Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi

Submitted : 12 Agustus 2015


Accepted : 31 Agustus 2015 p-ISSN:
Published : 30 September 2015 2088-8139
e-ISSN:
2443-2946

PENGARUH PEMBERIAN HOME CARE OLEH APOTEKER PADA PASIEN


DIABETES MELITUS

THE EFFECT OF HOME CARE PROVIDED BY PHARMACIST ON DIABETIC


PATIENTS

M. Rifqi Rokhman, Chlara Nikke Darakay, Rakta Raditya


Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

ABSTRAK

Salah satu bentuk pelayanan komprehensif bagi pasien diabetes melitus (DM) tipe 2
padafasilitas kesehatan tingkat pertama adalah home care. Penelitian bertujuan melihat
pengaruh pemberian home care oleh apoteker terhadap tingkat kepatuhan, kadar glukosa darah
sewaktu (GDS), dan kualitas hidup pasien DM tipe 2.Penelitian termasuk kuasi eksperimental
yang dilakukan di Puskesmas Srandakan, Bantul pada Maret hingga Juni 2015 dengan metode
pretest-posttest design with control group. Sampel diperoleh dengan metode purposive
sampling. Sebanyak 58 pasien DM tipe 2 dibagi menjadi kelompok kontrol dan perlakuan
masing-masing sebanyak 29 pasien. Pemberian home care dilakukan dalam bentuk konseling
di rumah pasien. Pengukuran kepatuhan menggunakan Morisky Modified Adherence Scale 8,
kadar GDS didapat dari rekam medis pasien, dan kualitas hidup diukur dengan Diabetes Quality
of Life Clinical Trial Questionnaire. Data diolah menggunakan uji Wilcoxon dan Mann-
Whitney. Hasil menunjukkan bahwa pemberian home careoleh apoteker dapat meningkatkan
kepatuhan, kualitas hidup total, dan menurunkan kadar GDS pasien kelompok perlakuan secara
signifikan. Namun demikian,kenaikan kepatuhan, kualitas hidup total, dan penurunan kadar
GDS pasien tersebut belum berbeda secara bermakna jika dibandingkan dengan kelompok
kontrol. Hanya perbaikan domain efek pengobatan dan frekuensi gejala dari kualitas hidup
pasien yang berbeda signifikan jika dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Kata kunci: home care, apoteker, diabetes mellitus, kepatuhan, kualitas hidup

ABSTRACT

One of comprehensive care services for patients with type 2 diabetes mellitus in primary
careis home care. This research
aimed to examine the effect of home care provided by a pharmacist on patient adherence, blood
glucose, and the quality of life of patients with type 2 diabetes. This research was a quasi

225
Volume 5 Nomor 3 – September 2015

experimental study conducted in Srandakan Primary Care, Bantul from March to June 2015
usinga pretest-posttest design method with control group. Samples were obtained by purposive
sampling method. As many as 58 patients with type 2 diabetes were divided into control and
treatment groups with 29 patients in each group. Home care was provided by giving counseling
at the patient's home. Patient adherencewas measured using Morisky Modified
Adherence Scale 8, blood glucose level taken from medical patient’s medical record, and quality
of life determined by the Diabetes Quality of Life Clinical Trial Questionnaire. Data were
analyzed using the Wilcoxon and Mann-Whitney tests.The results showed thathome care by
pharmacist couldsignificantly improve adherence, total quality of life, and the decrease of blood
glucose level in treatment group. However, the increase of adherence, total quality of life, and
the decrease of blood glucose were not significantly different compared with the control group.
There were only 2 domains of patient’s quality of life, namely treatment effect and symptom
frequency,that significantly different compared with the control group.

