Anda di halaman 1dari 5

KUALITAS AIR DAERAH RAWA DI DESA ABUMBUN JAYA

Aninda Mulani, Anshari, April Lisa Inka Lestari, Lovina Gianina, Zulkani
Ridha
Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Lambung Mangkurat
Jl. A. Yani Km.37, Banjarbaru, Kode Pos 70714, Indonesia

Abstrac: Abstract: Abumbun Jaya Village, located in Sungai Tabuk District,


Banjar Regency, South Kalimantan Province. Swamps are “brackish areas,
swamps, peat or water, which occur naturally or artificially, are permanent or
temporary, with static or flowing water, fresh, brackish or salty, including sea
water not more than 6 meters. The Swamp Land in Abumbun Jaya Village that we
observe has an area of 7500 m2. Swamps in Abumbun Jaya Village are classified
as shallow or embankment swamps. Swamp in Abumbun Jaya Village has a soil
pH of 5.4 and a water pH of 5, which indicates that the land and swamp water of
Abumbun Jaya Village has acidic properties. Swamp land in Abumbun Jaya
Village has the potential as agricultural land, therefore swamps are used to grow
rice.
Keywords: Swamp, lebak, agriculture.

Abstrak: Desa Abumbun Jaya yang terletak di Kecamatan Sungai Tabuk,


Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan. Rawa adalah “daerah paya, rawa,
gambut atau air, yang terjadi secara alami atau buatan, bersifat permanen atau
sementara, dengan air yang statis atau mengalir, segar, payau atau asin, termasuk
air laut yang tidak lebih dari 6 meter. Lahan Rawa di Desa Abumbun Jaya yang
kami amati memiliki luas 7500 m2. Rawa di Desa Abumbun Jaya termasuk dalam
rawa lebak dangkal atau lebak pematang. Rawa di Desa Abumbun Jaya memiliki
pH tanah sebesar 5,4 dan pH air sebesar 5 yang menunjukkan tanah dan air rawa
Desa Abumbun Jaya memiliki sifat asam. Lahan rawa di Desa Abumbun Jaya
berpotensi sebagai lahan pertanian, oleh karena itu lahan rawa dimanfaatkan untuk
menaman padi.
Kata kunci: Rawa, lebak, pertanian.

PENDAHULUAN
Indonesia memiliki lahan rawa terluas di kawasan tropika dengan bahan
sedimen yang terdiri atas tanah mineral, tanah gambut, atau kombinasi keduanya.
Diperkirakan rawa yang ada di Indonesia layak untuk budidaya pertanian.
Lahan rawa yang cocok untuk budidaya tanaman umumnya adalah yang bebas
dari pirit minimal di zona perakaran, dan gambut tipis yang tetap bersifat
hidrofilik. Lahan rawa merupakan lahan alternatif untuk pengembangan
pertanian. Lahan rawa terdiri atas lahan pasang surut dan lahan lebak. Lahan rawa
di Indonesia cukup luas dan tersebar di tiga pulau besar, yaitu Sumatera,
Kalimantan, dan Irian Jaya (Papua). Luas lahan rawa Indonesia sekitar 33,40 juta

