ABSTRAK
Salah satu bentuk pelayanan komprehensif bagi pasien diabetes melitus (DM) tipe 2
padafasilitas kesehatan tingkat pertama adalah home care. Penelitian bertujuan melihat
pengaruh pemberian home care oleh apoteker terhadap tingkat kepatuhan, kadar glukosa darah
sewaktu (GDS), dan kualitas hidup pasien DM tipe 2.Penelitian termasuk kuasi eksperimental
yang dilakukan di Puskesmas Srandakan, Bantul pada Maret hingga Juni 2015 dengan metode
pretest-posttest design with control group. Sampel diperoleh dengan metode purposive
sampling. Sebanyak 58 pasien DM tipe 2 dibagi menjadi kelompok kontrol dan perlakuan
masing-masing sebanyak 29 pasien. Pemberian home care dilakukan dalam bentuk konseling
di rumah pasien. Pengukuran kepatuhan menggunakan Morisky Modified Adherence Scale 8,
kadar GDS didapat dari rekam medis pasien, dan kualitas hidup diukur dengan Diabetes Quality
of Life Clinical Trial Questionnaire. Data diolah menggunakan uji Wilcoxon dan Mann-
Whitney. Hasil menunjukkan bahwa pemberian home careoleh apoteker dapat meningkatkan
kepatuhan, kualitas hidup total, dan menurunkan kadar GDS pasien kelompok perlakuan secara
signifikan. Namun demikian,kenaikan kepatuhan, kualitas hidup total, dan penurunan kadar
GDS pasien tersebut belum berbeda secara bermakna jika dibandingkan dengan kelompok
kontrol. Hanya perbaikan domain efek pengobatan dan frekuensi gejala dari kualitas hidup
pasien yang berbeda signifikan jika dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Kata kunci: home care, apoteker, diabetes mellitus, kepatuhan, kualitas hidup
ABSTRACT
One of comprehensive care services for patients with type 2 diabetes mellitus in primary
careis home care. This research
aimed to examine the effect of home care provided by a pharmacist on patient adherence, blood
glucose, and the quality of life of patients with type 2 diabetes. This research was a quasi
225
Volume 5 Nomor 3 – September 2015
experimental study conducted in Srandakan Primary Care, Bantul from March to June 2015
usinga pretest-posttest design method with control group. Samples were obtained by purposive
sampling method. As many as 58 patients with type 2 diabetes were divided into control and
treatment groups with 29 patients in each group. Home care was provided by giving counseling
at the patient's home. Patient adherencewas measured using Morisky Modified
Adherence Scale 8, blood glucose level taken from medical patient’s medical record, and quality
of life determined by the Diabetes Quality of Life Clinical Trial Questionnaire. Data were
analyzed using the Wilcoxon and Mann-Whitney tests.The results showed thathome care by
pharmacist couldsignificantly improve adherence, total quality of life, and the decrease of blood
glucose level in treatment group. However, the increase of adherence, total quality of life, and
the decrease of blood glucose were not significantly different compared with the control group.
There were only 2 domains of patient’s quality of life, namely treatment effect and symptom
frequency,that significantly different compared with the control group.
226
Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi
227
Volume 5 Nomor 3 – September 2015
MMAS-8dan DQOLCTQ. Data mengenai termasuk pemuda dan lebih dari 65 tahun
gula darah sewaktu (GDS) pasien dilihat dari termasuk setengah baya. Dari data yang
rekam medis.Home care hanya diberikan didapat baik kelompok kontrol maupun
kepada kelompok perlakuan dengan cara perlakuan jumlah pasien yang berusia kurang
mengunjungi rumah pasien sebanyak 1 kali dari 65 tahun lebih banyak dibanding usia
yaitu 2 bulan setelah pengambilan data lebih dari 65 tahun. Hasil ini sesuai dengan
pretest. Pengambilan data posttest kelompok penelitian Wild et al. (2004) yang
perlakuan dilakukan 1 bulan setelah menyebutkan bahwa sebagian besar penderita
pemberian home care.Pada kelompok kontrol diabetes di negara berkembang seperti
pengambilan data posttest dilakukan 3 bulan Indonesia berada pada rentang usia 40-64
setelah pengambilan data pretest. tahun.
