Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MAKALAH

BIMBINGAN KONSELING

(KONFERENSI KASUS)

DISUSUN OLEH :

NAMA :1. BUKHARI MUSLIM (E1A017011)

2. ENDAH KURNIA W. (E1A017022)

KELAS : A/III

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

UNIVERSITAS MATARAM

2018
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Kuasa, karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, makalah yang berjudul “Konferensi kasus”dapat kami
selesaikan.Penyusunan makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang konferensi
kasus.

Dalam pembuatan makalah ini, kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata
kuliah BK (Bimbingan Konseling).Selain itu, ucapan terima kasih juga kami tujukan kepada
MAN 2 MATARAM yang telah berkenan mengijinkan kami melakukan observasi. Tak lupa
pula kami ucapkan terimakasih kepada kedua orang tua dan teman-teman kami yang telah
memberikan doa, dorongan, serta bantuan kepada kami sehingga makalah ini dapat kami
selesaikan.

Demikian, makalah ini kami hadirkan dengan segala kelebihan dan kekurangan.Oleh sebab itu,
kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini, sangat kami harapkan.Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan bagi pembaca.

Mataram, 28 November 2018

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman judul.................................................................................................................................
Daftar Isi.........................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................
1.Latar Belakang ..........................................................................................................................
2. Tujuan.......................................................................................................................................
3. Rumusan Masalah....................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN............................................................................ ……………………


1. Pengertian konferensi kasus………………………………………………………………….
2. Tujuan konferensi kasus………………………………………………………………………
3. Komponen konferensi kasus…………………………………………………………………
4. Teknik dalam penerapan konferensi kasus……………………………………………………
5. Langkah langkah konferensi kasus……………………………………………………………
6. Pelaksanaan konferensi kasus………………………………………………………………..
7. Pihak yang terlibat dalam konferensi kasus………………………………………………….
8. Kendala dalam penerapan konferensi kasus………………………………………………….

BAB III PENUTUP.................................................................................... …………………….


1. Kesimpulan..............................................................................................................................
2. Saran………………………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.Latar Belakang
Konferensi kasus merupakan kegiatan pendukung atau pelengkap dalam Bimbingan
dan Konseling untuk membahas permasalahan siswa (konseli) dalam suatu pertemuan, yang
dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan, kemudahan dan komitmen bagi
terentaskannya permasalahan siswa (konseli).
Memang, tidak semua masalah yang dihadapi siswa (konseli) harus dilakukan
konferensi kasus. Tetapi untuk masalah-masalah yang tergolong pelik dan perlu keterlibatan
pihak lain tampaknya konferensi kasus sangat penting untuk dilaksanakan. Melalui konferensi
kasus, proses penyelesaian masalah siswa (konseli) dilakukan tidak hanya mengandalkan pada
konselor di sekolah semata, tetapi bisa dilakukan secara kolaboratif, dengan melibatkan
berbagai pihak yang dianggap kompeten dan memiliki kepentingan dengan permasalahan
yang dihadapi siswa (konseli).
Kendati demikian, pertemuan konferensi kasus bersifat terbatas dan tertutup.Artinya,
tidak semua pihak bisa disertakan dalam konferensi kasus, hanya mereka yang dianggap
memiliki pengaruh dan kepentingan langsung dengan permasalahan siswa (konseli) yang
boleh dilibatkan dalam konferensi kasus.Begitu juga, setiap pembicaraan yang muncul dalam
konferensi kasus bersifat rahasia dan hanya untuk diketahui oleh para peserta konferensi.
Konferensi kasus bukanlah sejenis “sidang pengadilan” yang akan menentukan
hukuman bagi siswa. Misalkan, konferensi kasus untuk membahas kasus narkoba yang
dialami siswa X. Keputusan yang diambil dalam konferensi bukan bersifat “mengadili” siswa
yang bersangkutan, yang ujung-ujungnya siswa dipaksa harus dikeluarkan dari sekolah, akan
tetapi konferensi kasus harus bisa menghasilkan keputusan bagaimana cara terbaik agar siswa
tersebut bisa sembuh dari ketergantungan narkoba.

2. Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah Bimbingan
Konseling (BK).Makalah ini diharapkan dapat lebih memberikan gambaran yang
positif.Lebih dari itu, diharapkan gagasan yang disampaikan dalam makalah ini dapat menjadi
materi yang dapat bermanfaat bagi kita semua.

3. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian konferensi kasus ?
2. Apa tujuan dilakukannya konferensi kasus ?
3. Bagaimana komponen yang dilakukan dalam konferensi kasus ?
4. Teknik apa saja yang dilakukan dalam konferensi kasus ?
5. Langkah – langkah apa saja yang dilaksanakan dalam menempuh konferensi kasus ?
6. Seperti apa pelaksanaan konferensi kasus ?
7. Siapa saja yang biasanya terlibat dalam konferensi kasus ?
8. Kapan terjadi kendala dalam penerapan konferensi kasus ?

BAB III

PEMBAHASAN

1. Pengertian konferensi kasus


Konferensi kasus merupakan forum terbatas yang dilakukan oleh pembimbing atau
konselor guna membahas suatu permasalahan dan arah pemecahannya.Konferensi kasus
direncanakan dan dipimpin oleh pembimbing atau konselor, dihadiri oleh pihak-pihak
tertentu yang terkait dengan kasus dan upaya pemecahannya.Pihak-pihak yang terkait
diharapkan memiliki komitmen yang tinggi untuk teratasinya kasus secara baik dan tuntas.
Sesuai dengan sifatnya yang kasus, pertemuan konferensi kasus bukan pertemuan
formal, dalam arti berdasarkan surat keputusan tertentu. Penyelenggaraan kasus tidak terikat
pada jumlah peserta tertentu, waktu dan jadwal pertemuan tertentu, serta keharusan
membuat surat keputusan tertentu. Konferensi kasus merupakan pertemuan terbuka, dalam
arti terbuka untuk kasus yang dibahas, terbuka dari segi pihak-pihak yang diundang, terbuka
dalam waktu penyelenggaraan, terbuka dalam dinamika kegiatan, dan terbuka dalam hasil-
hasilnya, namun tetap menjunjung tinggi norma-norma dan kaidah-kaidah, prinsip-prinsip,
ddan asas-asas pelayanan bimbingan dan konseling.
Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling terhadap siswa / klien, guru
pembimbing / konselor melaksanakan berbagai cara, apalagi bila permasalahan yang
dihadapi memerlukan layanan terpadu, antara lain melalui konferensi kasus.
Dalam konferensi kasus secara spesifik dibahas permasalahan yang dialami oleh
siswa tertentu dalam suatu forum diskusi yang melibatkan pihak-pihak yang terkait (seperti
koordinator bimbingan, guru pembimbing, wali kelas, guru mata pelajaran, kepala sekolah,
orang tua, dan tenaga ahli lainnya) yang akan diharapkan dapat memberikan data dan
keterangan lebih lanjut serta kemudahan-kenudahan bagi terpecahkannya permasalahan
tersebut. Konferensi kasus diselenggarakan adalah bersifat terbatas dan tertutup.Jadi,
konferensi kasus diselenggarakan untuk menjaring data serta alternatif pemecahan dalam
menangani suatu permasalahan yang pada akhirnya terwujud konsep pemecahan yang
bersifat konstruktif terhadap permasalahan siswa di sekolah.Dalam suatu konferensi kasus
dapat sekaligus dibicarakan berbagai permasalahan yang dialami siswa, yaitu permasalahan
pribadi, sosial, belajar, dan permasalahan karier.

2. Tujuan Konferensi Kasus


Secara umum konferensi kasus bertujuan untuk mengumpulkan data secara lebih luas dan
akurat serta menggalang komitmen pihak-pihak yang terkait dengan kasus (masalah tertentu)
dalam rangka pemecahan masalah.
Secara khusus tujuan konferensi kasus berkenaan dengan fungsi-fungsi tertentu layanan
bimbingan dan konseling. Berkenaan dengan fungsi pemahaman, semakin lengkap dan akurat
data tentang permasalahan yang dibahas, maka akan semakin dipahami secara mendalam
permasalahan itu oleh konselor dan pihak-pihak lain yang hadir dalam konferensi kasus.
Selanjutnya, pemahaman tersebut digunakan untuk menangani permasalahan baik dalam arah
pencegahan kemungkinan-kemungkinan terjadi hal-hal yang lebih merugikan (fungsi
pencegahan) maupun arah pengentasan masalah yang dialami oleh klien (siswa) (fungsi
pengentasan (Prayitno, 2004)).
Secara khusus tujuan konferensi kasus yang lain yaitu untuk mendapatkan suatu
konsensus dari para ahli dalam menafsirkan data atau informasi yang cukup memadai dan
komprehensif tentang diri siswa / kasus guna memudahkan pengambilan keputusan,
menetapkan cara yang terbaik untuk menangani kasus, sebagai langkah awal dalam penetapan
rujukan bila dibutuhkan bantuan di luar kemampuan dan tanggung jawab guru pembimbing /
konselor, dan adanya koordinasi dalam penanggulangan masalah oleh berbagai pihak yang
berkepentingan.
Selain itu, tujuan konferensi kasus adalah untuk pengembangan dan pemeliharaan
potensi-potensi individu (siswa) atau pihak-pihak yang terkait dengan permasalahan yang
dibahas dalam konferensi kasus (fungsi pengembangan dan pemeliharaan).Dengan tercegah
dan terentaskannya permasalahan serta berkembang dan terpeliharanya berbagai potensi,
berarti hak-hak klien (siswa) dapat terjaga dan terpelihara aktualitasnya (fungsi advokasi
Prayitno, 2004)).

