Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan mulut merupakan hal penting untuk kesehatan secara umum

dan kualitas hidup. Kesehatan mulut berarti terbebas kanker tenggorokan,

infeksi dan luka pada mulut, penyakit gusi, kerusakan gigi, kehilangan gigi,

dan penyakit lainnya, sehingga terjadi gangguan yang membatasi dalam

menggigit, mengunyah, tersenyum, berbicara, dan kesejahteraan psikososial

(WHO, 2012 dalam Widayati, 2017). Salah satu kesehatan mulut adalah

kesehatan gigi. Kesehatan gigi menjadi hal yang penting, khususnya bagi

perkembangan anak. Karies gigi merupakan salah satu gangguan kesehatan

gigi yang banyak menyerang anak-anak maupun dewasa, baik pada gigi susu

maupun gigi permanen.

Karies gigi menjadi salah satu masalah kesehatan serius pada anak usia

sekolah, anak usia sekolah adalah anak dalam rentang usia 6 sampai 12 tahun

(Potter & Perry, 2010). Anak usia 6-12 tahun merupakan kelompok usia yang

kritis dan mempunyai sifat khusus yaitu transisi atau pergantian dari gigi susu

ke gigi permanen (Suciari dkk, 2015 dalam Norfai dan Eddy, 2017). Namun

faktanya anak dibawah umur 6 tahun atau bisa disebut dengan anak

prasekolah juga banyak yang mengalami masalah kesehatan gigi dengan salah

satu penyebabnya yaitu terlalu sering mencerna dan mengonsumsi makan

jajanan yang tidak diatur baik dengan rasa manis atau masam.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2007 dalam Nofair, dkk

(2017) menyatakan bahwa angka kejadian karies gigi pada anak mengalami

perlonjakan 60-90% sedangkan menurut data dari PDGI (Persatuan Dokter

Gigi Indonesia) menyebutkan bahwa sedikitnya 89% penderita karies adalah

anak-anak. Berdasarkan hasil karakteristik survey kesehatan, prevalensi

keries gigi pada balita usia 3-5 tahun sebesar 81,7%. Prevalensi karies gigi

menurut kelompok usianya, usia 3 tahun (60%), usia 4 tahun (85%) dan usia

5 tahun (86,4%), dengan demikian golongan umur balita merupakan

golongan rawan terjafinya karies gigi. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

menyebutkan bahwa prevalensi nasional masalah gigi dan mulut dijumpai

sebesar 25,9%, sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan

mulut diatas angka nasional, sedangkan proporsi penduduk umur ≥10 tahun

sebagian besar (93,8%) menyikat gigi setiap hari dan sebanyak 15 provinsi

berada dibawah prevalensi nasional. Provinsi dengan proporsi tertinggi

adalah DKI Jakarta (98,1%) dan terendah Papua (49,6%). Sebagian besar

penduduk juga menyikat gigi pada saat mandi sore, yaitu sebesar 79,7 persen

dengan urutan tertinggi di Bengkulu sebesar 94,2 persen, dan yang terendah

di Sulawesi Selatan sebesar 43,2 persen. Sebagian besar penduduk menyikat

gigi setiap hari saat mandi pagi atau mandi sore. Kebiasaan yang keliru

hampir merata di seluruh kelompok umur. Kebiasaan benar menyikat gigi

penduduk Indonesia hanya 2,3 persen. Provinsi tertinggi untuk perilaku

menyikat gigi dengan benar adalah Sulawesi Batar yaitu 8,0 persen

sedangkan Kalimantan Selatan mempunyi proporsi 5,0% (Balitbangkes,

2013).
Karies gigi terjadi karena sejumlah faktor yang saling mempengaruhi yaitu

tiga faktor utama yakni gigi, saliva, mikroorganisme serta substrat dan waktu

sebagai faktor tambahan (Putri, dkk, 2011). Keempat faktor tersebut

digambarkan sebagai lingkaran, apabila keempat faktor tersebut saling

tumpang tindih maka akan terjadi karies gigi. Karies gigi juga dipengaruhi

oleh faktor-faktor yang secara tidak langsung yang disebut sebagai faktor luar

atau faktor eksternal yaitu perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan dan

keturunan (Notoatmodjo,2011). Selain itu juga, faktor yang menyebabkan

karies gigi adalah makanan dan minuman yang mengandung banyak gula.

