Anda di halaman 1dari 14

Makalah Studi Al- qur’an dan Hadits

ULUMUL HADITS, PERIODE KLASIK,


PERTENGAHAN DAN MODERN

Dosen Pengampun:

Dr.H.M.Junaidi,M,pd.I

Kelompok 2:
1. Ismalia
2. Novi Ramayani
3. May kusumawati

Mahasiswa Program Studi Tadris Fisika


Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi
2019-2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas karunia rahmat hidayah-Nya, kegiatan
penyusunan makalah dapat terlaksana dengan baik.

Penyusunan makalah ini merupakan salah satu kegiatan proses belajar-mengajar dalam kampus UIN
Sultan Thaha Saifuddin Jambi, dalam upaya meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam
meningkatkan ilmu pengetahuan yang bernuansa Islami. Makalah yang berjudul PENGERTIAN DAN
SEJARAH PERKEMBANGAN ULUMUL HADIST PADA MASA KLASIK, PERTENGAHAN DAN MODERN ini
menyajikan tentang jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.

Pemakalah juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen pengajar yang telah memberikan kami
bimbingan dan bantuan dalam penyelesaian makalah ini. Akhirnya, semoga Allah meridhoi kegiatan
penyusunan makalah ini dan memberikan manfaat bagi kita semua yang membacanya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………….……………….….1

DAFTAR ISI………………………………………………………….…………………..2

BAB I: PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG…………………………………….......................………..3

RUMUSAN MASALAH…………………………………………………………....….3

TUJUAN MAKALAH……………………………………………………………………..3

BAB II : PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ULUMUL HADITS........................................................4

B. UNSUR-UNSUR HADITS.....................................................................5

C. PERKEMBANGAN ULUMUL HADITS PADA PERIODE KLASIK....................6

D. PERKEMBANGAN ULUMUL HADITS PADA PERIODE PERTENGAHAN………7

E. PERKEMBANGAN ULUMUL HADITS PADA PERIODE MODERN.................8

BAB III. PENUTUP

KESIMPULAN........................................................................................9

SARAN……………………………………………………………………………..………………9

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................10
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada masa permulaan Islam, umat Islam belum mengenal adanya ulumul hadits atau ilmu
hadits. Hal ini mungkin dikarenakan fokus perhatian umat Islam pada waktu itu masih terpecah
antar dakwah, jihad dan pendalaman Al-Qur’an, sehingga perhatian terhadap hadits walaupun
sudah cukup intens namun belum segencar pada masa-masa berikutnya.

Sepeninggalnya nabi, terutama setelah bermunculan hadits-hadits palsu barulah perhatian


umat Islam terhadap nadist nabi meningkat pesat. Ini ditandai dengan munculnya beberapa
ulama yang mulai melakukan penghimpunan hadits serta mulai merintis ilmu-ilmu yang
berkaitan dengan hadits. Ilmu ini kemudian terus berkembang dari masa ke masa sampai
zaman sekarang.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Pengertian Ulumul Hadits


2. Bagaimana perkembangan ulumul Hadits
3. Apa saja cabang-cabang ulumul hadits

C. TUJUAN MAKALAH
1. Untuk mengetahui pengertian ulumul hadits
2. Untuk menambah pengetahuan dan pemahaman kita semua tentang ulumul hadits
3. Untuk mengetahui perkembangan dan cabang-cabang ulumul hadits
BAB II

Pembahasan

A. Pengertian Ulumul Hadits

Ulumul Hadits adalah istilah ilmu hadits di dalam tradisi Ulama Hadits yang bahasa Arabnya
yaitu ‘Ulum al-Hadits. ‘Ulum al-Hadits ini terdiri atas dua kata, yaitu ‘Ulum dan al-Hadits. Kata
‘Ulum dalam bahasa Arab adalah bentuk jamak dari ‘ilm, jadi berarti “ilmu-ilmu”; sedangkan al-
Hadits di kalangan Ulama Hadits berarti “segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW.
dari perkataan, perbuatan, taqrir atau sifat. Dengan demikian Ulumul Hadits adalah ilmu-ilmu
yang membahas atau berkaitan dengan hadits Nabi SAW.

Sekitar pertengahan abad ke-3 Hijriyah sebagian Muhadditsin mulai merintis ilmu ini dalam
garis-garis besarnya saja dan masih berserakan dalam beberapa mushafnya. Diantara mereka
adalah Ali bin Almadani (238 H), Imam Al-Bukhari, Imam Muslim, Imam At-Turmudzi dan lain-
lain.

