Disusun Oleh :
Dwi Ananti S.Tr. Kep.
P27220019 200
1
KEJANG DEMAM PADA ANAK
A. Pengertian
Kejang demam adalah ganguan neurologis yang paling sering ditemukan pada
anak, hal ini terutama pada rentang usia 4 bulan sampai 4 tahun. Berbagai
kesimpulan telah dibuat oleh para peneliti bahwa kejang demam bisa berhubungan
dengan usia, tingkatan suhu tubuh serta kecepatan peningkatan suhu tubuh,
termasuk faktor hereditas juga berperan terhadap bangkitan kejang demam lebih
banyak dibandingkan dengan anak normal (Sodikin, 2012).
Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang terjadi
pada kenaikan suhu tubuh (rektal diatas 380 C), yang disebabkan oleh proses
ekstrakranium. Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering
dijumpai pada anak terutama pada golongan anak umur 6 bulan sampai 4 tahun.
(Ngastiyah, 2010)
Kejang demam adalah kejang pada anak antara usia 6 bulan sampai 5 tahun
yang disebabkan karena anak mengalami demam lebih dari 102ºF atau 39ºC.
Tetapi kejang tidak harus terjadi ketika suhu lebih dari 39ºC karena pada pada
demam yang temperaturnya lebih rendah dari 39ºC pun juga dapat terjadi kejang
(Marmi, 2011).
Jadi dapat disimpulkan kejang demam adalah kejang yang diakibatkan karena
gangguan syaraf otak pada anak – anak. Gangguan syaraf otak tersebut terjadi
karena disebabkan kenaikan suhu (suhu rektal di atas 38 C).
B. Etiologi Menurut Suryanti 2011, penyebab kejang demam yaitu:
A. Demam itu sendiri yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan
atas, otitis media, pneumonia, gastroentritis, dan infeksi saluran kemih.
B. Efek produk toksik dari pada mikroorganisme.
C. Respon alergik atau keadaan umum yang abnormal oleh infeksi.
2
D. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit.
E. Ensefalitis viral (radang otak akibat virus)
C. Klasifikasi Kejang Demam
Klasifikasi kejang demam dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Kejang demam sederhana
Kejang demam yang berlangsung singkat kurang dari 15 menit, dan umumnya
akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk tonik dan klonik, tanpa gerakan fokal.
Kejang tidak berulang selama 24 jam.
2. Kejang demam kompleks
Kejang lama lebih dari 15 menit, kejang fokal atau persial, kejang berulang
atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam (Wulandari &Erawati, 2016)
D. Tanda dan Gejala Djamaludin (2010) memaparkan tanda dan gejala anak yang
mengalami kejang demam adalah sebagai berikut :
1. Demam
2. Saat kejang, anak kehilangan kesadaran, kadang – kadang nafas dapat
berhenti beberapa saat.
3. Tubuh, termasuk tangan dan kaki jadi kaku, kepala terkulai
kebelakang, disusul gerakan kejut yang kuat.
4. Warna kulit berubah pucat, bahkan dapat membiru, dan bola mata naik
ke atas.
5. Gigi terkatup dan kadang disertai muntah.
6. Nafas dapat berhenti beberapa saat.
7. Anak tidak dapat mengontrol buang air besar dan kecil.
E. Patofisiologi
Infeksi yang terjadi pada jaringan diluar kranial seperti tonsilitis, otitis
media akut, bronkitis penyebab terbanyaknya adalah bakteri yang bersifat toksik.
3
Toksik yang dihasilkan oleh mikroorganisme dapat menyebar keseluruh tubuh
melalui hematogen maupun limfogen.
Penyebaran toksik keseluruh tubuh akan direspon oleh hipotalamus dengan
menaikan pengaturan suhu di hipotalamus sebagai tanda tubuh mengalami bahaya
secara sistemik. Naiknya pengaturan suhu dihipotalamus akan merangsang
kenaikan suhu tubuh dibagian yang lain seperti otot, kulit sehingga terjadi
peningkatan kontraksi otot.