Orang tua yang memiliki anggapan tidak perlu merawat gigi anak, karena

suatu saat nanti gigi anak akan tanggal dan digantikan dengan gigi tetap. Gigi

sulung pada anak pra sekolah, jika mengalami karies dan tidak dilakukan

perawatan sampai karies lanjut, maka akan mengakibatkan fungsi

penguyahan dan tanggalnya gigi secara dini sehingga menyebabkan erupsi

gigi permanen tidak normal (Supariani, dkk, 2013).

Berdasarkan latar belakang diatas, pada penelitian ini akan dipelajari

hubungan frekuensi makanan jajanan dengan kejadian karies gigi pada anak

usia prasekolah dalam upaya pencegahan gigi karies dengan mengurangi

konsumsi jajanan makanan yang memicu terjadinya karies gigi di PAUD AL-

HIDAYAH di Desa Sumbersuko Kecamatan Tajinan. Penelitian ini bertujuan

untuk menganalisis hubungan frekuensi makanan jajanan dengan kejadian

karies gigi pada anak usia prasekolah.

1.2 Rumusan Masalah


Apakah ada hubungan antara frekuensi jajanan makanan dengan kejadian

karies gigi pada anak prasekolah di PAUD AL-HIDAYAH di Desa

Sumbersuko Kecamatan Tajinan.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui apakah ada hubungan antara frekuensi makanan

jajanan dan kejadian karies serta mengetahui penyebab-penyebab

karies pada anak.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui frekuensi makanan jajanan dengan kejadian

karies di PAUD AL-HIDAYAH di Desa Sumbersuko

Kecamatan Tajinan.

2. Untuk mengetahui tingkat kejadian karies gigi anak di PAUD

AL-HIDAYAH di Desa Sumbersuko Kecamatan Tajinan.

3. Untuk menganalisis hubungan frekuensi makanan dengan

kejadian karies gigi anak di PAUD AL-HIDAYAH di Desa

Sumbersuko Kecamatan Tajinan.

1.4 Manfaat

1. Bagi institusi atau yayasan

Diharapkan adanya penelitian ini dapat memberikan masukan

kepada jajaran pegawai institusi atau yayasan untuk memantau atau

memberikan penerapan dalam menjaga kebersihan gigi.

2. Bagi responden
Diharapkan adanya penelitian ini bisa memberikan pengetahuan

dan acuan kepada responden tentang penyebab-penyebab karies serta

bagaimana cara penanggulangannya.

3. Bagi peneliti

Diharapkan dilakukan penelitian ini dapat memperluas

pengetahuan, pengalaman baru, dan dapat menerapkan teori yang

dipelajari.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan informasi dan

pedoman bagi peneliti lain yang akan mengembangkan topik yang

berkaitan dengan kesehatan gigi anak.

1.5 Batasan Penelitian

Batasan penelitian ini hanya membahas tentang hubungan frekuensi

konsumsi makanan jajanan anak dengan kejadian karies di PAUD AL-

HIDAYAH di Desa Sumbersuko Kecamatan Tajinan.


PROPOSAL
HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI MAKANAN JAJANAN
DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK
PRASEKOLAH

(Studi di PAUD AL-HIDAYAH di Desa Sumbersuko Kecamatan Tajinan)

OLEH

MARSIS ANASARI

14.20.064

PROGAM STUDI S1- KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN

KABUPATEN MALANG

Anda mungkin juga menyukai