Keywords: home care, pharmacist, diabetes mellitus, adherence, quality of life


Diabetes melitus (DM) merupakan
penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas
PENDAHULUAN tidak dapat memproduksi insulin dalam
Paradigma pelayanan kefarmasian jumlah yang cukup atau berkurangnya
saat ini telah meluas dari pelayanan yang kemampuan tubuh untuk merespon kerja
hanya berorientasi pada obat menjadi insulin secara efektif.Prevalensi DM di dunia
pelayanan yang berorientasi pada pasien menurut WHO
(Depkes RI, 2008). Salah satu aspek pada tahun 2014 diperkirakan mencapai 9%
pelayanan kefarmasian yang berorientasi dari orang dewasa usia 18 tahun keatas dan
pada pasien dan dapat diterapkan oleh 90% dari seluruh kasus DM merupakan DM
apoteker adalah pemberianhome care tipe
(Depkes RI, 2008). Apoteker melalui home 2 (WHO, 2015). Lebih dari 80% kematian
care diharapkan dapat memberikan suatu akibat diabetes terjadi pada masyarakat
pelayanan berpenghasilan rendah dan negara
kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah berkembang (WHO, 2014). Indonesia
menduduki rangking kelima jumlah
penyandang DM terbanyak dengan jumlah
Korespondensi penderita sebanyak 9,1 juta (IDF, 2014)
M. Rifqi Rokhman, M.Sc., Apt. dengan prevalensi jumlah penderita DM yang
Fakultas Farmasi UGM terdiagnosis dokter tertinggi berada di
Sekip Utara Yogyakarta Yogyakarta (2,6%) (Kemenkes RI, 2013).
Email : m_rifqi_rokhman@ugm.ac.id
Pasien dengan penyakit kronis
untuk memantau efikasi terapi, efek samping, mempunyai kendala pada kepatuhan minum
interaksi obat, dan ketaatan pasien obat. Penelitian Cramer (2004) menegaskan
menggunakan obat terutama pasien lanjut banyak pasien DM mengambil obat dengan
usia dan pasien dengan penyakit kronis jumlah kurang dari yang ditentukan dan
(Venturini et al., 2011). secara keseluruhan tingkat kepatuhan
penggunaan antidiabetik oral antara 36-93%.

226
Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi

Kondisi pengetahuan pasien, kondisi penyakit antidiabetik oral setidaknya 1 bulan,dan


pasien, dan dukungan keluarga dapat pasien merupakan pasien dewasa lebih dari 18
mempengaruhi perilaku kepatuhan pasien dan tahun. Kriteria eksklusi adalah pasien dengan
akan berpengaruh pada luaran klinik pasien penyakit penyerta selain hipertensi dan
(Morisky dan DiMatteo, 2011). hiperlipidemia, pasien yang bekerja sebagai
Penelitian menunjukkan bahwa tenaga kesehatanataupasien mendapat terapi
edukasi oleh tenaga kesehatan dapat insulin.
mengubah perilaku pasien yang Penelitian termasuk dalam kuasi
berperandalam meningkatkan kontrol gula eksperimental dengan metode pretest-posttest
darah pasien (Norris et al., 2002). Home care design with control group (Notoatmodjo,
meliputi pemberian konseling yang 2012). Pengumpulan data dilakukan melalui
bermanfaat meningkatkan kepatuhan pasien kuesioner dan penelusuran rekam medik
dalam penggunaan obat dan menekan angka pasien. Alat yang digunakan adalah kuesioner
kematian serta kerugian akibat penyakit DM kepatuhan Morisky Modified Adherence Scale
baik dari segi biaya maupun turunnya (MMAS-8), kuesioner kualitas hidup
produktivitas pasien (Schnipperet al., 2006). Diabetes Quality of Life Clinical Trial
Kepatuhan pasien terhadap pengobatan sangat Questionnaire (DQOLCTQ), dan panduan
berperan dalam kontrol glukosa darah pasien konseling home care. Chaliks (2012) sudah
DM (Suppapitiporn et al., 2005). Kadar melakukan uji validitas dan reliabilitas
glukosa darah yang terkontrol dengan baik MMAS-8 di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
dapat mengurangi risiko komplikasi akut pada 20 pasien DM tipe 2 dan didapatkan nilai
maupun kronik (Mangesha, 2007).Pemberian Cronbach Alpha sebesar 0,795. Domain
konseling dalam home care akan mengurangi kualitas hidup pada DQOLCTQ meliputi
stres pasien akibat DM dan terkontrolnya fungsi fisik, energi, tekanan kesehatan,
kadar glukosa darah pasien mendekati nilai kesehatan mental, kepuasan pribadi, kepuasan
yang diharapkan serta pada akhirnya akan pengobatan, efek pengobatan, dan frekuensi
meningkatkan kualitas hidup pasien (Karlsen gejala.
et al., 2004).Penelitian bertujuan untuk Jumlah pasien DM tipe 2 yang
mengetahui pengaruh pemberian home memenuhi kriteria inklusi sebanyak 58
careoleh apoteker terhadap peningkatan pasienyaitu 28 pasien DM tipe 2 dan 30 pasien
kepatuhan, penurunan kadar GDSdan DM tipe 2 dengan hipertensi dan
peningkatan kualitas hidup pasien DM tipe 2. hiperlipidemia. Pasien dibagi menjadi
METODE kedalam 2 kelompok yaitukelompok kontrol
Populasi penelitian adalah pasien rawat dan kelompok perlakuan dengan masing-
jalan dengan diagnosa DM tipe 2 di masing 14 pasien DM tipe 2 dan 15 pasien
Puskesmas Srandakan Bantul pada Maret DM tipe 2 dengan hipertensi dan
hingga Juni 2015. Pemilihan sampel dengan hiperlipidemia. Pembagian kelompok
cara purposive sampling. Kriteria inklusi dilakukan secara acak.
adalah pasien dengan diagnosis utama DM Pengambilan data pretest dilakukan
tipe 2, pasien menerima setidaknya satu obat ketika pasien memeriksakan diri ke
antidiabetika oral, pasien telah menggunakan puskesmas. Pasien diminta mengisi kuesioner