3. Komponen konferensi kasus


Ada tiga komponen utama dalam konferensi kasus, yaitu kasus itu sendiri, peserta, dan
pembimbing atau konselor.
Pertama, kasus-kasus yang dibahas dalam konferensi kasus dapat mencakup :
(a) Masalah klien yang sedang ditangani oleh konselor,
(b) Masalah yang dialami seseorang atau beberapa orang yang belum ditangani oleh konselor,
(c) Kondisi lingkungan yang terindikasi atau berpotensi bermasalah,
(d) Laporan terjadinya masalah tertentu,
(e) Isu yang patut ditanggapi dan memperoleh penanganan yang memadai.
Kedua, peserta.Para peserta dalam konferensi kasus pada dasarnya adalah semua pihak yang
terkait dengan kasus atau permasalahan yang dibahas. Secara lebih rinci, pihak-pihak yang
terkait dengan permasalahan (peserta konferensi kasus) adalah :
(a) Individu (seorang atau lebih) yang secara langsung mengalami masalah,
(b) Individu (seseorang atau lebih) yang terindikasi mengalami masalah,
(c) Orang-orang yang berperan penting berkenaan dengan masalah yang dibahas,
(d) Orang-orang yang dapat memberikan sumbangan bagi pencapaian tujuan konferensi
kasus,
(e) Ahli berkenaan dengan masalah yang dibahas.
Ketiga, konselor (pembimbing) merupakan penyelenggara konferensi kasus mulai
perencanaan, pelaksanaan, penggunaan hasil, hingga pelaporan secara menyeluruh.

4. Teknik dalam penerapan konferensi kasus


Implementasi konferensi kasus dapat menerapkan beberapa teknik sebagai berikut
:pertama, kelompok nonformal. Konferensi kasus menggunakan teknik ini bersifat tidak
resmi, artinya tidak menggunakan cara-cara tertentu yang bersifat instruksional, atau tidak ada
instruksi atau perintah dari siapa pun.
Kedua, pendekatan normatif. Penerapan teknik ini harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
(a) Penyebutan nama seseorang harus disertai penerapan asas kerahasiaan (apabila
memungkinkan penyebutan nama dihindari).
(b) Pengungkapan sesuatu dan pembahasannya harus didasarkan pada tujuan positif
yang menguntungkan semua pihak yang terkait. Dengan perkataan lain, apa pun yang
dibahas tidak merugikan pihak-pihak tertentu.
(c) pembicaraan dalam suasana bebas dan terbuka, objektif tanpa pamrih, dan tidak
didasarkan asas criteria kalah menang.
(d) Diminta kelompok diwarnai semangat memberi dan menerima.
(e) Bahasa dan cara-cara yang digunakan diwarnai oleh asas kenormatifan.
Ketiga, pembicaraan terfokus. Semua peserta konferensi kasus bebas mengembangkan apa
yang diketahui, dipikirkan, dirasakan, dialami, dan dibayangkan akan terjadi berkaitan dengan
kasus yang dibicarakan, namun jangan sampai pembicaraan meluas di luar konteks, mengada-
ada, apalagi sampai menyentuh daerah yang menyinggung pribadi-pribadi tertentu. Untuk itu,
konselor harus mampu :
(a) Membangun suasana nyaman bagi seluruh peserta dalam mengikuti pembiaraan,
(b) Mendorong para peserta untuk berperan optimal dalam pembahasan kasus,
(c) Mengambil inti pembicaraan dan menyimpulkan seluruh isi pembicaraan.