Adapun perintis pertama yang menyusun ilmu ini secara spesialis dalam satu kitab khusus ialah
Al-Qandi Abu Muhammad Ar-Ramahurmuzy (360 H) yang diberi nama dengan Al-Muhaddisul
Fasil Bainar Wari Was Sami’. Kemudian bangkitlah Al-Hakim Abu Abdilah an-Naisaburi (321-405
H) menyusun kitabnya yang bernama Makrifatu Ulumil Hadits. Usaha beliau ini diikuti oleh Abu
Nadim al-Asfahani (336-430 H) yang menyusun kitab kaidah periwayatan hadits yang diberi
nama Al-Kifayah dan Al-Jam’u Liadabis Syaikhi Was Sami’ yang berisi tentang tata cara
meriwayatkan hadits.

B. Sejarah Perkembangan Ilmu Hadits

 Periode Pertama (Zaman Rasul)

Para sahabat bergaul dan berinteraksi langsung dengan Nabi, sehingga setiap permasalahan
atau hukum dapat ditanyakan langsung kepada Nabi. Para sahabat lebih fokus dengan
menghapal dan mempelajari Al-Qur’an. Rasul pada masa itu secara umum melarang
menuliskan hadits karena takut tercampur baur dengan ayat Al-Qur’an karena wahyu sedang /
masih diturunkan.

Secara umum sahabat masih banyak yang buta huruf sehingga tidak menuliskan hadits, mereka
meriwayatkan hadits mengandalkan hafalan secara lisan. Sebagian kecil sahabat –yang pandai
baca tulis- menuliskan hadits seperti: Abdullah Bin Amr Bin Ash yang mempunyai catatan hadits
dan dikenal sebagai “Shahifah Ash Shadiqah” juga Jabir Bin Abdullah Al Anshary mempunyai
catatan hadits yang dikenal sebagai “Shahifah Jabir”. Pada event tertentu orang Arab badui
ingin fatwa Nabi dituliskan, maka Nabi meluluskan permintaannya untuk menuliskan haditsnya.

 Periode Kedua (Masa Kulafaur Rasyidin)

Sebagian sahabat tersebar keluar jazirah Arab karena ikut serta dalam jihad penaklukan ke
daerah Syam, Iraq, Mesir, Persia. Pada daerah taklukan yang baru masuk Islam, Khalifah Umar
menekankan agar mengajarkan Al-Qur’an terlebih dahulu kepada mereka. Khalifah Abu Bakar
meminta kesaksian minimal satu orang bila ada yang meriwayatkan hadits kepadanya. Khalifah
Ali meminta bersumpah orang yang meriwayatkan hadits. Khalifah Umar melarang sahabat
besar keluar dari kota Madinah dan melarang memperbanyak periwayatan hadits. Setelah
Khalifah Umar wafat, sahabat besar keluar kota Madinah tersebar kedaerah taklukkan untuk
mengajarkan agama.

 Periode Ketiga (Masa Sahabat Kecil dan Tabi’in Besar)

Para sahabat besar telah terpencar keluar dari Madinah. Jabir pergi ke Syam menanyakan
hadits kepada sahabat Abdullah Bin Unais Al Anshary. Abu Ayyub Al Anshary pergi ke Mesir
menemui sahabat Utbah Bin Amir untuk menanyakan hadits. Masa ini sahabat besar tidak lagi
membatasi diri dalam periwayatan hadits, yang banyak meriwayatkan hadits antara lain :

1. Abu Hurairah (5347 hadits)

2. Abdullah Bin Umar (2360 hadits)

3. Anas Bin Malik (2236 hadits)

4. Aisyah, Ummul Mukminin (2210 hadits)

5. Abdullah Bin Abbas (1660 hadits)

6. Jabir Bin Abdullah (1540 hadits)

7. Abu Sa’id Al Kudri (1170 hadits)

8. Ibnu Mas’ud

9. Abdullah Bin Amr Bin Ash

Setelah Khalifah Ali terbunuh, muncul sekte Syiah yang mendukung Ali dan keturunannya
sementara kelompok jumhur (mayoritas) tetap mengakui pemerintahan Bani Umayah. Sejak
saat itu mulai bermunculan hadits palsu yang bertujuan mendukung masing-masing
kelompoknya. Kelompok yang terbanyak membuat hadits palsu adalah Syiah Rafidah.
C. Cabang-Cabang Ilmu Hadits

Ilmu hadits terbagi dua, yaitu:

 Ilmu Dirayatul Hadits

Menurut sebagian ulama Tahqiq, Ilmu Dirayatul Hadits adalah ilmu yang membahas cara
kelakuan persambungan hadits kepada nabi Muhammad SAW dari sikap perawinya, mengenai
kekuatan hafalan dan keadilan mereka, dan dari segi keadaan sanad, putus dan
bersambungnya, serta yang sepertinya.