227
Volume 5 Nomor 3 – September 2015

MMAS-8dan DQOLCTQ. Data mengenai termasuk pemuda dan lebih dari 65 tahun
gula darah sewaktu (GDS) pasien dilihat dari termasuk setengah baya. Dari data yang
rekam medis.Home care hanya diberikan didapat baik kelompok kontrol maupun
kepada kelompok perlakuan dengan cara perlakuan jumlah pasien yang berusia kurang
mengunjungi rumah pasien sebanyak 1 kali dari 65 tahun lebih banyak dibanding usia
yaitu 2 bulan setelah pengambilan data lebih dari 65 tahun. Hasil ini sesuai dengan
pretest. Pengambilan data posttest kelompok penelitian Wild et al. (2004) yang
perlakuan dilakukan 1 bulan setelah menyebutkan bahwa sebagian besar penderita
pemberian home care.Pada kelompok kontrol diabetes di negara berkembang seperti
pengambilan data posttest dilakukan 3 bulan Indonesia berada pada rentang usia 40-64
setelah pengambilan data pretest. tahun.
Analisa data dari pengaruh home Pasien yang terkena DM tipe 2 dalam
careditentukan dengan membandingkan skor rentang waktu kurang 5 tahun lebih banyak
pre-test dan post-test kedua kelompok serta daripada pasien yang sudah terkena lebih 5
membandingkan skor pretest dan posttest tahun. Semakin lama seseorang menderita
masing-masing kelompok. Analisa data DM maka semakin besar peluang
antara pretest dengan posttest dalam satu terjadinya komplikasi, terutama pada
kelompok menggunakan uji uji Wilcoxson, penderita DM yang memiliki glukosa
sedangkan analisa data antara kelompok darahnya tidak terkontrol dengan baik
kontrol dengan kelompok perlakuan (Butarbutar et al., 2013). Durasi diabetes
menggunakan uji MannWhitney karena data yang semakin lama juga dapat menurunkan
tidak terdistribusi normal. sekresi insulin (Zangeneh et al., 2006) dan
meningkatkan risiko penyakit salah satunya
HASIL DAN PEMBAHASAN penyakit jantung kronis (Fox et al., 2004).
Distribusi karakteristik pasien dalam Risiko meningkat 1,38 kali lebih tinggi untuk
penelitian tertera pada Tabel I. Hasil setiap 10 tahun dalam kenaikan durasi
penelitian menunjukkan lebih banyak pasien diabetes dan risiko kematian akibat penyakit
perempuan yang terkena DM tipe 2. Sherpard jantung koroner menjadi 1,86 kali lebih
(2001) menyebutkan perempuan yang telah tinggi
mengalami menopause akan menurun (Fox et al., 2004).
kemampuan kontrol gula darahnya berkaitan Penyakit penyerta yang paling banyak
dengan penurunan kadar estrogen. Wild et al. diderita pasien adalah hipertensi (29,31%).
(2004) menyebutkan laki-laki penderita Pada umumnya pasien DMmemang juga
diabetes dengan usia kurang dari 60 tahun menderita hipertensi. Kejadian hipertensi
lebih banyak dibandingkan dengan penderia pada pasien lanjut usia penderita DM akan
perempuan, akan tetapi setelah usia lebih dari meningkat, prevalensi 40% pada usia 45
60 tahun terjadi hal sebaliknya. tahun meningkat menjadi 60% pada usia 75
Kelompok usia dari data penelitian dibagi tahun (Wallace, 1999).Tujuh dari sepuluh
menjadi 2 kelompok usia yaitu usia pasien dengan DM di Indonesia akan terjadi
kurangdan lebih dari 65 tahun sesuai komplikasi yang pada akhirnya akan
pembagian WHO dimana usia 18-65 tahun