1
ha, yang terdiri atas rawa pasang surut 20 juta ha dan rawa lebak 13,40 juta ha
(Mardhiati dkk., 2016).
Bentang lahan rawa meliputi wilayah pantai (coastal land), muara sungai,
rawa belakang sampai rawa dalam (deep water land). Lahan rawa umumnya
terletak pada satuan hidrologi sungai-sungai besar. Sungai-sungai besar tersebut
mengalir jauh ke pedalaman melalui anak sungai. Menurut jangkauan pengaruh
pasang dan intrusi air laut maka bentang lahan rawa dapat dibagi ke dalam tiga
zone, yaitu zone I pantai atau perairan air payau, zone II rawa pasang surut atau
perairan air tawar, dan zone III rawa lebak atau peraiaran air tawar pedalaman
(Haryono dkk., 2013).
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2013
Tentang Rawa, rawa disebut sebagai rawa pasang surut apabila memenuhi
kriteria:
a. Terletak di tepi pantai, dekat pantai, muara sungai, atau dekat muara sungai;
b. Tergenangi air yang dipengaruhi pasang surut air laut.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2013
Tentang Rawa, rawa disebut sebagai rawa lebak apabila memenuhi kriteria:
a. Terletak jauh dari pantai;
b. Tergenangi air akibat luapan air sungai atau air hujan yang menggenang
secara periodik atau menerus.
Lahan rawa dapat dipilah menjadi empat tipologi berdasarkan bahan
induknya, yaitu (1) lahan potensial, (2) lahan sulfat masam, (3) lahan gambut, dan
(4) lahan salin (bergaram) atau lahan pantai (Haryono dkk., 2013).
Secara ekologis menurut Komite Nasional Pengelolaan Ekosistem Lahan
Basah (2004) lahan rawa memiliki fungsi dan manfaat sebagai berikut.
a. Sistem perakaran, batang, dan daun vegetasi tertentu di lahan rawa dapat
menambat sedimen serta menjernihkan air.
b. Badan air dan vegetasi yang terdapat pada lahan rawa dapat menahan dan
mendaur ulang unsur hara.
c. Badan air dan keseluruhan komponen lingkungan yang terdapat didalamnya
dapat menurunkan daya racun bahan pencemar yang masuk ke dalamnya.

2
d. Secara keseluruhan kondisi hidrologi dan daur materi pada lahan rawa dapat
menstabilkan iklim mikro, terutama curah hujan dan suhu (untuk lahan rawa
yang berukuran luas).
e. Lahan rawa dapat menyerap dan menyimpan karbon sehingga berfungsi
sebagai pengendali lepasnya karbon ke udara yang berkaitan langsung dengan
perubahan iklim global (rawa gambut).
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengamati secara
langsung di lapangan dan studi literatur. Wilayah yang dijadikan tempat penelitian
adalah Desa Abumbun Jaya yang terletak di Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten
Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan. Data yang di hasilkan dari penetian ini
berupa data kualitatif dan kuantatif.
PEMBAHASAN
A. Definisi Lahan Rawa
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2013 Tentang
Rawa menyatakan rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yang terkandung
di dalamnya, tergenang secara terus-menerus atau musiman, terbentuk secara
alami di lahan yang relatif datar atau cekung dengan endapan mineral atau
gambut, dan ditumbuhi vegetasi, yang merupakan suatu ekosistem. Menurut
Clarkson and Peters (2010) swamps berarti sebuah lahan yang secara tipikal
berupa campuran dari gambut dan mineral yang selalu tergenang dan biasanya
relatif subur karena mendapat sedimentasi dari limpasan lingkungan sekitarnya
(Fahmi, 2018). Menurut Konfrensi Ramsar lahan rawa adalah “daerah paya, rawa,
gambut atau air, yang terjadi secara alami atau buatan, bersifat permanen atau
sementara, dengan air yang statis atau mengalir, segar, payau atau asin, termasuk
air laut yang tidak lebih dari 6 meter” (Fahmi, 2018).
B. Sifat dan Ciri Lahan Rawa Desa Abumbun Jaya
Lahan Rawa di Desa Abumbun Jaya yang kami amati memiliki luas 7500 m 2.
Rawa ini termasuk dalam rawa lebak dangkal atau lebak pematang karena pada
saat musim hujan air hujan menggenang dengan kedalaman 30 cm meter dengan
lama genangan 2 bulan. Tanah di Desa Abumbun Jaya merupakan tanah gambut
sehingga rawa termasuk dalam rawa gambut.