Naiknya suhu di hipotalamus, otot, kulit dan jaringan tubuh yang lain akan
disertai pengeluaran mediator kimia seperti epinefrin dan prostlaglandin.
Pengeluaran mediator kimia ini dapat merangsang peningkatan potensial aksi pada
neuron. Peningkatan potensial inilah yang merangsang perpindahan ion natrium,
ion kalium dengan cepat dari luar sel menuju kedalam sel. Peristiwa inilah yang
diduga dapat menaikan fase deplorasi neuron dengan cepat sehingga timbul
kejang. Marmi. (2011)
4
PATHWAY
infeksi bakteri virus dan
parasit
Rangsang mekanik dan
Reaksi inflamasi biokimia. Gangguam
keseimbangan cairan
dan elektrolit
Proses demam
Perubahan konsentrasi ion
Kelainan neurologis
diruang ekstraseluler
Peningkatan perinatal/prenatal
sputum
5
Kontraksi otot meningkat Perubahan suplay darah
ke otak
Metabolism meningkat
Resiko kerusakan sel
neuron otak
Suhu tubuh meningkat
Resiko ketidakefektifan
Resiko kejang berulang Hipertermia perfusi jaringan otak
F. Pemeriksaan
Nuraarif dan Kusuma (2018) penunjang Pemeriksan penunjang untuk penyakit kejang demam
adalah:
1. Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai indikasi untuk penyebab
demam atau kejang, pemeriksaan dapat meliputi darah perifer lengkap, gula
darah, elektrolit, urinalisis, dan biakan darah, urin atau feses.
2. Pemeriksaan cairan serebrosphinal dilakukan untuk menegakan atau
kemungkinan terjadinya meningitis. Pada bayi kecil sering kali sulit untuk
menegakan atau menyingkirkan diagnosis meningitis karena manifestasi
klinisnya tidak jelas. Jika yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu
dilakukan fungsi lumbal, fungsi lumbal dilakukan pada:
a. Bayi usia kurang dari 12 bulan sangat dianjurkanb. Bayi berusia 12 – 18
bulan dianjurkanc. Bayi lebih usia dari 18 bulan tidak perlu dilakukan
3. Pemeriksaan elektroenselografi (EEG) tidak direkomendasikan.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada kejang demam yang tidak khas,
misalnya: kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun, kejang
demam fokal.
4. Pemeriksaan CT Scan dilakukan jika ada indikasi:a. Kelainan
neurologis fokal yang menetap atau kemungkinan adanya lesi struktural di
otakb. Terdapat tanda tekanan intrakranial (kesadaran menurun, muntah
berulang, ubun-ubun menonjol, edema pupil), (Pudjiaji, 2010).
6
G. Penatalaksanaa keperawatan
1. Pemeriksaan neurologis yang pertama kali dilakukan secara inspeksi
dengan dilakukam adanya kelainan pada neurologis seperti kejang, gemeteran,
gerakan halus yang konstan, gerakan spasmodik yang berlangsung singkat
seperti otot lelah, gerakan involumer kasar tanpa tujuan, kelumpuhan pada
anggota gerak.
7
H. Komplikasi (Betz & Sowden, 2012), komplikasi kejang demam yaitu :1.
Pneumonia 2. Asfiksia 3. Retardasi mental 4. Cedera fisik, khususnya laterasi dahi
dan dagu
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar utama dan hal yang penting dilakukan baik
saat penderita baru pertama kali datang maupun selama klien dalam masa
perawatan (Hadinegoro, 2009).Pengkajian adalah pendekatan sistemik untuk
mengumpulkan data dan menganalisa sehingga dapat diketahui kebutuhan
perawatan pasien tersebut
Langkah–langkah dalam pengkajian meliputi pengumpulan data,analisa
dan sintesa data serta perumusan diagnosa keperawatan. Pengumpulan data akan
menentukan kebutuhan dan masalah kesehatan atau keperawatan yang meliputi
kebutuhan fisik,psikososial dan kebutuhan pasien.Sumber data di dapatkan dari
pasien, keluarga, teman, tim kesehatan lain,catatan pasien dan hasil pemeriksaan
laboratorium.Metode pengumpulan data melalui observasi,pemeriksaan fisik yaitu
dengan cara inspeksi, palpasi ,auskultasi, perkusi, wawancara berupa percakapan
untuk memperoleh data yang diperlukan, catatan berupa catatan klinik,dokumen
yang baru atau pun yang lama , literatur mencakup semua materi,buku-buku,
8
majalah dan surat kabar. Data yang diperoleh dari pengkajian klien dengan kejang
demam meliputi:
1. Data subyektif
a. Biodata / identitas
Biodata anak yang mencakup nama,jenis kelamin.Biodata orangtua perlu
ditanyakan untuk mengetahui status sosial anak meliputi:nama, umur,
agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan,alamat.
