Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM LINGKUNGAN

PERCOBAAN 1
ANALISA SAMPAH

NAMA : ANINDA MULANI


NIM : 1710815320001
KELOMPOK : VI
ASISTEN : DANIEL GUNTUR LAKSANA PUTRA

NILAI PARAF

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

2019
PERCOBAAN 1
ANALISA SAMPAH

I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan percobaan pada praktikum ini adalah untuk mengetahui
komposisi sampah dan densitas sampah.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Undang-undang No. 18 tahun 2008 tentang pengelolaab sampah
menjelaskan bahwa sampah merupakan sisa sehari-hari manusia dan atau
proses alam yang berbentuk padat. Manik (2007: 67) memberi pengertian
bahwa sampah adalah sesuatu atau benda yang sudah tidak dipergunakan
dan harus dibuang Sampah yang dihasilkan oleh kegiatan manusia.
Pendapat lain mengatakan bahwa Sampah adalah merupakan benda yang
sudah tidak berguna, tidak disukai atau sesuatu yang harus dibuang, dan
berasal dari aktifitas manusia dan proses alam (Nainggolan, 2019).
Sedangkan dalam PP no 18 tahun 1999 jo PP no 85 tahun 1999 Tentang
Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun, secara umum limbah
didefinisikan sebagai bahan sisa suatu kegiatan atau proses produksi (Astha,
dkk., 2018).
Definisi sampah saat ini mengalami pergeseran karena aspek
pembuangan tidak disebutkan secara rinci, saat ini kecenderungan untuk
tidak membuang sampah begitu saja, namun dioptimalkan agar sampah
langsung di daur ulang. Hal tersebut juga menjadi salah satu isi UU no 18
tahun 2008 tentang pengelolaan sampah. Berdasarkan UU no 18 tahun 2008,
disebutkan bahwa sampah adalah sisa kegiatan sehari – hari manusia atau
alam yang berbentuk padat. Berdasarkan rumusan pengertian dan pendapat
diatas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan sampah ialah
semua jenis benda atau barang bangunan/kotoran manusia, hewan atau
tumbuh-tumbuhan atau yang berasal dari aktivitas kehidupan manusia dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya yang dapat menimbulkan dan atau
mengakibatkan pengotoran terhadap air, tanah dan udara sehingga dapat
menimbulkan pengrusakan lingkungan hidup manusia (Astha, dkk., 2018).
Limbah rumah tangga dan limbah padat adalah hal yang tidak dapat
dipisahkan karena dalam penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar
limbah rumah tangga berasal dari dapur, dan limbah dapur biasanya padat
dengan sedikit atau tanpa kandungan cairan di dalamnya. Limbah rumah
tangga didefinisikan sebagai jenis limbah padat yang dihasilkan dari
bangunan tempat tinggal. Hakami dan Seif (2015) dalam Umeh, dkk (2019)
mendefinisikan limbah rumah tangga sebagai jenis limbah padat kota dan
sebagian besar terdiri dari plastik, kertas, gelas, logam, organik, kayu dan
lainnya.
Menurut Nunung (2013) dalam Astha, dkk (2018), jenis-jenis sampah
dibagi berdasarkan sumbernya, terdiri atas sampah alam merupakan hasil
dari alam seperti dedaunan yang jatuh secara alami dari batang dan ranting
pohon; sampah manusia merupakan hasil dari sisa pencernaan manusia;
sampah nuklir/radioaktif adalah bahan atau sisa peralatan yang telah terkena
zat radioaktif yang sudah tidak dapat dipergunakan lagi oleh instalasi
radiaktof, jenis sampah ini sangat berbahaya bagi manusia maupun
lingkungan apabila sampah ini tidak diolah dengan cermat; sampah industri
adalah sampah yang berasal dari seluruh rangkaian proses produksi industri
seperti sisa bahan kimia, serpihan atau potongan kertas, kayu, garmen dll;
sampah pertambangan adalah jenis sampah yang dihasilkan dari proses
pertambangan seperti batubara, pasir maupun sisa-sisa pembakaran (arang).
Sampah berdasarkan sifatnya, terdiri atas sampah organik/dapat terurai
(degradable), jenis sampah ini merupakan jenis sampah yang dapat dengan
mudah membusuk seperti sisa makanan dan sayuran, daun-daun kering
karena jenis sampah ini dapat diolah kembali menjadi pupuk kompos;
sampah anorganik/tidak dapat terurai (undegradable), jenis sampah ini
biasanya dapat diolah kembali menjadi kerajinan, uang seperti sampah