Analisa data dari pengaruh home Pasien yang terkena DM tipe 2 dalam
careditentukan dengan membandingkan skor rentang waktu kurang 5 tahun lebih banyak
pre-test dan post-test kedua kelompok serta daripada pasien yang sudah terkena lebih 5
membandingkan skor pretest dan posttest tahun. Semakin lama seseorang menderita
masing-masing kelompok. Analisa data DM maka semakin besar peluang
antara pretest dengan posttest dalam satu terjadinya komplikasi, terutama pada
kelompok menggunakan uji uji Wilcoxson, penderita DM yang memiliki glukosa
sedangkan analisa data antara kelompok darahnya tidak terkontrol dengan baik
kontrol dengan kelompok perlakuan (Butarbutar et al., 2013). Durasi diabetes
menggunakan uji MannWhitney karena data yang semakin lama juga dapat menurunkan
tidak terdistribusi normal. sekresi insulin (Zangeneh et al., 2006) dan
meningkatkan risiko penyakit salah satunya
HASIL DAN PEMBAHASAN penyakit jantung kronis (Fox et al., 2004).
Distribusi karakteristik pasien dalam Risiko meningkat 1,38 kali lebih tinggi untuk
penelitian tertera pada Tabel I. Hasil setiap 10 tahun dalam kenaikan durasi
penelitian menunjukkan lebih banyak pasien diabetes dan risiko kematian akibat penyakit
perempuan yang terkena DM tipe 2. Sherpard jantung koroner menjadi 1,86 kali lebih
(2001) menyebutkan perempuan yang telah tinggi
mengalami menopause akan menurun (Fox et al., 2004).
kemampuan kontrol gula darahnya berkaitan Penyakit penyerta yang paling banyak
dengan penurunan kadar estrogen. Wild et al. diderita pasien adalah hipertensi (29,31%).
(2004) menyebutkan laki-laki penderita Pada umumnya pasien DMmemang juga
diabetes dengan usia kurang dari 60 tahun menderita hipertensi. Kejadian hipertensi
lebih banyak dibandingkan dengan penderia pada pasien lanjut usia penderita DM akan
perempuan, akan tetapi setelah usia lebih dari meningkat, prevalensi 40% pada usia 45
60 tahun terjadi hal sebaliknya. tahun meningkat menjadi 60% pada usia 75
Kelompok usia dari data penelitian dibagi tahun (Wallace, 1999).Tujuh dari sepuluh
menjadi 2 kelompok usia yaitu usia pasien dengan DM di Indonesia akan terjadi
kurangdan lebih dari 65 tahun sesuai komplikasi yang pada akhirnya akan
pembagian WHO dimana usia 18-65 tahun
228
Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi
mengurangi kualitas hidup dan menyebabkan kelompok perlakuan terterapada Tabel III.
kematian (IDF, 2013). Tidak terdapat perbedaan signifikan antara
Terapi kombinasi yang paling banyak nilai kepatuhanpretest kelompok kontrol
digunakan adalah kombinasi metformin dengan kelompok perlakuan (p value=0,457)
dengan glimepirid (Tabel II). Kompleksitas yang menunjukkan bahwa kedua kelompok
terapi terkait dengan ketidakpatuhan pasien tersebut tidak berbeda dan dapat dihindari
secara umum (de Vries et al., 2014). Pada bias akibat kesalahan pengacakan kedua
pasien yang mendapat monoterapi biasanya kelompok. Meskipun rata-rata peningkatan
mempunyai kepatuhan yang lebih tinggi kepatuhan kelompok perlakuan
daripada pasien dengan terapi kombinasi (1,12±1,48)lebih besar dari kelompok kontrol
(Cramer, 2004). (0,34±0,56), namun belum terdapat
Pengaruh Home Care terhadap perbedaan signifikan antaranilai kepatuhan
Kepatuhan posttest kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan (0,282).