b. Riwayat penyakit
Menurut Suharso (2010) antara lain sebagai berikut:
1) Riwayat penyakit yang diderita sekarang tanpa kejang ditanyakan:
a) Jenis,lama,dan frekuensi kejang
b) Demam yang menyertai,dengan mengetahui ada tidaknya
demam yang menyertai kejang,maka diketahui apakah infeksi
memegang peranan dalam terjadinya bangkitan kejang.
c) Jarak antara timbulnya kejang dengan demam
d) Lama serangan
e) Pola serangan, apakah bersifat umum,fokal,tonik,klonik
f) Frekuensi serangan,apakah penderita mengalami kejang
sebelumnya umur berapa kejang terjadi untuk pertama kali,dan
berapa frekuensi kejang pertahun.Prognosa makinkurang baik
apabila kejang timbul pertama kali pada umur muda dan bangkitan
kejang sering timbul.
g) Keadaan sebelum,selama dan sesudah serangan.
h) Sebelum kejang perlu ditanyakan adakah aura atau rangsangan
tertentu yang dapat menimbulkan kejang misalnya, lapar, mual,
muntah, sakit kepala dan lain-lain
i) Dimana kejang dimulai dan bagaimana menjalarnya
j) Sesudah kejang perlu ditanyakan pakah penderita segera
sadar,tertidur,kesadran menurun,ada paralise,menangis.
2) Riwayat penyakit sekarang yang menyertai
Apakah muntah,diare,trauma kepala,gagap bicara (khususnya pada penderita
epilepsi),gagal jantung, kelainan jantung,DHF,ISPA,dan lain-lain.
3) Riwayat penyakit dahulu
Sebelum penderita mengalami serangan kejang ini ditanyakan apakah
penderita pernah mengalami kejang sebelumnya,umur berapa saat kejang
9
terjadi untuk pertama kali.Apakah ada riwayat trauma kepala,radang selaput
otak,dan lain-lain.
10
g. Riwayat Sosial
Untuk mengetahui perilaku anak dan keadaan emosionalnya perlu dikaji siapakah
yang mengasuh anak.Bagaimana hubungan dengan anggota keluarga dan teman
sebayanya.
h. Pola kesehatan dan fungsi kesehatan
Pola kebiasaan dan fungsi ini meliputi:
1) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
a) Gaya hidup yang berkaitan dengan kesehatanpengetahuan tentang
kesehatan,pencegahan dan kepatuhan pada setiap perawatan dan tindakan
medis.
b) Bagaimana pandangan terhadap penyakit yang diderita,pelayanan
kesehatan yang diberikan,tindakan apabila ada anggota keluarga yang
sakit,penggunaan obat-obatan pertolongan pertama.
2) Pola nutrisi
a) Untuk mengetahui asupan kebutuhan gizi anak,ditanyakan bagaimana
kualitas dan kuantitas dari makanan yang dikonsumsi oleh anak.
b) Makanan apa saja yang di sukai dan yang tidak disukai anak
c) Bagaimana selera makan anak sebelum dan setelah sakit
d) Berapa kali minum,jenis dan jumlahnya perhari?
