeriksaan
diatas tapi lebih diindikasikan bila terjadi infeksi.
c. Elektromyografi: terdapat kerusakan konduksi saraf yang diakibatkan fraktur.
d. Arthroscopy : didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena trauma yang
berlebihan.
e. Indium Imaging : pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi pada tulang.
f. MRI : menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.
G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
a. Recognisi atau pengenalan adalah riwayat kecelakaan derajat keparahannya,
prinsip pertama yaitu mengetahui dan menilai keadaan fraktur dengan anamnesis,
pemeriksaan klinik dan radiologis.
b. Reduksi adalah usaha manipulasi fragmen tulang patah untuk kembali seperti
asalnya, reduksi ada dua macam yaitu reduksi tertutup ( tanpa operasi), contohnya
dengan traksi dan reduksi terbuka (dengan operasi), contohnya dengan fiksasi
internal dengan pemasangan pin, kawat,sekrup atau batangan logam
c. Retensi adalah metode untuk mempertahankan fragmen selama penyembuhan,
dengan fiksasi internal maupun fiksasi eksternal, contohnya GIPS yaitu alat
immobilisasi eksternal yang kaku dan dicetak sesuai bentuk tubuh yang dipasang.
d. Rehabilitasi dimulai segera dan sesudah dilakukan pengobatan untuk menghindari
kontraktur sendi dan atrofi otot. Tujuannya adalah mengurangi oedema,
mempertahankan gerakan sendi, memulihkan kekuatan otot, dan memandu pasien
kembali ke aktivitas normal.
e. ORIF yaitu pembedahan untuk memperbaiki fungsi dengan mengembalikan
stabilitas dan mengurangi nyeri tulang yang patah yang telah direduksi dengan
skrap, paku, dan pin logam.
f. Traksi yaitu pemasangan tarikan ke bagian tubuh, beratnya traksi disesuaikan
dengan spasme otot yang terjadi.
2. Perawatan klien fraktur
a. Fraktur tertutup
Tirah baring diusahakan seminimal mungkin latihan segera dimulai untuk
mempertahankan kekuatan otot yang sehat, dan untuk meningkatkan otot yang
dibutuhkan untuk pemindahan mengunakan alat bantu ( tongkat ) klien diajari
mengontrol nyeri sehubungan fraktur dan trauma jaringan lunak.
b. Fraktur terbuka
Pada fraktur terbuka terdapat risiko infeksi osteomielitis, gas ganggren, dan
tetanus, tujuan perawatan untuk meminimalkan infeksi agar penyembuhan luka
atau fraktur lebih cepat, luka dibersihkan, didebridemen dan diirigasi.
3. Penatalaksanaan kedaruratan
Klien dengan fraktur, penting untuk mengimobilisasi bagian tubuh yang terkena
segera sebelum klien dipindahkan. Daerah yang patah harus di sangga diatas dan
dibawah tempat patah untuk mencegah gerakan rotasi. Immobilisasi tulang panjang
ekstremitas bawah dapat juga dilakukan dengan membebat kedua tungkai bersama.
Pada cidera ekstremitas atas lengan dapat dibebatkan ke dada. Peredaran di distal
cidera harus dikaji untuk menentukan kecukupan perfusi jaringan perifer. Luka
ditutup dengan kasa steril.

H. Proses Penyembuhan Tulang


Tulang bisa beregenerasi sama seperti jaringan tubuh yang lain. Fraktur
merangsang tubuh untuk menyembuhkan tulang yang patah dengan jalan membentuk
tulang baru diantara ujung patahan tulang. Tulang baru dibentuk oleh aktivitas sel-sel
tulang. Ada lima stadium penyembuhan tulang, yaitu:
1. Stadium Satu-Pembentukan Hematoma, Pembuluh darah robek dan terbentuk
hematoma disekitar daerah fraktur. Sel-sel darah membentuk fibrin guna
melindungi tulang yang rusak dan sebagai tempat tumbuhnya kapiler baru dan
fibroblast. Stadium ini berlangsung 24 – 48 jam dan perdarahan berhenti sama
sekali.
2. Stadium Dua-Proliferasi Seluler, Pada stadium ini terjadi proliferasi dan
differensiasi sel menjadi fibro kartilago yang berasal dari periosteum,`endosteum,
dan bone marrow yang telah mengalami trauma. Sel-sel yang mengalami
proliferasi ini terus masuk ke dalam lapisan yang lebih dalam dan disanalah
osteoblast beregenerasi dan terjadi proses osteogenesis. Dalam beberapa hari
terbentuklah tulang baru yang menggabungkan kedua fragmen tulang yang patah.
Fase ini berlangsung selama 8 jam setelah fraktur sampai selesai, tergantung
frakturnya.
3. Stadium Tiga-Pembentukan Kallus, Sel–sel yang berkembang memiliki potensi
yang kondrogenik dan osteogenik, bila diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan
mulai membentuk tulang dan juga kartilago. Populasi sel ini dipengaruhi oleh
kegiatan osteoblast dan osteoklast mulai berfungsi dengan mengabsorbsi sel-sel
tulang yang mati. Massa sel yang tebal dengan tulang yang imatur dan kartilago,
membentuk kallus atau bebat pada permukaan endosteal dan periosteal.
Sementara tulang yang imatur (anyaman tulang ) menjadi lebih padat sehingga
gerakan pada tempat fraktur berkurang pada 4 minggu setelah fraktur menyatu.
4. Stadium Empat-Konsolidasi, Bila aktivitas osteoclast dan osteoblast berlanjut,
anyaman tulang berubah menjadi lamellar. Sistem ini sekarang cukup kaku dan
memungkinkan osteoclast menerobos melalui reruntuhan pada garis fraktur, dan
tepat dibelakangnya osteoclast mengisi celah-celah yang tersisa diantara fragmen
dengan tulang yang baru. Ini adalah proses yang lambat dan mungkin perlu
beberapa bulan sebelum tulang kuat untuk membawa beban yang normal.
5. Stadium Lima-Remodelling, Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang
yang padat. Selama beberapa bulan atau tahun, pengelasan kasar ini dibentuk
ulang oleh proses resorbsi dan pembentukan tulang yang terus-menerus. Lamellae
yang lebih tebal diletidakkan pada tempat yang tekanannya lebih tinggi, dinding
yang tidak dikehendaki dbapakang, rongga sumsum dibentuk, dan akhirnya
dibentuk struktur yang mirip dengan normalnya.

