berkaitan erat dengan asas desentralisasi. Baik pemerintahan daerah, asas desentralisasi
maupun otonomi daerah, adalah bagian dari suatu kebijakan dan praktek
masyarakat yang tertib, maju dan sejahtera, agar setiap orang bisa hidup tenang,
nyaman, wajar oleh karena memperoleh kemudahan dalam segala hal di bidang
pelayanan masyarakat.
Pemerintahan Daerah, maka di daerah telah dibangkitkan oleh euforia otonomi daerah
masyarakat dan para pejabat pemerintahan di tingkat daerah, merupakan arus balik
kekuasaan dan kewenangan yang selama ini bersifat sentralisasi yang hanya memikirkan
untuk mempercepat tercapainya tujuan masyarakat. Masyarakat yang bebas dari rasa
takut, komunitas yang sejahtera dan terhindarkan dari ancaman kerusakan lingkungan
hidup, masyarakat yang mampu mengakses pada berbagai fasilitas yang tersedia, serta
berbagai keinginan lain yang merupakan tuntutan hidup manusia dalam suatu
komunitas.
1
Di Indonesia upaya untuk mencapai masyarakat yang sejahtera masih terus
dihadapkan kepada berbagai kendala dengan segala aspeknya yang sangat menghambat
laju pertumbuhan ekonomi, sosial dan proses perubahan sistem sentralisasi kearah
Dalam Kesatuan.
a. Kedaulatan Rakyat,
b. Demokratisasi,
c. Pemberdayaan Masyarakat,
Selain perubahan sosial terjadi pula perubahan dimensi struktural yang mencakup
hubungan antara eksekutif dan legeslatif serta perubahan pada struktur organisasinya.
masyarakat terjadi sejalan dengan perubahan pada dimensi kultural sebagai dampak
otonomi daerah yang meliputi faktor kreativitas, inovatif dan berani mengambil resiko,
mengandalkan keahlian, bukan pada jabatan atau kepentingan saja tetapi lebih jauh lagi
2
Pelaksanaan otonomi daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
Tentang Pemerintahan Daerah dan juga diikuti dengan otonomi Desa telah berlangsung
sekitar 4 (empat) tahun. Selama periodisasi pelaksanaan otonomi ini telah terjadi
perubahan yang mendasar dari konsepsi pelaksanan otonomi daerah yang telah
secara sentralistik, melalui Undang- Undang Nomor 22 Tahun 1999 ini dicoba diberikan
berumur lama. Hanya berjalan sekitar 5 (lima) tahun, Undang-undang ini harus diganti
dengan Undang- undang yang baru. Pada bulan September 2004 telah terjadi perubahan
besar menyangkut perubahan paradigma dan substansi materi mengenai otonomi daerah
Daerah yang menggantikan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah dianggap
tidak relevan lagi untuk diterapkan sebagai payung hukum Pelaksanaan Otonomi Daerah
di Indonesia.
Dasar pemikiran dari Otonomi Daerah adalah bahwa Negara Indonesia adalah
3
Indonesia.Otonomi daerah dilaksanakan dalam rangka menerapkan asas desentralisasi
Sedangkan definisi daerah otonom adalah merupakan kesatuan masyarakat hukum yang
berikut:
tersebut.
daerah tersebut dapat mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri untuk
4
demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan berdasarkan potensi dan
yang luas, nyata dan bertanggungjawab kepada daerah serta proporsional yang
diwujudkan dengan pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional yang
desentralisasi.
pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta kewenangan bidang
lainnya yang akan ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Otonomi luas berarti juga
sebagai keleluasaan dalam penyelenggaraan pemerintah secara utuh dan bulat mulai dari
di bidang tertentu yang secara nyata ada dan diperlukan serta tumbuh, hidup dan
daerah dalam bentuk tugas dan kewajiban yang harus dipikul oleh daerah dalam
pemerataan, serta pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar
kewenangan lintas Kabupaten dan Kota kewenangan yang tidak atau belum
5
dilaksanakan oleh daerah Kabupaten dan daerah Kota, serta kewenangan bidang
secara menyeluruh.