Perbandingan peningkatan nilai
kepatuhan antara kelompok kontrol dengan
Tabel I. Distribusi Karakteristik Pasien DM Tipe 2
Kelompok Kelompok
Karakteristik Kontrol Perlakuan
(%) (%)
Jenis Kelamin
Pria 12,07 20,69
Wanita 37,93 29,31
Usia
< 65 tahun 25,86 37,93
> 65 tahun 24,14 13,79
Durasi DM
< 5 tahun 29,31 27,59
> 5 tahun 20,69 22,41
Penyakit Penyerta
DM Tipe 2 Tanpa Penyakit 24,14 24,14
Penyerta
DM Tipe 2 dan Hipertensi 15,52 13,79
DM Tipe 2 dan Hiperlipidemia 8,62 8,62
DM Tipe 2 dan serta 1,72 3,45
Hipertensi
Hiperlipidemia
229
Volume 5 Nomor 3 – September 2015
Kelompok Kelompok
Jenis Pengobatan Kontrol Perlakuan Total
(%) (%)
Monoterapi
Metformin 10,34 12,07 22,41
Kombinasi
Metformin + Glibenklamid 15,52 13,79 29,31
Metformin + Glimepirid 24,14 24,14 48,28
Tabel IV. Perbandingan Penurunan Kadar Glukosa Darah Sewaktu Kelompok Kontrol
dengan Kelompok Perlakuan
Kadar GDS Kelompok Kelompok p
Kontrol Perlakuan value
Pretest 184,74± 228,37± 0,056
81,94 94,66
Posttest 191,30± 191,36± 0,918
87,52 97,10
Δ Postest - Pretest 9,33± -44,15±
42,36 89,55
p value 0,411 0,029*
Keterangan:*= Berbeda signifikan
Tabel III juga menunjukkan terdapat juga kelompok kontrol (0,016). Penelitian
perbedaan signifikan antara nilai pretest dengan Suryani et al. (2013) menunjukkan terdapat
posttest dalam kelompok perlakuan (0,012) dan perbedaan signifikan antara kepatuhan pasien
230
Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi
231
Volume 5 Nomor 3 – September 2015
232
Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi
Namun demikian, kenaikan kepatuhan, dan frekuensi gejala dari kualitas hidup pasien
kualitas hidup, dan penurunan kadar GDS yang berbeda signifikan jika dibandingkan
belum berbeda secara signifikan jika dengan kelompok kontrol.
dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Hanya perbaikan domain efek pengobatan
Departemen Kesehatan RI, Jakarta. de
DAFTAR PUSTAKA Vries, S.T., Keers, J.C., Visser, R., de Zeeuw,
Astuti, V.E.K., 2007, Pengaruh Pemberian D., Hahijer-Ruskamp, F.M., Vorham, J., et
Konseling Farmasis terhadap Kualitas al., 2014, Medication Beliefs, Treatment
Hidup pada Pasien Diabetes Melitus Complexity, and Non-Adherence to Different
Tipe 2, Skripsi, Fakultas Farmasi Drug Classes in Patients with Type 2
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Diabetes, Journal of Psychosomatic
Balisa-Rocha, B.J., Guimarães, V.G., Research, 76(2): 134-138.
Mesquita, A.R., Aguiar, P.M., Krass, I., Dini, I.R.E., 2013, Efektivitas Edukasi
de Lyra, D.P., 2012, Enhancing Health Farmasis terhadap Kepatuhan dan
Care for Type 2 Diabetes in Northern Kontrol Glikemik pada Pasien Diabetes
Brazil: A Pilot Study of Pharmaceutical Melitus Tipe 2 di RSUP Dr. Sardjito
Care in Community Pharmacy,African Yogyakarta, Tesis, Magister Farmasi
Journal of Pharmacy and Klinik Universitas Gadjah Mada,
Pharmacology, 6(35): 2584-2591. Yogyakarta.