5. Langkah-langkah konferensi kasus


konferensi kasus dapat ditempuh melalui langkah-langkah sebagai berikut :
1. Kepala sekolah atau koordinator BK / konselor mengundang para peserta konferensi
kasus,baik atas insiatif guru,wali kelas atau konselor itu sendiri.mereka yang diundang adalah
orang-orang yang memilki pengaruh kuat atas permasalahan dihadapi siswa (konseli) dan
mereka yang dipandang memiliki keahlihan tertentu terkait dengan permasalahan yang
dihadapi siswa (konseli),seperti :orang tua,wali,kepala sekolah,guru tertentu yang memilki
kepentingan dengan masalah siswa (konseli),wali kelas,dan bila perlu dapat menghadirkan
ahli dari luar yang berkepentingan dengan masalah siswa (konseli),seperti :
psikolog,dokter,dan ahli lain yang terkait.
2.Pada saat awal pertemuan konferensi kasus,kepala sekolah atau konselor membuka acara
pertemuan dengan menyampaikan maksud dan tujuan dilaksanakan konferensi kasus dan
permintaan komitmen dari para peserta untuk membantu mengentaskan masalah yang
dihadapi siswa (konseli),serta menyampaikan pentingnya pemenuhan asas-asas dalam
bimbingan dan konseli,khususnya asas kerahasiaan.
3. Guru atau konselor menampilkan dan mendekripsikan permasalahan yang dihadapi siswa
(konseli).dalam mendeskripsikan masalah siswa (konseli),terlebih dahulu disampaikan
tentang hal-hal positif dari siswa (konseli),misalkan tentang potensi,sikap,dan perilaku
positif yang dimiliki siswa (konseli),sehingga para peserta bisa melihat hal-hal positif dari
siswa (konseli) yang bersangkutan.selanjutnya,disampaikan berbagai gejala dan
permasalahan siswa (konseli) dan data / informasi lainnya tentang siswa (konseli) yang
sudah terindentifikasi / terinventarisasi,serta upaya-upaya pengentasan yang telah dilakukan
sebelumnya.
4. Setelah pemaparan masalah siswa (konseli),selanjutnya para peserta lain mendiskusikan dan
diminta tanggapan,masukan,dan konstribusi persetujuan atau penerimaan tugas dan peran
masing-masing dalam rangka pengetahuan / remedial atas masalah yang dihadapi siswa
(konseli).
5. Setelah berdiskusi atau mungkin juga berdebat,maka selanjutnya konferensi menyimpulkan
beberapa rekomendasi / keputusan berupa alternatif-alternatif untuk dipertimbangkan oleh
konselor,para peserta,dan siswa (konseli) yang bersangkutan untuk mengambil langkah-
langkah penting berikutnya dalam rangka pengentasan masalah siswa (konseli).

6. Pelaksanaan Konferensi kasus


Konferensi kasus dapat dilaksanakan di mana saja, di tempat konselor bertugas dan
mempraktikkan pelayanan professional, di sekolah dan madrasah yang menyangkut siswa
atau personil sekolah dan madrasah dan di tempat-tempat lainnya, atau dibuat kesepakatan
antara konselor dan peserta serta pihak yang bertanggung jawab atas tempat tertentu.
Prinsipnya, tempat berlangsungnya konferensi kasus harus nyaman dan kondusif mendukung
pelaksanaan konferensi kasus sesuai tuntutan asas-asas konseling.
Pelaksanaan konferensi kasus menempuh tahap-tahap sebagai berikut : Perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi, analisis hasil evaluasi, tindak lanjut, dan laporan.
Pertama,Perencanaan. Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan adalah :
(a) Menetapkan kasus yang akan dibawa ke konferensi,
(b) Meyakinkan klien (siswa) tentang pentingnya konferensi kasus,
(c) Menetapkan peserta konferensi kasus,
(d) Menetapkan waktu atau tempat konferensi kasus,
(e) Menyiapkan kelengkapan bahan atau materi untuk pembahasan dalam
konferensi kasus
(f) Menyiapkan fasilitas penyeleggaraan konferensi kasus,
(g) Menyiapkan kelengkapan administrasi.