Adapun obyek Ilmu Hadits Dirayah ialah meneliti kelakuan para rawi dan keadaan marwinya
(sanad dan matannya). Dari aspek sanadnya, diteliti tentang ke'adilan dan kecacatannya,
bagaimana mereka menerima dan menyampaikan haditsnya serta sanadnya bersambung atau
tidak. Sedang dari aspek matannya diteliti tentang kejanggalan atau tidaknya, sehubungan
dengan adanya nash-nash lain yang berkaitan dengannya.

 Ilmu Riwayatul Hadits

Ilmu Riwayatul Hadits ialah ilmu yang memuat segala penukilan yang disandarkan kepada Nabi
SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, kehendak, taqrir ataupun berupa sifatnya.

Adapun yang menjadi obyek Ilmu Hadits Riwayah, ialah membicarakan bagaimana cara
menerima, menyampaikan pada orang lain dan memindahkan atau membukukan dalam suatu
Kitab Hadits. Dalam menyampaikan dan membukukan Hadits, hanya dinukilkan dan dituliskan
apa adanya, baik mengenai matan maupun sanadnya.

Kegunaan mempelajari ilmu ini adalah untuk menghindari adanya kemungkinan yang salah dari
sumbernya, yaitu Nabi Muhammad Saw. Sebab berita yang beredar pada umat Islam bisa jadi
bukan hadits, melainkan juga ada berita-berita lain yang sumbernya bukan dari Nabi, atau
bahkan sumbernya tidak jelas sama sekali.

Dari ilmu Hadits Riwayah dan Dirayah di atas kemudian berkembang pula beberapa cabang
ilmu, yakni:

o Ilmu Fannil Mubhammat

Ilmu fannil Mubhamat adalah ilmu untuk mengetahui nama orang-orang yang tidak disebut
dalam matan, atau di dalam sanad.

Di antara yang menyusun kitab ini, Al-Khatib Al Baghdady. Kitab Al Khatib itu diringkas dan
dibersihkan oleh An-Nawawy dalam kitab Al-Isyarat Ila Bayani Asmail Mubhamat.

o Ilmu ‘Ilalil Hadits


Adalah ilmu yang menerangkan sebab-sebab yang tersembunyi, tidak nyata, yang dapat
merusakkan hadits.

Yakni: menyambung yang munqathi’, merafa’kan yang mauquf,memasukkan suatu hadits ke


dalam hadits yang lain dan yang serupa itu. Semuanya ini, bila diketahui dapat merusakkan
hadits.

o Ilmu Nasikh wal Mansukh

Adalah ilmu yang menerangkan hadits-hadits yang sudah dimansukhkan dan menasikhkannya.

Apabila didapati sesuatu hadits yang maqbul tak ada perlawanan, dinamailah hadits
tersebutmuhkam. Dan jika dilawan oleh hadits yang sederajat, tapi mungkin dikumpulkan
dengan tidak sukar maka hadits itu dinamai muhtaliful hadits. Jika tidak mungkin dikumpul dan
diketahui mana yang terkemudian, maka yang terkemudian itu dinamai nasikh dan yang
terdahulu dinamaimansukh.

B. Sejarah perkembangan pemikiran ulumul Hadist pada periode Klasik

Hadist sebagai suatu informasi, memiliki metodoliogi untuk menentukan keotentikan


periwayatannya yang dikenal dengan Ulum al- Hadist, yang merupakan bentu manajemen
infomasi. Hanya saja, pada masa Rasulullah SAW sampai sebelum pembukuan Ulumul Al-hadist
istilah Ulum al-hadist, jelas belum ada. Akan tetapi prinsip-prinsip yang telah berlaku pada masa
itu sebagai acuan untuk menyikapi suatu informasi yang telah ada.