3) Pola eliminasi
a) BAK: ditanyakan frekuensinya,jumlahnya,secara mikroskopis,
ditanyakan bagaimana warna,bau,dan apakah terdapat darah?serta
ditanyakan apakah disertai nyeri pada saat kencing
b) BAB:Ditanyakan kapan waktu BAB,teratur atau tidak?bagaimana
konsistensinya lunak,keras,cair atau berlendir?
4) Pola aktivitas dan latihan
a) Apakah anak senang main sendiri atau dengan teman sebayanya
b) Berkumpul dengan keluarga berapa jam
c) Aktivitas apa yang disukai anak
5) Pola tidur / istirahat
a) Berapa jam sehari tidur?
b) Berangkat tidur jam berapa?
c) Bangun tidur jam berapa?
d) Kebiasaan sebelum tidur
e) Bagaimana dengan tidur siang?
2. Data Obyektif
11
a. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
a) Adakah tanda-tanda mikro atau mikrossepali
b) Adakah dispersi bentuk kepala
c) Adakah tanda-tanda kenaikan tekanan intrakranial yaitu ubun-
ubun besar cembung,bagaimana keadaan ubunubun besar menutup atau
belum
2) Rambut
Dimulai warna,kelebatan, distribusi serat karakteristik rambut lain.Pasien
dengan malnutrisi energi protein mempunyai rambut yang
jarang,kemerahan seperti rambut jagung dan mudah dicabut tanpa
menyebabkan rasa sakit pada pasien
3) Muka/Wajah
Paralisis fasialis menyebabkan asimetris wajah:sisi yang paresis tertinggal
bila anak menangis atau tertawa,sehingga wajah tertarik ke sisi
4) Mata
Saat serangan kejang terjadi dilatasi pupil,untuk periksa pupil dan
ketajaman peglihatan.Apakah keadaan sklera,konjungtiva?
5) Telinga
Periksa fungsi telinga,kebersihan telinga serta tandatanda adanya infeksi
seperti pembengkakan dan nyeri di daerah belakang telinga, keluar cairan
dari telinga,berkurangnya pendengaran
6) Hidung
a) Apakah adanya pernapasan cuping hidung
b) Polip yang menyumbat jalan napas
c) Apakah keluar sekret,bagaimana konsistensinya, jumlahnya?
7) Mulut
a) Adakah sianosis
b) Bagaiman keadaan lidah
c) Adakah stomatitis
d) Berapa jumlah gigi yang tumbuh
e) Apakah ada karies gigi
8) Tenggorokan
a) Adakah peradangan tanda-tanda peradangan tosil
12
b) Adakah pembesaran vena jugularis
9) Leher
a) Adakah tanda-tanda kaku kuduk,pembesaran kelenjar tiroid
b) Adakah pembesaran vena jugularis
10) Thorax
a) Pada inspeksi:amati bentuk dada klien,bagaimana gerak
pernapasan, frekuensinya,irama,kedalaman,adakah retraksi intercostal.
b) Auskultasi:adakah suara napas tambahan
c) Jantung:bagaimana keadaan dan frekuensi jantung serta
iramanya? adakah bunyi tambahan?adakah bradicardi dan takikardi?
11) Abdomen
a) Adakah distensi abdomen serta kekuatan otot pada abdomen?
bagaiman turgor kulit dan peristaltik usus?
b) Adakah pembesaran lien dan hepar?
12) Kulit
a) Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya?
b) Adakah terdapat edema hemangioma?
c) Bagaimana keadaan turgor kulit?
13) Ekstremitas
a) Apakah terdapat oedema,atau paralise terutama setelah terjadi
kejang?
b) Bagaimana suhunya pada daerah akral?
14) Genetalia
Adakah kelainan bentuk oedema,sekret yang keluar dari vagina, tanda-
tanda infeksi.
13
3. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan
gangguan aliran arteri dan vena
4. Risiko cidera (terjatuh, terkena benda tajam) berhubungan dengan
penurunan respon terhadap lingkungan.