Tujuan utama dari kebijakan Otonomi Daerah yang dikeluarkan tahun 1999 adalah
di satu pihak membebaskan pemerintah pusat dari beban-beban yang tidak perlu dalam
1. Kepastian hukum
3. Kepentingan umum
4. Keterbukaaan
5. Proporsionalitas
6. Orofesionalitas
7. Akuntabilitas
6
8. Efisiensi
9. Efektivitas
Mengacu kepada asas dan prinsip-prinsip penyelenggaraan otonomi daerah, maka tujuan
3. Keadilan
4. Pemerataan
5. Pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar daerah
Tentang Pemerintahan Daerah telah disahkan dan diundangkan oleh Presiden Republik
otonomi daerah yang sesungguhnya. Undang-undang yang telah disahkan pada akhir
7
sebelumnya. Lebih tepat jika kemunculan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
nyata-nyata sebagai pengganti bagi Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah
sebelumnya hanya terdiri dari 16 Bab dengan 134 Pasal telah diganti dengan Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang terdiri dari 16 Bab dengan 204 Pasal. Dari sinilah
kepala daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem
(khususnya yang bersifat politis) di daerah. Pemahaman sempit yang muncul dari
menjadi hanya pada kewenangan untuk mengatur dan mengurus urusan Pemerintahan
Daerah. Kalimat mengatur dan mengurus urusan pemerintahan akan semakin sempit
8
kewenangan yang seutuhnya sesuai dengan kehendak otonomi oleh sebagian besar
disebutkan bahwa Otonomi Daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur
dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai
Perbedaan yang mendasar dari kedua makna otonomi daerah berdasarkan kedua
Daerah otonom akan sangat dibatasi hanya dengan Peraturan Perundang- undangan
yang berlaku dan bukan pada adanya kehendak dan aspirasi dari masyarakat setempat.
Padahal, secara nyata Peraturan Perundang-undangan yang dimaksud adalah tidak lain
pembuatannya berada pada kekuasaan Pemerintahan Pusat. Dari sinilah, terkesan bahwa
UU No.22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah ditetapkan pada 7 Mei 1999
dan berlaku efektif sejak tahun 2000. Undang-undang ini dibuat untuk memenuhi
9
tuntutan reformasi, yaitu mewujudkan suatu Indonesia baru, Indonesia yang lebih
yang jelas adalah mengenai pengawasan terhadap Daerah. Pada masa lampau , semua
Perda dan keputusan kepala daerah harus disahkan oleh pemerintah yang lebih
saja kepada pemerintah di Jakarta. Namun, pemerintah dapat membatalkan semua Perda
yang lebih tinggi tingkatannya atau peraturan perundangan yang lain. (Pasal 114 ayat 1).
3. Sistem otonomi luas dan nyata, Pemda berwenang melakukan apa saja yang
10
4. Tidak menggunakan sistem otonomi bertingkat, Daerah-daerah pada tingkat yang
lebih rendah menyelenggarakan urusan yang bersifat residual, yaitu yang tidak
6. Penguatan rakyat melalui DPRD, penguatan tersebut baik dalam proses rekrutmen
tanggal 15 Oktober 2004, UU No.22 tahun 1999 dinyatakan tidak berlaku lagi.
Sebenarnya antara kedua undang-undang tersebut tidak ada perbedaan prinsipal karena
dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonnomi dan tugas
UU No.32 tahun 2004 mengatur hal-hal tentang; pembentukan daerah dan kawasan
daerah, perda dan peraturan kepala daerah, perencanaan pembangunan daerah, keuangan
daerah, kerja sama dan penyelesaian perselisihan, kawasan perkotaan, desa, pembinaan
Menurut UU No.32 tahun 2004 ini, negara mengakui dan menghormati satuan-
satuan pemerintah daerah yang bersifat khusus dan istimewa. Sehubungan dengan
daerah yang bersifat khusus dan istimewa ini, kita mengenal adanya beberapa bentuk
pemerintahan yang lain, seperti DKI Jakarta, DI Aceh, DI Yogyakarta, dan provinsi-
provinsi di Papua.
11
Bagi daerah-daerah ini secara prinsip tetap diberlakukan sama dengan daerah-
daerah lain. Hanya saja dengan pertimbangan tertentu, kepada daerah-daerah tersebut,
dapat diberikan wewenang khusus yang diatur dengan undang-undang. Jadi, bagi daerah
yang bersifat khusus dan istimewa, secara umum berlaku UU No.32 tahun 2004 dan
Kesimpulan
otonomi daerah. Memang, sekilas UU No. 32 tahun 2004 masih menyisakan banyak
kelemahan, tapi harus diakui pula banyak peluang dari UU tersebut untuk menciptakan
good governance, paling tidak di tataran konseptual akan sangat berarti. Selain beberapa
implikasi positif yang dapat diambil dari UU No. 32 tahun 2004 ini, perdebatan tentang
pilkadal hanya bagian kecil dibanding usaha idealisasi kehidupan bernegara dalam
konteks demokrasi dan otonomi daerah masa sekarang ini. Diskursus demikian tentunya
Pemilihan kepala daerah secara langsung pada saat sekarang ini masih merupakan
tahap awal. Semoga sistem ketatanegaraan Indonesia yang carut marut ini segera dapat
12
dibenahi, sehingga hukum; sebuah permasalahan utama yang menuntut solusi keadilan
panglima.
Saran
5. Adanya kerjasama yang baik antara pemerintah daerah dan masyarakat dalam
7. Mengatasi permasalahan yang terjadi saat ini dengan penuh tanggung jawab dan
13