228
Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi

mengurangi kualitas hidup dan menyebabkan kelompok perlakuan terterapada Tabel III.
kematian (IDF, 2013). Tidak terdapat perbedaan signifikan antara
Terapi kombinasi yang paling banyak nilai kepatuhanpretest kelompok kontrol
digunakan adalah kombinasi metformin dengan kelompok perlakuan (p value=0,457)
dengan glimepirid (Tabel II). Kompleksitas yang menunjukkan bahwa kedua kelompok
terapi terkait dengan ketidakpatuhan pasien tersebut tidak berbeda dan dapat dihindari
secara umum (de Vries et al., 2014). Pada bias akibat kesalahan pengacakan kedua
pasien yang mendapat monoterapi biasanya kelompok. Meskipun rata-rata peningkatan
mempunyai kepatuhan yang lebih tinggi kepatuhan kelompok perlakuan
daripada pasien dengan terapi kombinasi (1,12±1,48)lebih besar dari kelompok kontrol
(Cramer, 2004). (0,34±0,56), namun belum terdapat
Pengaruh Home Care terhadap perbedaan signifikan antaranilai kepatuhan
Kepatuhan posttest kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan (0,282).
Perbandingan peningkatan nilai
kepatuhan antara kelompok kontrol dengan
Tabel I. Distribusi Karakteristik Pasien DM Tipe 2

Kelompok Kelompok
Karakteristik Kontrol Perlakuan
(%) (%)
Jenis Kelamin
Pria 12,07 20,69
Wanita 37,93 29,31
Usia
< 65 tahun 25,86 37,93
> 65 tahun 24,14 13,79
Durasi DM
< 5 tahun 29,31 27,59
> 5 tahun 20,69 22,41
Penyakit Penyerta
DM Tipe 2 Tanpa Penyakit 24,14 24,14
Penyerta
DM Tipe 2 dan Hipertensi 15,52 13,79
DM Tipe 2 dan Hiperlipidemia 8,62 8,62
DM Tipe 2 dan serta 1,72 3,45
Hipertensi
Hiperlipidemia

Tabel II. Pengobatan Pasien DM Tipe 2

229
Volume 5 Nomor 3 – September 2015

Kelompok Kelompok
Jenis Pengobatan Kontrol Perlakuan Total
(%) (%)
Monoterapi
Metformin 10,34 12,07 22,41
Kombinasi
Metformin + Glibenklamid 15,52 13,79 29,31
Metformin + Glimepirid 24,14 24,14 48,28

Tabel III. Perbandingan Peningkatan Nilai Kepatuhan Kelompok Kontrol


dengan Kelompok Perlakuan
Kelompok Kelompok p
Nilai Kepatuhan
Kontrol Perlakuan value
Pretest 6,84± 1,44 6,54± 1,56 0,457
Posttest 7,18± 1,35 7,66± 0,60 0,282
Δ Postest - Pretest 0,34± 0,56 1,12± 1,48
p value 0,006* 0,001*
Keterangan:*= Berbeda signifikan

Tabel IV. Perbandingan Penurunan Kadar Glukosa Darah Sewaktu Kelompok Kontrol
dengan Kelompok Perlakuan
Kadar GDS Kelompok Kelompok p
Kontrol Perlakuan value
Pretest 184,74± 228,37± 0,056
81,94 94,66
Posttest 191,30± 191,36± 0,918
87,52 97,10
Δ Postest - Pretest 9,33± -44,15±
42,36 89,55
p value 0,411 0,029*
Keterangan:*= Berbeda signifikan