 Masa Rasulullah SAW sampai Masa Khulafaur Rasyidin

 Rasul SAW adalah guru sunnah terbaik. Sejumlah penulis ulumul al- hadist mencatat
metode yang dipakai Rasul SAW dalam mengajarkan ilmu (sunnah). Husn at-tarbiyah wa ta’lim

 Tadarruj

 Tanwi’ wa taghyir

 Tathbiq al-‘amali

 Mura’ah al-mustawayat al-mukhtalifah

 Taisir wa ‘adam at-tasydid

Prinsip- prinsip Ulum Al-hadist pada masa rasul sampai masa Khulafa Arrasyidin adalah
verifikasi, penyedikitan riwayat, kehati-hatian dalam menrima dan menyampaikan riwayat, dan
pemberlakuan sumpah.
Verifikasi terhadap sumber dari rasul telah diajarkan beliau kepada para sahabat ketika
mendapatkan informasi dari seseorang. Sebgaimana penah terjadi pada masa rasul bahwa
serang laki-laki datang kepada suatu kaum tersebut. Akan tetapi setelah kaum itu melakukan
verifikasi kepada rasul terbukti bahwa orang itu telah berdusta. Kasus ini adalah ketika Umar
bin Khattab mendengar bahwa rasul telah menceraikan istri-istrinya.

Perlakuan tersebut, dalam kaidah Ulum al- hadist adalah sesuatu yang harus diluruskan untuk
memprtegas suatu informasi. Penyelidikan qalil ar-riwayah mulai berlaku setelah rasul wafat
atau pada masa sahabat sebagai usaha untuk menangkal banyaknya hadist palsu dan
kebohongan yang mengatas namakan Rasulullah SAW. Selain itu, ada pemikiran dari sebagian
sahabat bahwa rasul telah melarang penulisan hadist yang membuat tersendatnyaperiwayatan
hadist.

 Masa Khulafa Arrasyidin sampai pemisahan dari hadis

Setelah Masa Khulafa Arrasyidin, khususnya pada munculnya kekacauan politik sebelum dan
sesudah mas Ali, banyak muncul riwayat yang di identifikasi sebagai riwayat maudhu. Usaha
penangkalannya adalah dengan melakukan seleksi terhadap setiap informasi yang muncul
sebagai usaha kegati-hatian dalam menerimanya, baik dengan cara-cara yang telah dilakukan
oleh para sahabat sebelimnya, yaitu metode sumpah, atau dengan melakukan evaluasi
terhadap para penyampai riwayat (rawi).

Oleh sebab itu, pada masa ini isnad menjadi sesuatu yang sangat penting, sampai ajhirnya uji
sahih isnad menjadi suatu yang mesti dalam menyeleksi suatu kebenaran suatu informasi.
Kedudukan isnad dalam Islam telah menjadi bagian dari ilmu-ilmu agama dan menjadi sumber
kebanggaan masyarakat muslim.

C. Sejarah perkembangan pemikiran ulumul Hadist pada periode Pertengahan

Masa Ibn Shalah, disebut Nur Ad-Din itr, adalah masa kesempurnaan pertama karena Ibnu
Shalah dianggap sebagai tokoh yang menyusun ulumul hadist yang sistematis dan mencakup
seluruh pembahasan ulumul hadist. Tokoh-tokoh setelah Ibn Shalah banyak yang mengikuti
atau merujuk karyanya.oleh sebab itu karya yang muncul setelah Ibn Shalah berupa syar,
ikhrisyar, nazham, nuqat atau naqdi, hasyiyah, atau talkhis.

Untuk melihat beberapa jauh pengaruh pemikiran ulumul hadist Ibn Shalah terdapat tokot-
tokoh setelahnya. Antara lain:

1. Imam Muhyi Ad-Din bin Syarf An-Nawawi

An-Nawawi memiliki karya ulumu hadist yang menginduk kepada kitab asal karya Ibn Shalah,
yaitu Irsyad Thulab Al-Haqaiq ila ma’rifat sunan khair Al-Khaliq. Kemudian kitab beliau ikhtisar
kembali yang diberi nama At-Taqrib wa At-Taysyir li Ma’rifat Sunan Al-Basyir An-Nadzir, dan
ikhtisyarnya lebih masyhur kembali dari Al-Irsyad. Sebagai salah satu bukti bahwa At-Taqrib
menjadi lebih masyhur dari pada Al-Irsyadadalah dengan adanya kitab yang menjadi Syarh At-
Taqrib, yaitu syarh Taqrib An-Nawawi, karya Al-Iraqi dll.