plastik, kaca, sisa garmen, kayu, kaleng dan sebagainya. Sampah
berdasarkan bentuknya, terdiri atas sampah padat adalah segala bahan buang
selain kotoran manusia, urine dan sampah cair, dapat berupa sampah dapur,
sampah kebun, plastik, metal dan lain-lain; sampah cair adalah bahan cairan
yang telah digunakan dan tidak diperlukan kembali dan dibuang ke tempat
pembuangan sampah seperti cairan sabun, cairan detergen, maupun cairan
kimia dan obat – obatan.
Terdapat beberapa pilihan pengolahan sampah, yaitu landfilling,
recycle, combusting, composting, dan anaeribic digestion. Penyingkiran dan
pemusnahan limbah ke dalam tanah (land disposal) merupakan cara yang
selalu disertakan dalam pengelolaan limbah, karena pengolahan limbah
belum menuntaskan permasalahan yang ada. Landfilling mempunyai banyak
resiko akibat kemungkinan pencemaran air tanah, terutama bila digunakan
untuk limbah B-3. Bahkan di negara maju belum ada cara yang dapat
menggantikannya. Cara penyingkiran limbah ke dalam tanah dengan
pengurugan/penimbunan yang dikenal sebagai landfilling diterapkan mula-
mula pada sampah kota, dan bila aplikasinya pada pengolahan sampah kota
melibatkan rekayasa yang memperhatikan aspek sanitasi lingkungan, maka
cara ini dikenal sebagai sanitary lanfill (lahan urug saniter) (Damanhuri dan
Padmi, 2010).
Teknik daur ulang dalam pengolahan limbah padat merupakan teknik
yang paling menghormati lingkungan karena proses daur ulang memerlukan
disortasi limbah organik dan anorganik. Sehingga sampah kering dapat
dimanfaatkan kembali. Daur ulang dalam pengeolahan limbah cair, air
buangan pabrik dapat diolah kembali dengan diendapkan atau dinetralisasi
agar dapat berguna (Astha, dkk., 2018). Contoh recycle dalam kehidupan
sehari-hari seperti membuat tempat sampah dari botol bekas, membuat
tempat pensil dari koran bekas membuat hiasan dari kertas bekas dan
sampah plastik (Ansori, dkk., 2019).
Tujuan utama dari penerapan sistem pengelolaan sampah adalah untuk
mengurangi keberadaan timbulan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat.
Pembakaran sampah merupakan salah satu alternatif pengelolaan sampah
rumah tangga. Kelebihan dari metode pembakaran sampah adalah
kemampuannya dalam mengeliminasi sampah dalam jumlah yang besar
dalam waktu yang relatif singkat. Metode pembakaran sampah tidak hanya
dilakukan di negara berkembang namun juga dilakukan di negara maju
dengan tujuan dan pilihan teknologi yang berbeda (Jouhara, dkk., 2017
dalam Wahyudi, 2019).
Menurut Damanhuri dan Padmi (2010) proses pengomposan
(composting) adalah proses dekomposisi yang dilakukan oleh
mikroorganisme terhadap bahan organik yang biodegradable, atau dikenal
pula sebagai biomas. Pengomposan dapat dipercepat dengan mengatur
faktor-faktor yang mempengaruhinya sehingga berada dalam kondisi yang
optimum untuk proses pengomposan. Kompos umumnya terbuat dari
sampah organik yang berasal dari dedaunan dan kotora hewan, yang sengaja
ditambahkan agar terjadi keseimbangan unsur nitrogen dan karbon sehingga
mempercepat proses pembusukan dan menghasilkan rasio C/N yang ideal.
Kotoran ternak kambing, ayam, sapi ataupun pupuk buatan pabrik seperti
urea bisa ditambahkan dalam proses pengomposan (Sulistyorini, 2005 dalam
Suwatanti & Widiyaningrum, 2017).
Anaerobic digestion merupakan proses degradasi biomassa organik
pada kondisi tanpa oksigen. Sampah organik dari rumah tangga berpotensi
menjadi biomassa untuk diolah menggunakan suatu reaktor (biodigester)
karena mengandung substrat yang mudah didegradasi oleh mikroorganisme.
Pengolahan sampah organik menggunakan menggunakan anaerobic
digestion merupakan proses yang bersifat berkelanjutan dan berpotensi
menguntungkan karena selain mereduksi sampah organik, dalam proses
anaerobic digestion dihasilkan biogas yang memiliki energi tinggi dan
digestate yang dapat digunakan sebagai zat aditif bagi tanah (Jingura &
Matengaifa, 2009 dalam Chaerul & Mardiyah, 2019). Biodigester
merupakan unit pengolahan utama dalam suatu fasilitas bioplant (Chaerul &
Mardiyah, 2019).