Butarbutar, F., Hiswanit, Jemadi, 2013, Fox, C.S., Sullivan, L., D’Agostino, R.B.,
Karakteristik Penderita Diabetes Wilson, P.W.F., 2004, The Significant
Mellitus dengan Komplikasi yang di Effect of Diabetes Duration on
Rawat Inap di RSUD Deli Sedang Coronary Heart Disease Mortality,
Tahun 2012, Jurnal Gizi Kesehatan Diabetes Care, 27(3): 704-708.
Reproduksi dan Epidemiologi, 2(5): 1- IDF, 2013, IDF Diabetes Atlas,
10. www.idf.org/diabetesatlas, diakses 24
Chaliks, R., 2012, Kepatuhan dan Kepuasan Januari 2014.
Terapi dengan Antidiabetik Oral pada IDF, 2014, IDF Diabetes Atlas,
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat http://www.idf.org/atlasmap/atlasmap,
Jalan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, diakses 23 Januari 2015.
Tesis, Fakultas Farmasi Universitas Karlsen, B., Idsoe, T., Dirdal, I., Hanestad,
Gadjah Mada, Yogyakarta. B.R., Bru, E., 2004, Effects of a Group-
Cramer, J.A., 2004, A Systematic Review of Based Counseling Program on
Adherence With Medications for Diabetes-Related Stress, Coping,
Diabetes, Diabetes Care, 27(5): 1218- Psychological Well-Being and
1224. Metabolic Control in Adults with Type
Depkes RI, 2008, Pedoman Pelayanan 1 or Type 2 Diabetes, Patient
Kefarmasian di Rumah (Home Education and Counseling, 53(3): 299-
Pharmacy Care), 308.
233
Volume 5 Nomor 3 – September 2015
Kemenkes RI, 2013, Riset Kesehatan Dasar: Diabetes: A Meta-Analysis of the Effect
Riskesdas 2013, Badan Penelitian dan on Clycemic Control, Diabetes Care,
Pengembangan Kesehatan Kementrian 25(7): 1159-1171.
Kesehatan RI, Jakarta. Notoatmodjo, S., 2013, Metodologi
Krass, I., Armour, C.L., Mitchell, B., Brillant, Penelitian Kesehatan, PT Rineka Cipta,
M., Jakarta.
Dienaar, R., Hughest, J., et al.,2007, Padgett, D., Mumford, E., Hynes, M., Carter,
The R., 1988, Meta-Analysis of the Effects
Pharmacy Diabetes Care Program: of Educational and Psychososial
Assessment of a Community Pharmacy Interventions on Management of
Diabetes Service Model in Australia, Diabetes Mellitus, Journal of Clinical
Diabetic Medicine, 24(6): 677-683. Epidemiology, 41(10): 1007-1030.
Krass, I., Mitchell, B., Song, Y.J.C., Stewart, Palaian, S., Chhetri A., Prabhu M., Rajan S.,
K., Shankar P., 2004, Role of Pharmacist in
Petersont, G., Hughest, J., et al., 2011, Counseling Diabetes Patients,
Diabetes Medication Assistance https://ispub.com/IJPHARM/4/1/3272,
Service Stage 1: Impact and diakses 2 Februari 2015.
Sustainability of Glycaemic and Lipids Priyaputranti, A.S.D.P., 2007, Pengaruh
Control in Patients with Type 2 Pemberian Konseling Farmasis
Diabetes,Diabetic Medicine, 28(8): terhadap Outcome Terapi Pasien
987-993. Diabetes Melitus Tipe 2, Skripsi,
Mangesha, A. Y., 2007, Hypertension and Fakultas Farmasi Universitas Gadjah
Related Risk Factors in Type 2 Diabetes Mada.
Mellitus (DM) Patients in Gaborone Putri, N.H.K., dan Isfandiari, M.A., 2013,
City Hubungan Empat Pilar Pengendalian
Council (GCC) Clinics, DM Tipe 2 dengan Rerata Kadar Gula
Gaborone, Darah, Jurnal Berkala Epidemiologi,
1(2): 234-243.