I. Pengaruh Fraktur terhadap Kehamilan, Persalinan, dan Nifas


Fraktur dapat mempengaruhi kehamilan tergantung lokasi atau area yang
terlibat fraktur. Jika fraktur terjadi di tulang panggul atau tulang belakang bisa
berpengaruh pada proses persalinan nanti, dan jika fraktur terjadi di ekstremitas
kemungkinan tidak berpengaruh pada kehamilan, hanya saja pada saat proses
penanganan fraktur tersebut dengan menggunakan metode yang tidak mempengaruhi
kondisi kehamilan.
Lama penyembuhan patah tulang biasanya 6-12 bulan. Secara keseluruhan
waktu penyembuhannya bervariasi bergantung pada jenis patah tulang (terbuka atau
tertutup), jenis fraktur, lokasi patah tulang, derajat kerusakan dan pendarahannya.
Sebenarnya tidak ada hubungan langsung antara kehamilan dengan proses
penyembuhan patah tulang. Namun hal ini dapat berpengaruh pada mobilitas pada
ibu hamil yang terbatas dan ini akan berpengaruh dengan berat badan, persiapan
persalinan nantinya.
Pengobatan yang tepat pada patah tulang yang aman untuk ibu yang sedang
hamil juga bergantung pada jenis, lokasi dan derajat kerusakannya. Jadi harus
berkonsultasi langsung dengan dokter untuk mengetahui pengobatan terbaik dan aman
bagi kondisi ibu hamil.
Proses penyembuhan tulang dapat dibantu dengan asupan nutrisi yang tepat
dengan makanan bergizi secara seimbang yang mengandung karbohidrat, lemak,
protein, mineral yang cukup untuk membentuk kembali jaringan yang rusak.
Penambahan suplemen kalsium, vitamin D dan vitamin C secukupnya juga
diperlukan. Kalsium berperan dalam pembentukan tulang, vitamin D membantu
penyerapan kalsium secara maksimal, sedangkan Vitamin C membantu produksi
kolagen yang dibutuhkan untuk proses penyembuhan tulang. Selain itu, sebaiknya
hindari aktifitas atau gerakan yang memberikan beban terhadap tulang yang patah.
Lakukan latihan atau rehabilitasi untuk menambah kekuatan otot dan mempercepat
penyembuhan. Dengan melakukan pengobatan dan memenuhi asupan nutrisi dengan
tepat kemungkinan akibat dari fraktur tidak berpengaruh pada masa nifas.

Daftar Pustaka

Corwin, EJ, 2000. Buku Saku Patofisiologi (Handbook Of Pathophysiology). Jakarta :


EGC.
Mahartha, G. R. A., Maliawan, S. and Kawiyana, K. S. (2013) ‘Manajemen Fraktur
Pada Trauma Muskuloskeletal’, e-Jurnal Medika Udayana.
https://www.klikdokter.com/tanya-dokter/read/3611246/penyembuhan-patah-tulang-
pada-kehamilan, Diakses pada tanggal : 1 Desember 2019

https://www.academia.edu/36086578/KOREKSI_PAK_ARIF_Makalah_Fraktur_Lengkap ,
Diakses pada tanggal : 1 Desember 2019
Price, AS, dan Wilson, LM, 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses
Penyakit Edisi 6. Jakarta : EGC.
Gambar 1 : http://rebelle.club/fraktur-terbuka-dan-tertutup-43.html, Diakses pada
tanggal 1 Desember 2019.
Gambar 2 : https://www.dictio.id/t/apa-pertolongan-pertama-pada-orang-yang-cidera-
patah-tulang-atau-fraktura/51366, Diakses pada tanggal 1 Demseber 2019.

Anda mungkin juga menyukai