III. MATERI DAN METODE


A. ALAT DAN BAHAN
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah keranjang dan
timbangan. Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sampah
organik dan sampah anorganik.
B. METODE
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah keranjang kosong
ditimbang. Kemudian sampah dimasukkan ke dalam keranjang, lalu
ditimbang. Setelah itu, sampah dipilah menjadi organik dan anorganik.
Kemudian, sampah organik dimasukkan ke dalam keranjang dan dipadatkan,
lalu timbang dan ukur volumenya. Lalu, sampah anorganik dimasukkan ke
dalam keranjang dan dipadatkan, lalu timbang dan ukur volumenya.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. HASIL
Tabel 1. Pengukuran sampah keseluruhan
No. Jenis Sampah Berat
1. Sampah domestik 9,53 kg

Tabel 2. Komposisi sampah


No. Jenis Sampah Berat
1. Sampah organik 4,78 kg
2. Sampah anorganik 4,75 kg

Tabel 3. Densitas sampah


No. Jenis Sampah Berat Volume
1. Sampah organik 4,78 kg 11,4 L
2. Sampah anorganik 4,75 kg 36,1 L

Perhitungan 1
Perhitungan komposisi sampah
Diketahui : Berat sampah domestik = 9,53 kg
Berat sampah organik = 4,78 kg
Berat sampah anorganik = 4,75 kg
Ditanya : a. % organik =?
b. % anorganik = ?
Jawab :
berat komponen organik
a. % organik = ×100%
berat sampel
4,78
= ×100% = 50,16%
9,53
berat komponen anorganik
b. % anorganik = ×100%
berat sampel
4,75
= ×100% = 49,84%
9,53
Perhitungan 2
Perhitungan densitas sampah
Diketahui : Berat sampah organik = 4,78 kg
Berat sampah anorganik = 4,75 kg
Volume sampah organik = 11,4 L
Volume sampah anorganik = 36,1 L
Ditanya : a. Densitas sampah organik =?
b. Densitas sampah anorganik = ?
Jawab :
berat sampah organik (kg)
a. Densitas sampah organik =
volume sampah organik (L)
4,78 kg
= = 0,42 kg/L
11,4 L
berat sampah anorganik (kg)
b. Densitas sampah anorganik =
volume sampah anorganik (L)
4,75 kg
= = 0,13 kg/L
36,1 L