Botswana, African Health Sciences,
7(4):244245. Rosin, J., dan Townsend, K., 2008,
Intervention and Education in Diabetes:
Morisky, D.E., dan DiMatteo, M.R., 2011,
A Pilot Project Comparing Usual Care
Improving the Measurement of with PharmacistDirected Collaborative
SelfReported Medication Primary Care, Canadian Pharmacists
Nonadherence: Response to Authors, Journal, 141(6): 346351.
Journal of Clinical Epidemiology,
Sari, R.P., 2014, Pengaruh Pemberian
64(3): 255-263.
Konseling Apoteker terhadap Hasil
Norris, S.L., Lau, J., Smith, S.J., Schmid, Terapi dan Kualitas Hidup Pasien DM
C.H., Engelgau, M.M., 2002 Self- Tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam
Management Education for Adults with RSUD Serang, Tesis, Fakultas Farmasi
Type 2 Universitas Gadjah Mada.
234
Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi
Schnipper, J.L., Kirwin, J.L., Cotugno, M.C., Venturini, C.D., Engroff, P., Ely, L.S., Zago,
Wahlstrom, S.A., Brown, B.A.,, Tarvin, L.F., Schroeter, G., Gomes, I., De Carli,
E., et al., 2006, Role of Pharmacist G.A.,
Counseling in Preventing Adverse Drug Morrone, F.B., 2011, Gender Differences,
Events After Hospitalization, Archives Polypharmacy, and Potential
of Internal Medicine, 166(5):565-571. Pharmacological Interactions in
Sherpard, M.A., 2001, Postmenopausal the
Women with Type 2 Diabetes: Better Elderly, Clinics Sao Paulo,
Glycemic Control with Hormone 66(11):1867-72.
Therapy (HT), Wallace J. I., 1999, Management of Diabetes
Journal Watch, 10(3): 1144-1150. in the Elderly, Clinical Diabetes, 17(1):
Simpson, S.H., Haggarty, S., Johnson, J.A., 19-25.
Schindel, T.J., Tsuyuki, R.T., WHO, 2014, Global Health Estimates:
Lewanczuk, R.,2009, Survey of Deaths by Cause, Age, Sex and Country
Pharmacist Activities and Attitudes in 2000-2012, World Health
Diabetes Managemen,. Canadian Organization, Geneva.
Pharmacist Journal, 142(3): 128179. WHO, 2015, Diabetes Fact Sheet,
Suppapitiporn, C.B., Chindavijak, B., http://www.who.int/mediacentre/factsh
Onsanit, S., 2005, Effect of Diabetes ee ts/fs312/en/., diakses 23 Januari
Drug Counseling by Pharmacist, 2015.
Diabetic Disease Booklet and Special Wild, S., Roglic, G., Green, A., Sicree, R.,
Medication Containers on Glycemic King, H., 2004, Global Prevalence
Control of Type 2 Diabetes Mellitus: A Diabetes, Diabetes Care, 27(5): 1047-
Randomized Controlled Trial, Jurnal of 1053.
the Medical Association of Thailand, Zangeneh, F., Arora, P.S., Dyck, P.J., Bekris,
88(4):134-141. L.,
Suryani, N.M, Wirasuta, I.M.A.G, Susanti, Lernmark, A., Achenbach, S.J., et al.,
N.M.P, 2013, Pengaruh Konseling Obat 2006, Effects of Duration of Type 2
dalam Home Care terhadap Kepatuhan Diabetes Mellitus on Insulin Secretion,
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Endocrine Practice, 12(4): 388-393.
Komplikasi Hipertensi, Jurnal Farmasi
Udayana, 6-11.
Tunpichart, S., Sakulbumrungsil, R.,
Somrongthong, R., Hongsamoot, D.,
2012, Chronic Care Model for Diabetics
by Pharmacist Home Health in Bangkok
Metropolitan: A Community Based
Study, International Journal of
Medicine and Medical Sciences, 4(4):
90-96
235
Volume 5 Nomor 3 – September 2015
236