Manhaj An-Nawawi dalam penyusunan Al-Irsyad, sebagaimana dijelaskan dalam


muqaddimahnya bertujuan:

 Memberikan penjelasan dengan ungkapan yang sangat mudah dimengerti oleh pembaca

 Meringkas dengan menghilangkan ungkapan-ungkapan yang dianggap tidak perlu

 Mejaga tujuan dari kandungan kitab Ibn Shalah sebagaimana tujuan yang diinginkan
penyusunnya

 Menambah beberapa faedah yang dianggap perlu untuk emberikan penjelasan, yaitu
dengan memberikan submasalah.

Semua yang dilakukan An-Nawawi merupakan keistimewaan karyanya.

D. Sejarah perkembangan pemikiran ulumul Hadist pada periode Modern

Periode pemikiran modern dapat dinyatakan diawali oleh Ibn Taymiyah yang
mengumandangkan “terbukanya pintu ijtihad”, sebagai awal untuk memperbaharui Islam. Akan
tetapi, perkembangan selanjutnya ada pada masa Syah Waliyullah , Ibn Abdul Wahhab, Sayid
Jamaluddin Al-Afghani, Dan Muhammad ‘Abduh.

Setelah mengalami stagnasi, yakni dari abad ke sepuluh samapi awal abad keempat belas
hijiriyah, ulum al-hadist mengalami kebangkitan kembali dengan munculnya karya-karya yang
lebih menonjolkan sistematika penyusunan yang sesuai dengan sistematika modern, hal
tersebut dilatar belakangi oleh konflik yang terjadi antara Timur dan Barat Yang menyentuh
tataran teologis.

Pada periode ini selain, selain munculnya kitab-kitab ulumul hadist yang mencakup seluruh
kajian cabang hadist, juga muncul kajian ulumul hadist secara khusus, yang lebih menitik
beratkan pada pemikiran, baik yang berkaitan dengan sejarah, manhaj, kritik, atau pertahanan
terhadap berbagai tuduhan yang dilontarkan untuk menilai sunnah.

Pemikiran ulumul hadist dalam periode ini di mulai dengan munculnya tokoh-tokoh berikut:

1. Jamlluddin Al-Qasimi
Karya Al-Qasimi ditujukan kepada orang-orang yang kepad mereka kitab-kitab lain
dipersembahkan dan yang sangat diharapkan para ulama, yaitu orang-orang yang memiliki lima
sifat, dan yang dominan adalah ikhlas, cerdas, dan objektif.

Karya AL-Qasimi mencoba memberikan sistematika pengajaran yang lebih baik dan
komprehensif dengan tetap mengacu pada karya-karya awal ulumul-hadist sehingga dapat
dikatakan bahwa yang muncul pada abad ini lebih terfokus pada perubahan sistematika
penyajian serta pemecahan dari persoalan ulumul hadist yang sebelumnya masih berserakan. Ia
sendiri menyebut bahwa kitab tersebut berupa ringkasan dari karya-karya awal yang berkaitan
dengan objek buku ini, dan dari kitab ushul pilihan, dan dari merek yang bergelut kapada fiqh
As- sunnah. Dengan latar belakang seperti ini, kitab ini mempunyai nilai lebih jika dilihat dari
sumber yang dirujuknya sekligus mengandung kelemahan.

2. Muhammad ‘Ajaj Al-Khatib

Karya ‘Ajaj Al-Khatib tentang kajian ulumul hadist adalah Ushul Al-Hadist ‘Ulumuhu wa
Mushthahuhu. Krya ini dipersembahkan oleh penulisnya sebagai peengkap dari karya
sebelumnya As-Sunnah Qabla At-Tadwid. Jika dalam As-Sunnah ia membahas eksistensi As-
Sunnah, dalam Ushul Al-Hadist, ia mencoba menjelaskan kaida-kaidah utama yang berkaitan
dengan cara menyikapi eksistensi hadist sehingga dapat memisahkan antara yang diterima dan
yang ditolaknya.

‘Ajaj Al-Khatib, mencoba merumuskan sistematika penyusunan seluruh kaidah dalam ulum al-
hadist ke dalam empat bagian:

1. Bagian pertama, ia menjelaskan pengantar tentang hal-hal yang berkaitan dengan sunnah
dalam lima fashal

2. Bagian kedua ia menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan pembukuan hadist yang di
dalamya memuat tiga fashal

3. Bagia ketiga, ia menjelaskan ulum al-hadist yang di dalamnya mencakup tujuh fashal

4. Dan bagian yang keempat, ia menjelaskan musthalah al-hadist yag di dalamnya termuat
empat fashal

Karya ini ia tutup dengan pembahasan tentang permasalahan hadist mawdhu, adab, dan majlis-
majlis riwayat lal-hadist, dan diakhiri dengan penjelasan gelar-gelar para ahli hadit dan karya-
karya dalam bidang ulum al-hadist, yang berjumlah 180 kitab.