B. PEMBAHASAN
Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber
hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai
ekonomis. Pengukuran komposisi sampah sangat diperlukan karena sangat
membantu dalam pemilihan alternatif pengolahan sampah yang sesuai dan
didasarkan pada komposisi dan karakteristik fisik, kimia, dan biologi
sampah. Perbedaan karakteristik sampah disebabkan oleh sumber dimana
sampah tersebut diambil. Dalam percobaan analisa sampah ini menggunakan
beberapa metode pengukuran sampah yaitu komposisi sampah dan densitas
sampah. Sampah yang digunakan pada percobaan ini ialah sampah rumah
tangga atau sampah domestik. Sampah rumah tangga adalah sampah yang
sebagian besar berasal dari dapur, dan sampah dapur biasanya padat dengan
sedikit atau tanpa kandungan cairan di dalamnya. Sampah rumah tangga
didefinisikan sebagai jenis limbah padat yang dihasilkan dari bangunan
tempat tinggal. Hakami dan Seif (2015) dalam Umeh, dkk (2019)
mendefinisikan sampah rumah tangga sebagai jenis limbah padat kota dan
sebagian besar terdiri dari plastik, kertas, gelas, logam, organik, kayu dan
lainnya. Sampah rumah tangga terdiri atas sampah organik/dapat terurai
(degradable), jenis sampah ini merupakan jenis sampah yang dapat dengan
mudah membusuk seperti sisa makanan dan sayuran, daun-daun kering
karena jenis sampah ini dapat diolah kembali menjadi pupuk kompos dan
sampah anorganik/tidak dapat terurai (undegradable), jenis sampah ini
biasanya dapat diolah kembali menjadi kerajinan, uang seperti sampah
plastik, kaca, sisa garmen, kayu, kaleng dan sebagainya.
Pengukuran komposisi sampah bertujuan untuk mengetahui komposisi
sampah yaitu seperti sampah organik dan sampah anorganik. Sampah yang
digunakan pada percobaan ini memiliki berat keseluruhan sebesar 9,53 kg.
Sampah tersebut kemudian dipilah-pilah berdasarkan jenisnya, yaitu
menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Setelah dipilah, keranjang
kosong yang digunakan sebagai tempat sampah organik ditimbang. Dari
hasil pengukuran didapat berat keranjang kosong sebesar 1,87 kg.
Kemudian, masukkan sampah organik ke dalam keranjang dan didapat berat
sampah organik dari hasil pengukuran sebesar 4,78 kg. Begitu juga untuk
sampah anorganik, keranjang kosong yang digunakan sebagai tempat
sampah anorganik ditimbang. Dari hasil pengukuran didapat berat keranjang
kosong sebesar 1,9 kg. Kemudian, masukkan sampah organik ke dalam
keranjang dan didapat berat sampah organik dari hasil pengukuran sebesar
4,75 kg. Setelah didapat berat sampah organik dan anorganik, kita
menghitung persen dari sampah organik dan sampah anorganik. Dari hasil
perhitungan didapat sampah rumah tangga yang digunakan sebagai bahan
percobaan memiliki komposisi sampah organik sebesar 50,16% dan
komposisi sampah anorganik sebesar 49,84%.
Setelah menghitung komposisi sampah, selanjutnya dihitung densitas
sampah. Pengukuran densitas sampah sangat membantu dalam pengelolaan
sampah terutama pada perencanaan kapasitas pengangkutan sampah
misalnya pada gerobak truk pengangkut sampah atau juga pada
penampungan sampah yang akan dibakar dalam insinerator. Pengukuran
densitas sampah dilakukan untuk sampah organik dan sampah anorganik.
Pengukuran densitas sampah organik dilakukan dengan menimbang berat
sampah organik terlebih dahulu, dari hasil pengukuran didapat berat sampah
sebesar 4,78 kg. Setelah itu diukur lebar keranjang, panjang keranjang, dan
tinggi sampah organik. Dari hasil pengukuran didapat lebar keranjang
selebar 20 cm, panjang keranjang sepanjang 19 cm, dan tinggi sampah
organik setinggi 30 cm. Setelah itu dihitung volume sampah organik dengan
rumus lebar dikali panjang dikali tinggi, didapat volume sampah organik
sebesar 11.400 cm3 atau setara dengan 11,4 L. Kemudian dihitung densitas
sampah organik dengan cara membagi berat sampah organik dengan volume
sampah organik, didapat densitas sampah organik sebesar 0,42 kg/L. Begitu
juga untuk sampah anorganik, pengukuran densitas sampah anorganik
dilakukan dengan menimbang berat sampah anorganik terlebih dahulu, dari
hasil pengukuran didapat berat sampah sebesar 4,75 kg. Setelah itu diukur
lebar keranjang, panjang keranjang, dan tinggi sampah anorganik. Dari hasil
pengukuran didapat lebar keranjang selebar 20 cm, panjang keranjang
sepanjang 19 cm, dan tinggi sampah organik setinggi 95 cm. Setelah itu
dihitung volume sampah anorganik dengan rumus lebar dikali panjang dikali
tinggi, didapat volume sampah anorganik sebesar 36.100 cm3 atau setara
dengan 36,1 L. Kemudian dihitung densitas sampah anorganik dengan cara
membagi berat sampah organik dengan volume sampah anorganik, didapat
densitas sampah anorganik sebesar 0,13 kg/L.
V. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan dapat diperoleh kesimpulan untuk komposisi
sampah pada percobaan ini adalah sampah organik sebesar 50,16% dan
sampah anorganik sebesar 49,84%. Densitas sampah organik sebesar 0,42
kg/L dan densitas sampah anorganik sebesar 0,13 kg/L.
DAFTAR PUSTAKA

