Studi ini dilakukan untuk mengetahui atribut spesifik industri dari perusahaan yang
bergerak di bidang transportasi, engineering, dan kabel serta barang elektrik yang
mempengaruhi determinan dari struktur modal. Studi ini menggunakan data sekunder dan
sampel yang diambil adalah 22 industri transportasi, 7 industri kabel dan barang elektronik,
dan 8 industri ke-teknik-an. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah leverage dengan
menggunakan Debt to Total Assets Ratio sebagai proksi. Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah ukuran perusahaan, profitabilitas, tangibility, biaya hutang, pajak, likuiditas, dan pajak
bukan hutang.
H01 = Perusahaan dengan persentase aktiva tetap tidak akan mengutamakan struktur
modal.
H02 = Ukuran perusahaan tidak memiliki hubungan negatif dengan struktur modal.
H04 = Tingkat pajak yang tinggi tidak memiliki hubungan positif dengan struktur
modal.
Ha4 = Tingkat pajak yang tinggi memiliki hubungan positif dengan struktur modal.
H05 = Biaya hutang yang tinggi tidak memiliki hubungan negatif dengan struktur
modal.
Ha5 = Biaya hutang yang tinggi memiliki hubungan negatif dengan struktur modal.
H06 = Perusahaan yang memiliki banyak aktiva lancar tidak memiliki struktur modal
lebih kecil.
Ha6 = Perusahaan yang memiliki banyak aktiva lancar memiliki struktur modal lebih
kecil.
H07 = Perusahaan yang memiliki depresiasi tinggi tidak memiliki struktur modal
lebih kecil.
Ha7 = Perusahaan yang memiliki depresiasi tinggi memiliki struktur modal lebih
kecil.
Studi ini menggunakan metode korelasi Spearman dan teknik regresi untuk menganalisis
data sampel dan variabel yang digunakan untuk menginvestigasi dan mengenalkan determinan
dari struktur modal dari perusahaan transportasi, kabel dan barang elektronik, serta perusahaan
ke-teknik-an di Pakistan.
Dimana
LG = Leverage
TG = Tangibilitas
SZ = Ukuran perusahaan
PF = Profitabilitas
TX = Pajak
LQ = Likuiditas
CD = Biaya hutang
Hal ini menjelaskan bahwa tangibilitas berpengaruh positif sebesar 0,083. Perusahaan
transportasi di Pakistan yang memiliki struktur aktiva yang besar lebih mengutamakan
pendanaan dengan hutang untuk mengambil untung dari pajak. Profitabilitas berhubungan
negatif dengan leverage. Hal ini dikarenakan perusahaan lebih memilih memakai dana laba
ditahan untuk mendanai proyek lalu baru memakai hutang jika membutuhkan lebih banyak
dana. Pajak memiliki hubungan positif dengan leverage. Hal ini menunjukan jika pajak
meningkat, perusahaan lebih memilih pendanaan dengan hutang untuk mendapat untung dari
pajak. Pajak bukan hutang memiliki hubungan negatif dengan leverage. Hal ini menunjukan
perusahaan yang memiliki depresiasi yang tinggi tidak memilih pendanaan melalui hutang
karena depresiasi tersebut sudah melindungi perusahaan dari pajak. Likuiditas memiliki
hubungan negatif dengan leverage. Hal ini menunjukan perusahaan yang tingkat likuiditasnya
tinggi lebih memilih sumber internal untuk pendanaan.
Untuk perusahaan yang bergerak dibidang kabel dan barang elektronik peneliti mendapat
persamaan sebagai berikut:
Dari persamaan tersebut dapat dijelaskan bahwa tangibilitas memiliki hubungan negatif
dengan leverage. Hal ini berarti perusahaan dengan aktiva tetap yang tinggi tetap memakai
pendanaan dari ekuitasnya sendiri. Profitabilitas memiliki hubungan positif dengan leverage,
yang berarti sesuai dengan teori signaling dari struktur modal. Pajak memiliki hubungan positif
dengan leverage. Hal ini menunjukan jika pajak naik, maka perusahaan akan memilih hutang
sebagai sumber pendanaan. Pajak bukan hutang memiliki hubungan negatif dengan leverage
yang berarti perusahaan dengan depresiasi yang tinggi lebih memilih pendanaan melalui
ekuitas. Likuiditas memiliki hubungan negatif dengan leverage yang berarti perusahaan
mengutamakan sumber internal sebagai pendanaan. Biaya hutang memiliki hubungan positif
yang berarti perusahaan tetap memilih sumber pendanaan melalui hutang meskipun biaya
untuk mendapat hutang juga naik.
Dari persamaan tersebut dapat dijelaskan bahwa pajak berpengaruh negatif terhadap
leverage karena perusahaan tidak mendapat laba yang cukup untuk menghasilkan tabungan
pajak mereka karena pendanaan hutang. Pajak bukan hutang memiliki hubungan negatif yang
berarti peningkatan tunjangan depresiasi menurunkan kebutuhan untuk pendanaan melalui
hutang karena terdapat perlindungan pajak bukan hutang karena biaya depresiasi. Likuiditas
juga memiliki hubungan negatif dengan leverage. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan tidak
mengutamakan pendanaan melalui hutang, mereka memakai sumber internal terlebih dahulu.
Biaya hutang memiliki hubungan negatif dengan leverage yang berarti perusahaan
menghindari pendanaan dengan hutang ketika biaya untuk mendapatkan hutang meningkat.
Ukuran perusahaan memiliki hubungan positif dengan leverage. Hal ini menjelaskan
perusahaan besar lebih memilih pendanaan melalui hutang karena kemudahan akses dan
kemungkinan bangkrut lebih kecil