Tabel III juga menunjukkan terdapat juga kelompok kontrol (0,016). Penelitian
perbedaan signifikan antara nilai pretest dengan Suryani et al. (2013) menunjukkan terdapat
posttest dalam kelompok perlakuan (0,012) dan perbedaan signifikan antara kepatuhan pasien

Tabel V. Perbandingan Peningkatan Kualitas Hidup Kelompok Kontrol dengan


Kelompok Perlakuan p value

230
Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi

Domain Kualitas Perbedaan Perbedaan Perbedaan Perbedaan


Hidup Pretest Postest Pretest-Postest Pretest-
Kelompok Kelompok Kelompok Postest
Kontrol Kontrol Kontrol Kelompok
dengan dengan Perlakuan
Perlakuan Perlakuan
Fungsi Fisik 0,587 0,900 0,039* 0,655
Energi 0,573 0,802 0,168 0,003*
Tekanan Kesehatan 0,955 0,179 0,073 0,001*
Kesehatan Mental 0,305 0,141 0,798 0,013*
Kepuasan Pribadi 0,305 0,730 0,749 0,001*
Kepuasan Pengobatan 0,552 0,994 0,181 0,011*
Efek Pengobatan 0,493 0,012* 0,829 0,000*
Frekuensi Gejala 0,827 0,046* 0,514 0,001*
Total Kualitas Hidup 0,834 0,142 0,219 0,000*

Keterangan: * = Berbeda signifikan perlakuan tertera pada Tabel IV. Tidak


terdapat perbedaan signifikan antara
dalam penggunaan obat sebelum dan setelah kadarGDS pretest kelompok kontrol dengan
pelaksanaan home carepada pasien DM tipe 2 kelompok perlakuan (p value=0,056) yang
dengan dengan komplikasi hipertensi. menunjukkan bahwa kedua kelompok
Tunpichart et al. (2012) menyatakan bahwa tersebut tidak berbeda dan bias akibat
pasien mempunyai kepatuhan yang tinggi kesalahan pengacakan kedua kelompok dapat
setelah pasien yang tidak patuh mendapatkan dihindari. Kadar GDS posttest antara
home care sebanyak 3 kali. Penelitian Dini kelompok kontrol dengan kelompok
(2013) menunjukkan adanya peningkatan perlakuan belum berbeda signifikan.
kepatuhan akan berhubungan dengan Tabel IV juga menunjukkan terdapat
perbaikan kontrol glukosa darah pasien. perbedaan signifikan kadar GDS pretest
Adanya peningkatan kepatuhan pada dengan posttest pada kelompok perlakuan
kelompok kontrol menyebabkan nilai posttest (0,029) dan pada kelompok kontrol tidak
kelompok kontrol tidak berbeda signifikan terdapat perbedaan signifikan (0,411). Pada
dengan kelompok perlakuan. Peningkatan kelompok perlakuan terjadi penurunan GDS
kepatuhan pada kelompok kontrol dapat sebesar 44,15±89,55 namun pada kelompok
dipengaruhi karena adanya pemberian kontrol justru mengalami kenaikan
edukasi atau informasi terkait pengobatan 9,33±42,36.
oleh tenaga kesehatan lainketika pasien Padgett et al. (1988) melakukan review
datang ke puskesmas. efektivitas pemberian edukasi terhadap pasien
Pengaruh Home Care terhadap Kadar DM dan menyimpulkan bahwa kontrol gula
Gula Darah Sewaktu darah dan peningkatan pengetahuan dapat
Perbandingan penurunan kadar GDS dijadikan parameter keefektifan program
antara kelompok kontrol dengan kelompok edukasi atau konseling seperti home care.

231
Volume 5 Nomor 3 – September 2015

Penelitian Priyaputranti (2007) menunjukan pemberian konseling oleh apoteker pada