Ansori, D. Mulyono, G. D. S. Rahayu. 2019. CEC (Center Ecoliteracy of Cibeber)


Pusat Kegiatan Reduce, Reuse, dan Recycle dalam Upaya Mewujudkan
Kawasan Ciseupan Kelurahan Cibeber Sebagai Kawasan Bestari (Bersih,
Sehat, Tertib, dan Lestari). Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. 2(2):
90-102.

Astha, Y., Altim, S. Alam, S. M. Malik. 2018. Waste Management In The


Kawatuna Landfill Side of Palu City. Arcade. 2(1): 1-11.

Chaerul, M., dan Y. Q. Mardiyah. 2019. Anaerobic Digestion untuk Pengolahan


Sampah Organik: Analisis Multikriteria Menggunakan Metode Analytic
Network Process. Serambi Engineering. 4(2): 488-497.

Damanhuri, E., dan T. Padmi. (2010). Diktat Kuliah TL-3104 Pengelolaan


Sampah. Edisi Semester I – 2010/2011: ITB.

Nainggolan, R. R. E. 2019. Analisis Willingness To Pay (WTP) Retribusi


Pengelolaan Sampah di Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung. Jurnal
Ilmu Pemerintahan Widya Praja. 45(1): 33-46.

Suwatanti, E. P. S., dan P. Widiyaningrum. 2017. Pemanfaatan MOL Limbah


Sayur pada Proses Pembuatan Kompos. Jurnal MIPA. 40(1): 1-6.

Umeh, P. P., K. F. Nkwoch, S. O. Iheukwumere. 2019. Geographical Analysis of


Household Waste Generation and Disposal in Taraba State, Northeast
Nigeria. Internasional Journal of Geography and Geology. 8(2): 58-68.

Wahyudi, Jatmiko. 2019. Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dari Pembakaran
Terbuka Sampah Rumah Tangga Menggunakan Model IPCC. Jurnal
Litbang. 15(1): 65-76.

Anda mungkin juga menyukai