OLEH:
MUH. RIJAL
(1745042003)
A. Latar Belakang
Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah satu alat
dalam kehidupan anak, dan karena situasi tersebut sering disertai stress berlebihan, maka
anak-anak perlu bermain untuk mengeluarkan rasa takut dan cemas yang mereka alami
sebagai alat koping dalam menghadapi stress. Bermain pada anak dapat meningkatkan
kecerdasan dalam berfikir dan mengembangkan imajinasi serta melatih daya motorik halus
Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan anak secara
dan juga emosinya karena mereka bermain dengan seluruh emosinya, perasaannya dan
pikirannya. Elemen pokok dalam bermain adalah kesenangan dimana dengan kesenangan
ini mereka mengenal segala sesuatu yang ada disekitarnya sehingga anak yang mendapat
kesempatan cukup untuk bermain juga akan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk
mengenal sekitarnya sehingga ia akan menjadi orang dewasa yang lebih mudah berteman,
kreatif dan cerdas, bila dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang
Definisi terapi bermain menurut oleh Landreth (2002): Terapi Bermain didefinisikan
sebagai hubungan yang dinamis interpersonal antara anak (atau orang dari segala usia) dan
terapis yang terlatih dalam prosedur terapi bermain yang menyediakan bahan yang dipilih
bermain dan memfasilitasi pengembangan hubungan yang aman untuk anak (atau orang
dari segala usia) untuk sepenuhnya mengekspresikan dan mengeksplorasi diri (perasaan,
pikiran, pengalaman, dan perilaku) melalui bermain, media alami anak komunikasi, untuk
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. (dalam Maria Yasintha Seran 2019:13).
Sedangkan menurut Supartini (2012) menjelaskan terapi bermain adalah sebagai aktifitas
yang dapat dilakukan untuk sebgai upaya stimulus pertumbuhan dan perkembanganya.
Terapi bermain yang akan dilaksanakan yaitu bermain menyusun puzzle. Alasan
memilih terapi bermain menyusun puzzle adalah untuk mengembangkan motorik halus,
keterampilan kognitif dan kemampuan berbahasa. Puzzle merupakan salah satu bentuk
permainan yang membutuhkan ketelitian, melatih untuk memusatkan pikiran, karena kita
sebuah gambar yang utuh dan lengkap. Sehingga puzzle merupakan jenis permainan yang
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
C. Metode
1. Anak diberi penjelasan tentang prosedur pelaksanaan terapi bermain yang meliputi
waktu kegiatan, cara membuat, serta hal-hal lain yang terkait dengan program terapi
bermain.
3. Setelah itu dengan panduan leader, anak diminta untuk mengamati terlebih dahulu
gambar yang ada di dalam puzzle, memencar kepingan puzzle, menyusun kembali
5. Bapak atau ibu dapat berperan sebagai fasilitator, tetapi tidak boleh ikut terlibat dalam
6. Setelah waktu yang ditentukan untuk terapi bermain habis, anak dipersilahkan untuk
berhenti, dan diberikan pujian atas keterlibatan anak selama terapi bermain
berlangsung.
7. Observer melakukan pengamatan dan memberikan evaluasi terhadap perilaku anak dan
9. Pada akhir kegiatan diberikan pengumuman hasil bangun terbaik dan memberikan
10. Kemudian fasilitator mengembalikan hasil karya mereka dan memberikan pujian
D. Media
Adapun media yang digunakan dalam pelaksanaan terapi bermain ini adalah:
1. Puzzle
2. Meja
3. Kursi
E. Kegiatan Permainan
2. Pembukaan: a. Mendengarkan
5 Pelaksanaan:
telah selesai.
6 Evaluasi:
bermain pengalamannya
Terapi bermain ini dilakukan di Ruang kelas di SLB Negeri 1 Makassar dengan
Keterangan:
: Peserta
: Guru
G. Evaluasi