adanya peningkatan luaran terapi dengan pasien DM tipe 2 yang dilakukan terhadap
adanya penurunan kadar gula darah puasa pasien rawat jalan di rumah sakit
setelah pemberian home care pada pasien menunjukkan peningkatan persentase skor
penderita DM tipe 2. Penelitian Putri dan kualitas hidup. Penelitian Sari (2014) juga
Isfandiari(2013) menunjukkan dengan memperlihatkan bahwa konseling oleh
pemberian edukasi, pengaturan makan, apoteker terhadap pasien DM tipe 2 di rumah
olahraga, dan kepatuhan pengobatan dapat sakit dapat meningkatkan hasil terapi dan
memberikan dampak membuat stabil glukosa kualitas hidup.
darah dan pada akhirnya dapat meningkatkan Hasil penelitian secara keseluruhan
kualitas hidup pasien. menunjukkan adanya perbaikan pada
Perbandingan peningkatan kualitas kepatuhan, GDS, dan kualitas hidup pasien
hidup antara kelompok kontrol dengan dibanding sebelum pemberian intervensi
kelompok perlakuan tertera pada Tabel V. berupa pemberian home care oleh apoteker,
Tidak terdapat perbedaan signifikan antara namun belum berbeda signifikan
nilai kualitas hidup pretest kelompok kontrol dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hal
dengan kelompok perlakuan pada semua ini dapat disebabkan salah satunya durasi
domain yang menunjukkan bahwa kedua penelitian yang kurang lama dan intensitas
kelompok tersebut homogen dan bias akibat home care yang hanya sekali. Penelitian yang
kesalahan pengacakan kedua kelompok dapat dilakukan oleh Krass et al. (2011)
dihindari. Perbedaan signifikan kualitas hidup menunjukkan bahwa perbaikan pada pasien
postest kelompok kontrol dengan kelompok DM sangat bergantung pada intensitas dan
perlakuan terdapat pada domain efek lamanya durasi intervensi oleh apoteker.
pengobatan (0,012) dan frekuensi gejala Rosin dan Townsend (2008) menyatakan
(0,046). Tabel III juga menunjukkan terdapat intervensi oleh apoteker dengan durasi kurang
terdapat kenaikan kualitas hidup secara dari 6 bulan dan intervensi kurang dari 3 kali
signifikan pada domain energi, tekanan belum menunjukkan ada perbaikan secara
kesehatan, kesehatan mental, kepuasan signifikan pada parameter klinis. Penelitian
pribadi, kepuasan pengobatan, efek lain menunjukkan bahwa perbaikan pada
pengobatan, dan frekuensi gejala pada luaran klinis (seperti perbaikan GDS) dan
kelompok perlakuan. humanis (seperti perbaikan kualitas hidup)
Kualitas hidup merupakan konsep terjadi setelah intervensi selama 6 bulan
multidimensi mengacu terhadap (Krass et al., 2007) dan 10 bulan (Balisa-
kesejahteraan total seseorang, termasuk status Rocha et al., 2012).
psikologis, sosial, dan kesehatan fisik
(Palaian et al., 2004). Apoteker dapat KESIMPULAN
meningkatkan perannya di fasilitas kesehatan Pemberian home care oleh apoteker
primer melalui bekerja sama dengan pasien dapat meningkatan kepatuhan sebesar
untuk memastikan mereka menggunakan obat 1,12±1,48, menurunkan GDS sebesar
dengan tepat dan memberikan informasi 44,15±89,55, dan meningkatkan kualitas
mengenai obat (Simpson et. al., 2009). hidup sebesar 5,99±7,20 pada pasien
Penelitian Astuti (2007) menunjukkan bahwa kelompok perlakuan secara signifikan.