3
Rawa di Desa Abumbun Jaya memiliki pH tanah sebesar 5,4 dan pH air
sebesar 5 yang menunjukkan tanah dan air rawa Desa Abumbun Jaya memiliki
sifat asam. Tanaman yang terdapat di rawa ini dominan padi, selain padi juga
terdapat tanaman palawija karena rawa di daerah ini digunakan sebagai lahan
pertanian. Selain itu binatang yang terdapat di rawa ini berupa tikus, pada bulan
Febtuari – Maret terdapat banyak burung pipit. Pada saat rawa tergenang air juga
terdapat ikan haruan, papuyu, sapat, dan lain-lain di rawa ini.
C. Pemanfaatan Lahan Rawa Desa Abumbun Jaya
Lahan rawa di Desa Abumbun Jaya berpotensi sebagai lahan pertanian, oleh
karena itu lahan rawa dimanfaatkan untuk menaman padi. Padi di tanam pada saat
musim hujan. Setelah padi dipanen, pada musim kemarau untuk mengisi sela-sela
tanam, sawah di tanami tanaman palawija, seperti timun, bawang merah, bawang
prei, dan tomat. Setelah tanaman palawija di panen, lahan disiapkan kembali
untuk menaman padi. Pada saat air menggenang, padi yang dapat ditanam adalah
jenis padi lokal, Padi unggul di tanam mulai pada bulan Oktober.
Tanah rawa di Desa Abumbun Jaya memiliki sifat asam, sehingga sebelum
digunakan untuk media tanam perlu dilakukan pengolahan seperti di beri pupuk
atau kapur agar bisa di tanam. Karena jika tidak diolah terlebih dahulu
pertumbuhan tanaman menjadi kurang subur. Pada saat musim kering, rawa Desa
Abumbun Jaya akan mengering, oleh karena itu pada saat seperti ini pengairan
sawah mengggunakan air irigasi dari Riam Kanan. Sebaliknya pada saat musim
hujan tiba, dengan frekuensi hujan terus menerus mengakibatkan air menggenang
lebih lama, hal ini dapat menunda masa tanam padi, yang menyebabkan bibitnya
menjadi tua.
KESIMPULAN
1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2013 Tentang
Rawa menyatakan rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yang
terkandung di dalamnya, tergenang secara terus-menerus atau musiman,
terbentuk secara alami di lahan yang relatif datar atau cekung dengan endapan
mineral atau gambut, dan ditumbuhi vegetasi, yang merupakan suatu
ekosistem.

4
2. Lahan Rawa di Desa Abumbun Jaya yang kami amati memiliki luas 7500 m2.
Rawa ini termasuk dalam rawa lebak dangkal atau lebak pematang, rawa
gambut. Rawa di Desa Abumbun Jaya memiliki pH tanah sebesar 5,4 dan pH
air sebesar 5 yang menunjukkan tanah dan air rawa Desa Abumbun Jaya
memiliki sifat asam.
3. Lahan rawa di Desa Abumbun Jaya berpotensi sebagai lahan pertanian, oleh
karena itu lahan rawa dimanfaatkan untuk menaman padi.
DAFTAR PUSTAKA
Fahmi, Arifin. 2018. Karakteristik Lahan Rawa. Agricultural Research and
Development.
Haryono, dkk. 2013. Lahan Rawa Penelitian dan Pengembangan. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Komite Nasional Pengelolaan Ekosistem Lahan Basah. 2004. Strategi Nasional
dan Rencana Aksi Pengelolaan Lahan Basah Indonesia. Jakarta: Kementerian
Lingkungan Hidup.
Mardhiati, Lidya, dkk. 2016. Ekologi Lahan Rawa Klasifikasi dan Penyebaran
Lahan Rawa. Universitas Lambung Mangkurat.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. 2013. Rawa. Jakarta: Pemerintah
Republik Indonesia.
Riadi, dkk. 2012. Identifikasi Lahan Rawa dan Daerah Aliran Sungai. Jurnal
Ilmiah Geomatika. 18(2): 123-131.

Anda mungkin juga menyukai