4. Nuruddin ‘Itr
Karya Nuruddin adalah karya yang memiliki manhaj tersendiri, menurut penyusunnya buku ini
berusaha memaparka kaidah-kaidah ulumul hadist untuk membela hadist nabi dan
memisahkan yang sahihdari yang tidak sahih dan yang maqbul dari yang tidak maqbul. Juga
masih tujuan sekaligus manhaj umum dari buku ini adalah menjadikan masalah ulumul hadist
saling melengkapi dari yang sebelumnya tercerai berai, serta ingin membawa pembaca kearah
pemikiran yang menyeluruh dan teratur mencakup seluruh cabang ulumul hadist.

Sistematika yang ditawarkan Nuruddin merupakan sistematika yang khas dan baru, sebab ia
mengelompokkan berdasarkan objek kajian yang di dalmnya diungkapkan kaida-kaidah yang
menyertainya yang tersusun menjadi delapan bab.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

 Ulumul Hadits

Ulumul Hadits adalah istilah ilmu hadits di dalam tradisi Ulama Hadits yang bahasa Arabnya
yaitu ‘Ulum al-Hadits. ‘Ulum al-Hadits ini terdiri atas dua kata, yaitu ‘Ulum dan al-Hadits.
Kata ‘Ulum dalam bahasa Arab adalah bentuk jamak dari ‘ilm, jadi berarti “ilmu-ilmu”;
sedangkan al-Hadits di kalangan Ulama Hadits berarti “segala sesuatu yang disandarkan
kepada Nabi SAW.

 Sejarah perkembangan pemikiran ulumul Hadist pada periode Klasik

Mempunyai prinsip-prinsip yang telah berlaku pada masa itu sebagai acuan untuk menyikapi suatu
informasi yang telah ada dalam Masa Rasulullah SAW sampai Masa Khulafaur Rasyidin, Masa
Khulafa Arrasyidin sampai pemisahan dari hadis

 Sejarah perkembangan pemikiran ulumul Hadist pada periode Pertengahan

Masa Ibn Shalah, disebut Nur Ad-Din itr,adalah masa kesempurnaan pertama karena Ibnu Shalah
dianggap sebagai tokoh yang menyusun ulumul hadist yang sistematis dan mencakup seluruh
pembahasan ulumul hadist. Tokoh-tokoh setelah Ibn Shalah banyak yang mengikuti atau merujuk
karyanya.oleh sebab itu karya yang muncul setelah Ibn Shalah berupa syar, ikhrisyar, nazham,
nuqat atau naqdi, hasyiyah, atau talkhis.

 Sejarah perkembangan pemikiran ulumul Hadist pada periode Modern

Periode pemikiran modern dapat dinyatakan diawali oleh Ibn Taymiyah yang mengumandangkan
“terbukanya pintu ijtihad”, sebagai awal untuk memperbaharui Islam. Akan tetapi, perkembangan
selanjutnya ada pada masa Syah Waliyullah , Ibn Abdul Wahhab, Sayid Jamaluddin Al-Afghani, Dan
Muhammad ‘Abduh.

B. SARAN

Demikianlah makalah yang dapat pemakalah susun , tentunya makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu pemakalah sangat mengharapkan kritik dan saran untuk membangun dan
memperbaiki makalah ini. Penulis juga meminta maaf apabila ada penulisan dan ulasan yang salah atau
kurang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

DAFTAR PUSTAKA

Al Katib, Ajaj, Hadits Nabi Sebelum Dibukukan, 1999, Jakarta: Gema Insani Press
Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi, 2010, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, Semarang: PT
Pustaka Rizki Putra

Hadi, Saeful, Ulumul Hadits, Yogyakarta: Sabda Media

Ja’fariyah, Rasul, Penulisan Penghimpunan Hadits, 1992, Jakarta: Lentera

Mudasir, Ilmu Hadis, 2005, Bandung: Pustaka Setia

Nor, Ichwan Mohammad, Membahas Ilmu-Ilmu Hadis, 2013, Semarang: Rasail Media Group

Soetari, Endang, Ilmu Hadits Kajian Riwayah dan Dirayah, 2005, Yogyakarta: CV Qalam Suparta, Munzier,
2003 Ilmu Hadits, Jakarta: PT Raja Grafindo

Anda mungkin juga menyukai