Anda di halaman 1dari 7

Mata Kuliah Terapi Bermain Musik dan Okupasi

OLEH:
MUH. RIJAL
(1745042003)

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2019
Program Terapi Bermain Menyusun Puzzle

Untuk Anak Autis

A. Latar Belakang

Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah satu alat

paling penting untuk menatalaksanakan stres karena hospitalisasi menimbulkan krisis

dalam kehidupan anak, dan karena situasi tersebut sering disertai stress berlebihan, maka

anak-anak perlu bermain untuk mengeluarkan rasa takut dan cemas yang mereka alami

sebagai alat koping dalam menghadapi stress. Bermain pada anak dapat meningkatkan

kecerdasan dalam berfikir dan mengembangkan imajinasi serta melatih daya motorik halus

dan kasar pada anak.

Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan anak secara

optimal. Dengan bermain anak dapat menstimulasi pertumbuhan otot-ototnya, kognitifnya

dan juga emosinya karena mereka bermain dengan seluruh emosinya, perasaannya dan

pikirannya. Elemen pokok dalam bermain adalah kesenangan dimana dengan kesenangan

ini mereka mengenal segala sesuatu yang ada disekitarnya sehingga anak yang mendapat

kesempatan cukup untuk bermain juga akan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk

mengenal sekitarnya sehingga ia akan menjadi orang dewasa yang lebih mudah berteman,

kreatif dan cerdas, bila dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang

mendapat kesempatan bermain

Definisi terapi bermain menurut oleh Landreth (2002): Terapi Bermain didefinisikan

sebagai hubungan yang dinamis interpersonal antara anak (atau orang dari segala usia) dan
terapis yang terlatih dalam prosedur terapi bermain yang menyediakan bahan yang dipilih

bermain dan memfasilitasi pengembangan hubungan yang aman untuk anak (atau orang

dari segala usia) untuk sepenuhnya mengekspresikan dan mengeksplorasi diri (perasaan,

pikiran, pengalaman, dan perilaku) melalui bermain, media alami anak komunikasi, untuk

pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. (dalam Maria Yasintha Seran 2019:13).

Sedangkan menurut Supartini (2012) menjelaskan terapi bermain adalah sebagai aktifitas

yang dapat dilakukan untuk sebgai upaya stimulus pertumbuhan dan perkembanganya.

(dalam Devi Purwati 2017:8).

Terapi bermain yang akan dilaksanakan yaitu bermain menyusun puzzle. Alasan

memilih terapi bermain menyusun puzzle adalah untuk mengembangkan motorik halus,

keterampilan kognitif dan kemampuan berbahasa. Puzzle merupakan salah satu bentuk

permainan yang membutuhkan ketelitian, melatih untuk memusatkan pikiran, karena kita

harus berkonstrasi ketika meyusun kepingan-kepingan puzzle tersebut hingga menjadi

sebuah gambar yang utuh dan lengkap. Sehingga puzzle merupakan jenis permainan yang

memiliki nilai-nilai edukatif.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah dilakukan permainan, diharapkan pada anak dapat mengembangkan mental

dan kreativitasnya, serta dapat meningkatkan optimalisasi kemampuan diri.

2. Tujuan Khusus

Dengan mengikuti terapi bermain menyusun puzzle, diharapkan dapat:


a. Melatih kemampuan kognitif anak.

b. Melatih kemampuan motorik halus anak.

c. Melatih kemampuan sosial personal anak.

d. Melatih kemampuan berbahasa anak.

C. Metode

1. Anak diberi penjelasan tentang prosedur pelaksanaan terapi bermain yang meliputi

waktu kegiatan, cara membuat, serta hal-hal lain yang terkait dengan program terapi

bermain.

2. Diawal permainan, anak diperkenalkan dengan puzzle, lalu diberikan penjelasan

mengenai cara bermain puzzle.

3. Setelah itu dengan panduan leader, anak diminta untuk mengamati terlebih dahulu

gambar yang ada di dalam puzzle, memencar kepingan puzzle, menyusun kembali

kepingan puzzle sesuai gambar semula dengan benar

4. Fasilitator mendampingi dan mengarahkan anak selama bermain puzzle berlangsung.

5. Bapak atau ibu dapat berperan sebagai fasilitator, tetapi tidak boleh ikut terlibat dalam

kegiatan membentuk mainan.

6. Setelah waktu yang ditentukan untuk terapi bermain habis, anak dipersilahkan untuk

berhenti, dan diberikan pujian atas keterlibatan anak selama terapi bermain

berlangsung.

7. Observer melakukan pengamatan dan memberikan evaluasi terhadap perilaku anak dan

proses jalannya terapi bermain.


8. Setelah anak selesai menyusun puzzle, anak diharapkan untuk bercerita tentang gambar

yang ada di dalam puzzle sesuai dengan imajinasi anak.

9. Pada akhir kegiatan diberikan pengumuman hasil bangun terbaik dan memberikan

bangun tersebut sebagai reward.

10. Kemudian fasilitator mengembalikan hasil karya mereka dan memberikan pujian

kepada semua peserta sebagai reward.

D. Media

Adapun media yang digunakan dalam pelaksanaan terapi bermain ini adalah:

1. Puzzle

2. Meja

3. Kursi

4. Karpet (kalau untuk melantai)

E. Kegiatan Permainan

No Waktu Kegiatan Respon Anak

1. Persiapan: Ruangan, alat, dan

5 menit a. Menyiapkan ruangan anak sudah siap

b. Mengundang anak masuk keruangan

c. Menyiapkan alat-alat yang digunakan

2. Pembukaan: a. Mendengarkan

a. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri. tujuan dari terapi

5 menit b. Menyampaikan tujuan dan maksud dari tersebut.


kegiatan. b. Mendengarkan

c. Menjelaskan kontrak waktu dan mekanisme kontrak.

kegiatan bermain. c. Mendengarkan

d. Menjelaskan cara bermain menyusun puzzle. instruksi

5 Pelaksanaan:

a. Mengajak anak bermain menyusun puzzle.

b. Fasilitator mendampingi anak dan memberikan

20 menit motivasi kepada anak.

c. Menanyakan kepada anak apakah sudah selesai Bermain dengan

dalam menyusun puzzle. antusias.

d. Memberitahu anak bahwa waktu yang diberikan

telah selesai.

e. Memberikan pujian terhadap anak yang mampu

menyusun sampai selesai.

6 Evaluasi:

a. Melakukan review pengalaman bermain Anak mendengarkan

10 menit menyusun puzzle dan merespon dengan

b. Mengidentifiasi kejadian yang berkesan selama menjawab kesan dan

bermain pengalamannya

c. Menganalisis kesan yang didapat oleh anak selama bermain.

d. Menyimpulkan kegiatan acara


F. Setting Tempat

Terapi bermain ini dilakukan di Ruang kelas di SLB Negeri 1 Makassar dengan

setting tempat sebagai berikut :

Keterangan:

: Peserta

: Yang memberi terapi

: Guru

G. Evaluasi

1. Anak telah belajar memecahkan masalah melalui eksplorasi alat mainannya

2. Anak dapat mengembangkan kreatifitas dan mengekspresikan emosinya.

3. Anak dapat mengembangkan komunikasi dan belajar untuk sabar.

4. Peserta memahami permainan yang telah dimainkan.

Anda mungkin juga menyukai