232
Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi

Namun demikian, kenaikan kepatuhan, dan frekuensi gejala dari kualitas hidup pasien
kualitas hidup, dan penurunan kadar GDS yang berbeda signifikan jika dibandingkan
belum berbeda secara signifikan jika dengan kelompok kontrol.
dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Hanya perbaikan domain efek pengobatan
Departemen Kesehatan RI, Jakarta. de
DAFTAR PUSTAKA Vries, S.T., Keers, J.C., Visser, R., de Zeeuw,
Astuti, V.E.K., 2007, Pengaruh Pemberian D., Hahijer-Ruskamp, F.M., Vorham, J., et
Konseling Farmasis terhadap Kualitas al., 2014, Medication Beliefs, Treatment
Hidup pada Pasien Diabetes Melitus Complexity, and Non-Adherence to Different
Tipe 2, Skripsi, Fakultas Farmasi Drug Classes in Patients with Type 2
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Diabetes, Journal of Psychosomatic
Balisa-Rocha, B.J., Guimarães, V.G., Research, 76(2): 134-138.
Mesquita, A.R., Aguiar, P.M., Krass, I., Dini, I.R.E., 2013, Efektivitas Edukasi
de Lyra, D.P., 2012, Enhancing Health Farmasis terhadap Kepatuhan dan
Care for Type 2 Diabetes in Northern Kontrol Glikemik pada Pasien Diabetes
Brazil: A Pilot Study of Pharmaceutical Melitus Tipe 2 di RSUP Dr. Sardjito
Care in Community Pharmacy,African Yogyakarta, Tesis, Magister Farmasi
Journal of Pharmacy and Klinik Universitas Gadjah Mada,
Pharmacology, 6(35): 2584-2591. Yogyakarta.
Butarbutar, F., Hiswanit, Jemadi, 2013, Fox, C.S., Sullivan, L., D’Agostino, R.B.,
Karakteristik Penderita Diabetes Wilson, P.W.F., 2004, The Significant
Mellitus dengan Komplikasi yang di Effect of Diabetes Duration on
Rawat Inap di RSUD Deli Sedang Coronary Heart Disease Mortality,
Tahun 2012, Jurnal Gizi Kesehatan Diabetes Care, 27(3): 704-708.
Reproduksi dan Epidemiologi, 2(5): 1- IDF, 2013, IDF Diabetes Atlas,
10. www.idf.org/diabetesatlas, diakses 24
Chaliks, R., 2012, Kepatuhan dan Kepuasan Januari 2014.
Terapi dengan Antidiabetik Oral pada IDF, 2014, IDF Diabetes Atlas,
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat http://www.idf.org/atlasmap/atlasmap,
Jalan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, diakses 23 Januari 2015.
Tesis, Fakultas Farmasi Universitas Karlsen, B., Idsoe, T., Dirdal, I., Hanestad,
Gadjah Mada, Yogyakarta. B.R., Bru, E., 2004, Effects of a Group-
Cramer, J.A., 2004, A Systematic Review of Based Counseling Program on
Adherence With Medications for Diabetes-Related Stress, Coping,
Diabetes, Diabetes Care, 27(5): 1218- Psychological Well-Being and
1224. Metabolic Control in Adults with Type
Depkes RI, 2008, Pedoman Pelayanan 1 or Type 2 Diabetes, Patient
Kefarmasian di Rumah (Home Education and Counseling, 53(3): 299-
Pharmacy Care), 308.

233
Volume 5 Nomor 3 – September 2015

Kemenkes RI, 2013, Riset Kesehatan Dasar: Diabetes: A Meta-Analysis of the Effect
Riskesdas 2013, Badan Penelitian dan on Clycemic Control, Diabetes Care,
Pengembangan Kesehatan Kementrian 25(7): 1159-1171.
Kesehatan RI, Jakarta. Notoatmodjo, S., 2013, Metodologi
Krass, I., Armour, C.L., Mitchell, B., Brillant, Penelitian Kesehatan, PT Rineka Cipta,
M., Jakarta.
Dienaar, R., Hughest, J., et al.,2007, Padgett, D., Mumford, E., Hynes, M., Carter,
The R., 1988, Meta-Analysis of the Effects
Pharmacy Diabetes Care Program: of Educational and Psychososial
Assessment of a Community Pharmacy Interventions on Management of
Diabetes Service Model in Australia, Diabetes Mellitus, Journal of Clinical
Diabetic Medicine, 24(6): 677-683. Epidemiology, 41(10): 1007-1030.
Krass, I., Mitchell, B., Song, Y.J.C., Stewart, Palaian, S., Chhetri A., Prabhu M., Rajan S.,
K., Shankar P., 2004, Role of Pharmacist in
Petersont, G., Hughest, J., et al., 2011, Counseling Diabetes Patients,
Diabetes Medication Assistance https://ispub.com/IJPHARM/4/1/3272,
Service Stage 1: Impact and diakses 2 Februari 2015.
Sustainability of Glycaemic and Lipids Priyaputranti, A.S.D.P., 2007, Pengaruh
Control in Patients with Type 2 Pemberian Konseling Farmasis
Diabetes,Diabetic Medicine, 28(8): terhadap Outcome Terapi Pasien
987-993. Diabetes Melitus Tipe 2, Skripsi,
Mangesha, A. Y., 2007, Hypertension and Fakultas Farmasi Universitas Gadjah
Related Risk Factors in Type 2 Diabetes Mada.
Mellitus (DM) Patients in Gaborone Putri, N.H.K., dan Isfandiari, M.A., 2013,
City Hubungan Empat Pilar Pengendalian
Council (GCC) Clinics, DM Tipe 2 dengan Rerata Kadar Gula
Gaborone, Darah, Jurnal Berkala Epidemiologi,
1(2): 234-243.
Botswana, African Health Sciences,
7(4):244245. Rosin, J., dan Townsend, K., 2008,
Intervention and Education in Diabetes:
Morisky, D.E., dan DiMatteo, M.R., 2011,
A Pilot Project Comparing Usual Care
Improving the Measurement of with PharmacistDirected Collaborative
SelfReported Medication Primary Care, Canadian Pharmacists
Nonadherence: Response to Authors, Journal, 141(6): 346351.
Journal of Clinical Epidemiology,
Sari, R.P., 2014, Pengaruh Pemberian
64(3): 255-263.
Konseling Apoteker terhadap Hasil
Norris, S.L., Lau, J., Smith, S.J., Schmid, Terapi dan Kualitas Hidup Pasien DM
C.H., Engelgau, M.M., 2002 Self- Tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam
Management Education for Adults with RSUD Serang, Tesis, Fakultas Farmasi
Type 2 Universitas Gadjah Mada.