14
C. Rencana Keperawatan ( Intervensi )
Diagnosa Outcome Intervensi
Ketidakefektifa setelah dilakukan asuhan a. Airway Suction
n bersihan jalan keperawatan selama 3x24 jam 1. Pastikan kebutuhan oral/trakeal
nafas diharapkan jalan nafas klien suction.
berhubungan paten. Kriteria hasil : 2. Auskultasi suara nafas sebelum
dengan sputum 1.Respiraty rate (RR) dalam dan sesudah penghisapan/
dalam jumlah rentang normal (24- suctioning.
3. Informasikan pada keluarga dan
berlebih 40x/menit)
2.Mendemonstrasikan batuk klien tentang suctioning.
4. Minta pasien untuk nafas dlaam
efektif dan suara nafas yang
sebelum suction dilakukan
bersih, tidak ada sianosis dan
5. Berikan O2 dengan menggunakan
dyspneu.
nasal untuk memfasilitasi suction
3.Menunjukkan jalan nafas
nasotracheal.
yang paten (klien tidak
6. Gunakan alat yang steril setiap
merasa tercekik, irama dan
melakukan tindakan.
frekuensi pernafasan dalam 7. Anjurkan pasien untuk istirahat
rentang normal, tidak ada dan nagas dlam setelah kateter
suara nafas abnormal). dikeluarkan dari nasotrakeal
4.Mampu mengidentifikasi dan 8. Monitor status oksigen klien
mencegah faktor yang dapat 9. Hentikan suction dan berikan
menghambat jalan nafas. oksigen apabila pasien
menunjukkan bradikardi dan
penigkatan saturasi
b. Airway Management
1. Buka jalan nafas (chin lift atau
jaw thrust).
2. Posisikan klien untuk
memaksimalkan ventilasi.
3. Identifikasi klien perlunya
dipasangkan alat bantu
pernafasan.
4. Pasang mayo bila diperlukan
5. Lakukan fisioterapi dada bila
perlu.
6. Keluarkan secret denganbatukatau
15
suction
7. Auskultasi suara nafas, catat
adanya suara tambahan.
8. Atur intake cairan
mengoptimalkan keseimbangan
9. Berikan bronkodilator bila perlu.
10. Berikan pelembab udara kassa
basah NaCl lembab
11. Monitor respirasi dan status O2 .
b. Regulasi temperatur
1. Monitor suhu minimal tiap 2
jam
16
2. Rencanakan monitoring suhu
secara kontinyu
3. Monitor TD, nadi, dan RR
4. Monitor warna dan suhu kulit
5. Monitor tanda-tanda hipertermi
dan hipotermi
6. Tingkatkan intake nutrisi
7. Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya kehangatant
ubuh
8. Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat panas
9. Diskusikan tentang pentingnya
tentang pengaturan suhu dan
kemungkinan efek negative dari
kedinginan
10. Beritahukan tentang
indikasi terjadinya keletihan dan
penanganan emergency yang di
perlukan
11. Ajarkan indikasi dari
hipertermi dan penanganan yang
diperlukan
12. Berikan antipiretik jika
perlu
17
5. Pupil seimbang dan danrespon nerologis
reaktif 9. Catat perubahan pasien dalam
6. Bebas dari aktivitas merespon stimulus
kejang 10. Monitor status cairan
11. Pertahankan parameter
hemodinamik
12. Tinggikan kepala 45o
tergantung pada kondisi pasien dan
order medis
Daftar Pustaka
Hidayat, A.A.( 2009). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika
18
Judha, M & Rahil, H.N. (2011). Sistem Persarafan Dalam Asuhan Keperawatan.
Yogyakarta : Gosyen Publishing
Marmi. (2011). Panduan Lengkap Sakit dan Luka Pada Anak. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Nurarif, H., dan Kusuma. (2018). Aplikasi Asuhan Keperawatan Nanda NIC-NOC
2018. Jogjakarta: Mediaction Jogja
Riyadi, S & Sukarmin. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Yogyakarta : Graha
Ilmu
Sodikin.( 2012). Prinsip Perawatan Demam Pada Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sujono & Sukarmin. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi 1. Yogyakarta:
Graha Ilmu
19