Kedua,pelaksanaan.Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan adalah:


(a) Mengomunikasikan rencana konferensi kasus kepada para peserta,
(b) Menyelenggarakan konferensi kasus, yang meliputi kegiatan :
(1) Membuka pertemuan,
(2) Menyelenggarakan penstrukturan dengan asas kerahasiaan sebagai pokok kasus,
(3) Meminta komitmen peserta untuk penanganan kasus,
(4) Membahas kasus,
(5) Menegaskan peran masing-masing peserta dalam penanganan kasus,
(6) Menyimpulkan hasil pembahasan, dan memantapkan komitmen pserta, dan
(7) Menutup pertemuan.

Ketiga Evaluasi. Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan adalah :


(a) Mengevaluasi kelengkapan dan kemanfaatan hasil konferensi kasus, serta komitmen
peserta dalam penanganan kasus
(b) Mengevaluasi proses pelaksanaan konferensi kasus.
Keempat,analisis hasil evaluasi. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah melakukan
analisis (pembahasan) terhadap efektivitas hasil konferensi kasus terhadap penanganan
kasus.
Kelima,tindak lanjut. Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan adalah :
(a) Menggunakan hasil analisis untuk melengkapi data dan memperkuat komitmen
penanganan kasus
(b) Mempertimbangkan apakah diperlukan konferensi kasus lanjutan.
Keenam, laporan. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah :
(a) Menyusun laporan kegiatan konferensi kasus,
(b) Mengoptimalkan laporan kepada pihak-pihak yang terkait dengan kasus yang telah
dibahas,
(c) Mendokumentasikan laporan yang telah disusun.

7. Pihak yang terlibat


Tentu jika dalam konferensi kasus pasti ada pihak-pihak yang ikut terlibat dalam
konferensi kasus;
1. Siswa yang bersangkutan
2. Wakil kesiswaan
3. Kepala sekolah
4. Wali kelas
5. Guru mata pelajaran
6. Guru bk, dan
7. Wali murid

8.Kendala dalam konferensi kasus


Dalam penerapan konferensi kasus tentu memiliki kendala-kendala yang menghambat
diadakannya konferensi kasus,yaitu :
1. Waktu
2. Wali murid, dan
3. Siswa yang bersangkutan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Konferensi kasus merupakan kegiatan pendukung atau pelengkapan dalam
bimbingan dan konseli untuk membahas permasalahan siswa (konseli) dalam suatu
pertemuan,yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan,kemudahan
dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan siswa (konseli).secara umum,tujuan di
adakan konferensi kasus yaitu untuk mengusahakan cara yang terbaik pada pemecahan
masalah yang dialami siswa (konseli).dalam melaksanakan konferensi kasus,membutuhkan
kerja sama anatara orang yang memilki masalah dengan orang yang bisa membantu
menyelesaikan masalah tersebut. Fakta yang terjadi didalam dunia pendidikan,seseorang
siswa yang mengalami masalah seperti kesulitan dalam belajar sangat membutuhkan
bantuan agar dapat terentas dari kesulitan belajar tersebut.salah satu langkah yang dapat
kita lakukan adalah kita mengundang siswa tersebut,guru konselor dan guru mata pelajaran
tersebut.kita bersama-sama mencari tau apa yang menyebabkan siswa tersebut mengalami
kesulitan dalam belajar.konselor dapat mencari tau informasi yang berkaitan dengan
kondisi jiwa dan psikis dari siswa tersebut.

B. saran
sebuah masalah yang harus kita selesaikan dengan cara usaha usaha yang dapat
memecahkan masalah tersebut. Untuk itu perlu melakukan sebuah konferensi kasus agar
masalah yang ada dapat menemukan jalan keluar atau solusi terbaik dari masalah
tersebut.Terutama bagi siswa siswi yang mengalami kesulitan dalam bidang akdemiknya. Jadi
seorang guru dan konselor harus bekerja sama dengan baik, agar masalah yang dialami siswa
siswi terselesaikan atau terpecahkan secara efektif.
DAFTAR PUSTAKA

Sukardi, dewa ketut. 2000. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di
Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta.

Prayitno,dkk. 1999. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Rineka Cipta

Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi). Jakarta :
Rajawali Pers

http://synaralwadudu.bogspot.in/2014/01/makalah-konferensi-kasus.html.

http://dediirawan66.blogspot.in/2012/12/makalah-konferensi-kasus-9.html.

Anda mungkin juga menyukai