234
Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi

Schnipper, J.L., Kirwin, J.L., Cotugno, M.C., Venturini, C.D., Engroff, P., Ely, L.S., Zago,
Wahlstrom, S.A., Brown, B.A.,, Tarvin, L.F., Schroeter, G., Gomes, I., De Carli,
E., et al., 2006, Role of Pharmacist G.A.,
Counseling in Preventing Adverse Drug Morrone, F.B., 2011, Gender Differences,
Events After Hospitalization, Archives Polypharmacy, and Potential
of Internal Medicine, 166(5):565-571. Pharmacological Interactions in
Sherpard, M.A., 2001, Postmenopausal the
Women with Type 2 Diabetes: Better Elderly, Clinics Sao Paulo,
Glycemic Control with Hormone 66(11):1867-72.
Therapy (HT), Wallace J. I., 1999, Management of Diabetes
Journal Watch, 10(3): 1144-1150. in the Elderly, Clinical Diabetes, 17(1):
Simpson, S.H., Haggarty, S., Johnson, J.A., 19-25.
Schindel, T.J., Tsuyuki, R.T., WHO, 2014, Global Health Estimates:
Lewanczuk, R.,2009, Survey of Deaths by Cause, Age, Sex and Country
Pharmacist Activities and Attitudes in 2000-2012, World Health
Diabetes Managemen,. Canadian Organization, Geneva.
Pharmacist Journal, 142(3): 128179. WHO, 2015, Diabetes Fact Sheet,
Suppapitiporn, C.B., Chindavijak, B., http://www.who.int/mediacentre/factsh
Onsanit, S., 2005, Effect of Diabetes ee ts/fs312/en/., diakses 23 Januari
Drug Counseling by Pharmacist, 2015.
Diabetic Disease Booklet and Special Wild, S., Roglic, G., Green, A., Sicree, R.,
Medication Containers on Glycemic King, H., 2004, Global Prevalence
Control of Type 2 Diabetes Mellitus: A Diabetes, Diabetes Care, 27(5): 1047-
Randomized Controlled Trial, Jurnal of 1053.
the Medical Association of Thailand, Zangeneh, F., Arora, P.S., Dyck, P.J., Bekris,
88(4):134-141. L.,
Suryani, N.M, Wirasuta, I.M.A.G, Susanti, Lernmark, A., Achenbach, S.J., et al.,
N.M.P, 2013, Pengaruh Konseling Obat 2006, Effects of Duration of Type 2
dalam Home Care terhadap Kepatuhan Diabetes Mellitus on Insulin Secretion,
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Endocrine Practice, 12(4): 388-393.
Komplikasi Hipertensi, Jurnal Farmasi
Udayana, 6-11.
Tunpichart, S., Sakulbumrungsil, R.,
Somrongthong, R., Hongsamoot, D.,
2012, Chronic Care Model for Diabetics
by Pharmacist Home Health in Bangkok
Metropolitan: A Community Based
Study, International Journal of
Medicine and Medical Sciences, 4(4):
90-96

235
Volume 5 Nomor 3 – September 2015

236

Anda mungkin juga menyukai